Peranan Wanita Jepang Tercermin Dalam Serial Drama 'Ballet Dancer Primadam'.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

プ マ いう マ い 反映さ 日本 女性 役目

序論

筆者 プ マ いう マ 分析 理 治維新 始 近 化

日本 女性 社会生活 い 変化 受け 近 化 流 結構変わ

伝統的 価値観 多少あ そ プ マ いう マ い 反映さ 日本

主婦 役目及び家父長制 性質 持 日本社会 う 女性 見 こ い 起こ

変化 あ

こ 研究 分析さ い 問題 女 役目及び 現 発生し 変化 限定さ い

こ 研究 目的 プリマ いう マ 日本 い 主婦 役目

う 及び現 社会 い 主婦 う 見 いうこ 知 あ

本論

寧 忠実 結婚し 四 時中 家族 え 女性 し イ ー 持

日本 女性 役目 治時 日本 行わ 発展し い 考え あ こ 関わ い

そ 良妻賢母 逐語的 良い妻 あ 賢 母 いう意味 持

良妻賢母 女 能率的 家庭 管理 こ 寄 及び病気 家族 世話

こ 及び子供 良く育 こ い 苦労 国 貢献 与え こ 良


(2)

Universitas Kristen Maranatha

時間 経 従い 女性 役目 発達し始 例え 女性 働くこ こ

及び女性 教育程度 上昇 あ し し こ 良妻賢母 考え 日本 女性 役

目 い く現 全 齢 女性 自分 家及び自分 家族 主要 優先 し

思う し家 活動 あ 彼女 全 ン あ こ し け

高い程度 教育 受け 日本 女性 家 事 いう面白い機会 あ ほ

母あ い 専任 妻 し 働くこ 日本 女性 家庭 管理 独占 彼女

家族 員 家庭 管理 分担し い 効果的 主婦 家事 終わ

常 多く残 時間 持 い

日本 女性 最優先 家族及び家庭 人生 あ 家庭 管理 こ 彼女

請求 あ し彼女 家 い 働 け い 場合 ほ 日本 女

性 働く時間 家族 世話 時間 衡 し行 い 家 い

事 活動 彼女 時 間 け 始 場合 そ 事 活動 家族 考え べ

従 こ マ い 主人 あ 万 佳奈 け家事 整理

し 良い ー イマー し 働い ー 練習し こ 時間 繰

良く う 頑張 い

良妻賢母 考え い 女性 結婚 主人 専念し う う しく え

主人 常 従う う 教え 近 主婦 こ 治時 い あ

役目 行わ け い 治時 行わ う 行わ く いい 思わ

こ こ 佳奈 主人 万 高太郎 佳奈 自分 同僚 者 食事 家 い


(3)

Universitas Kristen Maranatha

ー 練習 し い 主人 頼 佳奈 し く ー 練習 時間 犠牲

し け いこ

高太郎 佳奈 主人 家父長制 性質 持 日本社会 い 主人 あ 妻

う う しく え け いし 主婦 し い 自分 命 従う 思 い し

佳奈 妻 し 義務 集中し け い そ 家事 整理 こ 及び

あ 必要 い義務 能率的 辞 こ あ こ う こ 高太郎 ー

練習 真剣 あ 佳奈 反対し 高太郎 佳奈 使う暇 時間 佳奈 主婦及び妻 し

役目 邪魔 心配 あ

舞 及び 結 万 家 娘 し あ 母 義務 全 家事 こ

あ こ 分 い し 少女 彼女 佳奈 学校 必要

買わ 実際 彼女 自分 買うこ 思わ さ 彼女 佳

奈 飯 作 困 佳奈 手伝わ い

結論

プ マ いう マ い 主人 共演者 反映さ 主婦 役目 い

分析 結果 結論 こ マ 反映さ 日本 主婦 役目 家族 家 中 生

活 優先 こ 家庭 管理 彼女 請求 あ こ 及び彼女 家 働

け い場合 彼女 ほ 働く時間 家族 世話 時間 行 こ

あ 家 事 彼女 時間 け 場合 そ 事 家族 考え


(4)

