HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA Hubungan Antara Persepsi Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
INDAH MA’RIFATUN HASANAH
F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
INDAH MA’RIFATUN HASANAH
F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA
Indah Ma’rifatun Hasanah
Wiwien Dinar Pratisti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
indahmhasanah@gmail.com
Abstrak
Kenakalan Remaja dari tahun ke tahun semakin menunjukkan
peningkatan seiring dengan kemajuan zaman. Seharusnya ketika persepsi
keharmonisan keluarga tinggi maka kenakalan remaja rendah. Pada kenyataannya
kenakalan remaja semakin meninggkat, bagaimana persepsi keharmonisan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kembali persepsi keharmonisan
keluarga berperan
terhadap kenakalan remaja. Peneliti memilih metode
kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Batur Jaya 1 Ceper Klaten yang
terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X TPM B, X TPL B, dan X TKR D yang
berjumlah 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala
persepsi keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja yang dianalisis dengan
menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil nilai koefisien korelasi (r)
sebesar -0,641 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif
yang sangat signifikan antara persepsi keharmonisan keluarga dengan kenakalan
remaja. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel persepsi keharmonisan
keluarga mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 65,98 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 52,5 yang berarti persepsi keharmonisan keluarga subjek penelitian
tergolong tinggi. Variabel kenakalan remaja mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar 25,44 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5 yang berarti kenakalan
remaja pada subjek penelitian tergolong sangat rendah. Sumbangan efektif
persepsi keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja sebesar 41%. Hal ini
menunjukkan variabel persepsi keharmonisan keluarga mempengaruhi variabel
kenakalan remaja.
Kata kunci : kenakalan remaja, keharmonisan keluarga, persepsi
kanak-kanak dan masa dewasa yang
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa
pada umumnya dimulai pada usia 12
transisi perkembangan antara masa
atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua
1
puluhan tahun (Feldman,Papalia &
493 ribu lebih masyarakat di Jateng
Olds, 2008). Masa remaja sebagai
yang positif menggunakan narkoba.
usia
Kasus narkoba di Jateng memang
bermasalah
karena
ketidakmampuannya
memprihatinkan,
untuk
tahun
2008
masalahnya
prevalansinya berjumlah 2,11 persen
menurut cara yang mereka yakni,
penggunanya, ini melebihi prevalensi
banyak remaja akhirnya menemukan
nasional yang hanya 1,9 persen.
bahwa penyelesaiannya tidak selalu
Secara
sesuai
mengindikasikan bahwa pengguna
mengatasi
sendiri
dengan
harapan
mereka
umum
survei
itu
narkoba di Jawa Tengah makin
(Hurlock, 2012).
Berbagai kasus kenakalan
mengkhawatirkan (Sindonews, 22
remaja pada tahun ke tahun semakin
Agustus 2013). Kasus tawuran dan
meningkat.
Komnas
Berdasarkan
catatan
penggunaan narkoba pada remaja
Perlindungan
Anak,
merupakan contoh kenakalan pada
remaja.
sepanjang 2013 terjadi 255 kasus
tawuran pelajar di Indonesia. Angka
Juvenile delinquency
tersebut dinilai meningkat dibanding
kenakalan remaja adalah perilaku
tahun
jahat
2012
sebanyak
sebelumnya
147
kasus
yakni
muda,
dengan
atau
kenakalan
merupakan
atau
anak-anak
gejala
sakit
menewaskan 12 siswa. Tawuran
(patologis) secara sosial pada anak-
remaja
sudah
anak dan remaja yang disebabkan
menjalar ke daerah (Tribunnews, 22
oleh satu bentuk pengabaian sosial,
Desember 2013).
sehingga mereka mengembangkan
tersebut
bahkan
Sebuah survei yang dilakukan
bentuk perilaku yang menyimpang.
BNN (Badan Narkotika Nasional)
Istilah kenakalan remaja mengacu
tahun
pada suatu rentang yang luas, dari
2013,
sebanyak
22
melaporkan
persen
bahwa
tingkah
pengguna
laku
yang
tidak
dapat
narkoba di Indonesia berasal dari
diterima sosial sampai pelanggaran
kalangan pelajar. Kasus pengguna
status
narkoba di Jawa Tengah juga cukup
(Kartono, 2014).
tinggi. Hingga tahun ini, sebanyak
2
sehingga
tindak
sosial
berkeluarga
Keluarga merupakan suatu
antara
suami
istri
organisasi sosial yang paling penting
dituntut adanya hubungan yang baik
dalam kelompok sosial dan keluarga
dalam
merupakan
lembaga
masyarakat
yang
arti
diperlukan
suasana
di
dalam
harmonis yaitu dengan menciptakan
paling
utama
saling pengertian, saling terbuka,
bertanggung jawab untuk menjamin
saling menjaga, saling menghargai
kesejahteraan
dan saling memenuhi kebutuhan.
sosial
dan
Berdasarkan hasil beberapa
kesejahteraan biologis anak manusia
penelitian ditemukan bahwa salah
( Kartono, 2014).
