HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS.

HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS
NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG
BEKERJA DI MDS

A.A. SG. ISTRI SURYAKENCANAWATI
NI LUH NOPI ANDIYANI
I DEWA AYU INTEN DWI PRIMAYANTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN...............................................................................................3
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................................7
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Peranan wanita makin dirasakan dalam berbagai sector, seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Dari segi pekerjaan wanita sangat diperlukan sebagai sumber daya
manusia bisa dilihat di bank atau mall wanita sangat berpengaruh dalam promosi tempat
kerjanya. Dalam hal ini yang sangat berperan bagi seorang wanita yaitu sepatu.1
Karyawan wanita adalah salah satu pekerjaan yang muncul pada perkembangan jaman
yang sudah maju ini terutama dapat dijumpai di pusat- pusat perbelanjaan di kota besar. Seorang
karyawati harus bekerja kurang lebih minimal selama 6 jam dengan aktifitas berdiri dengan
sepatu hak tinggi.1
Berbagai macam tinggi hak sepatu di koleksi oleh wanita, mulai dari sepatu yang
memiliki hak dengan tinggi 5 cm sampai dengan tinggi 17 cm. Tinggi hak sepatu sangat
mempengaruhi bentuk kaki, semakin tinggi hak sepatu akan membuat perubahan bentuk pada
telapak kaki saat berjalan. Hal ini membuat para ahli mengkhawatirkan jika para wanita yang
gemar menggunakan sepatu hak tinggi ini akan beresiko berakibat pada keluhan muskuloskeletal,
dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki.2
Dalam penelitian sebelumnya di sebutkan sepatu hak tinggi menjadi penyebab keluhan
musculoskeletal dan salah satu yang menjadi masalah untuk kalangan karyawati di pusat belanja


adalah nyeri pada nyeri plantaris.3
Nyeri plantaris berawal dari stress yang berlebihan pada ligamen plantar fascia dan salah
satu faktor yang termasuk yaitu kurangnya fleksibilitas dari ligamen plantar fascia dan tightnes
otot –otot gastroc. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan pada ligamen fascia. Jika aktivitas
berlebihan maka plantar fascia akan terjadi iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan
terjadi kerobekan jika pada plantar fascia terjadi penekanan yang berulang. Sepatu yang tidak
nyaman seperti bertelapak tipis atau sepatu yang tanpa arch support akan berakibat terjadinya
keluhan musculoskeletal.4
Jika seorang terkena nyeri plantar yang akan di rasakan (1) Nyeri yang tajam dan dalam
di tumit kaki, rasanya seperti tertusuk pisau. (2) Nyeri tumit yang bertambah buruk saat
melangkahkan kaki baru bangun tidur. (3) Nyeri yang akan timbul saat setelah berdiri di tambah
berjalan yang lama, dan duduk lalu bangkit untuk berjalan dan akan terjadi nyeri pada tumit. (4)
Nyeri tumit yang di rasakan seusai olah raga, namun saat berolah raga nyeri itu tidak di rasakan.
(5) Terjadi pembengkaan ringan di tumit. Nyeri Plantaris juga bisa terjadi pada pria ataupun

wanita, namun pada umumnya akan menyerang wanita yang berusia 40 – 60 tahun. Hal ini bisa
di sebabkan faktor kelebihan berat badan, hormonal, atau sedang dalam masa kehamilan.5
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui tentang hubungan
penggunaan sepatu hak tinggi terhadap terjadinya kasus nyeri plantaris dan menjadikan
karyawan wanita yang bekerja di MDS menjadi sampel penelitian ini, dan memaparkannya

dalam bentuk proposal dengan judul “Hubungan tinggi hak sepatu terhadap kasus nyeri plantaris
pada karyawan wanita yang bekerja di MDS”.

BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional.7 Penelitian ini dilakukan di MDS cabang LippoMall
dan MDS cabang Kuta Square pada bulan April - Mei 2015. Alasan pemilihan lokasi ini karena
mempunyai populasi yang ingin diteliti yaitu karyawan wanita yang menggunakan sepatu dalam
bekerja. Populasi terjangkau adalah seluruh karyawan wanita yang menggunakan sepatu di
MDS cab. Lippo Mall dan Kuta Square. Populasi target seluruh karyawan wanita yang
menggunakan sepatu di MDS di bali. Sampel didapatkan denang teknik simple random sampling
yaitu pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan memilih sampel yang telah memenuhi
criteria inklusi sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi tanpa memperhatikan strata.8
Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian yang dapat mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat menjadi sampel.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Karyawan yang berjenis kelamin perempuan.
b. Karyawan wanita usia 18 – 40.
c. Karyawan wanita dengan Index Massa Tubuh normal.
d. Karyawan wanita yang telah bekerja lebih dari sama dengan 6 bulan.

e. Karyawan wanita yang bersetuju menjadi sample.yawan wanita dengan jadwal bekerja
harian lebih dari sama dengan 6 jam
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
a. Karyawan yang sedang hamil.
b. Pasca operasi daerah angkle.
c. Terdapat luka pada tumit.

Tinggi hak sepatu adalah ukuran hak yang dilihat dengan mengukur alas tinggi bagian kaki
depan dan tinggi hak tumit. Tinggi hak bagian depan dengan tumikt belakang yang berbeda –
beda akan mempengaruhi sakit atau tidak yang di rasakan oleh pengguna. Tinggi hak dapat
diukur dengan menggunakan penggaris dengan satuan centimeter yang dijadikan kategori hak
berukuran di atas 8 dan 9 cm dapat kategorikan sebagai high heels. Sepatu hak yang memiliki
dengan tinggi di bawah 6 dan 4 cm dianggap sebagai sepatu hak rendah, antara 6 - 4 cm sampai 8
- 9 cm di kategorikan dengan hak sedang.
Nyeri Plantaris adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi pada ligament plantar
fascia . Rasa nyeri dapat diukur dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS).

Gambar: 4.1
Skala Nyeri Visual Anaglogue Scale


HASIL
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabelvariabel meliputi karakteristik responden. Analisis bivariat digunakan untuk

menganalisis

hubungan antara tinggi hak sepatu terhadap kasus nyeri plantaris, analisis yang digunakan adalah
analisis chi-square. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 responden.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia, Lama Bekerja dan Jadwal Bekerja Harian
Usia

Frekuensi (n)

Persentase
(%)

18 – 24

33

62,3


25 – 32

17

32,1

33 – 40

3

5,7

Jumlah

53

100

Frekuensi (n)


Persentase

Lama
Bekerja

(%)

(bulan)
6 – 12

30

56,6

13 – 24

10

18,9


>24

13

24,5

Jumlah

53

100

Jadwal kerja

Frekuensi (n)

Persentase

(jam)


(%)

6

37

69,8

8

16

30,2

Jumlah

53

100


Dari data Tabel 5.1 di atas bahwa dari 53 responden didapat kelompok usia 18 – 24 tahun
sebanyak 33 orang (62,3%). Kelompok usia 25 – 32 tahun sebanyak 17 orang (32,1%) dan
kelompok usia 33 -40 tahun sebanyak 3 orang (5,7%). Dari 53 responden kelompok responden
yang bekerja 6-12 bulan sebanyak 30 orang (56,6%) sedangkan kelompok responden yang
bekerja 13 – 24 bulan sebanyak 10 orang (18,9%) dan yang bekerja lebih dari 24 bulan sebanyak
13 orang (24,5%). Dari 53 responden di dapat responden yang bekerja 6 jam sebanyak 37 orang
(69,8%) dan responden yang bekerja 8 jam sebanyak 16 orang (30,2%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Tinggi Hak
Kategori
Tinggi

Frekuensi

Persentase (%)

(n)