Universitas Kristen Maranatha

ー イマー し 良く働い う 自分 時間 繰 く整理 し 頑張


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

KataPengantar i

Daftar Isi iv

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Pembatasan Masalah 5

1.3 Tujuan penelitian 5

1.4 Metode dan Teknik Penelitian 5

1.5 Organisasi Penulisan 7

Bab II Perempuan Jepang 8

2.1 Wanita Jepang Pada Zaman Meiji 8

2.2 Pengertian Ryousai Kenbo 10

2.3 Wanita Jepang pada Zaman Modern 6

Bab III Analisis Drama ‘Ballet Dancer Primadam’ 14

3.1 Kana Manda 14

3.2 Koutaro Manda 24

3.3 Mai Manda 31

3.4 Yui Manda 33

Bab IV Kesimpulan 36

Sinopsis V

Daftar Pustaka X


(6)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Masalah

Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih tetap ada sampai sekarang ini. Wanita Jepang memiliki citra sebagai seorang wanita yang sopan santun, setia, dan jika sudah menikah, akan melayani keluarganya 24 jam sehari. Hal ini membuat anggapan bahwa wanita Jepang adalah makhluk yang hidupnya terkungkung dan sulit berkembang, karena keterbatasan gerak dalam kegiatan sehari-hari.

Menjadi seorang istri merupakan salah satu tugas yang harus dijalani seorang wanita Jepang dalam lingkungan hidupnya. Karena menikah merupakan salah satu jalan yang harus dilalui dalam siklusnya agar dapat menjadi wanita yang seutuhnya seperti yang diinginkan oleh masyarakat sosial dan keluarganya, maka mereka pada umumnya menikah dan kemudian mempunyai anak –anak dan selanjutnya mengasuh kemudian membesarkan mereka dengan baik hingga dewasa dan mampu mandiri.

Adalah suatu paham yang membentuk bagaimana seharusnya kaum perempuan Jepang bersikap. 良妻賢母adalah paham yang berkembang di Jepang yang merupakan perpaduan antara konsep Eropa dan etika konfusianisme yang muncul pada zaman Meiji pada tahun 1877 yang masih bersifat feodal dan


(7)

2 Universitas Kristen Maranatha munculnya kembali pemikiran konfusianisme yang tidak menganggap perempuan sebagai pasangan yang setara bagi laki-laki dan memandang bahwa “perempuan tidak membutuhkan pengetahuan “ . Paham ini bertujuan untuk membentuk perempuan menjadi seorang istri yang baik dan ibu yang bijaksana yang mampu memberikan kontribusi pada negara dengan kerja kerasnya dalam mengatur rumah tangga secara efisien, menjaga lanjut usia dan anggota keluarga yang sakit, serta mendidik anak-anak dengan baik.1

Ryousai kenbo adalah bentuk penekanan dari hubungan antara suami dan istri, serta ibu dan anak yang dihubungkan dengan tujuan negara.良 妻 adalah sebagai istri yang melahirkan anak yang sehat dan istri yang melakukan perdamaian di dalam rumah tangga, sedangkan makna賢母 adalah ibu bijaksana yang dapat mendidik dan mengajar anak-anak dengan baik, sehingga mereka dapat mengabdi dengan sepenuh hati pada negara dan pada Kaisar sebagai prajurit dan pekerja masa depan.

Paham ini yang mengacu pada buku onna daigaku atau “Pelajaran Agung bagi Perempuan” yang ditulis Kaibara Ekiken pada tahun 1710, merupakan ajaran dasar bagi pembentukan perempuan ideal samurai, dan menjadi pegangan moral dasar dalam pendidikan bagi semua anak perempuan dari keluarga samurai. Di dalam buku itu dinyatakan bahwa satu-satunya tujuan perempuan adalah menikah dan menjadi ibu, dan tugas perempuan hanya melayani.

1 Sharo H.Nolte da Sally A Hasti gs.”The Meiji Policy Toward Wo e ” dala

Recreating Japanese Women 1600-1945,ed.Gail Lee Bernstein.(California,University of


(8)

3 Universitas Kristen Maranatha Meskipun tidak secara langsung pendidikan untuk perempuan zaman Meiji mengacu pada Onna Daigaku karya Kaibara Ekiken, akan tetapi elemen-elemen penting mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam ajaran tersebut sangat berpengaruh dalam mempolakan hubungan tersebut, seperti harus melayani suami layaknya majikan, dan memperhatikan kepatuhan dan ketaatan, dan pembagian wilayah domestik dan publik bagi laki-laki dan perempuan.