Secara
satu
terminologi
keharmonisan
berasal
dari
faktor
kenakalan
kata
penyebab
remaja
timbulnya
adalah
tidak
harmonis yang berarti serasi, selaras.
berfungsinya orang tua sebagai figur
Titik berat dari keharmonisan adalah
teladan bagi anak (Hawari, 1997).
keadaan
atau
serasi,
Banyak
bertujuan
untuk
dilakukan para ahli
selaras
keharmonisan
penelitian
yang
menemukan
mencapai keselarasan dan keserasian,
bahwa remaja yang berasal dari
dalam kehidupan rumah tangga perlu
keluarga
menjaga kedua hal tersebut untuk
hangat, dan harmonis mempunyai
mencapai
rumah
kemampuan dalam menyesuaikan
Bahasa
diri dan sosialisasi yang baik dengan
tangga
keharmonisan
(Kamus
Besar
yang
penuh
perhatian,
lingkungan sekitarnya. Anak yang
Indonesia, 1989).
Sedangkan menurut Hawari
mempunyai penyesuaian diri yang
(1997) keharmonisan keluarga itu
baik di sekolah, biasanya memiliki
akan
latar
terwujud
apabila
masing-
belakang
keluarga
yang
masing unsur dalam keluarga itu
harmonis, menghargai pendapat anak
berfungsi dan berperan sebagaimana
dan hangat. Hal ini disebabkan
mestinya dan tetap berpegang teguh
karena anak mempersepsi rumah
pada nila-nilai agama, maka interaksi
sebagai
sosial yang harmonis antar unsur
membahagiakan
dalam
dapat
sedikit masalah antara orang tua,
kehidupan
maka semakin sedikit masalah yang
keluarga
diciptakan.
itu
Dalam
akan
3
suatu
tempat
karena
yang
semakin
dihadapi anak, dan begitu sebaliknya
(kenakalan remaja) dan Variabel
jika anak mempersepsi keluarganya
Bebas
berantakan atau kurang harmonis
keluarga). Dari beberapa kelas X
maka menjadi terbebani masalah
yang berada di SMK Batur Jaya 1
yang sedang dihadapi oleh orang
Ceper Klaten, terpilihlah tiga kelas
tuanya
yang menjadi subjek penelitian yaitu
tersebut
(Maria
dalam
keharmonisan
kelas X TPM B, X TPL B, dan X
Purnomo, 2011).
TKR D yang berjumlah 87 orang.
Bila hubungan remaja muda
dengan
(persepsi
anggota-anggota
Teknik pengambilan sampel yang
keluarga
tidak harmonis selama masa remaja,
digunakan
biasanya kesalahan terletak pada
adalah cluster random sampling.
tidak
menolak
penelitian
ini
Skala kenakalan remaja yang
kedua belah pihak. Seringkali orang
tua
dalam
digunakan
untuk
disusun
oleh
peneliti
memperbaiki konsep mereka tentang
sendiri. Berdasarkan pada bentuk-
kemampuan anak mereka setelah
bentuk
anak-anak
besar.
kenakalan yang melawan status,
Akibatnya, mereka memperlakukan
perilaku yang membahayakan diri
anak remaja mereka seperti ketika
sendiri dan orang lain, perilaku yang
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
menimbulkan
demikian
mengharapkan
perilaku yang mengakibatkan korban
anak “bertindak sesuai dengan usia”
fisik. Terdapat 21 aitem yang valid
terlebih bila berhubungan dengan
dan 11 aitem yang gugur. Aitem
masalah tanggung jawab (Hurlock,
kenakalan
2012).
mempunyai koefisien daya beda
menjadi
mereka
lebih
kenakalan
remaja
korban
remaja
yaitu
materi,
yang
sahih
aitem (item-total correlation) sebesar
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan
0,304 sampai
dengan 0,516 batas
antara
kritis
sebesar
persepsi
keharmonisan
(rtabel)
0,30
dan
keluarga dengan kenakalan remaja.
koefisien reliabilitas Alpha (α) =
METODE PENELITIAN
0,786.
Variabel dalam penelitian ini
adalah
Variabel
Skala persepsi keharmonisan
Tergantung
keluarga
4
yang
digunakan
yaitu
modifikasi dari skala yang disusun
hubungan negatif yang signifikan
oleh Ariani (2011). Aspek-aspek
antara
persepsi keharmonisan keluarga ini
keluarga dengan kenakalan remaja.
berdasarkan
Korelasi
konsep
teori
yang
persepsi
yang
bertanda
negatif
semakin
tinggi
persepsi
dikemukakan oleh Hawari (1997)
artinya
yaitu
keharmonisan
menciptakan
beragama
kehidupan
dalam
keharmonisan
keluarga
maka
keluarga,
semakin rendah kenakalan remaja.
mempunyai waktu bersama keluarga,
Sebaliknya semakin rendah persepsi
mempunyai komunikasi yang baik
keharmonisan
antar
saling
semakin tinggi kenakalan remaja. Ini
menghargai antar anggota keluarga,
berarti ada persepsi positif terhadap
kualitas dan kuantitas konflik yang
keluarga dapat diwujudkan dengan
minim, adanya hubungan atau ikatan
terciptanya
yang erat antar anggota keluarga.
dalam keluarga, waktu yang cukup
Terdapat 21 aitem valid dan 11 aitem
bersama
anggota
gugur. Indek daya beda bergerak
komunikasi
yang
antara 0,314 s/d 0,583 dan koefisien
menghargai, intensitas konflik yang
reliabilitas alpha (α) = 0,854.
rendah, dan ikatan yang erat antar
anggota
keluarga,
Penelitian ini menggunakan
keluarga
kehidupan
maka
beragama
keluarga,
baik,
saling
anggota keluarga. Sehingga remaja
analisis
statistik
teknik
korelasi
tumbuh kembang secara seimbang,
product
moment
untuk
menguji
menjadi
orang
dewasa
yang
hipotesis.
bertanggung jawab dan terhindar dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku anti sosial/amoral.
