Menyosialisasikan Bawaku.

Pikiran Rakyat
o Sen;n
123
17

18

8Jan

19
OPeb

o Selasa 0 Rabu .
8
456
7
23
20
21
22


Kam;s0 Jumato
9

o Mar OApr o Me; OJun

10
24

11

25
OJul

26

B

ERBAGAI kebijakan
Pemkot Bandung se.
ring tidak tersosialisasikan dengan baik. Warga mengeluhkan banyak informasi

serta kebijakan pemerintah kota yang tidak sampai kepada
mereka sehingga terjadi kesalahan komunikasi. Bahkan, penyimpangan pun terjadi pada
Program Bantuan Wali Kota
Khusus (Bawaku) Pangan. Hal
itu terungkap saat open house
Wakil Wali Kota Bandung di
rumah dinasnya. Dari Rp
52.800 per rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSPM), hanya diterima Rp
15.000-Rp
20.000
("PR",
10/1).
Bawaku memang ditujukan
untuk membantu ekonomi keluarga warga Kota Bandung.
Setiap warga kota yang perlu
dibantu dapat did aft ark an sebagai calon penerima manfaat.
Kemampuan aparat dalam menerjemahkan menjadi perlu
agar jangan sampai yang bukan
warga kota mendapat manfaat
menyisihkan warga kota. Bisa

jadi persyaratan KTP atau Kartu Keluarga menjadi perlu. Hanya, kedua kartu identitas tersebut masih belum mampu
menunjukkan kewargaan seseorang. Untuk itu, perlu dicari
identitas kewargaan yang lebih
akurat dan dipahami aparat
agar Bawaku tidak salah sasaran.

Seleksi warga
Sering kali ada warga musiman dengan kepemilikan Kipe~ De!1g~nidentitas in!,~~

seorang seakan sudah memiliki
hak sebagai warga kota. Oleh
pejabat RT atau RW, penduduk
seperti ini bisa dilibatkan dalam beragam program bantuan
pemerintah yang diperuntukkan bagi warga. Dengan dasar
pertimbangan sebagai warga
setempat, "pejabat sosial" ini
berkepentingan
membantu
warganya agar tidak katalangsara. Hanya,
perasaan ini

menjadi"tidak proporsional sehingga dapat menyisihkan warga yang sepatutnya menjadi sasaran bantuan.
Bisajadi kelompok tersebut
tidak lagi masuk kategori penerima manfaat. Agar mendapat
bantuan, tidak jarang warga
yang kemudian mengubah KIPEM menjadi penduduk tetap
dengan KTP dan KK. Hanya,
secara emosional, kelompok ini
juga tidak terikat erat dengan
daerah tempat tinggalnya kini.
Ikatan dengan kampung halamanjaub lebih kuat,,,- ketimbang
-

27

0 Ags OSep

Menyosialisasikan
Oleh ASEP SUMARYANA

12


Sabtu 0 M;nggu
13

28

@29

OOkt

15

30

ONov

16

31


ODes

Bawaku

dengan tempatnya sekarang.
Dampaknya pemenuhan hak
senantiasa dicoba diusahakan,
sedangkan kewajibannya banyak yang terlupakan. Padahal,
warga semestinya merasa punyatanggungjawabterhadap
tempat tinggalnya.
Kritera warga sering kali dipahami dangkal sejalan dengan
ikatan emosional dengan sesama penduduk yang ada di daerah tertentu. Dengan demikian,
Bawaku bisa menjadi alat
utang budi penduduk,terhadap
oknum aparat. Dengan pertimbangan rumah kurnub dan menempel di bibir sungai, misalnya, seseorang bisa mendapat
bantuan kendati sebenarnya
bukan warga Kota Bandung.
Bagi penerima manfaat, bantuan tersebut seperti mimpi sehingga bisa mengganggu program pemerintah yang lain seperti Program Kali Bersih atau
Pembersihan Sungai dari Rumah Kurnub.
Faktor komunikasi

Berangkat dari pemikiran
Edwards III (1980), komunikasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan termasuk
Bawaku~Komunikasi, menurut
Edwards III, berada dalam ranah organisasi pelaksana kebijakan. Dalam Bawaku, pelaksana kebijakan berantai dari mulai pemkot sampai kelurahan
yang kemudian
ditularkan
kembali ke RW dan RT sebagai
pejabat yang berada di bawah
koordinasi kelurahan. Posisi ini
mengisyaratkan perlunya komunikasi vertikal dan horizontal dalam pelaksanaan tugas
tersebut.
Pemahaman
.__n'_~ atas kebijakan
~.'._'

Bawaku yang dimiliki pejabat
pemkot mesti sarna dengan
yang ada dalam benak RT. Hal
demikian m~nuntut adanya
transmisi dari huIu sampai hilir

yang baik. Untuk memudahkan
pemahaman, kejelasan menjadi perlu agar sebuah implementasi Bawaku tidak ada yang
disembunyikan atau. disamarkan. Kesamaran bisa memberi
peluang penyimpangan. Kesamaran ini bisa terjadi akibat
komunikasinya terpotong-potong sesama pelaksana kebijakan. Atau akibat item ycmgtertulis dalam kebijakan tidakdituntaskan pemahamannya.
Kejelasan menjadi terganggu
jika pelaksanaannya diwarnai
inkonsistensi. Oleh karena itu,
konsistensi diperlukandalam
pelaksanaan kebijakan setelah
transmisi dan kejelasan dilakukan. Terjadinya inkcmsistensi
bisa menodai kebijakan yang
diluncurkan. Dampaknya bisa
menodai pula nawaetu pencetus kebijakan. Anjloknya penerimaan Bawaku, bisa menodai
wali kota sebagai pemberi bantuan atau bisa saja wali kota dituduh mernbiarkan penodaan
ini berlangsung sistematis. Tindakan tegas menjadi perlu setelah rangkaian komunikasi dilakukan agar tidak nila setitik rusak susu sebelanga.
Tampaknya benar jika sosialisasi menjadi gangguan dalam
Bawaku. Komunikasi menjadi
penting dalam sosialisasi agar
semua jelas dan konsisten.

Persyaratan dan kriteria orang
penerima bantuan perlu jelas.
Warga kota yang miskin perlu
dibantu dan jangan sampai
tersisihkan oleh warga luar kota yang justru menambah per.....__
-

soalan di kota ini. Konsistensi
untuk memberikan bantuan tidak boleh disusupi oleh perasaan yang tidak proporsional,
baik di levelpejabat,!huluataupun aparat hilir. Semua perlu
seragam melalui transmisi
yang sehat agar penyimpangan
bantuan tidak lagi berulang.***
Penulis, Sekretaris LP3AN
dan Lektor Kepala pada Jurusan llmu Administrasi Negara FISIP Unpad.

Kliping Humas Unpad 2010
---