Bagi wanita Jepang saat ini, tetap berada di rumah dan bekerja seharian penuh mengurus pekerjaan rumah tangga secara berulang-ulang merupakan suatu hal yang di satu sisi dapat menjadi kebanggaan bagi wanita Jepang tetapi di sisi lain merupakan hal yang dapat membuat frustasi.2 Bagi wanita Jepang saat ini, menjadi ibu rumah tangga seutuhnya tidak lagi menawarkan tantangan yang cukup besar. Terutama bagi wanita urban dan sub urban, rumah terlalu kecil bagi mereka dalam menawarkan ruangan bagi hobi atau kesenangan mereka saat senggang atau saat mereka bosan.3 Atau bagi wanita yang dahulu sebelum menikah mempunyai cita-cita tinggi tetapi terhambat karena tatanan masyarakat mengharuskan mereka menjadi seorang istri dan ibu beserta semua kewajiban yang harus dijalani.

2

Sumiko iwao, Japanese Woman(traditional image and changing reality), hal 141. 3 Ibid


(9)

4 Universitas Kristen Maranatha Ada perubahan nilai-nilai dari paham ryousai kenbo pada para wanita Jepang saat ini, dimana paham ini telah menjadi standar etika bagi masyarakat Jepang yang patriarkal sejak zaman Meiji.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membahas drama Balet Dancer Primadam. Dalam drama ini secara khusus menonjolkan masalah tentang seorang ibu rumah tangga yang ingin merasakan hasratnya, dimana ia bisa menjadi diri sendiri, terlepas dari kewajiban-kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang ibu, yaitu menari balet. Sayangnya, suaminya tidak mengizinkan karena suaminya berpandangan seorang ibu rumah tangga lazimnya harus mengurus anak, mengurus suami dan memperhatikan kesejahteraan keluarganya. Suaminya Koutaro berpikiran jika Kana, tokoh utama yang adalah sebagai ibu rumah tangga dalam drama ini latihan balet, maka Kana akan melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Dan karena Koutaro merasa ia sudah menjalankan peranannya sebagai pencari nafkah untuk keluarganya dan harus sangat berjuang di kantor, ia menuntut perhatian dari keluarganya, terutama istrinya untuk melayani dia sepanjang hari.

Anak-anak Kana, Yui dan Mai, tidak suka ibunya latihan balet karena mereka menganggap ibunya sudah terlalu tua (44 tahun) untuk latihan balet dan terlihat konyol.Karena Yui dan Mai adalah anak perempuan juga, dimana mereka pasti mengerti, apa kewajiban seorang ibu rumah tangga seharusnya, karena mereka juga tahu jika mereka nanti menjadi ibu rumah tangga, mereka akan menjadi seperti ibunya juga.


(10)

5 Universitas Kristen Maranatha Kana, sebenarnya, selain karena ia berusaha untuk tetap latihan balet walaupun dilarang oleh suaminya dan tidak mendapat pengertian dari anak-anaknya, ia tetap semangat karena didukung oleh teman-temannya di tempat latihan balet. Teman-temannya bukan dari kalangan anak remaja, hampir semuanya adalah ibu rumah tangga.

Penulis tertarik akan drama ini karena melihat adanya kegigihan dari tokoh utama yang sudah dibentuk peranannya sebagai perempuan, sebagai ibu rumah tangga, untuk mengikuti hasratnya menjadi penari balet. Menari balet yang sebenarnya pernah dijalani sewaktu kecil tetapi terhenti karena masalah keuangan keluarga. Tokoh utama yang adalah ibu rumah tangga, untuk melakukan apa yang dia inginkan dan menjadi sumber kebahagiaannya, harus bersusah payah untuk itu. Penulis juga melihat bagaimana pandangan masyarakat Jepang yang berciri patriarki, memandang kaum perempuannya, yang dalam drama ini pandangan itu terlihat dari bagaimana suami tokoh utama memperlakukan istrinya, seperti menyuruh istri dengan isyarat agar menyiapkan air mandi, padahal istrinya belum menyelesaikan makan malamnya, pada waktu sang tokoh utama kakinya terkilir karena latihan balet, suaminya sama sekali tidak pengertian dengan tetap membiarkan istrinya menyediakan segala sesuatu untuknya tanpa dibantu, bahkan memarahi istrinya karena latihan balet, kakinya terkilir dan istrinya menjadi tidak becus dalam mengurus rumah. Tapi walaupun suaminya seperti itu, Kana tetap patuh pada suaminya, dan ia tetap ingin melakukan apa yang ia inginkan.