Berdasarkan
yang
telah
hasil
analisis
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
menggunakan
product
diperoleh
moment
hasil
Pearson
nilai
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa siswa SMK
Batur Jaya 1 Ceper memiliki persepsi
keharmonisan keluarga secara umum
maka
termasuk
koefisien
dalam
kategori
tinggi
berdasarkan rerata empirik sebesar
korelasi (r) sebesar -0,642 dengan p
65,98. Ini berarti siswa SMK Batur
value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada
Jaya 1 Ceper mempersepsikan hidup
5
di
keluarga
harmonis
kebutuhan
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
terpenuhi
biologis
demikian
dan
mereka
mengharapkan
psikologisnya, hubungan yang erat
anak “bertindak sesuai dengan usia”
dengan anggota keluarga.
terlebih bila berhubungan dengan
masalah tanggung jawab.
Penelitian ini juga diperkuat
dari hasil penelitian Hawari (1997)
Berdasarkan
kategorisasi
yang meneliti tiga kondisi keluarga
skala
yang
keluarga tidak terdapat subjek yang
berbeda
yaitu
:
keluarga
persepsi
keharmonisan
harmonis, keluarga berantakan (tidak
berada
harmonis), dan keluarga biasa-biasa
terdapat 0% siswa, tidak ada siswa
saja. Dari hasil penelitiannya tersebut
yang
menunjukkan bahwa remaja yang
terdapat 0 % siswa, sejumlah 12,6%
dibesarkan
(11
dari
berantakan
keluarga
(tidak
yang
harmonis)
dikategori
berada
siswa)
sangat
dikategori
memiliki
keharmonisan
keluarga
rendah
rendah
persepsi
dalam
mempunyai resiko lebih besar untuk
kategori sedang. Kategori tinggi
terganggu
jiwanya,
sebesar 59,78% (52 siswa) yang
mempunyai
kecenderungan
selanjutnya
untuk
memiliki
persepsi
keharmonisan
menjadi remaja yang nakal dengan
keluarga dalam kategori tinggi dan
melakukan tindakan anti sosial.
persepsi
keharmonisan
keluarga
Menurut teori dari Hurlock
dalam kategori sangat tinggi sebesar
(2012) Bila hubungan remaja muda
27,6% (24 siswa). Hasil tersebut
dengan
menunjukkan
anggota-anggota
keluarga
bahwa
frekuensi
tidak harmonis selama masa remaja,
persepsi
keharmonisan
keluarga
biasanya kesalahan terletak pada
tertinggi
terdapat
kategori
kedua belah pihak. Seringkali orang
tinggi.
tua
tidak
menolak
untuk
Penerapan
pada
persepsi
memperbaiki konsep mereka tentang
keharmonisan keluarga yang tinggi
kemampuan anak mereka setelah
ini sesuai dengan teori dari Harlock
anak-anak
besar.
(1973) menyatakan bahwa anak yang
Akibatnya, mereka memperlakukan
hubungan perkawinan orang tuanya
anak remaja mereka seperti ketika
bahagia akan mempersepsikan rumah
menjadi
lebih
6
mereka
sebagai
tempat
yang
rendah. Sedangkan retata empirik
membahagiakan untuk hidup karena
kenakalan remaja tergolong sangat
makin sedikit masalah antar orang
rendah
tua, semakin sedikit masalah yang
membuktikan
dihadapi
keharmonisan keluarga yang positif
anak,
dan
sebaliknya
(RE
=
25,44)
hal
bahwa
ini
persepsi
hubungan keluarga yang buruk akan
dapat
berpengaruh kepada seluruh anggota
keharmonisan keluarga yang tinggi.
keluarga. Suasana keluarga yang
menimbulkan
Berdasarkan
persepsi
hasil
analisis
tercipta adalah tidak menyenangkan
yang menunjukkan bahwa variabel
sehingga anak ingin keluar dari
persepsi
rumah sesering mungkin karena
memberikan
secara emosional suasana tersebut
sebesar
akan mempengaruhi masing-masing
kenakaln
anggota keluarga untuk bertengkar
menunjukkan
dengan lainnya.
keharmonisa keluarga mempengaruhi
Berdasarkan
skala kenakalan
kategorisasi
remaja
terdapat
kategori
remaja
66,7%
(58
siswa),
sebesar
siswa
yang
(27
siswa),
remaja.
