Gambaran Keadaan 'Maid Cafe' Di Jepang Yang Tercermin Pada Film Mini-Drama 'Meido In Akihabara'.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

in

反映

日本

状況

ケ.チ ン

0442023

タ教大学 文学部 日本大学日本大科

バン ン


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

序論

二十世紀 入 秋葉原地区 電気街 有 い

二十世紀 電気機関街 宅 コ プ ー 街 変わ

あ 証拠 一 秋葉原 多く フ 一業 現わ

あ フ イ コ プ 着 う 義務付

い コ プ フ いう言葉 流行 い

2003年 宅 集 コ プ フ 種

イ フ 現わ あ

イ フ 他 ン 喫茶店 う あ

イ 英国 イ う 服装 客 下女 う

サービ 施 あ イ フ 持ち主 創造 作

い ほ フ 比べ ユ ーク 形

い イ

イ 服装 い ほ 店内 インテ ア 派手

ター ア キ クター 人間 飾

い 出現 以来 商業 利益 い

イ フ 東京 日本 大都 く く現わ

い イ フ 来 客 ほ 変質 珍裝 宅

いう部類 人間 あ 女男 問わ 最近 十八才 五


(3)

Universitas Kristen Maranatha

in

秋葉原 あ イ フ

あ 本論 イ フ い

社会的役割 果 社会 い 貢献 い 分折

本論

い inあ 映画 一人 云キ バキ サキ

いう人物 秋葉原 イ いう イ フ 働く

推 いう話 始 イ フ 初 知 サキ

イ フ 精神的葛藤 抱い い 私 サキ

精神的葛藤 通 日本 イ フ い 分析 あ

第一章 普通 フ 異 イ フ い 述べ

イ フ 雰囲気 見 サキ フ い 感 対

イ 考え 持 う 実際 イ フ フ

一種 入 あ 店内 ー 派手 装飾 飾

イ イ 風 服装 い フ あ 変わ

い あ 店内 う 秋葉原周辺 住民 魅了

あ イ イ 如 態度 客 主人様


(4)

v Universitas Kristen Maranatha

―般的 い イ フ サービ い 述べ 先 述べ

う イ イ 風 服装 ア 出演キ ク

タ う 振舞い 尊敬語 使う あ 例え

帰 い 主人様

(Episode 1; 00:07:37)

待 い 萌え

(Episode 1; 00:08:46)

う 方 愛情 求 客 ち 喜 あ

う 云 キ バク 方 異 い

次 章 イ フ イ 大会 述べ イ

来 客 要求 イ 大会 行わ

客 ち 特 宅 ち 大会 通 何 アイ 化

あ 宅 ち 自分 好 自分

ケッ 金 出 厭わ い あ

最後 章 イ フ 守 経営者従業員 ち 客

ち 努力 述べ イ く 潰 う

い あ 客 特 宅 自分 ち イ フ 一員 あ

思い フ 守 う い あ イ フ 存在感

失 彼 受 入 く 場所 あ 人 ち 頑


(5)

Universitas Kristen Maranatha

結論

イ フ い 分析 試 結果 次 結論 引 出

一. 普通 フ 異 い イ フ 悪いイ ー

二. 娯楽施設 一種 イ フ 社会 対 プ 状況

三. イ フ 存在感 失 人 ち 暖く返え く 場所


(6)

v Universitas Kristen Maranatha

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Metode penelitian ... 5

1.5 Organisasi Penelitian ... 8

BAB II MAID CAFÉ DI JEPANG 2.1 Definisi Maid Café ... 10

2.2 Awal Munculnya Maid Café Di Akihabara Dan Perkembangannya ... 14

2.3 Ciri Khas Maid Café ... 17

2.3.1 Seragam Para WaitressMaid Café ... 18

2.3.2 Interior Ruangan Maid Café ... 19

2.3.3 Para Pengunjung Maid Cafe ... 20

2.4 Service Pada Maid Café ... 22

2.5 Makanan Dan Minuman Pada Maid Café ... 24


(7)