Karena hal-hal ini, penulis akan meneliti mengenai bagaimana pandangan masyarakat Jepang yang sifatnya patriarki memandang kaum perempuannya.


(11)

6 Universitas Kristen Maranatha I.2 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah seputar tokoh utama dalam drama, dengan membahas peran perempuan dan perubahan yang terjadi pada zaman sekarang. Perubahan pandangan terhadap peempuan merupakan fokus permasalahan yang akan dianalisis melalui drama “Ballet Dancer Primadam”.

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga di Jepang dan bagaimana mereka dipandang dalam masyarakat masa kini, melalui drama “Ballet Dancer primadam”.

I.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis naratif. Analisis berarti menguraikan, dan berasal dari bahasa Yunani, analyein („ana’=atas,’lyein’=lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.


(12)

7 Universitas Kristen Maranatha Dalam analisis naratif, penulis mengambil keseluruhan teks sebagai objek analisis, berfokus pada struktur kisah atau narasi. Narasi adalah sebuah komponen yang selalu dikandung setiap media dan bentuk kultural apapun. Dorongan untuk menarasikan muncul dalam tanggapan-tanggapan manusia pada dunia, penulis menafsirkan dunia melalui narativisasi. Narasi juga menyampaikan ideologi sebuah budaya, dan merupakan nilai-nilai dan ideal-ideal yang dihasilkan berulang-ulang secara kultural. Analisis naratif kerap digunakan untuk membongkar maksud ideologis sebuah karya.

Secara umum, analisis naratif mengharuskan untuk mengungkap struktur benda-benda kultural. Menaruh perhatian pada narasi mensyaratkan untuk tidak “terseret” oleh kisah tersebut, tetapi tetap tidak menolak sikap untuk memercayainya. Penulis menginterupsi kisah guna menganalisis dan menyelidikinya. Dalam analisis, perlu mengadopsi satu jarak kritis agar dapat memahami lebih baik bagaimana sebuah kisah dibangun.

Teks-teks yang paling sering menjadi sasaran analisis naratif adalah film dan program televisi. Analisis naratif masih menjadi landasan bagi banyak analisis dalam bentuk-bentuk tradisional seperti novel, puisi, dan drama. Analisis naratif dapat dijadikan cara untuk menemukan ideologi di balik struktur pesan yang tersembunyi di balik sebuah teks seperti misalnya “kebaikan mengalahkan kejahatan”. Sifat-sifat analisis setepatnya akan bergantung pada objek analisis.

Seyogyanya perlu mendapatkan suatu tinjauan atas teks dalam cara yang sangat abstrak, dan harus mengikuti langkah-langkah serupa, tidak masalah


(13)

8 Universitas Kristen Maranatha apakah akan menganalisis sebuah film, lirik lagu, atau sebuah program televisi, akan mendapatkan gagasan yang ingin penulis investigasi,. Penulis bisa melakukan analisis naratif hanya ketika telah mengembangkan dugaan penulis menjadi sebuah hipotesis.

Tahapan-tahapan dalam analisis naratif adalah, memilih teks dengan cermat karena melibatkan pembacaan yang sangat cermat, dan paling baik dilakukan pada teks dalam jumlah terbatas untuk mengawalinya. Penulis harus memilih sebuah film feature, episode drama, atau liputan sebuah berita.