variabel
Hal
bahwa
remaja
ini
persepsi
sebesar
41%
mempengaruhi
selain
kenakalan
variabel
persepsi
Menurut
Hurlock
(2012)
dalam
menambahkan bahwa remaja yang
kategori sedang sebesar 2,3% (2
hubungan keluarganya kurang baik
orang), sedangkan untuk kategori
juga
tinggi sebesar 0% siswa dan siswa
hubungan yang buruk dengan orang-
yang kenakalan remaja berada di
orang yang di luar rumah, apabila
kategori sangat tinggi sebesar 0%
didukung dengan lingkungan yang
siswa.
tersebut
kurang kondusif dan kepribadian
kenakalan
kurang baik maka akan memicu
Hasil
menunjukkan
remaja
termasuk
siswa
terhadap
keharmonisan keluarga.
termasuk kategori rendah sebesar
31%
efektif
sehingga hanya ada 59 % faktor lain
yang
rendah
keluarga
sumbangan
41%
kenakalan
subjek penelitian yang berada di
sangat
keharmonisan
penelitian
bahwa
siswa
dalam
sebagian
besar
kategori
sangat
dapat
mengembangkan
timbulnya berbagai penyimpangan
perilaku
7
dan
perbuatan-perbuatan
4. Sumbangan
negatif yang melanggar aturan dan
efektif
persepsi
keharmonisan keluarga terhadap
norma yang ada di masyarakat.
Keterkaitan antara persepsi
kenakalan remaja sebesar 41%.
keharmonisan keluarga sebagai salah
Hal ini menunjukkan variable
satu faktor penyebab kecenderungan
persepsi keharmonisan keluarga
perilaku kenakalan remaja itulah
mempengaruhi
yang menjadi minat penulis. Penulis
kenakalan remaja.
tertarik untuk mengetahui apakah
SARAN
benar terdapat hubungan negatif
1. Bagi orang tua
antara
persepsi
variabel
Disarankan kepada orang tua agar
keharmonisan
keluarga dengan kenakalan pada
dapat
menjaga
dan
remaja.
mempertahankan hubungan yang
KESIMPULAN
harmonis dalam keluarga, waktu
analisis
yang cukup untuk kelurga, saling
dan pembahasan yang telah diuraikan
mengahargai, dan penuh kasih
sebelumnya
sayang.
Berdasarkan
hasil
dapat
diambil
hubungan
negatif
anak
mempersepsikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada
Sehingga
harmonis
yang
akan
keluarganya
sebagai
upaya
pencegahan kenakalan remaja.
sangat signifikan antara persepsi
2. Bagi Guru
keharmonisan keluarga dengan
kenakalan remaja. Hal ini dapat
Disarankan
dapat
membantu
dilihat dari nilai korelasi sebesar
siswa
menciptakan
lingkungan
-0,641 dengan p value = 0,000 <
yang
kondusif,
0,01.
terjadinya kenakalan dengan cara
membantu
2. Persepsi keharmonisan keluarga
3. Bagi Subjek
Ceper tergolong tinggi.
Bagi
3. Kenakalan remaja pada siswa
Batur
Jaya
menyalurkan
potensi/bakat yang dimiliki siswa.
pada siswa SMK Batur Jaya 1
SMK
meminimalisir
1
siswa
kenakalan
Ceper
mengurangi
tergolong sangat rendah
positif
8
yang
mempunyai
tinggi
hendaknya
melalui
seperti
terlibat
kegiatan
dalam
Hurlock. 2012. Psikologi
Perkembangan, Suatu
Pendekatan sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
ekstakurikuler dan meningkatkan
prestasi akademik maupun non
akademik.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Kartono,K. 2014. Patologi Sosial 2.
Kenakalan
Remaja.
Jakarta: Rajawali Pers.
Bagi peneliti lain yang akan
melakukan
tema
penelitian
yang
sama
dengan
diharapkan
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan
Feldman, R. D. 2008. Human
Development (Perkembangan
Manusia) Buku 2. Jakarta :
Salemba Humanika
mampu memperbaiki kelemahan
yang terdapat dalam penelitian ini
yaitu dengan memperluas sampel
penelitian dan dapat melakukan
Prabowo,A(2013).
22
persen
pengguna narkoba adalah
pelajar.
Artikel
[18
http;//sindonews.com
Maret 2013]
proses pengambilan data dengan
situasi yang kondusif agar skala
yang diisi oleh siswa benar-benar
mewakili
atau
sesuai
dengan
Purnomo,
Asep.2011.”Hubungan
antara Konsep Diri dengan
Perilaku
Kenakalan
Remaja.” Skripsi. Surakarta:
UMS
Tim Penyusun Kamus.1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aji,W (2013). Kasus tawuran pelajar
terus meningkat tahun ini.
Artikel.http;//tribunnews.co
m [18 Maret 2014]
Ariani, N.W. 2011. Hubungan
Persepsi
Anak
terhadap
Keharmonisan
Keluarga
dengan Prestasi Belajar.
Skripsi. Surakarta: UMS
Hawari,D.1997. Alqu’an Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan
Mental. Jakarta: Dana Bhakti
Yasa
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent
Development (4th ed). Tokyo:
McGraw-Hill
Kogakusha
Ltd.