Universitas Kristen Maranatha BAB III ANALISIS “MEIDO IN AKIHABARA

3.1 Konflik Saki Pada Awal Bekerja Sebagai Pelayan Maid Café ... 27

3.1.1 Maid Café Yang Berbeda Dengan Café-Café Pada Umumnya ... 27

3.1.2 Para Tamu Otaku Di Maid Café ... 31

3.2 Pelayanan Para Maid Yang Menghibur Para Tamu ... 36

3.3 Kompetisi Antar Para WaitressMaid Café ... 41

3.4 Usaha Mempertahankan Maid Café Di Akihabara ... 45

BAB IV KESIMPULAN ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... vi

LAMPIRAN ... viii

SINOPSIS ... xv RIWAYAT HIDUP PENULIS


(8)

viii

LAMPIRAN I


(9)

ix

LAMPIRAN II

GAMBAR SUASANA MAID CAFÉ DI JEPANG

Maid Café “Cos-Cha”


(10)

x PARA WAITRESS MAID CAFÉ DI JEPANG

Waitress Maid Café “Mai;lish” Waitress Maid Café “Royal Milk” GAMBAR MENU MAKANAN DAN MINUMAN MAID CAFÉ DI JEPANG


(11)

xi

LAMPIRAN III

GAMBAR SUASANA MAID CAFÉ PADA FILM “MEIDO IN

AKIHABARA”

PENGENALAN TOKOH-TOKOH PADA FILM “MEIDO IN AKIHABARA

Nama: MAKO


(12)

xii

Saki merupakan seorang mantan waitress bar malam. Ia menjadi waitress di Maid

Café, Akihabara karena membutuhkan pekerjaan setelah dipecat dari bar karena membuat masalah dengan Yakuza. Ia sama sekali tidak tahu mengenai Maid Café sehingga mengalami kesulitan ketika bekerja.

Nama: Fujita Mariko 藤田真梨子 Berperan sebagai: Himeko ひめこ

Hime merupakan seorang waitress di Maid CaféMeido no Miyage”. Ia gemar ber-cosplay sehingga merasa senang dapat bekerja di Maid Café.

Nama: Odamari Risa 小田切理紗 Berperan sebagai: Miyabi ミヤビ

Miyabi merupakan seorang waitress terfavorit di Maid CaféMeido no Miyage”. Ia sangat berpengalaman melayani para tamu. Karena sifatnya yang tidak suka kalah, ia bersaing dengan Saki untuk mempertahankan statusnya sebagai waitress terfavorit. Ia memiliki cita-cita menjadi aktris.


(13)

xiii Nama: Nakakura Kentarou 中倉健太郎 Berperan sebagai: Negishi Hajime 根岸肇役

Hajime merupakan salah seorang pelanggan tetap Maid CaféMeido no Miyage”. Ia seorang otaku yang menyukai Ultraman. Ia mengidolakan Saki pada pandangan pertama.

Nama: Yoshio Katsuyoshi 吉岡毅志 Berperan sebagai: Maeno Mitsugu 前野貢

Mitsugu pun merupakan salah seorang pelanggan tetap Maid CaféMeido no

Miyage”. Ia sangat mengidolakan Miyabi.

Nama: Andre アンドレ


(14)

xiv

Kinkaku merupakan seorang Yakuza dari Kabuki-cho. Ia datang ke Akihabara untuk membuka sebuah usaha bar malam. Namun, ia secara tidak sengaja menemukan Saki yang ia cari-cari selama ini. Kemudian ia dan Ginkaku berusaha mengambil alih CaféMeido no Miyage” secara paksa untuk dibangun bar malam.

