KENDALA KENDALA BELAJAR YANG DOMINAN DIHADAPI WARGA BELAJAR PADA PROGRAM PENDIDIKAN PAKET B SETARA SMP.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN …...……… ………..i

LEMBAR PERNYATAAN ………iii

ABSTRAKSI ………...….iv

KATA PENGANTAR ………..v

UCAPAN TERIMA KASIH ………..vi

DAFTAR ISI ……….viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….…………...1

B. Identifikasi Masalah ……….…………..7

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ………..11

D. Penjelasan Istilah ……….13

E. Tujuan Penelitian ……….14

F. Manfaat Penelitian ………...14

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Pendidikan ………17

B. Konsep Belajar ……….21

C. Teori Belajar ………...31

D. Motivasi Belajar ………...34

E. Sistem Pembelajaran ………...35

F. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ………...39

G. Program Pendidikan Paket B ………...48

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


(2)

A. Metode Penelitian ………...60

B. Teknik Pengumpulan Data ………..66

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ………..72

D. Langkah-langkah Penelitian ……….75

BAB IV DESKRIPSI DATA, TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A DESKRIPSI DATA 1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Citatah Endah ………83

2. Subyek Penelitian ………91

3. Deskripsi data tentang kendala-kendala belajar di lingkungan PKBM . ………..96

4. Deskripsi data tentang kendala-kendala belajar di lingkungan Keluarga …..…103

5. Deskripsi data tentang kendala-kendala belajar di lingkungan masyarakat …..104

B. TEMUAN HASIL PENELITIAN 1. Lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ………..……….105

2. Lingkungan Keluarga ……….…106

3. Lingkungan Masyarakat ……….….107

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat...……….108

2. Lingkungan Keluarga ………..117

3. Lingkungan Masyarakat ……….………119

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ……….…123


(3)

2. Kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar di lingkungan

keluarga ……….124

3. Kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar di lingkungan masyarakat ………...……. 127

B. IMPLIKASI PENELITIAN ……….………..128

C. REKOMENDASI ………..129

DAFTAR PUSTAKA ……….…..133


(4)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peningkatan mutu pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam rangka meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Meningkatkan mutu pendidikan dimaksudkan agar pendidikan dapat mengikuti dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang begitu cepat serta kemajuan pembangunan yang semakin meningkat memerlukan dukungan sumberdaya manusia yang bermutu dengan tidak meninggalkan nilai-nilai agama dan budaya nasional. Pernyataan ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Bab I Pasal 1 Ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman ( USPN No 20 Tahun 2003 ). Adapun manusia bermutu dalam konteks pendidikan nasional tercermin dalam tujuan pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.( USPN No. 20 Tahun 2003 ). Upaya untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah dilakukan melalui pendidikan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


(5)

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca , menulis dan berhitung bagi segenap Bangsa Indonesia. ( USPN No. 20 Tahun 2003 Bab 3 pasal 4 ayat 5 ).

Jalur pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga jalur, hal ini tercantum dalam USPN No 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Selanjutnya pada pasal 12 disebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah, menyatakan bahwa : Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, baik dilembagakan ataupun tidak. Tujuan Pendidikan luar sekolah antara lain :

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin sepanjang hayatnya


(6)

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi

3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Sebagai ilustrasi tentang perkembangan penuntasan buta huruf di Indonesia, pada tahun 1971 jumlah penduduk yang masih buta huruf tercatat sebanyak 31.464.860 orang dan selama digarap melalui program paket A, maka pada tahun 1980 tersisa 30. 096.559 orang. Pada tahun 1990 jumlah penduduk buta huruf usia sepuluh tahun ke atas 21.494.117 orang ( Sumber : Hasil SP 1971, 1980 dan 1990 BPS Jakarta )

Berdasarkan data di atas nampak jelas bahwa angka buta huruf pada sepuluh tahun terakhir penurunannya kecil sekali. Hal ini disebabkan : Adanya penambahan jumlah penduduk yang buta huruf, kondisi geografi yang kurang mendukung, akibat kurangnya pembinaan, warga belajar yang sudah mengikuti program, menjadi buta huruf kembali, proses pembelajaran yang masih rendah. Oleh karena itu pemerintah melalui program Rancangan Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM ) Tahun 2004-2009 bertekad untuk menurunkan prosentase buta aksara dari 10,2 % menurut Sensus Nasional BPS tahun 2003, menjadi 5 % pada akhir tahun 2009. Oleh karena itu pemerintah memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan

kesempatan mendapatkan layanan pendidikan keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Komitmen tersebut diimbangi dengan Inpres nomor 5 tahun 2006 tanggal 9 Juni 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.


(7)

Salah satu layanan pemerintah pada jalur pendidikan non formal adalah dengan mengembangkan program kesetaraan. Makna setara artinya sepadan dalam hal nilai, pengaruh atau pengakuan civil effect lulusannya. Proses pembelajarannya harus dapat menjamin agar lulusannya memiliki kemampuan, kecakapan dan nilai-nilai yang berguna dalam menempuh kehidupan. Makna kesetaraan adalah kesamaan standar kompetensi lulusan yang harus dicapai dengan sekolah formal, tetapi cara pencapaiannya berbeda sehingga diberi catatan khusus

Pendidikan kesetaraan merupakan jalur pendidikan non formal untuk pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan kesetaraan meliputi Program Paket A, setara SD / MI, Program Paket B setara SMP/ Mts. Dan Paket C setara SMA/ MA. Khusus program Paket A dan Paket B, program ini dilaksanakan untuk mendorong wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Secara umum pendidikan kesetaraan dikhususkan bagi : anak putus sekolah, mereka yang belum / tidak terlayani pendidikan dasar formal karena berbagai hambatan, mereka yang menentukan pendidikan kesetaraan atas keinginan sendiri. Dengan demikian pendidikan berfungsi sebagai pendidikan pengganti, penambah atau pelengkap.bagi dirinya.

Pendidikan kesetaraan berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945, kemudian diperjelas lagi pada pasal 31 ayat 1 dan pasal 28 C ayat 1 dalam rangka memenuhi hak setiap warga negara secara adil dan merata untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sebagai salah satu kebutuhan dasarnya dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Program Pendidikan Kesetaraan melaksanakan amanat UU No 20 / 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 13 ayat 1 tentang jalur pendidikan dan pasal 26 ayat 1 bahwa “Hasil pendidikan formal dapat dihargai dengan hasil program pendidikan formal selanjutnya


(8)

berdasarkan Kepmen nomor 0131/U/ 1994 tentang program Paket A dan Paket B dan Kepmen nomor 132/U/2004 tentang Paket C, pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai pelayanan pembelajaran bagi masyarakat untuk mendapat pendidikan melalui pendidikan kesetaraan dan pengakuan setara dengan tamatan SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA”

Dalam upaya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui jalur pendidikan Nonformal salah satunya adalah dengan mengembangkan Program Pendidikan Paket B, yaitu program pendidikan yang memberikan pendidikan setara SMP bagi tamatan Paket A atau yang sederajat dengan SD / MI, serta siswa putus SMP / Mts agar dapat memiliki pengetahuan akademik dan penguasaan keterampilan praktis yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan berusaha. ( Pamplet Program Paket B Setara SMP Subdin Kegiatan Peningkatan PLS dan Mutu PKBM Prop Jabar Tahun 2006 ) bertujuan :

1. Mengembangkan dasar-dasar pembentukan warga negara yang beriman dan bertaqwa berkarakter dan bermartabat

2. Meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai alat untuk memahami mata pelajaran lainnya

3. Meningkatkan pengalaman belajar yang mandiri, kreatif dan produktif 4. Memberikan kecakapan hidup untuk bekerja dan berusaha mandiri 5. Memberikan bekal pengetahuan, kemampuan dan berusaha mandiri

6. Memberikan bekal pengetahuan, kemampuan dan sikap dasar yang memungkinkan peserta didik mengikuti pendidikan lanjutan di SMA / SMK / MA atau Paket C.