9
DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
INDAH MA’RIFATUN HASANAH
F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
INDAH MA’RIFATUN HASANAH
F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA
Indah Ma’rifatun Hasanah
Wiwien Dinar Pratisti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
indahmhasanah@gmail.com
Abstrak
Kenakalan Remaja dari tahun ke tahun semakin menunjukkan
peningkatan seiring dengan kemajuan zaman. Seharusnya ketika persepsi
keharmonisan keluarga tinggi maka kenakalan remaja rendah. Pada kenyataannya
kenakalan remaja semakin meninggkat, bagaimana persepsi keharmonisan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kembali persepsi keharmonisan
keluarga berperan
terhadap kenakalan remaja. Peneliti memilih metode
kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Batur Jaya 1 Ceper Klaten yang
terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X TPM B, X TPL B, dan X TKR D yang
berjumlah 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala
persepsi keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja yang dianalisis dengan
menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil nilai koefisien korelasi (r)
sebesar -0,641 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif
yang sangat signifikan antara persepsi keharmonisan keluarga dengan kenakalan
remaja. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel persepsi keharmonisan
keluarga mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 65,98 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 52,5 yang berarti persepsi keharmonisan keluarga subjek penelitian
tergolong tinggi. Variabel kenakalan remaja mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar 25,44 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5 yang berarti kenakalan
remaja pada subjek penelitian tergolong sangat rendah. Sumbangan efektif
persepsi keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja sebesar 41%. Hal ini
menunjukkan variabel persepsi keharmonisan keluarga mempengaruhi variabel
kenakalan remaja.
Kata kunci : kenakalan remaja, keharmonisan keluarga, persepsi
kanak-kanak dan masa dewasa yang
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa
pada umumnya dimulai pada usia 12
transisi perkembangan antara masa
atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua
1
puluhan tahun (Feldman,Papalia &
493 ribu lebih masyarakat di Jateng
Olds, 2008). Masa remaja sebagai
yang positif menggunakan narkoba.
usia
Kasus narkoba di Jateng memang
bermasalah
karena
ketidakmampuannya
memprihatinkan,
untuk
tahun
2008
masalahnya
prevalansinya berjumlah 2,11 persen
menurut cara yang mereka yakni,
penggunanya, ini melebihi prevalensi
banyak remaja akhirnya menemukan
nasional yang hanya 1,9 persen.
bahwa penyelesaiannya tidak selalu
Secara
sesuai
mengindikasikan bahwa pengguna
mengatasi
sendiri
dengan
harapan
mereka
umum
survei
itu
narkoba di Jawa Tengah makin
(Hurlock, 2012).
Berbagai kasus kenakalan
mengkhawatirkan (Sindonews, 22
remaja pada tahun ke tahun semakin
Agustus 2013). Kasus tawuran dan
meningkat.
Komnas
Berdasarkan
catatan
penggunaan narkoba pada remaja
Perlindungan
Anak,
merupakan contoh kenakalan pada
remaja.
sepanjang 2013 terjadi 255 kasus
tawuran pelajar di Indonesia. Angka
Juvenile delinquency
tersebut dinilai meningkat dibanding
kenakalan remaja adalah perilaku
tahun
jahat
2012
sebanyak
sebelumnya
147
kasus
yakni
muda,
dengan
atau
kenakalan
merupakan
atau
anak-anak
gejala
sakit
menewaskan 12 siswa. Tawuran
(patologis) secara sosial pada anak-
remaja
sudah
anak dan remaja yang disebabkan
menjalar ke daerah (Tribunnews, 22
oleh satu bentuk pengabaian sosial,
Desember 2013).
sehingga mereka mengembangkan
tersebut
bahkan
Sebuah survei yang dilakukan
bentuk perilaku yang menyimpang.
BNN (Badan Narkotika Nasional)
Istilah kenakalan remaja mengacu
tahun
pada suatu rentang yang luas, dari
2013,
sebanyak
22
melaporkan
persen
bahwa
tingkah
pengguna
laku
yang
tidak
dapat
narkoba di Indonesia berasal dari
diterima sosial sampai pelanggaran
kalangan pelajar. Kasus pengguna
status
narkoba di Jawa Tengah juga cukup
(Kartono, 2014).
tinggi. Hingga tahun ini, sebanyak
2
sehingga
tindak
sosial
berkeluarga
Keluarga merupakan suatu
antara
suami
istri
organisasi sosial yang paling penting
dituntut adanya hubungan yang baik
dalam kelompok sosial dan keluarga
dalam
merupakan
lembaga
masyarakat
yang
arti
diperlukan
suasana
di
dalam
harmonis yaitu dengan menciptakan
paling
utama
saling pengertian, saling terbuka,
bertanggung jawab untuk menjamin
saling menjaga, saling menghargai
kesejahteraan
dan saling memenuhi kebutuhan.
sosial
dan
Berdasarkan hasil beberapa
kesejahteraan biologis anak manusia
penelitian ditemukan bahwa salah
( Kartono, 2014).