Mengakrabi teks tersebut dengan menonton, membaca, mendengarkan beberapa kali dan memikirkan tema teks yang eksplisit. Tentang apa? Mengapa teks ini menarik? Lalu mendefinisikan hipotesis, apa yang ingin penulis katakan mengenai teks tersebut? Penulis perlu bertitik tolak dari minat pertama penulis terhadap teks dan mengarah pada sebuah dugaan mengenai teks tersebut. Saat penulis memiliki sebuah gagasan tentang apa yang penulis pikir menarik terkait dengan teks-teks tersebut, mengetahui apakah penulis bisa membuktikan mengapa. Kemudian, mencoba membuat sebuah pernyataan berkenaan dengan apa yang dimaksudkan untuk dibuktikan, atau dibuktikan kekeliruannya melalui analisis penulis. Itulah hipotesis.Setelah itu, menulis kerangka plot seperti tergambar di dalam teks. Berikan perhatian pada karakter-karakter dan urutan peristiwa ketika semua itu disampaikan. Menggunakan outline plot, menuangkan kisahnya sebagaimana itu terjadi secara kronologis. Apakah “kisah latar”-nya? Mengidentifikasi bagaimana plot berbeda dari urutan kronologis peristiwanya.


(14)

9 Universitas Kristen Maranatha Mengidentifikasi apakah dunia yang ada dalam teks berubah sebelum dan sesudah kisah, atau apakah tatanan lama telah dipulihkan kembali? Jika terdapat perubahan, penulis harus mengurutkan cara-cara dunia berubah sebelum dan sesudah kisah itu dengan mengaitkan data yang kita dapat sebagai narasi dari dunia yang terdapat dalam teks.

Mendefinisikan karakter sesuai dengan “fungsi” mereka di dalam plot. Lalu mengkaitkan temuan-temuan dengan hipotesis penulis, apakah analisis penulis menguatkan atau berkontradiksi dengan hipotesis yang pertama kali penulis miliki? Bukti apa yang telah penulis kumpulkan guna mendukung atau menentang gagasan penulis?

I.5 Organisasi Penulisan

Skripsi ini terdiri atas empat bab yang mempunyai gambaran umum sebagai berikut :

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian mengenai peranan ibu rumah tangga di Jepang dan bagaimana mereka dipandang dalam masyarakat.

Bab 2 membahas tentang data- data yang didapat mengenai peranan ibu rumah tangga zaman Meiji, paham Ryousai Kenbo dan peranan ibu rumah tangga zaman modern.


(15)

10 Universitas Kristen Maranatha Bab 3 membahas data-data pada bab dua dan dianalisis dalam drama “balet Dancer Primadam” yaitu ingin mengetahui perubahan peranan ibu rumah tangga di Jepang, bagaimana mereka dipandang peranannya dalam masyarakat, seperti apakah peranan ibu rumah tangga di Jepang itu yang terdapat dalam drama Ballet Dancer Primadam.

Bab 4 berisi tentang kesimpulan yaitu mengenai hasil akhir dari bab-bab sebelumnya tentang masalah yang dikaji.


(16)

63 Universitas Kristen Maranatha BAB IV

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil analisis mengenai peranan ibu rumah tangga Jepang pada tokoh utama dan beberapa tokoh pembantu dalam

drama “Ballet Dancer Primadam”. Dalam analisis ini, penulis bertujuan

memahami bagaimana peranan ibu rumah tangga di Jepang dan bagaimana mereka dipandang dalam masyarakat masa kini, melalui drama “Ballet Dancer

primadam”.

Peranan ibu rumah tangga di Jepang masa kini adalah memprioritaskan keluarga dan kehidupan di rumah, mengatur rumah tangga adalah suatu tuntutan bagi merka. Jika mereka harus bekerja di luar rumah, mayoritas akan menyeimbangkan waktu dari bekerja dan waktu untuk mengurus keluarga, jika pekerjaan di luar rumah mulai menyita waktu merka, maka hal itu akan menjadi objek pertimbangan bagi keluarganya, ini terlihat dari adegan Kana yang disini berusaha keras supaya bisa mengatur waktunya dengan baik supaya bisa latihan balet dan sebisa mungkin mengatur urusan rumah tangga juga bekerja dengan baik sebagai pekerja paruh waktu. Kana sering mengucapkan monolog “membagi

waktu”.