Nama: Koshimura Yuuichi 越村雄一 Berperan sebagai: Ginkaku 銀角

Ginkaku merupakan anggota Yakuza bawahan Kinkaku. Ketika ia sedang melihat-lihat daerah Akihabara untuk membuka bar malam karena disuruh oleh Kinkaku, secara tidak sengaja ia masuk ke Maid CaféMeido no Miyage” dan bertemu Saki.


(15)

xv

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nike Chendra

Alamat : JL. Bihbul Mekar no. 47

Kopo Permai Bandung, 40225

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 10 Maret 1986

Nama Ayah : Ong Nan Tjiang

Nama Ibu : Lim Tjing Lang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1989 – 1991 : TK BPK 5 Penabur, Bandung

1991 – 1998 : SD BPK 5 Penabur, Bandung

1998 – 2001 : SLTPK 4 BPK Penabur, Bandung

2001 – 2004 : SMA Santa Maria I, Bandung

2004 – 2009 : Universitas Kristen Maranatha

Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang,


(16)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

秋 葉 原 (Akihabara) adalah salah satu distrik yang terdapat di 東 京 (Tǀkyǀ). Distrik 秋葉原(Akihabara) merupakan kawasan yang banyak menjual berbagai macam perangkat elektronik, hardware komputer dan mesin-mesin yang sejenis sehingga pada abad ke-21 dijuluki sebagai Akihabara Electronic Town. Kemudian distrik Akihabara mengalami perubahan1, dari kota sarana elektronik menjadi kota sarana 宅(otaku)2 dan cosplayers3. Ai Ohara4 yang mempelajari fenomena otaku di Institut Penelitian Nomura menyatakan bahwa toko yang menjual berbagai merchandise figure アニメ(anime), 漫画(manga/komik Jepang), dan game kegemaran para otaku tersebut dapat menghasilkan empat milyar dollar pada tahun 2004. Setiap tahunnya kurang lebih ada dua ratus ribu orang datang ke Akihabara untuk melakukan kegiatan rutin mereka, seperti membeli barang kegemarannya untuk dikoleksi serta mengikuti setiap event cosplay, anime, manga, game, dan lain-lain.

1

http://sotokanda.net/his_cafe.html

2

julukan bagi orang Jepang yang sangat menggemari sesuatu hal bahkan hingga kebanyakan orang tersebut sangat terobsesi terhadap hal yang digemarinya

3

berasal dari kata costume dan play, merupakan kegiatan seseorang untuk meniru cara berpakaian kostum seperti salah satu karakter anime, manga maupun video game yang digemarinya

4


(17)

2 Universitas Kristen Maranatha Pada tahun 2003, distrik tempat berkumpul para otaku tersebut, banyak kedai kopi yang cenderung beralih pada para otaku. Beberapa café baru membuka usahanya dengan memakai gaya penampilan cosplay yang merupakan kegemaran para otaku sehingga café-café tersebut menjadi populer. Karena itu, istilah Maid Café pertama kali muncul dalam dunia hiburan Jepang di Akihabara. Maid Café merupakan restoran atau kedai kopi seperti pada umumnya, perbedaannya adalah semua pelayannya ber-cosplay Maid ala Inggris dengan memberikan service-service yang terbilang unik seperti melayani tamu bagaikan melayani majikan atau tuan rumah.

Setelah kemunculan Maid Café, bisnis ini terlihat berkembang cukup pesat menjadi lahan bisnis yang menguntungkan, kepopulerannya terbukti dengan semakin banyaknya Maid Café yang muncul di kota-kota besar Jepang5, seperti 東 京 (Tǀkyǀ), 北海道 (Hokkaidǀ), 大阪 (ƿsaka), 広島 (Hiroshima), 千葉 (Chiba), dan sebagainya hingga mencapai ke luar negeri, seperti Korea, China, Taiwan6. Selain itu, pada awalnya café tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen utamanya, yaitu para otaku, dan sejalan dengan semakin populernya Maid Cafe, konsumen yang datang pun semakin bertambah. Bermacam-macam tamu yang tertarik untuk datang ke Maid Café, seperti para pria hingga wanita yang berusia sekitar 18 tahun sampai 58 tahun.