Secara
satu
terminologi
keharmonisan
berasal
dari
faktor
kenakalan
kata
penyebab
remaja
timbulnya
adalah
tidak
harmonis yang berarti serasi, selaras.
berfungsinya orang tua sebagai figur
Titik berat dari keharmonisan adalah
teladan bagi anak (Hawari, 1997).
keadaan
atau
serasi,
Banyak
bertujuan
untuk
dilakukan para ahli
selaras
keharmonisan
penelitian
yang
menemukan
mencapai keselarasan dan keserasian,
bahwa remaja yang berasal dari
dalam kehidupan rumah tangga perlu
keluarga
menjaga kedua hal tersebut untuk
hangat, dan harmonis mempunyai
mencapai
rumah
kemampuan dalam menyesuaikan
Bahasa
diri dan sosialisasi yang baik dengan
tangga
keharmonisan
(Kamus
Besar
yang
penuh
perhatian,
lingkungan sekitarnya. Anak yang
Indonesia, 1989).
Sedangkan menurut Hawari
mempunyai penyesuaian diri yang
(1997) keharmonisan keluarga itu
baik di sekolah, biasanya memiliki
akan
latar
terwujud
apabila
masing-
belakang
keluarga
yang
masing unsur dalam keluarga itu
harmonis, menghargai pendapat anak
berfungsi dan berperan sebagaimana
dan hangat. Hal ini disebabkan
mestinya dan tetap berpegang teguh
karena anak mempersepsi rumah
pada nila-nilai agama, maka interaksi
sebagai
sosial yang harmonis antar unsur
membahagiakan
dalam
dapat
sedikit masalah antara orang tua,
kehidupan
maka semakin sedikit masalah yang
keluarga
diciptakan.
itu
Dalam
akan
3
suatu
tempat
karena
yang
semakin
dihadapi anak, dan begitu sebaliknya
(kenakalan remaja) dan Variabel
jika anak mempersepsi keluarganya
Bebas
berantakan atau kurang harmonis
keluarga). Dari beberapa kelas X
maka menjadi terbebani masalah
yang berada di SMK Batur Jaya 1
yang sedang dihadapi oleh orang
Ceper Klaten, terpilihlah tiga kelas
tuanya
yang menjadi subjek penelitian yaitu
tersebut
(Maria
dalam
keharmonisan
kelas X TPM B, X TPL B, dan X
Purnomo, 2011).
TKR D yang berjumlah 87 orang.
Bila hubungan remaja muda
dengan
(persepsi
anggota-anggota
Teknik pengambilan sampel yang
keluarga
tidak harmonis selama masa remaja,
digunakan
biasanya kesalahan terletak pada
adalah cluster random sampling.
tidak
menolak
penelitian
ini
Skala kenakalan remaja yang
kedua belah pihak. Seringkali orang
tua
dalam
digunakan
untuk
disusun
oleh
peneliti
memperbaiki konsep mereka tentang
sendiri. Berdasarkan pada bentuk-
kemampuan anak mereka setelah
bentuk
anak-anak
besar.
kenakalan yang melawan status,
Akibatnya, mereka memperlakukan
perilaku yang membahayakan diri
anak remaja mereka seperti ketika
sendiri dan orang lain, perilaku yang
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
menimbulkan
demikian
mengharapkan
perilaku yang mengakibatkan korban
anak “bertindak sesuai dengan usia”
fisik. Terdapat 21 aitem yang valid
terlebih bila berhubungan dengan
dan 11 aitem yang gugur. Aitem
masalah tanggung jawab (Hurlock,
kenakalan
2012).
mempunyai koefisien daya beda
menjadi
mereka
lebih
kenakalan
remaja
korban
remaja
yaitu
materi,
yang
sahih
aitem (item-total correlation) sebesar
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan
0,304 sampai
dengan 0,516 batas
antara
kritis
sebesar
persepsi
keharmonisan
(rtabel)
0,30
dan
keluarga dengan kenakalan remaja.
koefisien reliabilitas Alpha (α) =
METODE PENELITIAN
0,786.
Variabel dalam penelitian ini
adalah
Variabel
Skala persepsi keharmonisan
Tergantung
keluarga
4
yang
digunakan
yaitu
modifikasi dari skala yang disusun
hubungan negatif yang signifikan
oleh Ariani (2011). Aspek-aspek
antara
persepsi keharmonisan keluarga ini
keluarga dengan kenakalan remaja.
berdasarkan
Korelasi
konsep
teori
yang
persepsi
yang
bertanda
negatif
semakin
tinggi
persepsi
dikemukakan oleh Hawari (1997)
artinya
yaitu
keharmonisan
menciptakan
beragama
kehidupan
dalam
keharmonisan
keluarga
maka
keluarga,
semakin rendah kenakalan remaja.
mempunyai waktu bersama keluarga,
Sebaliknya semakin rendah persepsi
mempunyai komunikasi yang baik
keharmonisan
antar
saling
semakin tinggi kenakalan remaja. Ini
menghargai antar anggota keluarga,
berarti ada persepsi positif terhadap
kualitas dan kuantitas konflik yang
keluarga dapat diwujudkan dengan
minim, adanya hubungan atau ikatan
terciptanya
yang erat antar anggota keluarga.
dalam keluarga, waktu yang cukup
Terdapat 21 aitem valid dan 11 aitem
bersama
anggota
gugur. Indek daya beda bergerak
komunikasi
yang
antara 0,314 s/d 0,583 dan koefisien
menghargai, intensitas konflik yang
reliabilitas alpha (α) = 0,854.
rendah, dan ikatan yang erat antar
anggota
keluarga,
Penelitian ini menggunakan
keluarga
kehidupan
maka
beragama
keluarga,
baik,
saling
anggota keluarga. Sehingga remaja
analisis
statistik
teknik
korelasi
tumbuh kembang secara seimbang,
product
moment
untuk
menguji
menjadi
orang
dewasa
yang
hipotesis.
bertanggung jawab dan terhindar dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku anti sosial/amoral.
