Dampak Sosial Ekonomi Alih Fungsi Lahan bagi Anggota Subak Kerudung Kota Denpasar.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015

P-PNL-10

DAMPAK SOSIAL EKONOMI ALIH FUNGSI LAHAN
PERTANIAN BAGI ANGGOTA SUBAK KERDUNG
DI KOTA DENPASAR
I. A. L. Dewi, I. M. Sarjana, dan N. L. M Pradnyawathi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Corresponding author: listiadewi60@unud.ac.id

Pendahuluan
Keberadaan lahan persawahan menjadi hal yang sangat
penting bagi keberlanjutan pertanian di Bali. Keberadaan lahan
persawahan juga menjadi modal dasar bagi sektor pariwisata Bali.
Kebutuhan pangan masyarakat sebagian besar dihasilkan oleh
lahan pertanian basah atau lahan persawahan.
Namun kenyataannya luasan lahan persawahan di Provinsi
Bali semakin lama cenderung semakin menurun. Kondisi ini dapat
dilihat dari luasan sawah di Provinsi Bali dari tahun 2009 sampai
dengan 2013 yaitu 79.185 ha, 81.425 ha, 80.060 ha, 80.466,56 ha,

dan 78.425 ha (BPS, 2014). Semakin menyempitnya luasan lahan
ini menunjukkan bahwa terjadi pengalihan fungsi lahan
persawahan menjadi fungsi lainnya di provinsi ini.
Kota Denpasar merupakan pusat pemerintahan sehingga
perkembangannya relatif cepat. Pertumbuhan pendidikan,
informasi, dan ekonomi mengakibatkan pertumbuhan penduduknya
semakin meningkat, ini yang menjadi penyebab utama kegiatan
alih fungsi lahan sawah di kota Denpasar. Alih fungsi lahan ini
sangat mengganggu dan dikawatirkan oleh para petani di Kota
Denpsar, khususnya di Subak Kerdung. Penelitian ini bertujuan
untuk memotret dampak sosial ekonomi dari kegiatan alih fungsi
lahan khususnya pada Subak Kerdung.

Metode Penelitian
Lokasi penelitian dipilih dengan metode Purposive, dengan
pertimbangan Subak Kerdung merupakan subak tertinggi kegiatan
alih fungsi lahan (BPS, 2012) dan juga merupakan lanjutan
penelitian terdahulu. Populasi penelitian ini adalah petani anggota
subak Kerdung yang masih aktif melakukan kegiatan usahatani.
Jumlah sampel yang dipergunakan 28 orang, ditentukan secara

purposive sampling. Metode Analisis data yang dipergunakan
adalah metode deskriptif kualitatif.

Hasil dan Pembahasan
Dilihat dari kondisi kesejahteraan petani anggota Subak
Kerdung, seluruh petani mampu memenuhi kebutuhan pangan
sebanyak tiga kali dalam sehari yang terdiri dari nasi, sayur, satu
sampai dua jenis lauk pauk, air putih. Kondisi bangunan rumah
semua sudah permanen bertembok plester dan berkramik. Mereka
memiliki sarana MCK yang baik. Sarana informasi yang mereka
miliki umumnya televisi dan ada beberapa yang memiliki
handphone. Sarana transportasi yang sering dipergunakan petani
adalah sepeda gayung, sepeda motor, dan satu orang petani yang
memiliki mobil, tapi ada satu petani tidak memiliki sarana
transportasi. Sumber air yang dipergunakan untuk kehidupan
sehari-hari adalah serasal dari sumur.
Berdasarkan hasil penelitian tidak semua petani yang
lahannya terkena kegiatan alih fungsi lahan hanya sebanyak enam
orang. Namun dampak sosial yang diakibatkan oleh kegiatan alih
fungsi dirasakan oleh sebagian besar anggota subak


Dampak sosial yang paling utama adalah berkurangnya
ketersediaan air irigsi akibat saluran irigasi terputus oleh
bangunan-bangunan perumahan.
Sampah-sampah rumah
tangga dan plastik banyak yang mencemari lahan sawah.
Sehingga hal ini sering menjadi konflik antara petani, pemilik
rumah, dan pengembang lahan. Pencemaran air pun mulai
ditemuai, air irigasi berbau dan kehitaman, ada beberapa petani
terkadang mengeluhkan sering merasa gatal-gatal setelah turun
ke lahan sawahnya. Pola taman pun menjadi terganggu pola
tanam yang seharusnya padi-palawija-padi, akibat sulitnya
ketersediaan air irigasi pada musim tanam padi terakhir petani
dibagi menjadi dua kelompok satu menanam padi dan kelompok
lainnya menanam palawija. Dampak ekonomi yang dirasakan
akibat adanya alih fungsi lahan adalah munculnya
matapencaharian lain sebagai sampingan selain sebagai petani
yaitu, sebagai supir freeline, pedagang, beternak sapi, tukang
parkir, mendirikan penggilingan beras. Munculnya pekerjaan baru
akibat berkurangnya jam kerja yang mereka luangkan untuk

kegiatan di lahan sawahnya. Namun tidak sedikit petani yang
memilih mencari lahan sawah baru yang dapat mereka sakapkan,
sehingga mereka tidak kehilangan jam kerja dan tidak mencari
pekerjaan baru.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
Hidayat, dkk (2012) yangmenyatakan bahwa dampak sosial
ekonomi akibat adanya konversi lahan adalah pergeserandan
diversifikasi mata pencaharian petani dibidang pertanian dan non
pertanian. Dampakterhadap lingkungan adalah terganggunya
aliran sungai karena pengurukan untuk lahanperumahan dan
penyempitan lahan pertanian

Kesimpulan
Kegiatan alih fungsi lahan sawah yang belakangan marak
terjadi memang memberikan dampak sosial ekonomi. Dampak
sosial yang terjadi adalah rusaknya saluran irigasi, banyaknya
sampah plastik rumah tangga masuk areal sawah, kualitas dan
kuantitas air irigasi sangat rendah, terganggunya pola taman,
konflik sosial, dan munculnya matapencaharian baru selain
sebagai petani yaitu supir freeline, pedagang, beternak sapi,

tukang parkir, mendirikan penggilingan beras.

Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasi kepada
Rektor Universitas Udayana melalui Pembantu Dekan II Fakultas
Pertanian telah memberikan bantuan pendanaan dalam penelitian
ini dengan Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat
Penugasan Penelitian No: 1131/UN14.1.23/PL/2015
Daftar Pustaka
Daftar PustakaBPS. 2012. Bali dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Denpasar.
Dinas Pertanian Provinsi Bali. 2014. Statistik Lahan 2014. di unduh
padahttp://www.pertanian.go.id pada tanggal 20 Agustus 2015
Hidayat, A.H., U. Hanafie., dan N. Septiana. 2012. Dampak Konversi Lahan Pertanian
BagiTaraf Hidup Petani di Kelurahan Landasan Ulin Barat Kecamatan Liang
Anggang KotaBanjarbaru. Jurnal Agribisnis Perdesaan, Vol. 2, No.2: 95-107.