Bila kita lihat tujuan dari program paket B ini maka orientasi tujuan programnya lebih menekankan pada sektor keterampilan siap pakai bagi para warga belajarnya. Adapun fungsinya adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang setara dengan SMP kepada pesera didik yang karena berbagai hal tidak dapat bersekolah, sehingga dapat meningkatkan partisipasi di SMP bagi kelompok usia 13 -15 tahun dan memberikan akses terhadap pendidikan setara bagi orang dewasa sesuai dengan potensi dan kebutuhannya.


(9)

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2006 penduduk Jawa Barat yang berusia 15 ke atas masih terdapat 1.512.899 orang penduduk yang buta aksara. Untuk wilayah Kabupaten Bandung menurut sensus BPS tahun 2006 data buta aksara usia 15 tahun ke atas berjumlah 36.812 orang. Khusus di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung menurut data dari BPS Kabupaten pada tahun 2006 usia 15 ke atas berjumlah 1462 orang. Ini merupakan tantangan berat bagi propinsi Jawa Barat yang mempunyai program “ Jawa Barat merupakan propinsi terdepan di antara propinsi-propinsi lain di Indonesia pada tahun 2010”.

Pelaksanaan Program Paket B di Kecamatan Cipatat sudah berjalan beberapa angkatan sampai sekarang. Program ini merupakan salah satu jawaban dalam rangka pemberantasan buta huruf sekaligus dalam upaya pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun, di mana pada tahun 2010 semua penduduk Jawa Barat sudah melek huruf dan mengenyam pendidikan selama sembilan tahun. Program ini diharapkan tingkat pendidikan masyarakat Jawa Barat menjadi meningkat

Namun data di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan program Paket B di Wilayah Kecamatan Cipatat ini kurang lancar, hal ini terbukti dengan melihat data kehadiran warga belajar yang rata-ratanya mencapai 70 % ( Arsip Cabang Dinas Pendidikan Kec. Cipatat Tahun 2007 ). Selain itu data kelulusan dari tiga tahun ke belakang menunjukkan antara lain :

Tahun Pelajaran

Jumlah Warga

Belajar Lulus Tidak Lulus

2004 / 2005 45 26 19

2005 / 2006 39 27 12

2006 / 2007 69 48 21


(10)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan data-data di lapangan ( Arsip Cabang Dinas Pendidikan Kec. Cipatat ) bahwa Program Paket B di Kecamatan Cipatat ada beberapa kendala yang dihadapi yaitu

Kondisi Tutor

1. Terbatasnya jumlah tutor

Berdasarkan data Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Cipatat tahun 2007 jumlah warga belajar ada 433 anak yang tersebar di 4 PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ) sedangkan jumlah tutor hanya 12 orang, hal tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah guru SMP pada pendidikan formal. Dengan demikian seorang tutor harus mampu melayani warga belajar sebanyak 36 anak, apalagi tiap tutor rata-rata memegang 2 mata pelajaran, sehingga jumlah tutor masih kurang. Perekrutan tenaga tutor juga menjadi kendala tersendiri, karena untuk pengangkatan tenaga tutor tidak seperti pengangkatan guru-guru lainnya.

1. Kualitas kemampuan tutor dalam Proses Belajar Mengajar masih rendah

Indikasi dari kemampuan tutor ini terlihat dari aspek pembuatan admistrasi yang harus dibuat oleh tutor. Hampir semua tutor tidak membuat administrasi, alasannya karena tidak mampu membuat administrasinya. Indikasi yang kedua para tutor pada waktu mengajar tidak menggunakan alat peraga mengajar, di mana kita mafhum bahwa alat peraga merupakan media mengajar untuk menghindari verbalisme.Indikasi yang ketiga, pengangkatan tenaga tutor tidak melalui seleksi kualitas yang ketat, yang penting mereka mau mengajar, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Orang yang menjadi tutor itu adalah benar-benar orang yang bekerja secara


(11)

ikhlas, sehingga orang yang menjadi tutor itu bebas, tetapi dampak negatifnya tidak memikirkan kualitas, yang penting dia mau ikut membantu kegiatan proses belajar mengajar

2. Domisili tutor dengan tempat belajar yang cukup jauh

Kendala selanjutnya adalah masalah domisili tutor, antara rumah tutor dengan tempat belajar warga belajar cukup jauh. Tempat belajar warga belajar itu berada di kampung A. sedangkan para tutornya berada di kampung B. di mana letak kampung A dengan kampung B berjauhan.

3. Kurangnya sarana transportasi ke tempat belajar warga belajar

Untuk mencapai tempat belajar warga belajar itu sulit terjangkau oleh kendaraan roda empat, kalaupun ada hanya kendaraan ojeg, sehingga kondisi seperti ini menjadikan kendala tersendiri, baik bagi tutor maupun bagi warga belajar. Hal inilah merupakan kendala bagi orang tua untuk menyekolahkan putra putinya ke sekolah formal. Untuk itu sebagai alternatif maka orang tua memasukan sekolah anaknya ke Program Pendidikan Paket B.

4. Jumlah honor yang diterima tutor sangat kecil / di bawah standar

Jika tutor tersebut masuk ke Program paket B yang dibiayai pemerintah, maka ia akan menerima honor dari pemerintah. Jumlah honor yang diterima para tutor itu sangat jauh dari standar upah minimal dan itupun kadang-kadang telat menerima honornya. Tetapi yang lebih


(12)

prihatin lagi adalah para tutor yang mengajar pada Program paket B yang bersifat swadaya. Honornya kalaupun ada, selain kecil juga tidak menentu.

Kondisi Warga Belajar

Tingkat kepedualian warga belajar untuk belajar pada program paket B sangat rendah, hal ini disebabkan :

1. Domisili rumah dengan tempat belajar yang cukup jauh

Warga belajar tersebar dari berbagai pelosok desa kemudian dipusatkan di suatu daerah. Letak rumah warga belajar dengan lokasi tempat belajar berjauhan, sehingga mereka sering kesiangan Hal ini mengakibatkan terhambatnya waktu belajar.

2. Kondisi ekonomi orang tua termasuk ekonomi lemah

Kondisi orangtua warga belajar tergolong pada ekonomi lemah, orangtuanya para pekerja buruh kasar, petani penggarap bahkan dari keluarga tidak mampu yang sangat sulit untuk mencari sumber kehidupan yang mapan.

3. Banyak dimanfaatkan oleh orang tua untuk bekerja

Ada orangtua yang memaksakan anaknya untuk menjadi pekerja kasar, membatu orangtuanya, padahal usia dia adalah usia-usia sekolah, tetapi karena berbagai alasan orangtua selalu memanfaatkan anak-anaknya untuk bekerja. Akibatnya anak yang seharusnya pada waktu itu belajar, sekarang tidak ada, karena sedang membantu orangtuanya.


(13)

4. Rasa rendah diri para warga belajar

Tidak kalah pentingnya yang menjadi penghambat program paket B adalah adanya rasa rendah diri yang cukup tinggi di kalangan warga belajar. Berdasarkan hasil pengamatan para penilik di lapangan, mereka malu belajar di program paket B, alasannya karena belajar di program paket B tidak seperti di pendidikan formal yang serba terstruktur formal dalam berbagi kegiatannya, baik dari segi pakaian, usia maupun lama belajarnya perminggu.

Bahan Ajar

Bahan ajar berupa modul, buku paket maupun kurikulum untuk program paket B belum ada. Hal ini menjadi kendala bagi para tutor untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajarnya.

Sarana dan Prasarana

1. Sarana dan prasarana belajar sangat terbatas bahkan beberapa komponen seperti alat peraga dan sarana olah raga tidak ada.

2. Kondisi bangunan masih menumpang pada beberapa sekolah pemerintah / gedung kantor desa., walaupun ada beberapa Program Paket B yang belajar dengan memanfaatkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM )

Pengakuan Masyarakat

1. Kurangnya perhatian dari masyarakat serta instansi terkait terhadap program paket B. yang mengakibatkan perkembangan program paket B kurang berkembang seperti pendidikan formal.

2. Masih ada anggapan bahwa Paket B tidak sama dengan sekolah SMP formal, sehingga orangtua enggan untuk memasukkan anaknya ke program paket B. Hal ini mengakibatkan jumlah warga belajar selalu sedikit.