Berdasarkan
yang
telah
hasil
analisis
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
menggunakan
product
diperoleh
moment
hasil
Pearson
nilai
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa siswa SMK
Batur Jaya 1 Ceper memiliki persepsi
keharmonisan keluarga secara umum
maka
termasuk
koefisien
dalam
kategori
tinggi
berdasarkan rerata empirik sebesar
korelasi (r) sebesar -0,642 dengan p
65,98. Ini berarti siswa SMK Batur
value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada
Jaya 1 Ceper mempersepsikan hidup
5
di
keluarga
harmonis
kebutuhan
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
terpenuhi
biologis
demikian
dan
mereka
mengharapkan
psikologisnya, hubungan yang erat
anak “bertindak sesuai dengan usia”
dengan anggota keluarga.
terlebih bila berhubungan dengan
masalah tanggung jawab.
Penelitian ini juga diperkuat
dari hasil penelitian Hawari (1997)
Berdasarkan
kategorisasi
yang meneliti tiga kondisi keluarga
skala
yang
keluarga tidak terdapat subjek yang
berbeda
yaitu
:
keluarga
persepsi
keharmonisan
harmonis, keluarga berantakan (tidak
berada
harmonis), dan keluarga biasa-biasa
terdapat 0% siswa, tidak ada siswa
saja. Dari hasil penelitiannya tersebut
yang
menunjukkan bahwa remaja yang
terdapat 0 % siswa, sejumlah 12,6%
dibesarkan
(11
dari
berantakan
keluarga
(tidak
yang
harmonis)
dikategori
berada
siswa)
sangat
dikategori
memiliki
keharmonisan
keluarga
rendah
rendah
persepsi
dalam
mempunyai resiko lebih besar untuk
kategori sedang. Kategori tinggi
terganggu
jiwanya,
sebesar 59,78% (52 siswa) yang
mempunyai
kecenderungan
selanjutnya
untuk
memiliki
persepsi
keharmonisan
menjadi remaja yang nakal dengan
keluarga dalam kategori tinggi dan
melakukan tindakan anti sosial.
persepsi
keharmonisan
keluarga
Menurut teori dari Hurlock
dalam kategori sangat tinggi sebesar
(2012) Bila hubungan remaja muda
27,6% (24 siswa). Hasil tersebut
dengan
menunjukkan
anggota-anggota
keluarga
bahwa
frekuensi
tidak harmonis selama masa remaja,
persepsi
keharmonisan
keluarga
biasanya kesalahan terletak pada
tertinggi
terdapat
kategori
kedua belah pihak. Seringkali orang
tinggi.
tua
tidak
menolak
untuk
Penerapan
pada
persepsi
memperbaiki konsep mereka tentang
keharmonisan keluarga yang tinggi
kemampuan anak mereka setelah
ini sesuai dengan teori dari Harlock
anak-anak
besar.
(1973) menyatakan bahwa anak yang
Akibatnya, mereka memperlakukan
hubungan perkawinan orang tuanya
anak remaja mereka seperti ketika
bahagia akan mempersepsikan rumah
menjadi
lebih
6
mereka
sebagai
tempat
yang
rendah. Sedangkan retata empirik
membahagiakan untuk hidup karena
kenakalan remaja tergolong sangat
makin sedikit masalah antar orang
rendah
tua, semakin sedikit masalah yang
membuktikan
dihadapi
keharmonisan keluarga yang positif
anak,
dan
sebaliknya
(RE
=
25,44)
hal
bahwa
ini
persepsi
hubungan keluarga yang buruk akan
dapat
berpengaruh kepada seluruh anggota
keharmonisan keluarga yang tinggi.
keluarga. Suasana keluarga yang
menimbulkan
Berdasarkan
persepsi
hasil
analisis
tercipta adalah tidak menyenangkan
yang menunjukkan bahwa variabel
sehingga anak ingin keluar dari
persepsi
rumah sesering mungkin karena
memberikan
secara emosional suasana tersebut
sebesar
akan mempengaruhi masing-masing
kenakaln
anggota keluarga untuk bertengkar
menunjukkan
dengan lainnya.
keharmonisa keluarga mempengaruhi
Berdasarkan
skala kenakalan
kategorisasi
remaja
terdapat
kategori
remaja
66,7%
(58
siswa),
sebesar
siswa
yang
(27
siswa),
remaja.