Hak

Tinggi

3

5,7

Sedang

26

49,1

Rendah

5

9,4

Tidak

19

35,8

53

100

Hak
Jumlah

Dari data tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 53 responden di dapat 3 orang (5,7%)
menggunakan sepatu dengan kategori hak tinggi (8-12cm), 26 orang (49,1%) dengan kategori
hak sedang (4-7cm), 5 orang (9,4%) dengan kategori hak rendah (1-3cm), 19 orang (35,8%)
tidak menggunakan hak.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Plantaris
Nyeri

Frekuensi

Persentase

Plantaris

(n)

(%)

Ya

28

52,8

Tidak

25

47,2

Jumlah

53

100

Dari data tabel 5.3 bahwa dari 53 responden didapatkan 28 orang (52,8%) mengalami nyeri
plantaris. Sedangkan 25 orang (47,2%) tidak mengalami nyeri plantaris.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Skala Nyeri VAS berdasarkan Kategori Hak Sepatu
Skala Nyeri Vas
Hak
Sepatu

Tinggi

Sedang

Rendah

Tidak

Total

Nyeri

Total

Tidak

Nyeri

Nyeri

Nyeri

Ringan

Sedang

0

0

3

0

3

(0%)

(0%)

(100%)

(0%)

(100%)

5

6

14

1

26

(19,2%)

(23,1%)

(53,8%)

(3,8%)

(100%)

2

0

3

0

5

(40%)

(0%)

(60%)

(0%)

(100%)

18

0

1

0

19

(94,7%)

(0%)

(5,3%)

(0%)

(100%)

25

6

21

1

53

(47,2%)

(11,3%)

(39,6%)

(1,9%)

(100%)

Berat
Terkontrol

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 53 responden didapatkan hasil 3 (100%)
responden dengan sepatu hak tinggi mengalami nyeri tinggi , sedangkan 26 responden dengan
sepatu hak sedang didapat 5 orang (19,2%) tidak nyeri, 6 orang (23,1%) mengalami nyeri

ringan,14 orang (53,8%) mengalami nyeri sedang, dan 1 orang (3,8%) mengalami nyeri berat
terkontrol. Sedangkan 5 responden dengan sepatu hak rendah didapatkan 2 orang (40%) tidak
mengalami nyeri dan 3 orang (60%) mengalami nyeri sedang, Sedangkan 19 responden
didapatkan 1 orang (5,3%) mengalami nyeri sedang dan 18 orang (94,7%) tidak mengalami
nyeri.

Gambar 5.1 Distribusi Spesifik Nyeri Plantaris Berdasarkan Gejala

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat dilihat dari 28 responden terdapat 23 orang
mengalami nyeri / sakit pada saat berjalan pertama dari baru bangun tidur. 19 orang mengalami
nyeri / sakit pada salah satu kaki atau kedua kaki saat tidur malam hari. 10 orang mengalami
pembengkaan pada salah satu tumit yang bila ditekan akan terasa nyeri / sakit.
Tabel 5.5 Hubungan Tinggi Hak Sepatu Terhadap Kasus Nyeri Plantaris
Kategori
Hak

Nyeri Plantaris
Ya

Tidak

Jumlah

3

0

3

(100%)

(0%)

(100%)

21

5

26

P

Sepatu
Tinggi

Sedang

(80,8%) (19,2%) (100%)
Rendah

Tidak

3

2

5

(60%)

(40,%)

(100%)

1

18

19

(5,3%)
Total

(94,7%) (100%)

28

25

53

(52,8%)

(47,2)

(100%)

0,000

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 53 responden didapatkan hasil 3 (100%)
responden dengan sepatu hak tinggi mengalami nyeri plantaris, sedangkan 26 responden dengan
sepatu hak sedang didapat 21 orang (80,8%) mengalami nyeri plantaris dan 5 orang (19,2%)
tidak mengalami nyeri plantaris, Sedangkan 5 responden dengan sepatu hak rendah didapatkan 3
orang ( 60%) mengalami nyeri dan 2 orang (40%) tidak mengalami nyeri plantaris, Sedangkan
19 responden didapatkan 1 orang (5,3%) mengalami nyeri plantaris dan 18 orang (94,7%) tidak
mengalami

DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok usia
18 – 24 tahun sebanyak 33 orang (62,3%) di dukung oleh penelitian herlina (2012) dimana
kelompok usia 19 tahun sebanyak 16 orang (30,19%) menurutnya kebanyak karyanawa wanita
akan mengeluh sakit atau nyeri pada kakinya karena terjadi penguluran pada arkus longitudinal
dan penekanan akibat tumpuan berat badan pada kaki yang membuat otot plantar fascia terjadi
trauma.
Dari hasil penelitian menurut kategori hak yang digunakan didapat prosentase terbanyak
menggunakan kategori hak sedang 26 orang (49,1%) didapat 5 orang (19,2%) tidak mengalami
nyeri, 6 orang (23,1%) mengalami nyeri ringan, 14 orang (53,8%) mengalami nyeri sedang, 1
orang (3,8%) mengalami nyeri berat terkontrol. Dan berdasarkan lama bekerja dengan
menggunakan sepatu didapat kelompok 6 -12 bulan sebanyak 30 orang (56,6%). Didukung oleh
penelitian3 bahwa prosentase 52,83% untuk ketinggian heels 5 cm, 4 responden tidak beresiko
dan 24 responden beresiko terjadi fasciitis plantaris dari 28 responden dan 47,16% untuk
ketinggian heels 7 cm, dari 25 responden 3 responden tidak beresiko dan 22 responden beresiko
terjadi fasciitis plantaris. Sedangkan dalam lama pemakaian high heels sebagian besar responden
telah menggunakan high heels antara 8-9 bulan sebanyak 20 orang (37,7%).
Berdasarkan hasil penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
terbanyak Dari hasil penelitian ini, berdasarkan kategori hak yang digunakan didapat prosentase
terbanyak menggunakan kategori hak sedang 26 orang (49,1%) didapat 5 orang (19,2%) tidak
mengalami nyeri, 6 orang (23,1%) mengalami nyeri ringan, 14 orang (53,8%) mengalami nyeri
sedang, 1 orang (3,8%) mengalami nyeri berat terkontrol. Dan berdasarkan lama bekerja dengan
menggunakan sepatu didapat kelompok 6 -12 bulan sebanyak 30 orang (56,6%) di dukung oleh

penelitian dari herlina (2012) menurutnya yang beresiko terjadi nyeri tumit dengan ketinggian
hak 5 cm menunjukan 24 responden beresiko dan dengan ketinggian hak 7 cm 22 responden
beresiko nyeri tumit. Sedangkan dalam lama pemakaian high heels sebagian besar responden
telah menggunakan high heels antara 8-9 bulan sebanyak 20 orang (37,7%).
Berdasarkan hasil penelitian kejadian nyeri plantaris memang berkaitan dengan hak
sepatu yang digunakan. Namun banyak juga faktor yang tidak dapat dikontrol dari penyebab
nyeri plantaris seperti bentuk kaki flat foot atau high arch. dan penggunaan sepatu yang tidak
tepat. Hal inilah yang menyebabkan dalam kategori sedang 1 responden mengalami nyeri berat
terkontrol dan 1 responden yang tidak menggunakan hak tapi mengalamai nyeri sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak karyanawa wanita menggunakan sepatu
dengan hak sedang. Dari hasil analisis data dengan menggunakan metode uji chi square,
didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga p < 0,05. Berdasarkan hasil uji secara statistik maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tinggi hak sepatu terhadap kasus
nyeri plantaris.
Anjuran pemakaian sepatu dengan tinggi hak yang bervariasi tingginya maksimal selama 3
jam berkaitan dengan terjadinya kasus nyeri plantaris bukan tanpa alasan. Tinggi hak sepatu
yang bervariasi tingginya mengakibatkan terjadinya penekanan pada telapak kaki sehingga
memicu sakit yang akan terasa pada mata kaki dan tumit kaki. Hal ini disebabkan karena sepatu
tinggi hak sepatu yang digunakan terus menerus memaksakan pemakainya untuk berjalan jinjit.8
Posisi “jinjit” dalam kinesiologi biomekanik masuk dalam lever 2, yaitu resisten terletak
diantara fulcrum dan gaya, dimana resisten selalu dekat dengan fulcrum. Posisi berdiri statis
dalam waktu yang lama menyebabkan fascia plantaris dan otot-otot disekitar telapak kaki
dipaksakan untuk berkontraksi. Pada lever 2 tumpuan berat badan terjadi pada ujung-ujung ibu
jari kaki yang berpengaruh besar pada fascia plantar. Ketika mulai melangkah otomatis fascia
plantar mulai tertarik dan mempengaruhi arcus longitudinal. Keduanya saling kontraksi dan

