PENDAPAT HUKUM BAGI PEMERINTAH TERHADAP PELAKU USAHA YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERATURAN M.
PENDAPAT HUKUM BAGI PEMERINTAH TERHADAP PELAKU USAHA
YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PERINGATAN BAHAYA
MEROKOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERATURAN MENTERI
KESEHATAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PENCANTUMAN
PERINGATAN KESEHATAN DAN INFORMASI KESEHATAN PADA
KEMASAN PRODUK TEMBAKAU
DAMAR WAHYU ASMORO PUTRO
110110100161
ABSTRAK
Seiring meningkatnya angka pengkonsumsi rokok di Indonesia
pemerintah memberlakukan model baru peraturan peringatan bahaya
merokok. Aturan kemasan rokok diperketat menyusul terbitnya Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
Dalam hal ini pelaku usaha tembakau rokok dihimbau agar mencantumkan
gambar dan tulisan peringatan, namun pada peraktiknya dilapangan masih
banyak pelaku usaha rokok menjual kemasan yang belum sesuai dengan
ketentuan peraturan menteri kesehatan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengkaji Implementasi unsur perbuatan melawan hukum yang telah
dilakukan oleh pelaku usaha tembakau yang tidak mencantumkan label
peringatan kesehatan dihubungkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan pemerintah terhadap
pelaku usaha tembakau yang belum mencantumkan label peringatan
kesehatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Mentri Kesehatan No. 28
Tahun 2013 dan Undang-Undang No. 36 Tentang Kesehatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, yaitu dititik beratkan pada studi dokumen untuk mempelajari data
sekunder yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum yang terkait dengan
permasalahan yang terkait dengan permasalahan yanh diteliti. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, guna memperoleh gambaran yang menyeluruh dan
sistematis mengenai norma hukum yang berlaku, yang dapat diterapkan
dalam menganalisis permasalahan yang timbul.
Berdasarkan dokumen-dokumen yang diperiksa dalam memorandum
hukum ini, dapat disimpulkan bahwa yang pertama terdapat adanya unsurnya
perbuatan melawan hukum yang dilakukan para pelaku usaha dalam
memproduksi barang yang tidak sesuai dengan standar yang akan
dipasarkan, hal tersebut bertentangan dengan Undang-undang No. 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan mentri kesehatan No.
28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan Dan Informasi
Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau, serta yang kedua pemerintah
dapat memberikan sanksi pidana dan administrasi bagi para pelaku usaha
tembakau yang belum mencantumkan label peringatan kesehatan yang baru,
sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
iv
YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PERINGATAN BAHAYA
MEROKOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERATURAN MENTERI
KESEHATAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PENCANTUMAN
PERINGATAN KESEHATAN DAN INFORMASI KESEHATAN PADA
KEMASAN PRODUK TEMBAKAU
DAMAR WAHYU ASMORO PUTRO
110110100161
ABSTRAK
Seiring meningkatnya angka pengkonsumsi rokok di Indonesia
pemerintah memberlakukan model baru peraturan peringatan bahaya
merokok. Aturan kemasan rokok diperketat menyusul terbitnya Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
Dalam hal ini pelaku usaha tembakau rokok dihimbau agar mencantumkan
gambar dan tulisan peringatan, namun pada peraktiknya dilapangan masih
banyak pelaku usaha rokok menjual kemasan yang belum sesuai dengan
ketentuan peraturan menteri kesehatan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengkaji Implementasi unsur perbuatan melawan hukum yang telah
dilakukan oleh pelaku usaha tembakau yang tidak mencantumkan label
peringatan kesehatan dihubungkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan pemerintah terhadap
pelaku usaha tembakau yang belum mencantumkan label peringatan
kesehatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Mentri Kesehatan No. 28
Tahun 2013 dan Undang-Undang No. 36 Tentang Kesehatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, yaitu dititik beratkan pada studi dokumen untuk mempelajari data
sekunder yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum yang terkait dengan
permasalahan yang terkait dengan permasalahan yanh diteliti. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, guna memperoleh gambaran yang menyeluruh dan
sistematis mengenai norma hukum yang berlaku, yang dapat diterapkan
dalam menganalisis permasalahan yang timbul.
Berdasarkan dokumen-dokumen yang diperiksa dalam memorandum
hukum ini, dapat disimpulkan bahwa yang pertama terdapat adanya unsurnya
perbuatan melawan hukum yang dilakukan para pelaku usaha dalam
memproduksi barang yang tidak sesuai dengan standar yang akan
dipasarkan, hal tersebut bertentangan dengan Undang-undang No. 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan mentri kesehatan No.
28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan Dan Informasi
Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau, serta yang kedua pemerintah
dapat memberikan sanksi pidana dan administrasi bagi para pelaku usaha
tembakau yang belum mencantumkan label peringatan kesehatan yang baru,
sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
iv