Dengan melihat definisi dan keunikan Maid Café secara garis besar seperti di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui seperti apakah gambaran kondisi

5

http://cafe.maid.sc/

6


(18)

3 Universitas Kristen Maranatha Maid Café, khususnya di Jepang yang sedang populer melalui referensi drama ” めいどinあき ら” (Meido In Akihabara).

Drama ini secara khusus memperlihatkan suasana kegiatan di dalam sebuah Maid Café di Akihabara dengan gaya pelayanan para Maid yang khas ketika melayani para tamunya. Film ini menceritakan kisah suka duka seorang wanita mantan pegawai bar malam di Akihabara yang bernama Saki. Pada suatu hari Saki terlibat masalah dengan くざ (yakuza)7 yang menyebabkan ia tidak bisa lagi bekerja di bar tersebut. Maka dengan terpaksa Saki pun pindah kerja ke sebuah café bernama “Meido no Miyage” yang direkomendasikan oleh temannya. Pada awal hari pertama bekerja, Saki sangat terkejut dan tidak dapat bekerja dengan baik karena ternyata suasana café tersebut sangat berbeda dengan café pada umumnya. Keadaan café-nya berdesain ala Inggris klasik yang berkesan わいい (kawaii / imut) dan 萌え (moe / berbunga-bunga), bagaikan di dalam dunia anime. Tampak semua pelayannya ber-cosplay Maid ala Inggris dan meniru karakter anime dan para tamunya pun hampir seluruhnya para otaku. Beberapa saat kemudian Saki baru mengetahui bahwa café tempat ia bekerja tersebut merupakan Maid Café. Karena merasa tertantang, dan adanya masalah keuangan yang mendesak, maka Saki pun mulai belajar menjadi seorang Maid yang handal. Dalam episode-episode selanjutnya muncul konflik-konflik, seperti keberadaan Maid Café dan para otaku sebagai tamunya yang dianggap aneh dan tidak bermanfaat oleh masyarakat pada umumnya, dan sebagainya. Dalam keseluruhan

7


(19)

4 Universitas Kristen Maranatha drama ini memperlihatkan gambaran kegiatan-kegiatan dalam sebuah Maid Café di Akihabara. Drama “Meido In Akihabara” diproduksi pada tahun 2005, berdurasi pendek sejumlah enam episode dan ceritanya ditulis oleh Kei Nakata dan Yoshiaki Tago.

Keunikan Maid Café menjadi semakin populer di Jepang hingga sekarang. Penulis pun merasa tertarik dan menemukan berbagai daya tarik Maid Café yang semakin diminati oleh berbagai kalangan masyarakat Jepang maka penulis tertarik membahas keadaan Maid Café di Jepang.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi fenomena Maid Café di Jepang sebagai kajian utama dalam penelitian ini. Permasalahan mencakup menganalisis Maid Café yang terdapat pada film mini-drama “Meido In Akihabara” yang diasumsikan sebagai gambaran Maid Café di Jepang yang sebenarnya.

Penulis juga akan menggunakan buku referensi “Maid Café Style” serta artikel-artikel koran dan internet Jepang sebagai acuan informasi yang lebih detail untuk beberapa Maid Café yang berada pada distrik Akihabara serta lokasi Maid Café lainnya yang berada di Jepang saat ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

• Untuk mengetahui bagaimana keadaan Maid Café di Jepang yang terlihat pada film mini-drama “Meido In Akihabara” dengan mencari dan menganalisis


(20)

5 Universitas Kristen Maranatha peranan sosial Maid Café.

• Mengetahui kontribusi Maid Café terhadap masyarakat sehingga keberadaan Maid Café dapat dipandang positif.