Peranan ibu rumah tangga di Jepang masa kini yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Meiji dengan adanya paham Ryousai Kenbo, yang mendoktrin kaum perempuan bagaimana seharusnya menjadi seorang istri dan ibu, yang mengajarkan bahwa perempuan harus berbakti kepada suaminya ketika menikah, melayaninya dengan hormat, dan selalu patuh pada suaminya terlihat pada adegan


(17)

64 Universitas Kristen Maranatha ketika suami Kana meminta Kana untuk menyiapkan makan malam di rumah untuk acara ramah tamah suami dan teman-temannya, padahal Kana harus bekerja dan ingin latihan balet. Kana sempat bertengkar dengan suaminya karena hal ini tetapi Kana akhirnya tetap menyiapkan makan malam bagi suami dan teman-teman kantor suaminya karena Kana memahami ia harus mematuhi suaminya apapun yang terjadi. Peranan berbakti kepada suaminya juga terlihat pada adegan dimana Koutaro melarang habis-habisan Kana latihan balet, walaupun Kana sudah memohon untuk bisa latihan kepada suaminya, tetapi karena suaminya tidak memperbolehkan sama sekali, akhirnya dengan berat hati Kana menurut, walaupun di akhir cerita Kana disetujui latihan balet karena Koutaro melihat Kana sebenarnya masih melakukan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.

Peranan ibu rumah tangga Jepang di masa kini adalah memonopoli manajemen rumah, ini terlihat dari adegan dimana Kana yang harus membelikan keperluan sekolah anaknya, Yui yang sudah SMP, padahal ia harus menyiapkan makan malam dan sudah malam untuk berbelanja Yui bertindak seperti ini karena seorang ibu rumah tangga harus memastikan kesejahteraan keluarganya dengan baik termasuk pendidikan anaknya.. Peranan ini juga terlihat dari Mai Manda yang bertanya kepada Kana mengapa ia harus membantu menyiapkan makan malam bagi suami dan teman-teman kantor suaminya. Ini karena Mai menganggap seluruh kerepotan yang berhubungan dengan urusan rumah tangga adalah kewajiban ibu rumah tangga Jepang, jadi Mai tidak merasa wajib membantu ibunya.


(18)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Mackie, Vera. 2003. Feminism In Modern Japan. Melbourne: Cambridge University Press. Nolte, Sharon H. dan Sally Ann Hastings. 1999. “The Meiji Policy Toward Women” dalam

RecreatingJapanese Women 1600-1945. Gail Lee Bernstein (ed.). California: University of California.

Rose, Barbara. 1992. Tsuda Umeko and Women’s Education in Japan. London. Yale University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumiko Iwao, Japanese Woman( Traditional Image and Changing reality)

Simulya, jenny, S.S., M.A.. 1997.Ryousaikenbo : Suatu Tujuan Pendidikan Wanita Jepang Pada Zaman Meiji. Simposium.

Stokes Jane. 2006. How To Do Media And Cultural Studies Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta; Bentang

Takamura Itsue. 1997. Nihon Joseishi. Tokyo: Kodansha Bunko. The Kodansha Encyclopedia of Japan. 1984. Tokyo : Kodansha Ltd.

Wulandari, Endah H.. 2003’gerakan Feminisme Jepang Studi tentang Gerakan Protes Ketidakadilan terhadap Perempuan pada Awal Zaman Modern’ dalam Wacana, Vol. 5 No.1. Jakarta : FIB

Yuko, takahashi, Ph. D. 1994. Umeko Tsuda and educational Reform in Modern Japan from Bicultural Child to International Feminist. Washington Dc: University Microfilm International.

SUMBER INTERNET

www.bookrags.com/history/imperial-rescript-on-education-ema-03/

www.geocities.jp/nakanolib/

www.en.wikipedia.org/wiki/Maria_Mies www.reference.com/encylopedia/confucianism


(1)

8 Universitas Kristen Maranatha apakah akan menganalisis sebuah film, lirik lagu, atau sebuah program televisi, akan mendapatkan gagasan yang ingin penulis investigasi,. Penulis bisa melakukan analisis naratif hanya ketika telah mengembangkan dugaan penulis menjadi sebuah hipotesis.