menegang sehingga terjadi peradangan. Ditambah tumit dengan base yang sempit dan kecil pada
fascia plantar menambah stres mekanis pada jaringan miofascial dalam waktu yang lama.

Prevalensi yang terjadi pada penekanan bagian sepanjang ligament plantar fascia biasa disebut
fasciitis plantaris dan dapat dilakukan pemeriksaan spesifik fisioterapi yaitu plantar fasciitis test

dengan posisi pasien tidur terlentang atau dalam posisi relax, terapis menggerakkan ankle ke arah

dorsi flexi secara pasif dan ekstensi pasif jari-jari kaki, kemudian palpasi pada perbatasan medial
fascia plantar . Jika pasien mengalami nyeri maka positif terkena fasciitis plantaris.9

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tinggi hak sepatu terhadap kasus nyeri
plantaris pada karyawan wanita yang bekerja di MDS, dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara tinggi hak sepatu dengan nyeri plantaris.
Adapun saran yang dapat diberikan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini
bisa diharapkan lebih mengkategorikan dalam tinggi yang akan diteliti ataupun jenis sepatu yang
digunakan dan menambah jumlah responden dan bisa menambahkan variabel yang bisa diteliti
seperti, lama bekerja dengan sepatu hak, jenis sepatu yang di gunakan, lama berdiri
menggunakan sepatu hak. atau jika memungkinkan penelitian selanjutnya dijadikan eksperiment
dengan menambah intervensi modalitas atau terapi latihan.
Instansi Fisioterapi bisa menambah dalam pemeriksaan spesifik yang lebih akurat seperti
MRI atau Rongent, dll yang dapat menunjang pemeriksaan.
Bagi Responden disarankan bagi responden pada saat bekerja tidak hanya berdiri statis
terus menerus diharapkan juga dinamis seperti berjalan. Pada saat istirahat hendaknya melepas
sepatu hak yang digunakan

dan menggantinya dengan sepatu atau sandal flat shoes dan

diharapkan pada saat istirahat meluangkan waktunya untuk melakukan latihan peregangan untuk
relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA
Sinta, C.R. Rumampuk, J.F. and Lintong, F. 2014. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu
Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik Di Manado. Manado: Jurnal eBiomedik (eBM).

Suwarni, W. 2014. Lebih Mengenal Stiletto High Heels. Indonesia: [online] Available at :
http://www.tips-sepatu-wanita.com [Accessed 7 Febuari 2015].

Herlina, I. 2012. Hubungan Pemakaian High Heel Dengan Resiko Fasciitis Plantaris Pada Sales
Promotion Girl (SPG) PT. SRI RATU MADIUN. Surakarta: Universitas Muhammadyah

Surakarta.

Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT Mesa
Publishing.

Kurniawan,

A.A.

2013.

Plantar

Fasciitis.

Indonesia:

[online]

Available

at

:

http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis [accessed 9 Febuari 2015].

Nugrahaeni, D.K. 2010. Konsep Dasar epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugiono. 2013. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Nurani, Lulu, 2013. Beauty is Pain. Bandung. Universitas Teknologi Bandung.

Cohen J, 2011. Plantar Fasciitis, The Plantar Fascia & Heel Spurs. [online] Available at:
http://www.stanislausorthopedics.com/plantarfas.html. [Accessed 22 juni 2015]