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam bukunya, “Teori, Metode, dan Teknik Penelitian”, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif analisis terdiri dari gabungan dua metode yang tidak saling bertentangan. Maka, metode ini termasuk salah satu jenis dan pelaksanaan metode deskriptif, yaitu analisis pekerjaan dan aktivitas. Menurut kata analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai) dapat berarti memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya dengan menguraikan suatu hal dengan tujuan mengetahui penyebabnya. Pada umumnya, metode merupakan cara-cara mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data dengan tujuan efisiensi, dengan cara menyederhanakan. Menurut bukunya, “Metode Penelitian”, Moh. Nazir yang telah diasumsikan dengan hakikat imajinasi maka penelitian dilakukan melalui pemahaman, bukan pembuktian. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.

Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Maka secara garis besar, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.


(21)

6 Universitas Kristen Maranatha Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Pernyataan deskriptif yang merupakan abstraksi tahap pertama dari kejadian masyarakat yang kongkret, disebut fakta sosial (social fact). Sedangkan, keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian sebuah analisis atau kesimpulan tersebut disebut data8. Penelitian deskriptif memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, sehingga akhirnya dapat membantu dalam pembentukan teori baru atau memperkuat teori lama. Masalahnya sudah jelas, tetapi langkah yang terpenting adalah penegasan dari konsep-konsep relevan. Langkah ini merupakan sifat yang pokok dari penelitian deskriptif9.

Beberapa kriteria umum dari penelitian dengan metode deskriptif10, yaitu:

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta; Balai Pustaka. Hal 187

9

Koentjoroningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

10


(22)

7 Universitas Kristen Maranatha 1. Masalah yang dirumuskan harus layak, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas. 2. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum 3. Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan

opini.

4. Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.

5. Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.

6. Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Studi yang dilakukan pun meliputi terhadap kelakuan-kelakuan para waitress Maid Café dan gerak-gerik mereka dalam melakukan suatu aktivitas, dan sebagainya. Dengan analisa ini akan diperoleh gambaran mengenai isi suatu dokumen. Dokumen utama yang diteliti, yaitu berupa film. Film tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasi menurut kriteria ceritanya, dan dianalisa atau dinilai. Penyelidikan berupa pengumpulan data pada data yang dikuantifikasi dengan intensitas faktor tertentu yang terdapat dalam film itu. Dalam penelitian karya ilmiah ini, tujuan-tujuan yang dicapai adalah untuk menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau


(23)

8 Universitas Kristen Maranatha tentang satu proses yang sedang berlangsung pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya. Dengan metode ini, mula-mula penulis akan mendeskripsikan data fakta-fakta, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya dan terfokus pada sebuah struktur fenomena, menguraikan inti dari struktur tersebut dan menghasilkan sebuah jawaban dari yang tidak jelas menjadi jelas, kemudian dianalisis dan diinterprestasikan.

1.5 Organisasi Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan membagi penelitian ini ke dalam empat bab.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan akan menampilkan latar belakang mengapa penulis memilih judul “Gambaran Keadaan Maid Café Di Jepang Yang Tercermin Pada Film Mini-Drama Meido In Akihabara”. Penulis juga mencantumkan pembatasan masalah, tujuan penelitian untuk memperjelas sejauh mana penulis membahas mengenai Maid Café. Selain itu juga metode penelitian dan organisasi penulisan.

BAB II MAID CAFÉ DI JEPANG

Bab II berisi segala hal tentang Maid Café, yang meliputi definisi Maid Café, awal muncul Maid Café dan perkembangannya, serta ciri khas Maid Café di Akihabara yang akan digunakan untuk menganalisis masalah.


(24)

9 Universitas Kristen Maranatha BAB III ANALISIS “MEIDO IN AKIHABARA”

Bab III berisi analisis keadaan Maid Café yang terdapat pada film drama “Meido In Akihabara” yang diasumsikan sebagai gambaran Maid Café di Jepang yang sebenarnya untuk mengetahui peranan sosial Maid Café, serta mencari kontribusi Maid Café terhadap masyarakat sehingga keberadaan Maid Café dapat dipandang positif.