(14)

C. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka salah satu kendala tidak berhasilnya Program Paket B setara SMP di Kecamatan Cipatat khususnya di PKBM Citatah Endah di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri Desa Citatah Kecamatan Cipatat adalah prilaku warga belajarnya sendiri yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Menurut Muhibbin Syah ( 2006: 182 ) secara garis besar faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar itu terdiri dari dua macam, yakni :

1. Faktor intern siswa. yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Hal senada diungkapkan oleh Otong Kardisaputra ( 2000 : 60 ) yang menjelaskan bahwa : Terdapat masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam belajar yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada diri siswa ( warga belajar ) yaitu antara lain : motivasi, kemampuan, perhatian, persepsi, ingatan, lupa, retensi, dan transfer.

Sementara Wina Sanjaya ( 2006 : 43 ) menjelaskan bahwa :

Tidak adanya atau kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas merupakan salah satu prilaku siswa yang bisa mengganggu iklim belajar. Prilaku siswa ( warga belajar ) tersebut biasanya ditunjukkan oleh tindakan-tindakan tertentu, misalnya mengobrol ketika guru sedang menjelaskan atau melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran seperti membaca buku majalah, malah sering ditemukan ada siswa yang sengaja menggambar wajah guru yang sedang mengajar.

Berdasarkan uraian di atas masalah yang akan dibahas adalah : Kendala-kendala apa yang dominan dihadapi warga belajar Program Paket B Setara SMP di PKMB Citatah Endah Desa Citatah Kecamatan Cipatat dalam belajar ? Untuk membatasi persoalan di atas maka penelitian akan diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut :


(15)

a. Kendala-kendala apa yang dihadapi warga belajar dalam belajar di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ?

b. Kendala-kendala apa yang dihadapi warga belajar dalam belajar di lingkungan keluarga ?

c. Kendala-kendala apa yang dihadapi warga belajar dalam belajar di lingkungan masyarakat ?

D. PENJELASAN ISTILAH

1. Kendala adalah hambatan atau rintangan yang menghalangi suatu kegiatan ( Kamus Umum B. Indonesia : 2005 )

Kendala-kendala belajar artinya hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi warga belajar pada waktu belajar. ( Otong Kardisaputra: 2000 : 59 )

2. Warga belajar adalah sebutan bagi peserta didik pada pendidikan non formal. Tutor adalah sebutan bagi tenaga pendidik/ guru pada pendidikan non formal. ( Pamplet Program Paket B 2007 )

3. Pendidikan kesetaraan merupakan jalur pendidikan non formal untuk pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD / MI, Paket B Setara SMP / Mts dan Paket C setara SMA / MA ( Direktori PKBM Prop. Jabar Subdin PLS : 50 : 2006 )

4. Program Pendidikan Paket B adalah program pendidikan yang memberikan pendidikan setara SMP bagi tamatan Paket A atau yang sederajat SD/ MI, serta siswa putus SMP/


(16)

Mts agar dapat memiliki pengetahuan akademik dan penguasaan keterampilan praktis yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja atau berusaha. ( Pamplet Program Paket B 2007 )

Program Pendidikan Paket B Setara SMP di PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri Kecamatan Cipatat adalah Salah satu program pendidikan setara SMP yang diselenggarakan di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung yang sedang digalakkan di kecamatan ini.. ( Arsip Data 2007 Cabang Dinas Pendidikan Kec. Cipatat )

D. TUJUAN PENELITIAN

Agar lebih terarah dalam penelitian ini, perlu dijelaskan tujuannya, di mana tujuannya terbagi dua, yaitu :

a. Tujuan Umum : Ditemukannya kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar pada Program Paket B Setara SMP di PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri Kecamatan Cipatat

b. Tujuan Khusus :

1. menemukan kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar program paket B Setara SMP di PKBM Yayasan Insan Mandiri Kecamatan Cipatat yang berada di lingkungan rumah

2. menemukan kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar program paket B Setara SMP di PKBM Yayasan Insan Mandiri Kecamatan Cipatat yang berada di lingkungan Kelas dan Sekolah


(17)

3. menemukan kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar program paket B Setara SMP di PKBM Yayasan Insan Mandiri Kecamatan Cipatat yang berada di lingkungan masyarakat.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini diharapkan terdapat dua manfaat yang bisa diambil, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengelola dan penyelenggara program pendidikan Paket B setara SMP pada PKBM Citatah Endah di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri khususnya dan Program Paket B Setara SMP di Kecamatan Cipatat pada umumnya.

2. Manfaat Praktis Bagi Tutor.

Tutor merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar pada program paket B setara SMP. Oleh karena itu perlu ada pedoman bagi tutor dalam melaksanakan Program Paket B Setara SMP bagi para tutor dalam meningkatkan layanan proses belajar mengajar. Pedoman itu bisa terwujud dari hasil penelitian ini.

Bagi Warga Belajar

Warga belajar merupakan subyek dalam program Paket B. Oleh karena itu mereka harus jadi pelaku dalam kegiatan di program paket B. Segala kendala yang dihadapi Warga Belajar harus tahu dan pada akhirnya dapat dipecahkan. Hal ini bisa terjadi apabila terdapat suatu hasil penelitian yang akurat seperti penelitian diatas.


(18)

Bagi Penyelenggara

Pertama : Sebagai dokumen operasional yang dapat membantu penyelenggara dalam memberikan layanan pendidikan Program Paket B setara SMP bagi warga belajar dan dapat dikembangkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. ( PKBM ) untuk meningkatkan layanan pendidikan kesetaraan.

Kedua : Sebagai bahan evaluasi terhadap penyelenggaraan Program Paket B setara SMP di PKBM Citatah Endah, sehingga kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dapat diperbaiki untuk menyelenggarakan program yang akan datang.

Bagi Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu sosial kontrol untuk menguji keberhasilan program paket B. Mereka harus berperan aktif dalam memajukan program kesetaraan, sehingga program ini dapat berjalan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.. Kalau terdapat kendala-kendala belajar menimpa warga belajar, ini akan merugikan masyarakat, karena produk yang dihasilkan dari PKBM ini tidak bisa diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat membantu memberikan motivasi belajar dan ikut memecahkan kendala-kendala yang dihadapi warga belajar.

Bagi Dinas Pendidikan

Berbagai program unggulan yang digulirkan dari Dinas Pendidikan untuk kepentingan masyarakat, bila tidak direspon oleh berbagai pihak, termasuk para penyelenggara Program Pendidikan Paket B, maka program itu tidak akan berjalan. Dengan demikian diperlukan penelitian yang tepat dan bermanfaat.


(19)

Dengan adanya hasil penelitian ini, pihak dinas pendidikan dapat memanfaatkannya untuk mengevaluasi sejauh mana program PKBM ini berhasil atau tidaknya dalam menyelenggarakan program.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkap secara lengkap dan mendalam tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi dilapangan. Penelitian kualitatif menurut Nana Saodih (2005 : 60) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sedangkan menurut Nasution (1996 : 5) Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia dan sekitarnya.

Adapun menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong ( 1990 : 3 ) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang individu secara holistik ( utuh )”. Selanjutnya Bogdan dan Biklen menjelaskan ( 1982 : 82 ) bahwa : Pendekatan kualitatif berusaha untuk memahami dan menafsirkan makna tentang suatu peristiwa dan interaksi prilaku manusia dalam situasi tertentu.

Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, sehingga teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial ( Sugiono 2006 : 240 ). Dalam penelitian yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena


(21)

yang terjadi di lapangan. Jika permasalahan yang dihadapi begitu kompleks dan mendalam maka peneliti harus bisa memilah-milah mana fokus penelitian yang akan diangkat sebagai bahan penelitiannya. Fokus itulah yang harus benar-benar digali lebih mendalam sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sugiono menambahkan ( 2006 : 240 ) bahwa :

“Peneliti kualitatif dituntut untuk dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data bukan sebagai mana seharusnya, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipan / sumber data.”

Penelitian kualitatif ini mempunyai karakteristik tersendiri, seperti apa yang diungkapkan oleh Nana Saodih ( 2005 : 95 ) di antaranya

1. Kajian naturalistik; melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.

2. Analisis induktif; mengungkap data khusus, detil, untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka.

3. Holistik; totalitas fenomena difahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah sebab akibat

4. Data kualitatif; deskripsi rinci dalam, persepsi pengalaman orang

5. Hubungan dan persepsi pribadi: hubungan akrab peneliti-informan, persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena.