Tahapan-tahapan dalam analisis naratif adalah, memilih teks dengan cermat karena melibatkan pembacaan yang sangat cermat, dan paling baik dilakukan pada teks dalam jumlah terbatas untuk mengawalinya. Penulis harus memilih sebuah film feature, episode drama, atau liputan sebuah berita.

Mengakrabi teks tersebut dengan menonton, membaca, mendengarkan beberapa kali dan memikirkan tema teks yang eksplisit. Tentang apa? Mengapa teks ini menarik? Lalu mendefinisikan hipotesis, apa yang ingin penulis katakan mengenai teks tersebut? Penulis perlu bertitik tolak dari minat pertama penulis terhadap teks dan mengarah pada sebuah dugaan mengenai teks tersebut. Saat penulis memiliki sebuah gagasan tentang apa yang penulis pikir menarik terkait dengan teks-teks tersebut, mengetahui apakah penulis bisa membuktikan mengapa. Kemudian, mencoba membuat sebuah pernyataan berkenaan dengan apa yang dimaksudkan untuk dibuktikan, atau dibuktikan kekeliruannya melalui analisis penulis. Itulah hipotesis.Setelah itu, menulis kerangka plot seperti tergambar di dalam teks. Berikan perhatian pada karakter-karakter dan urutan peristiwa ketika semua itu disampaikan. Menggunakan outline plot, menuangkan kisahnya sebagaimana itu terjadi secara kronologis. Apakah “kisah latar”-nya? Mengidentifikasi bagaimana plot berbeda dari urutan kronologis peristiwanya.


(2)

9 Universitas Kristen Maranatha Mengidentifikasi apakah dunia yang ada dalam teks berubah sebelum dan sesudah kisah, atau apakah tatanan lama telah dipulihkan kembali? Jika terdapat perubahan, penulis harus mengurutkan cara-cara dunia berubah sebelum dan sesudah kisah itu dengan mengaitkan data yang kita dapat sebagai narasi dari dunia yang terdapat dalam teks.

Mendefinisikan karakter sesuai dengan “fungsi” mereka di dalam plot. Lalu mengkaitkan temuan-temuan dengan hipotesis penulis, apakah analisis penulis menguatkan atau berkontradiksi dengan hipotesis yang pertama kali penulis miliki? Bukti apa yang telah penulis kumpulkan guna mendukung atau menentang gagasan penulis?

I.5 Organisasi Penulisan

Skripsi ini terdiri atas empat bab yang mempunyai gambaran umum sebagai berikut :

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian mengenai peranan ibu rumah tangga di Jepang dan bagaimana mereka dipandang dalam masyarakat.

Bab 2 membahas tentang data- data yang didapat mengenai peranan ibu rumah tangga zaman Meiji, paham Ryousai Kenbo dan peranan ibu rumah tangga zaman modern.


(3)

10 Universitas Kristen Maranatha Bab 3 membahas data-data pada bab dua dan dianalisis dalam drama “balet Dancer Primadam” yaitu ingin mengetahui perubahan peranan ibu rumah tangga di Jepang, bagaimana mereka dipandang peranannya dalam masyarakat, seperti apakah peranan ibu rumah tangga di Jepang itu yang terdapat dalam drama Ballet Dancer Primadam.

Bab 4 berisi tentang kesimpulan yaitu mengenai hasil akhir dari bab-bab sebelumnya tentang masalah yang dikaji.


(4)

63 Universitas Kristen Maranatha BAB IV

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil analisis mengenai peranan ibu rumah tangga Jepang pada tokoh utama dan beberapa tokoh pembantu dalam drama “Ballet Dancer Primadam”. Dalam analisis ini, penulis bertujuan memahami bagaimana peranan ibu rumah tangga di Jepang dan bagaimana mereka dipandang dalam masyarakat masa kini, melalui drama “Ballet Dancer primadam”.

Peranan ibu rumah tangga di Jepang masa kini adalah memprioritaskan keluarga dan kehidupan di rumah, mengatur rumah tangga adalah suatu tuntutan bagi merka. Jika mereka harus bekerja di luar rumah, mayoritas akan menyeimbangkan waktu dari bekerja dan waktu untuk mengurus keluarga, jika pekerjaan di luar rumah mulai menyita waktu merka, maka hal itu akan menjadi objek pertimbangan bagi keluarganya, ini terlihat dari adegan Kana yang disini berusaha keras supaya bisa mengatur waktunya dengan baik supaya bisa latihan balet dan sebisa mungkin mengatur urusan rumah tangga juga bekerja dengan baik sebagai pekerja paruh waktu. Kana sering mengucapkan monolog “membagi waktu”.