BAB IV KESIMPULAN

Bab IV berisi kesimpulan yang diambil dari hasil analisis yang dilakukan pada Bab III.


(25)

51 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap film mini-drama “Meido In Akihabara”, penulis mengambil beberapa kesimpulan mengenai gambaran keadaan Maid Café di Jepang, yang dijabarkan sebagai berikut:

Maid Café merupakan sebuah café yang berbeda dengan café-café pada umumnya. Kebanyakan Maid Café muncul dan popular di distrik Akihabara, Jepang. Pada umumnya, keadaan suasana Maid Café yang diperlihatkan dalam film “Meido In Akihabara” memberikan kesan yang negatif bagi orang-orang yang baru pertama kali melihatnya. Hal itu disebabkan karena semua desain interior Maid Café menggunakan warna-warna cerah yang mencolok dan kain-kain berenda sehingga menimbulkan kesan feminim, serta adanya para waitress yang kebanyakan ber-cosplay seragam maid dan juga banyaknya tamu dari kalangan otaku.

Dilihat dari segi fungsional, gaya ruangan Maid Café yang serba mencolok itu karena menyadari akan semakin banyaknya komunitas otaku terutama pada distrik Akihabara. Maka, Maid Café muncul dengan tujuan awal untuk menarik konsumen dari komunitas otaku. Hal itu pun dilihat dari hobi para otaku yang gemar mengoleksi semua hal yang bersangkutan dengan dunia fantasi yang disukainya. Dengan menitikberatkan komunitas otaku itu, Maid Café dibuka dengan menyediakan semua kebutuhan imajinasi yang disesuaikan dengan selera favorit para otaku. Salah satunya seragam para waitress yang berupa image


(26)

52 Universitas Kristen Maranatha seorang maid karena maid menunjukkan gambaran seseorang wanita yang bertugas memberikan pelayanan dan kepatuhan.

Tetapi, gambaran keadaan Maid Café yang seperti itu bukan berarti Maid

Café merupakan café yang sejenis dengan cabaret club atau bar malam. Pada dasarnya Maid Café sangat menegaskan terhadap adanya larangan bersikap tidak senonoh. Karena hal tersebut dapat mengundang salah persepsi masyarakat sekitar mengenai Maid Café yang sebenarnya. Dalam film mini-drama “Meido In

Akihabara” pun diperlihatkan bahwa larangan ini menjadi perbedaan antara Maid

Café dengan cabaret club sekaligus keunggulan Maid Café yang disukai oleh para

otaku.

Namun ada sebagian masyarakat Jepang pada umumnya yang memberikan pendapat yang positif terhadap Maid Café, yaitu orang-orang yang mencoba pelayanan di Maid Café dan sekaligus menikmatinya sebagai suatu hiburan. Keadaan negara Jepang dalam film mini-drama ini mewakili keadaan sosial masyarakat Jepang yang semakin sibuk karena Jepang yang semakin berkembang. Kondisi tersebut mengakibatkan merenggangnya hubungan sosial yang mengakibatkan semakin tidak ada rasa kepedulian pada sekalangan masyarakatnya bahkan hingga dalam sebuah keluarga. Kehadiran Maid Café diakui sebagian kalangan masyarakat Jepang tersebut menjadi salah satu hiburan karena adanya faktor yang mengutamakan pelayanan dengan setulus hati, yang dengan kata lain memberikan rasa kasih sayang. Maka, sebagai salah satu usaha di bidang hiburan tersebut pun turut mempengaruhi keadaan sosial sebagian kalangan masyarakat Jepang, terutama para otaku. Meskipun tata cara pelayanan


(27)

53 Universitas Kristen Maranatha

Maid Café tersebut berlebihan dan unik.