6. Dinamis; Perubahan terjadi terus, lihat proses desain fleksibel

7. Orientasi keunikan; Tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktu-tempat

8. Empati netral; subjektif murni, tidak dibuat-buat

Sementara itu Bogdan dan Biklen ( 1982 : 27 ) mengemukakan beberapa ciri penelitian kualitatif, di antaranya :

1. Latar alamiah digunakan sebagai sumber data utama dan penelitian merupakan instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses dan hasil 4. Kecenderungan menganalisa data secara induktif


(22)

Selain ciri-ciri tersebut, Nasution ( 1988 : 9 ) memberikan ciri-ciri tambahan sebagai berikut :

1. Mengutamakan data langsung atau fist hand

2. Memasukan triangulasi ekstensif ( variasi dan crosschecking ) 3. Menonjolkan rincian kontekstual

4. Subkek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti 5. Mengutamakan perspektif emis

6. Verifikasi

7. Sampling yang purposif 8. Menggunakan audit trail 9. Partisipasi tanpa mengganggu

10.Mengadakan analisis penelitian sejak awal penelitian 11.Desain penelitian tampil dalam proses penelitian

Susan Stainback dalam Nana Sudjana ( 2003 : 15 ) menjelaskan ciri- ciri penelitian kualitatif antara lain bahwa : Penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Melalui pendekatan dan metode ini diharapkan bisa memfokuskan pada kasus-kasus yang terjadi pada Program Pendidikan Kejar Paket B setara SMP di PKBM Citatah Endah Yayasan Bina Insan Mandiri Desa Citatah Kecamatan Cipatat. Penajaman fokus ini merupakan suatu hal yang sangat penting, seperti apa yang diungkapkan Sugiono ( 2006 : 234 ) bahwa untuk mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus yang merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus ini merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif. Untuk menentukan fokus menurut Spradley dalam Sugiono ada empat alternatif ( 2006 : 234 ), yaitu :

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan 2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain 3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek


(23)

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada

Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada permasalahan kendala-kendala belajar yang yang dominan dihadapi warga belajar pada program Paket B setara SMP di PKBM Citatah Endah Yayasan Bina Insan Mandiri Desa Citatah Kecamatan Cipatat.

Alasan menggunakan pendekatan kualitatif dilandasi pada pemikiran bahwa pendekatan kualitatif memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang pada hakekatnya ingin melakukan eksplorasi pada objek penelitian atau memperoleh gambaran secara mendalam tentang kesulitan belajar warga belajar. Nana Saodih ( 2005 : 94 ) menjelaskan bahwa Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah ( 2003 : 103 ) bahwa : “Dalam penelitian ini tidak ada hipotesis yang ditentukan sejak awal, tidak ada perlakukan dan tidak ada pembatasan pada produk akhir.” Pendekatan kualitatif mengangkat permasalahan secara holistik ( utuh ) dan integral yang dapat dilakukan dengan teknik wawancara naturalistik, observasi parisifatif di mana peneliti dapat ikut serta dalam kegiatan yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan masalah, seperi yang dijelaskan Sugiyono ( 2006 : 231 ) yang dibawa peneliti dalam penelitian, yaitu :

Pertama, masalah yang dibawa peneliti itu tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang, yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. Ketiga masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus diganti masalah.


(24)

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif apabila terjadi perubahan-perubahan dalam permasalahan merupakan suatu hal yang wajar. Hal ini tergantung pada kondisi lapangan penelitian.

Peneliti dalam melaksanakan tugas penelitiannya berusaha mengarahkan diri sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam pengambilan data diusahakan dalam situasi yang benar-benar alami, tidak direkayasa sesuai dengan kondisi lapangan yang ada, sehingga diharapkan data yang diperoleh benar-benar data yang valid dan pengambilan data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada pengumpulan data di lapangan juga dilakukan analisis data secara teliti dan terus menerus untuk mencari makna yang bersifat kontekstual atau sesuai dengan persepsi subyek yang diteliti, sehingga penggunaan audit trail benar-benar digunakan peneliti dalam proses analisis data tersebut. Data yang dilaporkan disusun dalam bentu deskriptif dan peneliti menarik kesimpulan melalui proses verivikasi dan triangulasi.

Berdasarkan karakteristik pendekatan kualitatif maka penelitian in bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif itu sendiri menurut Suryabrata S. (1988 : 18 ) merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Penelitian deskriptif menurut Nana Saodih ( 2005 : 72 ) adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Sementara Nana Sudjana ( 2004 : 3 ) memberi penjelasan bahwa permasalahan deskriptif adalah : Suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya satu variabel atau lebih ( variabel yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel dengan variabel yang lain. Natsir ( 1985 : 63 )


(25)

menjelaskan bahwa penelitian deskriptif ini ditujukan untuk “mempelajari dan menggambarkan masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhnya dari suatu penomena tertentu”.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Dengan metode ini peneliti dapat melakukan penelitian lebih mendalam tetang berbagai persoalan yang berkaitan dengan kendala-kendala belajar yang dihadapi warga belajar. Nana Saodih menjelaskan ( 2005 : 64 ) bahwa :

Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.

Dengan demikian studi kasus merupakan penelitian yang berkenaan dengan suatu fase yang spesifik atau unik dari keseluruhan penelitian. Subyek penelitiannya bisa berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat yang mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subyek penelitian. Jadi penelitian dengan metode studi kasus bertolak dari kasus-kasus yang sifatnya unik atau memiliki karakteristik tersendiri, kemudian kasus-kasus unik tadi dikelompokan menjadi sesuatu yang bersifat umum, artinya data-data yang diperoleh di lapangan dikumpulkan, disusun, dikelompokan. Berdasarkan ciri-ciri umum, diuraikan dan dianalisis berdasarkan teori sehingga diperoleh kesimpulan yang bersifat umum. Metode ini bertujuan untuk pelaporan hasil proses data yang objektif tentang masalah yang diteliti dan dilengkapi dengan kesimpulan deskriptif secara kualitatif.


(26)

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instumen, dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan

reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Dalam penelitian kualitatif, Sugiono ( 2006 : 153 ) menjelaskan sebagai berikut :

bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber

primer, bisa menggunakan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview ( wawancara ), kuesioner ( angket ), observasi ( pengamatan ) dan gabungan ketiganya. Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang berkaitan langsung dengan alat –alat atau insrumen sebagai sarana untuk memperoleh data. Dalam penelitian kualitatif manusia atau peneliti merupakan alat / instrumen yang paling utama, karena peneliti inilah yang dapat melaksanakan pengamatan secara langsung. Menurut Nana Saodih ( 2005 : 216 ) Ada empat teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan teknik : wawancara, observasi dan studi dokumenter.

Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang bayak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara ini


(27)

merupakan suatu bentuk percakapan antara pewawancara dengan orang yang diajak bicara ( yang diwawancarai ). Wawancara ini dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual atau secara kelompok, seperti apa yang diungkapkan Nana Saodih ( 2005 : 216 ) bahwa : Ada kalanya wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok, seperti wawancara dengan suatu keluarga, pengurus yayasan dan lain-lain.Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu, dilakukan secara individual. Selanjutnya Sugiono ( 2006 : 154 ) menjelaskan bahwa : “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil”. Selanjutnya Sutrisno Hadi dalam Sugiono ( 2006 : 154 ) menjelaskan :

1. Bahwa subyek ( responden ) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti

Dengan demikian wawancara ini sangat tepat untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai kendala-kendala belajar yang dialami warga belajar baik di sekolah, masyarakat maupun di lingkungan rumah. Hal ini dapat dibuktikan melalui wawancara kita dengan sumber informasi seperti orang tua warga belajar, saudara-saudaranya, para tutor, penyelenggara termasuk para tokoh masyarakat maupun pemerintahan setempat.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur dengan berpedoman pada lembar wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Menurut Sugiono wawancara berstruktur ( 2006 : 154 ) digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instumen


(28)

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun telah disiapkan. Nana saodih menambahkan bahwa dalam mengadakan wawan cara, agar diperoleh hasil yang lebih mendalam maka si peneliti harus bisa menjalin kerja sama dan menciptakan hubungan yang baik anatara para peneliti dengan para informan. Lebih jauh Nana saodih menjelaskan ( 2005 : 217 ) ;

Dalam persiapan wawancara selain menyusun pedoman, yang sangat penting adalah membina hubungan baik dengan responden. Keterbukaan responden untuk memberikan jawaban atau respon secara obyektif sangat ditentukan oleh hubungan yang baik yang tercipta antara pewawancara dengan responden. Sebelum mulai wawancara, maka pewawancara harus membina persahabatan, keakraban dengan responden, menumbuhkan apresiasi dan kepercayaan responden kepada pewawancara. Selama berlangsung proses wawancara harus terus menerus terpelihara.