Peranan ibu rumah tangga di Jepang masa kini yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Meiji dengan adanya paham Ryousai Kenbo, yang mendoktrin kaum perempuan bagaimana seharusnya menjadi seorang istri dan ibu, yang mengajarkan bahwa perempuan harus berbakti kepada suaminya ketika menikah, melayaninya dengan hormat, dan selalu patuh pada suaminya terlihat pada adegan


(5)

64 Universitas Kristen Maranatha ketika suami Kana meminta Kana untuk menyiapkan makan malam di rumah untuk acara ramah tamah suami dan teman-temannya, padahal Kana harus bekerja dan ingin latihan balet. Kana sempat bertengkar dengan suaminya karena hal ini tetapi Kana akhirnya tetap menyiapkan makan malam bagi suami dan teman-teman kantor suaminya karena Kana memahami ia harus mematuhi suaminya apapun yang terjadi. Peranan berbakti kepada suaminya juga terlihat pada adegan dimana Koutaro melarang habis-habisan Kana latihan balet, walaupun Kana sudah memohon untuk bisa latihan kepada suaminya, tetapi karena suaminya tidak memperbolehkan sama sekali, akhirnya dengan berat hati Kana menurut, walaupun di akhir cerita Kana disetujui latihan balet karena Koutaro melihat Kana sebenarnya masih melakukan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.

Peranan ibu rumah tangga Jepang di masa kini adalah memonopoli manajemen rumah, ini terlihat dari adegan dimana Kana yang harus membelikan keperluan sekolah anaknya, Yui yang sudah SMP, padahal ia harus menyiapkan makan malam dan sudah malam untuk berbelanja Yui bertindak seperti ini karena seorang ibu rumah tangga harus memastikan kesejahteraan keluarganya dengan baik termasuk pendidikan anaknya.. Peranan ini juga terlihat dari Mai Manda yang bertanya kepada Kana mengapa ia harus membantu menyiapkan makan malam bagi suami dan teman-teman kantor suaminya. Ini karena Mai menganggap seluruh kerepotan yang berhubungan dengan urusan rumah tangga adalah kewajiban ibu rumah tangga Jepang, jadi Mai tidak merasa wajib membantu ibunya.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Mackie, Vera. 2003. Feminism In Modern Japan. Melbourne: Cambridge University Press.

Nolte, Sharon H. dan Sally Ann Hastings. 1999. “The Meiji Policy Toward Women” dalam

RecreatingJapanese Women 1600-1945. Gail Lee Bernstein (ed.). California: University of California.

Rose, Barbara. 1992. Tsuda Umeko and Women’s Education in Japan. London. Yale University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumiko Iwao, Japanese Woman( Traditional Image and Changing reality)

Simulya, jenny, S.S., M.A.. 1997.Ryousaikenbo : Suatu Tujuan Pendidikan Wanita Jepang Pada Zaman

Meiji. Simposium.

Stokes Jane. 2006. How To Do Media And Cultural Studies Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian

dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta; Bentang

Takamura Itsue. 1997. Nihon Joseishi. Tokyo: Kodansha Bunko.

The Kodansha Encyclopedia of Japan. 1984. Tokyo : Kodansha Ltd.

Wulandari, Endah H.. 2003’gerakan Feminisme Jepang Studi tentang Gerakan Protes Ketidakadilan

terhadap Perempuan pada Awal Zaman Modern’ dalam Wacana, Vol. 5 No.1. Jakarta : FIB

Yuko, takahashi, Ph. D. 1994. Umeko Tsuda and educational Reform in Modern Japan from Bicultural

Child to International Feminist. Washington Dc: University Microfilm International.

SUMBER INTERNET

www.bookrags.com/history/imperial-rescript-on-education-ema-03/

www.geocities.jp/nakanolib/

www.en.wikipedia.org/wiki/Maria_Mies www.reference.com/encylopedia/confucianism