Inilah yang kemudian menjadi salah satu sisi positif Maid Café. Maid Café ini digambarkan sebagai tempat yang menerima berbagai macam tamu apa adanya. Para otaku, wanita, orang asing, hingga orang-orang lanjut usia, walaupun dengan berbagai status latar belakang pun diterima dengan tangan terbuka sekaligus dihargai akan keberadaannya. Pada film terlihat para tamu otaku yang menjadi aktif dan banyak berkomunikasi dengan lawan jenisnya walaupun masih canggung ketika berada di Maid Café.


(28)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Kedua. Jakarta; Balai Pustaka

Echols, John M.-Shadily Hassan. 1976. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta; PT.Gramedia

Koentjoroningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

広辞苑, 第四版1, 岩波書店

Matsuura Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto, Jepang; Kyoto Sangyo University Press

Moh. Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia

二見書房. 2005. Maid Café Style. 東京都千代田区神田保町; 発行株式会社 Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. 1998, Pengantar Penelitian Ilmiah

(Dasar, Metode dan Teknik), Edisi Kedelapan, Bandung; Tarsito

Ratna, Nyoman Kutha S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Film

メイドinア ラ

Internet

AKIBA W.C. Headline!! 秋葉原におけるメイド喫茶・コスプレ喫茶の歴

史 . 2003


(29)

vii Universitas Kristen Maranatha Diana Lee. Maid Cafés - The Expanding Industry in Japan. 2006

http://uniorb.com/ATREND/Japanwatch/maidcafe.htm

Mainichi daily news. Costume-clad cuties get geeks coughing up for coffee http://www.mainichi-msn.co.jp/today/news

NPR. Revenge of Japan's Nerds. 2008

http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=6456136 メイド喫茶に関して

http://homepage3.nifty.com/shinkukan/freetalk/free/free008.htm

メイド喫茶NAVI. 全国のメイド フェ紹介-メイド喫茶WEB イド http://cafe.maid.sc/


(1)

BAB III ANALISIS “MEIDO IN AKIHABARA

Bab III berisi analisis keadaan Maid Café yang terdapat pada film drama “Meido In Akihabara” yang diasumsikan sebagai gambaran Maid Café di Jepang yang sebenarnya untuk mengetahui peranan sosial Maid Café, serta mencari kontribusi Maid Café terhadap masyarakat sehingga keberadaan Maid Café dapat dipandang positif.

BAB IV KESIMPULAN

Bab IV berisi kesimpulan yang diambil dari hasil analisis yang dilakukan pada Bab III.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap film mini-drama “Meido In Akihabara”, penulis mengambil beberapa kesimpulan mengenai gambaran keadaan Maid Café di Jepang, yang dijabarkan sebagai berikut:

Maid Café merupakan sebuah café yang berbeda dengan café-café pada umumnya. Kebanyakan Maid Café muncul dan popular di distrik Akihabara, Jepang. Pada umumnya, keadaan suasana Maid Café yang diperlihatkan dalam film “Meido In Akihabara” memberikan kesan yang negatif bagi orang-orang yang baru pertama kali melihatnya. Hal itu disebabkan karena semua desain interior Maid Café menggunakan warna-warna cerah yang mencolok dan kain-kain berenda sehingga menimbulkan kesan feminim, serta adanya para waitress yang kebanyakan ber-cosplay seragam maid dan juga banyaknya tamu dari kalangan otaku.

Dilihat dari segi fungsional, gaya ruangan Maid Café yang serba mencolok itu karena menyadari akan semakin banyaknya komunitas otaku terutama pada distrik Akihabara. Maka, Maid Café muncul dengan tujuan awal untuk menarik konsumen dari komunitas otaku. Hal itu pun dilihat dari hobi para otaku yang gemar mengoleksi semua hal yang bersangkutan dengan dunia fantasi yang disukainya. Dengan menitikberatkan komunitas otaku itu, Maid Café dibuka dengan menyediakan semua kebutuhan imajinasi yang disesuaikan dengan selera favorit para otaku. Salah satunya seragam para waitress yang berupa image


(3)

seorang maid karena maid menunjukkan gambaran seseorang wanita yang bertugas memberikan pelayanan dan kepatuhan.