Selain pedoman wawancara, ada perangkat lain yang bisa digunakan dalam wawancara, selama alat tersebut tidak mengganggu suasana proses wawancara. Seperti apa yang diungkapkan Sugiono ( 2006 : 154 ) bahwa selain harus membawa insrtumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Oservasi merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan koesioner. Kalau wawancara dan koesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang saja, tetapi dengan objek-objek alam yang lain. Sutrisno Hadi dalam Sugiono ( 2006 : 162 ) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu


(29)

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses boilogis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Menurut Nana Saodih ( 2005 : 220 ) “kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru / tutor mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.” Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Kedua jenis obervasi ini mempunyai kelemahan dan kelebihan masing masing.

Dalam observasi parisipatif pengamat ikut sebagai peserta dalam berbagai kegiatan yang sedang berlangsung. Kelebihan obsevasi partisipatif adalah individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi sehingga situasi dan kegiatan akan berjalan lebih wajar. Adapun kelemahannya adalah bahwa pengamat harus melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu ikut serta dalam kegiatan di samping melakukan pengamatan.

Sedangkan observasi non partisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya mengamati kegiatan. Kelebihan dari observasi ini adalah pengamat akan lebih terfokus dalam melakukan pengamatan. Adapun kelemahannya, karena peserta tahu kehadiran pengamat sedang melakukan pengamatan, maka prilaku atau kegiatan individu- individu yang diamati bisa menjadi kurang wajar atau dibuat-buat.

Menurut Moleong ( 1988 : 137 -138 ) obervasi ini dipilih sebagai salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif dengan alasan :

1. Peneliti menginginkan pengalaman langsung dalam upaya mengetes kebenaran dan keabsahan data

2. Untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana adanya.

3. Dimungkinkan untuk mencatat peristiwa yang berhubungan dengan pengetahuan proporsional maupun dengan pengetahuan yang diperoleh langsung dari data.

4. Untuk mengecek ulang data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara yang kemungkinan memiliki bias


(30)

5. Dengan pengamatan dimungkinkan untuk memahami hal-hal yang rumit

6. Untuk fakta yang memiliki kesulitan diungkap dengan teknik lain, seperti bayi yang belum bisa mengemukakan pendapat, pengamatan merupakan pilihan teknik yang bernilai guna

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian kerkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Oleh karena itu teknik ini menurut peneliti, tepat digunakan untuk mengadakan observasi tentang kendala-kendala belajar yang dominan, dialami warga belajar baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat. Peneliti bisa mengobservasi kondisi warga belajar, orangtua, saudara-saudaranya, para tokoh masyarakat, kondisi tempat belajar di sekolah, kondisi belajar di rumah serta situasi yang terjadi baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.

Studi Dokumenter

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis gambar maupun media elektronik. Dokumen-dokumen itu disusun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah yang akan diteliti. Menurut Nana Saodih ( 2005 : 222 ) dokumen dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis ( diurai ), dibandingan, dan dipadukan ( sintesis ) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

Dengan demikian studi dokumenter tidak tidak sekedar mengumpulkan data dan informasi kemudian dituliskan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen, tetapi merupakan hasil analisis dokumen-dokumen tersebut. Untuk bagian bagian tertentu yang


(31)

merupakan kalimat kunci, dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya dapat disajikan pokok-pokoknya saja dalam uraian hasil analisis yang sangat kritis dan teliti.

Pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, setelah diadakan seleksi selanjutnya kan dibuat sebagai catatan lapangan. Catatan lapangan perlu dibuat dengan tujuan untuk : Mendeskripsikan tentang apa yang sesungguhnya diamati dan dialami peneliti sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya sendiri. Serta mendeskripsikan berbagai komentar, refleksi, pemikiran ataupun pandangan peneliti sendiri tentang apa yang diamati dan didengar.

Menurut Nasution ( 1992 : 93 ) deskripsi tentang catatan lapangan ini merupakan uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya kita lihat dan dengar, namun dalam memberikan deskripsi, sengaja dibatasi penafsiran bahkan sedapat mungkin menjauhi unsur penafsiran.

C. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah di PKMB Citatah Endah di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri yang beralamat di Kampung Cibogo RT 04 RW 04 Desa Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung, di mana kegiatannya adalah menyelenggarakan Program Pendidikan Paket B Setara SMP

Aspek aspek yang diteliti adalah Kendala-kendala belajar yang paling dominan dihadapi warga belajar PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah / kelas dan lingkungan masyarakat. pada Program Pendidikan Paket B Setara SMP . Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan kendala-kendala belajar di atas, sehingga salah satu kegunaan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan penyelenggaraan Program Pendidikan Paket B di PKBM tersebut.


(32)

Subyek penelitiannya adalah orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung “ mempengaruhi kendala-kenadala belajar yang paling dominan dialami warga belajar pada Program Pendidikan Paket B setara SMP di PKMB tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Arikunto ( 1993 : 102 ) bahwa subyek penelitian yaitu : Benda, hal, orang, dan tempat di mana data yang dipermasalahkan melekat.

Agar penelitian terhadap subyek lebih mendalam, maka subyek yang diteliti harus dibatasi dan hal ini memerlukan suatu teknik sampling, yaitu teknik pengambilan sampel. Teknik sampling dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penelitian nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif sample itu dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Sedangkan dalam penelitian kualitatif paradigmanya bersifat alamiah, peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.

Menurut Moleong ( 2006 : 224 ) dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini adalah :

Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya ( contructions ). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan dalam konteks yang unik. Maksud kedia dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif tidak ada sample acak, tetapi sample bertujuan ( purposive sample )

Menurut Sugiono ( 2006 : 245 ) teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu Probability Sampling dan Nonprobability sampling. Lebih jauh Sugiono ( 2006 : 246 ) menjelaskan bahwa :

1. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang


(33)

2. Nonprobability Sampling, yaitu adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive

sampling dan snowball sampling yang merupakan bagian dari teknik nonprobability sampling.

Purposive Sampling menurut Sugiono ( 2006 : 246 ) adalah

Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini bahwa sumber data tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti. Adapun Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat dijadikan sumber data.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat peneliti mulai memasuki lapangan. dan selama penelitian berlangsung. Caranya menurut Sugiono ( 2006 : 247 ) yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap. Dalam hubungan ini Nasution dalam Sugiono ( 2006 : 247 ) menambahkan bahwa penentuan unit sampel ( responden ) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “ redundancy” yaitu datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru. Artinya dengan menambahkan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

Selanjutnya dalam pemilihan sampel sebagai sumber data atau sebagai informan menurut Sanafiah Faisal ( 1994 : 151 ) sebaiknya mereka yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itubukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.


(34)

2. Mereka masih tergolong sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri. 5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih

menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan sampel purposive sampling dan snowball sampling, yaitu memilih orang tertentu yang menurut pertimbangan peneliti akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap.

Untuk memilih sumber data dalam penelitian ini, peneliti juga memakai kriteria yang diungkapkan oleh Sanafiah faisal. Adapun objek sumber data yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain adalah : Warga belajar, tutor, penyelenggara, tokoh masyarakat, aparat setempat, aparat dinas pendidikan setempat, serta informan lain yang

dianggap dapat membantu memberikan informasi tentang penelitian ini.