variabel
Hal
bahwa
remaja
ini
persepsi
sebesar
41%
mempengaruhi
selain
kenakalan
variabel
persepsi
Menurut
Hurlock
(2012)
dalam
menambahkan bahwa remaja yang
kategori sedang sebesar 2,3% (2
hubungan keluarganya kurang baik
orang), sedangkan untuk kategori
juga
tinggi sebesar 0% siswa dan siswa
hubungan yang buruk dengan orang-
yang kenakalan remaja berada di
orang yang di luar rumah, apabila
kategori sangat tinggi sebesar 0%
didukung dengan lingkungan yang
siswa.
tersebut
kurang kondusif dan kepribadian
kenakalan
kurang baik maka akan memicu
Hasil
menunjukkan
remaja
termasuk
siswa
terhadap
keharmonisan keluarga.
termasuk kategori rendah sebesar
31%
efektif
sehingga hanya ada 59 % faktor lain
yang
rendah
keluarga
sumbangan
41%
kenakalan
subjek penelitian yang berada di
sangat
keharmonisan
penelitian
bahwa
siswa
dalam
sebagian
besar
kategori
sangat
dapat
mengembangkan
timbulnya berbagai penyimpangan
perilaku
7
dan
perbuatan-perbuatan
4. Sumbangan
negatif yang melanggar aturan dan
efektif
persepsi
keharmonisan keluarga terhadap
norma yang ada di masyarakat.
Keterkaitan antara persepsi
kenakalan remaja sebesar 41%.
keharmonisan keluarga sebagai salah
Hal ini menunjukkan variable
satu faktor penyebab kecenderungan
persepsi keharmonisan keluarga
perilaku kenakalan remaja itulah
mempengaruhi
yang menjadi minat penulis. Penulis
kenakalan remaja.
tertarik untuk mengetahui apakah
SARAN
benar terdapat hubungan negatif
1. Bagi orang tua
antara
persepsi
variabel
Disarankan kepada orang tua agar
keharmonisan
keluarga dengan kenakalan pada
dapat
menjaga
dan
remaja.
mempertahankan hubungan yang
KESIMPULAN
harmonis dalam keluarga, waktu
analisis
yang cukup untuk kelurga, saling
dan pembahasan yang telah diuraikan
mengahargai, dan penuh kasih
sebelumnya
sayang.
Berdasarkan
hasil
dapat
diambil
hubungan
negatif
anak
mempersepsikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada
Sehingga
harmonis
yang
akan
keluarganya
sebagai
upaya
pencegahan kenakalan remaja.
sangat signifikan antara persepsi
2. Bagi Guru
keharmonisan keluarga dengan
kenakalan remaja. Hal ini dapat
Disarankan
dapat
membantu
dilihat dari nilai korelasi sebesar
siswa
menciptakan
lingkungan
-0,641 dengan p value = 0,000 <
yang
kondusif,
0,01.
terjadinya kenakalan dengan cara
membantu
2. Persepsi keharmonisan keluarga
3. Bagi Subjek
Ceper tergolong tinggi.
Bagi
3. Kenakalan remaja pada siswa
Batur
Jaya
menyalurkan
potensi/bakat yang dimiliki siswa.
pada siswa SMK Batur Jaya 1
SMK
meminimalisir
1
siswa
kenakalan
Ceper
mengurangi
tergolong sangat rendah
positif
8
yang
mempunyai
tinggi
hendaknya
melalui
seperti
terlibat
kegiatan
dalam
Hurlock. 2012. Psikologi
Perkembangan, Suatu
Pendekatan sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
ekstakurikuler dan meningkatkan
prestasi akademik maupun non
akademik.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Kartono,K. 2014. Patologi Sosial 2.
Kenakalan
Remaja.
Jakarta: Rajawali Pers.
Bagi peneliti lain yang akan
melakukan
tema
penelitian
yang
sama
dengan
diharapkan
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan
Feldman, R. D. 2008. Human
Development (Perkembangan
Manusia) Buku 2. Jakarta :
Salemba Humanika
mampu memperbaiki kelemahan
yang terdapat dalam penelitian ini
yaitu dengan memperluas sampel
penelitian dan dapat melakukan
Prabowo,A(2013).
22
persen
pengguna narkoba adalah
pelajar.
Artikel
[18
http;//sindonews.com
Maret 2013]
proses pengambilan data dengan
situasi yang kondusif agar skala
yang diisi oleh siswa benar-benar
mewakili
atau
sesuai
dengan
Purnomo,
Asep.2011.”Hubungan
antara Konsep Diri dengan
Perilaku
Kenakalan
Remaja.” Skripsi. Surakarta:
UMS
Tim Penyusun Kamus.1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aji,W (2013). Kasus tawuran pelajar
terus meningkat tahun ini.
Artikel.http;//tribunnews.co
m [18 Maret 2014]
Ariani, N.W. 2011. Hubungan
Persepsi
Anak
terhadap
Keharmonisan
Keluarga
dengan Prestasi Belajar.
Skripsi. Surakarta: UMS
Hawari,D.1997. Alqu’an Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan
Mental. Jakarta: Dana Bhakti
Yasa
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent
Development (4th ed). Tokyo:
McGraw-Hill
Kogakusha
Ltd.
9