Tetapi, gambaran keadaan Maid Café yang seperti itu bukan berarti Maid Café merupakan café yang sejenis dengan cabaret club atau bar malam. Pada dasarnya Maid Café sangat menegaskan terhadap adanya larangan bersikap tidak senonoh. Karena hal tersebut dapat mengundang salah persepsi masyarakat sekitar mengenai Maid Café yang sebenarnya. Dalam film mini-drama “Meido In Akihabara” pun diperlihatkan bahwa larangan ini menjadi perbedaan antara Maid Café dengan cabaret club sekaligus keunggulan Maid Café yang disukai oleh para otaku.

Namun ada sebagian masyarakat Jepang pada umumnya yang memberikan pendapat yang positif terhadap Maid Café, yaitu orang-orang yang mencoba pelayanan di Maid Café dan sekaligus menikmatinya sebagai suatu hiburan. Keadaan negara Jepang dalam film mini-drama ini mewakili keadaan sosial masyarakat Jepang yang semakin sibuk karena Jepang yang semakin berkembang. Kondisi tersebut mengakibatkan merenggangnya hubungan sosial yang mengakibatkan semakin tidak ada rasa kepedulian pada sekalangan masyarakatnya bahkan hingga dalam sebuah keluarga. Kehadiran Maid Café diakui sebagian kalangan masyarakat Jepang tersebut menjadi salah satu hiburan karena adanya faktor yang mengutamakan pelayanan dengan setulus hati, yang dengan kata lain memberikan rasa kasih sayang. Maka, sebagai salah satu usaha di bidang hiburan tersebut pun turut mempengaruhi keadaan sosial sebagian kalangan masyarakat Jepang, terutama para otaku. Meskipun tata cara pelayanan


(4)

Maid Café tersebut berlebihan dan unik.

Inilah yang kemudian menjadi salah satu sisi positif Maid Café. Maid Café ini digambarkan sebagai tempat yang menerima berbagai macam tamu apa adanya. Para otaku, wanita, orang asing, hingga orang-orang lanjut usia, walaupun dengan berbagai status latar belakang pun diterima dengan tangan terbuka sekaligus dihargai akan keberadaannya. Pada film terlihat para tamu otaku yang menjadi aktif dan banyak berkomunikasi dengan lawan jenisnya walaupun masih canggung ketika berada di Maid Café.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta; Balai Pustaka

Echols, John M.-Shadily Hassan. 1976. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta; PT.Gramedia

Koentjoroningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

広辞苑, 第四版1, 岩波書店

Matsuura Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto, Jepang; Kyoto Sangyo University Press

Moh. Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia

二見書房. 2005. Maid Café Style. 東京都千代田区神田保町; 発行株式会社 Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. 1998, Pengantar Penelitian Ilmiah

(Dasar, Metode dan Teknik), Edisi Kedelapan, Bandung; Tarsito

Ratna, Nyoman Kutha S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Film

メイドinア ラ

Internet

AKIBA W.C. Headline!! 秋葉原におけるメイド喫茶・コスプレ喫茶の歴 史 . 2003


(6)

Diana Lee. Maid Cafés - The Expanding Industry in Japan. 2006 http://uniorb.com/ATREND/Japanwatch/maidcafe.htm

Mainichi daily news. Costume-clad cuties get geeks coughing up for coffee http://www.mainichi-msn.co.jp/today/news

NPR. Revenge of Japan's Nerds. 2008

http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=6456136 メイド喫茶に関して

http://homepage3.nifty.com/shinkukan/freetalk/free/free008.htm

メイド喫茶NAVI. 全国のメイド フェ紹介-メイド喫茶WEB イド