D. LANGKAH LANGKAH PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas tiga komponen yang berhubungan dengan langkah-langkah penelitian, yaitu : (1) Pengumpulan data penelitian (2) Analisis data penelitian dan ( 3 ) Validitas hasil penelitian. Inilah uraiannya :

Pengumpulan Data Penelitian

Pada tahapan ini tidak ada aturan yang baku sebagai acuan langkah-langkah pengumpulan data, seperti diungkapkan Nana Saodih ( 2005 : 114 ) bahwa : “pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam


(35)

lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh.” Namun demikian Nana Saodih memberikan gambaran secara umum langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut

a. Tahapan Perencanaan

Pada tahap ini meliputi langkah-langkah : perumusan dan pembatasan masalah, merumuskan pertanyaan penelitian yang diarahkan kepada pengumpulan data, kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data. Pada kesempatan ini, peneliti juga mengikuti pola yang dipaparkan di atas.

b. Tahapan Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti mengadakan kunjungan pendahuluan namun belum mengumpulkan data. Pada kunjungan ini langkah awalnya peneliti berusaha menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta menciptakan hubungan yang akrab dengan individu-individu dan sumber data. Pertemuan berikutnya baru peneliti mengarahkan kepada wawancara dan observasi dengan sumber data. Pada pertemuan-pertemuan itulah data mulai di catat, disusun, dikelompokan secara intensif sekaligus dianalisis data-datanya.

c. Tahapan Pengumpulan Data Dasar

Pada tahapan ini peneliti benar-benar melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data berjalan, analisis data terus dintensipkan, keduanya terus dilakukan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Hasil analisis mulai dideskripsikan dalam bentuk narasi, diagram yang bersifat integratif.


(36)

Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

d. Tahapan Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak mengumpulkan data lagi. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru. e. Tahap Kelengkapan / Penyempurnaan

Langkah ini merupakan tahapan penyempurnaan hasil analisis data dan penyusunan cara penyajiannya, dimana analisis data dimulai dengan menyusun fakta –fakta hasil temuan di lapangan.

Analisis Data Penelitian

Tahap analisis data penelitian kualitatif belum ada polanya yang jelas, oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis, seperti yang dinyatakan Miles dan Huberman ( 1984 ) dalam Sugiono ( 2006 : 273 ) menyatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah : metode analisis belum dirumuskan dengan baik. Selanjutnya Susan Stainback menyatakan belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori. Selanjutnya Susan menyatakan bahwa analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Hal senada dikemukakan oleh Subino Hadisubroto dalam Syamsul Bahri ( 2001 : 54 ) yang menyatakan bahwa : Dalam


(37)

menganalisis data kualitatif, penelitilah yang berkewajiban menciptakan sendiri, oleh sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif sangat tergantung kepada ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki peneliti.

Nasution ( 1996 : 126 ) mengemukakan bahwa : Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data, dalam arti menggolongkannya dalam pola, thema atau kategori agar dapat ditafsirkan. Sedangkan Bogdan dalam Sugiono ( 2006 : 274 ) menyebutkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan hal di atas, Sugiono menyimpulkan ( 2006 : 275 ) bahwa :

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga sudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitataif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Seperti apa yang diungkapkan Nasution dalam Sugiono ( 2006 : 275 ) bahwa analisis data kualitatif telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belum ada metode analisis data kualitatif yang sudah baku, analisis data kualitatif sangat tergantung kepada ketajaman dan luasnya pengalaman para peneliti. Oleh karena itu pada kesempatan ini akan


(38)

diungkapkan langkah-langkah menganalisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono ( 2006 : 276 ) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Aktivitasnya antara lain akan diuraikan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direproduksi akan memberikan gambaran yang lebihjelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan ( Sugiono 2006 : 278 ). b. Display Data

Setelah data direduksi, kemudian disajikan. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, namun yang sering digunakan untuk menyajikan dalam data kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Display data ini merupakan cara menyajikan data baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian tertentu dari suatu penelitian. Display data ini memang sengaja dirancang untuk mempermudah informasi tentang data yang telah tersusun dalam bentuk yang terintegrasi sehingga peneliti mudah mengambil suatu keputusan dan mudah untuk dimanfaatkannya.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Menurut Sugiono ( 2006 : 283 ) bahwa :

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(39)

Dengan demikian kesimpulan pada penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kegiatan ini merupakan langkah terakhir dalam menganalisis data, yaitu kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan di sini artinya memberi makna terhadap data yang telah terkumpul dalam bentuk pernyataan singkat, mudah dipahami serta mengacu pada aspek-aspek yang diteliti. Sedangkan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari data yang telah direduksi, maupun data yang telah disajikan. Pengambilan kesimpulan yang bersifat sementara dan verifikasi perlu dilakukan secara terus menerus sampai diperoleh kesimpulan akhir.

Validitas Hasil Penelitian

Menurut Nana Saodih ( 2005 : 104 ) validitas penelitian kualitatif terletak pada teknik pengumpulan dan analisis data. Validitas tersebut dapat dicapai melalui kombinasi dari sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu :

1. Pengumpulan data yang relative lama 2. Strategi multi metode

3. Bahasa partisipan kata demi kata mendapatkan rumusan dan kutipan yang rinci. 4. Deskriptor inferensi yang rendah

5. Peneliti beberapa orang. 6. Ada pencatat data mekanik 7. Partisipan sebagai peneliti 8. Pengecekan data

9. Reviu oleh partisipan

10.Mencatat kasus-kasus negatif

Bila langkah-langkah ini diikuti dengan baik, maka kita akan mendapatkan hasil penelitian yang cukup valid. Dalam pengujian validitas keabsahan data dalam penelitian


(40)

kualitattif, peneliti menggunakan teori yang ditulis Sugiono ( 2006 : 302 ) dengan langkahlangkah sebagai berikut :

a. Pengujian kredibilitas data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dengan melakukan langkah-langkah : Perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan

membercheck.

b. Pengujian Transferability

Pengujian ini biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif, namun pada penelitian kualitatifpun bisa diterapkan, yaitu seorang peneliti dalam membuat laporannya harus betul-betul memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

c. Pengujian Dependability

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Hal ini bisa dilakukan oleh pembimbing dengan jalan mengaudit seluruh aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

d. Pengujian Konfirmability

Pengujian ini mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabiliti berarti mengujihasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

konfirmability.

Demikianlah uji validitas hasil penelitian terhadap kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar pada Program Pendidikan Paket B Setara SMP di lingkungan


(41)

sekolah, rumah maupun masyarakat pada Program Pendidikan Paket B di PKBM Citatah Endah di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri Desa Citatah Kecamatan Cipatat.


(42)

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Citatah Endah yang berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri merupakan salah satu PKBM yang bergerak di bidang Pendidikan Nonformal. PKBM ini berusaha memberikan pelayanan kepada masyarakat Desa Citatah khususnya dan masyarakat Kecamatan Cipatat pada umumnya. Dalam perjalanan dan perkembangannya PKBM ini mengalami pasang surut. Namun demikian PKBM ini selalu berusaha memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat termasuk pelayanan Program Pendidikan Paket B Setara SMP untuk kepentingan warga belajar dan masyarakat umum.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh kesimpulan yang akan diuraikan pada bagian ini. Juga akan dipaparkan implikasi hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut penelitian kepada pihak-pihak terkait agar dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan untuk perkembangan PKBM di masa yang akan datang.

A. KESIMPULAN

Ada beberapa kendala yang dihadapi PKBM Citatah Endah, salah satunya adalah berkaitan dengan kendala-kendala belajar yang dominan dihadapi warga belajar Program Pendidikan Paket B setara SMP. Jika kendala ini dibiarkan akan berdampak negatif pada keberhasilan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Kendala-kendala belajar tersebut terjadi di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Inilah uraiannya.


(43)

1. Kendala-Kendala Belajar yang Dominan Dihadapi Warga Belajar di Lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Kendala-kendala belajar yang dihadapi warga belajar di lingkungan PKBM pada dasarnya ada dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Pertama, faktor internal mencakup aspek jasmani dan rohani warga belajar, seperti kondisi fisiknya lelah, capai, tidak bersemangat kurang berkonsentrasi dalam belajar. Hal ini diakibatkan suka disuruh bekerja oleh orangtuanya. Dengan kondisi seperti itu warga belajar menjadi jarang sekolah.

Sedangkan kendala belajar yang bersifat eksternal di antaranya adalah tutor tidak bisa menyampaikan materi pelajaran, tujuan kurang jelas, evaluasi yang kurang meningkatkan motivasi belajar. kurang memberikan kesempatan bertanya kepada warga belajar, tidak bisa menyerap materi pelajaran yang disampaikan tutor. Hal ini disebabkan oleh hal hal sebagai berikut :

a. Perencanaan Pengajaran ; Tidak memiliki program perencanaan pengajaran seperti program tahunan, program semester dan program mingguan

b. Tujuan ; Tujuan Paket B Citatah Endah tidak ada yang khusus mengangkat potensi daerah Citatah

c. Tutor ; Dalam proses pembelajaran tidak melaksanakan kegiatan pendahuluan, kurang memberikan kesempatan bertanya kepada warga belajar, tutor sendiri jarang memberikan pertanyaan kepada warga belajar. Strategi pembelajaran kurang bervariasi, tidak menggunakan media pembelajaran, dan tidak ada proses tindak lanjut dalam pembelajaran.

d. Sarana PKBM ; Di dalam kelas : kebersihan kelas kurang terpelihara, penempatan meubeler yang kurang rapi, beberapa bangku belajar rusak, pengaturan tempat duduk


(44)

yang tidak tepat, dan penempatan gambar-gambar yang kurang serasi. Lokasi PKBM sulit dijangkau oleh kendaraan.

Halaman PKBM : Letaknya diperbukitan, halaman sempit, tidak ada penghijauan, halaman masih tanah

Hal-hal yang diuraikan di atas menjadi kendala tersendiri bagi warga belajar. Mereka jarang masuk sekolah ke PKBM, kalaupun sekolah kelihatan lelah, tidak berkonsentrasi, sehingga materi yang disampaikan tutor tidak dapat terserap secara optimal.

1. Kendala-Kendala Belajar yang Dominan Dihadapi Warga Belajar di Lingkungan

Keluarga.

Pada dasarnya kendala belajar yang dihadapi warga belajar di lingkungan keluarga juga ada dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Kendala belajar di lingkungan keluarga yang bersifat intern, pada prinsipnya sama dengan kendala-kendala di lingkungan PKBM. Sedangkan faktor ekstern di antaranya :

a. Tidak ada tempat bertanya ketika mendapat kesulitan belajar di rumah. Hal ini bisa terjadi karena semua anggota keluarga lulusan SD bahkan ada yang DO sekolah, sehingga apa yang ditanyakan oleh warga belajar tidak mengerti atau tidak tahu. b. Kurangnya perhatian dan dukungan orangtua dalam belajar. Hal ini disebabkan

wawasan orangtua tentang pentingnya pendidikan masih kurang.

c. Tidak memiliki tempat belajar khusus, seperti meja belajar, dan alat-alat belajar serta kamar tidur bersatu dengan kamar belajar. Hal ini mengakibatkan tempat belajar anak tidak menerntu, kadang-kadang di kamar tidur, di ruang tengah atau di mana saja


(45)

yang penting bisa dipakai untuk belajar. Namun dampaknya belajar anak menjadi tidak menentu dan tidak teratur.

d. Tidak memiliki buku sumber sebagai panduan belajar Hal ini mengakibatkan anak tidak bisa mengulang lagi pelajaran yang diajarkan di sekolah

e. Sarana penerangan masih terbatas bahkan beberapa rumah masih menggunakan lampu minyak tanah. Ini berdampak pada kesehatan mata terutama pada malam hari. Mata anak lambat laun jadi rusak karena kurang system pencahayaan pada waktu belajar.

Keberadaan orangtua dalam situasi belajar baik di PKBM, di rumah maupun di masyarakat sangat dibutuhkan oleh warga belajar. Mereka selain jadi motivator, juga sebagai panutan bagi warga belajar. Oleh karena itu kondisi orangtua sangat berpengaruh sebagai faktor ekstern terhadap putra putrinya. Faktor-faktor itu di antaranya :

a. Pendidikan orangtua rata-rata lulusan SD bahkan beberapa orangtua DO SD, sehingga wawasan pendidikan sangat dangkal. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan putra putrinya.

b. Pemahaman tentang pentingnya pendidikan bagi anak masih kurang. Sekolah merupakan kegiatan anak nomor dua, yang penting anak bisa bekerja membantu oranguanya. Hal ini menjadi kendala ekstern bagi warga belajar.

c. Kurangnya dukungan orangtua terhadap belajar anak. Orangtua menganggap bahwa pendidikan anak tidak usah tinggi, yang penting bisa membantu orangtuanya untuk mencari nafkah. Hal ini bisa terjadi karena wawasan orangtua tentang pendidikan sangat minim. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi warga belajar dalam belajarnya.


(46)

d. Pekerjaan orangtua serabutan / tidak menentu. Masalah pekerjaan orangtua ini penyebabnya cukup kompleks. Salah satunya adalah tingkat pendidikan orangtua yang hanya tamat SD bahkan tidak tamat SD. Dalam kondisi seperti sekarang ini mencari pekerjaan dengan hanya mengandalkan izajah SD sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi warga belajar di lingkungan keluarga.

e. Rata-rata kehidupan orangtua termasuk keluarga yang tidak mampu. Mereka hanya mengandalkan upah dari hasil bekerja di ladang, di penggalian pasir atau jadi kuli bangunan di tempat sekitanya.Upah mereka tidak menentu dan sangat kecil. Tetapi bagi orangtua tidak ada pilihan lain, kecuali harus menerima kenyataan ini. Hal ini menjadi kendala bagi warga belajar dalam belajar. Seharusnya mereka belajar, tetapi karena kondisi orangtua tidak mampu, terpaksa tidak sekolah untuk membantu orangtuanya.

f. Anak menjadi pembantu untuk menambah penghasilan keluarga. Karena kondisi ekonomi orangtua yang tidak mampu, terpaksa anak dijadikan penopang atau pembantu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

2. Kendala-Kendala Belajar yang Dominan Dihadapi Warga Belajar di Lingkungan

Masyarakat

Kendala-kendala belajar yang terjadi di lingkungan masyarakat juga mencakup dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Faktor intern berkaitan dengan kondisi warga belajar seperti yang diungkapkan dalam kendala belajar di lingkungan PKBM dan lingkungan keluarga. Sedangkan faktor ekstern cukup komplek, karena menyangkut kehidupan sosial budaya masyarakat yang turun temurun sudah mengakar pada masyarakatnya. Di antaranya :


(47)

a. Adanya penggalian pasir dan pabrik batu di satu sisi menjadi tumpuan bekerja warga masyarakat, namun di sisi lain membawa dampak bagi warga belajar, karena mereka suka disuruh bekerja membantu orangtuanya pada tempat itu.

b. Adanya ajakan teman sebaya yang tidak bersekolah kepada warga belajar untuk bekerja pada tempat penggalian pasir dan pabrik batu atau bahkan ada yang mengajak untuk menjadi tukang ojeg.

c. Kurangnya dukungan dari aparat setempat dan tokoh masyarakat terhadap warga belajar untuk belajar

d. Tidak kalah pentingnya adalah masih adanya budaya kawin muda, meskipun bagi warga belajar jenjang perkawinan itu tidak menjadi penghalang, namun bila warga belajar itu sudah menikah, ada beberapa warga belajar yang tidak boleh belajar lagi oleh suaminya.

B. IMPLIKASI PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa implikasi baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk praktis. Dalam bentuk teoritis, berkaitan erat dengan teori belajar yang berhubungan dengan kendala-kendala belajar di lingkungan PKBM, keluarga dan masyarakat. Sedangkan implikasi praktis penelitian berhubungan erat dengan beberapa komponen yang terlibat dengan kegiatan program paket B, yaitu :

Bagi penyelenggara dan pengelola, dengan ditemukannya kendala-kendala belajar bagi warga belajar dapat dijadikan pedoman dan umpan balik dalam penyelenggaraan dan pengelolaan paket B di masa yang akan datang. Bagi tutor dengan ditemukannya masalah ini diharapkan akan menjadi koreksi dalam kegiatan belajar mengajar di masa yang akan datang. Bagi warga belajar, dengan ditemukannya kendala belajar ini diharapkan mereka mampu


(48)

mengatasi kendala-kendala belajar yang dialaminya selama ini. Bagi orangtua diharapkan akan menjadi koreksi dan perbaikan dalam mendidik anak terutama dalam memberikan dukungan belajar bagi anak-anaknya. Bagi masyarakat dan aparat setempat diharapkan dapat tergugah untuk lebih meningkatkan dukungan terhadap program Kelompok Belajar Paket B. Bagi Dinas Pendidikan setempat dengan adanya kendala belajar bagi warga belajar maka akan menghambat program wajib belajar sembilan tahun, untuk itu dengan adanya hasil penelitian ini dihapapkan lebih meningkatkan lagi pelayanannya bagi para penyelenggara dan pengelola PKBM. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan menjadi salah satu motivasi untuk meggali lebih mendalam tentang kendala-kendala lain dalam penyelenggaraan program paket B, sehingga penyelenggaraan program ini menjadi lebih sempurna.

C. REKOMENDASI

Berdasarkan penelitian yang mendalam, dan dituangkan dalam bentuk kesimpulan, maka dengan ini peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

Bagi penyelenggara dan pengelola PKBM.

Sebagai orang yang menyelenggarakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar di PKBM, maka diharapkan :

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara optimal agar program wajib belajar sembilan tahun dapat tercapai

b. Meningkatkan kualitas lulusan yang dihasilkan dengan mengadakan perbaikan mengajar terhadap para tutor, peningkatan pengelolaan dan penyelenggaraan Paket B, serta mengadakan penyuluhan terhadap para orangtua akan pentingnya pendidikan


(1)

Warga belajar merupakan generasi penerus bangsa yang harus menjadi pelopor dan contoh bagi masyarakat di lingkungan masyarakatnya Maju mundurnya suatu wilayah, tergantung kepada kemajuan masyarakatnya.. Oleh siapa lagi , kalau bukan oleh anda sendiri selaku penduduk asli yang ada di lingkungan masyarakat.. Pengembangan potensi daerah menjadi tanggungjawab anda untuk dikembangkan agar menjadi desa yang maju dan makmur. Untuk itu diharapkan :

a. Meningkatkan frekwensi masuk sekolah ke PKBM, agar tidak ketinggalan waktu belajar, tidak menjadi anak yang Drop Out sekolah

b. Mampu mengatur waktu sedemikian rupa sehingga antara belajar dan bekerja tidak saling mengganggu

c. Jangan tergiur oleh kesenangan sesaat dengan jalan bekerja di penggalian pasir yang selalu menghasilkan uang walau sebagai buruh kasar, yang penting belajar dulu. d. Raihlah cita-cita setinggi mungkin.

Bagi Orangtua Warga Belajar

Orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa, jangan sia-siakan amanat ini. Oleh karena itu orang tua mempunyai kewajiban untuk :

a. Mendorong anak- anaknya agar selalu bersekolah hingga tamat sekolahnya.

b. Memberikan kesempatan belajar bagi anak, sehingga anak akan berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.

c. Tidak memanfaatkan tenaga anak untuk kepentingan ekonomi keluarga. Bagi Tokoh Masyarakat dan Aparat Setempat


(2)

131 Dukungan dan motivasi dari para tokoh dan aparat pemerintahan setempat bagi para remaja khususnya dan warga masyarakat pada umumnya sangat dibutuhkan untuk membangkitkan semangat berkarya dan belajar bagi masyarakatnya. Untuk itu :

a. Diharapkan adanya dukungan program Paket B untuk meningkatkan semangat belajar warga belajar sekaligus untuk meningkatkan wawasan pengetahuannya. Sehingga kemiskinan dan kebodohan yang melilit warga masyarakat sedikit demi sedikit menjadi berkurang.

b. Diharpakan adanya bantuan bagi mereka dengan menyediakan fasilitas belajar untuk warga belajar, sehingga mereka bisa belajar lebih nyaman, tenang dan tentram.

c. Mengumpulkan buku-buku bekas layak pakai untuk disumbangkan kepada PKBM. Bagi Dinas Pendidikan Kecamatan

a. Dimohon ada bantuan yang berkaitan dengan buku-buku sumber dan administrasi sekolah.

b. Dimohon untuk lebih meningkatkan dukungan terhadap program paket B misalnya dengan memberikan bantuan rutin bagi penyelenggaraan Program Paket B Bagi Peneliti Lanjutan.

Masih banyak persoalan pada Program Paket B Citatah Endah Desa Citatah yang perlu digali dan ditingkatkan oleh para peneliti selanjutnya karena :

a. Penelitian ini baru sebagian kecil yang diangkat menjadi suatu penelitian ilmiah, yang berkaitan dengan kendala-kendala belajar warga belajar. Persoalan lain yang belum digali di antaranya tentang tutor, kurikulum, penyelenggaraan pakek dan lain sebagainya.


(3)

b. Jarang para peneliti yang mengadakan penelitian di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berkenaan langsung dengan program Paket B oleh karena itu merupakan peluang yang besar itu mengadakan penelitian.


(4)

133

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. D. ( 2002 ) Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Bogdan, R. C. dan Biklen, K. S. ( 1982 ) Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon : Boston London

Departemen Pendidikan Nasional ( 2003 ) Pedoman Penyelenggaraan Program Paket B Setara SLTP. Jakarta : Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono ( 1999 ) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Disdik Propinsi Jawa Barat ( 2006 ) Pamplet Program Paket B Setara SMP. Propinsi Jawa Barat Subdin PLS Kegiatan Peningkatan Pelayanan PLS dan Mutu PKBM

Hamalik, O. ( 2000 ) Teknologi dalam Pendidikan. Bandung : Yayasan Partisipasi Pembangunan Indonesia Biro Penulisan Buku Bandung

--- ( 2001 ) Model- Model Pembinaan Ketenagaan. Bandung : YP Permindo Bandung --- ( 1982 ) Mengajar Asas Metode dan Teknik Jilid I dan II Bandung. Pustaka Mestiana --- ( 2001 ) Proses Belajar Mengajar, Bandung Bumi Aksara.

--- ( 2004 ) Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung Un iversitas Pendidikan Indonesia

Hilgard, E. R. & Bower, G. H. ( 1975 ) Theories Of Learning , 4th Edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Moleong, L. J. ( 2000 ) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E ( 2006 ) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

--- ( 2002 ) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 ( 2005 ) tentang Standar Nasional Pendidikan, Bandung Fokusmedia.

Program Pendanaan Kompetisi ( PPK ) IPM Bidang Pendidikan Kabupaten Bandung ( 2007 ) Diktat Materi Bimbingan Teknik ( Bintek ) Penyelenggara Dikmas. Disdik Kabupaten Bandung.


(5)

Purwoko, S. ( 2000 ) Alih Bahasa “Pengelolaan Kelas yang Efektif Suatu Pendekatan Praktis”. Jakarta : Arcan.

Sagala, S. ( 2006 ) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Sanafiah, F. ( 1994 ) Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi. Malang : YA 3 Malang

Sanjaya, W. ( 2006 ) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Media Group

Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah ( 2006 ) Brosur Program Paket B Setara SMP. Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

Suderadjat, H. ( 2004 ) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : CV Cipta Cekas Grafika.

Sudjana D. ( 2001 ) Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan Sejarah Perkembangan, Falsafah Teori Pendukung, Asas. Bandung : Nusantara Press.

Sudjana, N. ( 2003 ) Makalah “Filsafat dan Hakekat Penelitian” Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

--- ( 2004 ) Makalah “Masalah dan Variabel Penelitian” Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sukmadinata, N. S. ( 2005 ) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Suparlan ( 2004 ) Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi sampai dengan Implementasi. Jogyakarta : Hikayat Publishing.

Suryasubrata, S. ( 2004 ) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Surya, M. ( 2004 ) Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quaisyi Syah, M. ( 2006 ) Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


(6)

135 Undang Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( 2003 ) Himpunan Peraturan

Perundangundangan Jakarta : Fokus Media.

Winataputra, U. S. ( 2006 ) Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Witherington, H.C. ( 1978 ) Educational Psycology, terjemahan M Buchori Jakarta : Aksara Baru