HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Harga Diri pada Remaja.
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
HARGA DIRI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ARISKA KARUNIA BUDIANTI
F 100 110 076
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
ii
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
HARGA DIRI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ARISKA KARUNIA BUDIANTI
F 100 110 076
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
1
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
HARGA DIRI PADA REMAJA
Ariska Karunia Budianti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
rizkafilareshopia@yahoo.com
Pembimbing:
Nanik Prihartanti
Abstract
The research aim to know the relationship between the family harmony
with self-esteem on teenagers, knowing the level of family harmony in the
teenagers, knowing the level of self-esteem on teenagers, and to know the
contribution toward family harmony self-esteem on teenagers. The research
choose quantitative methods to achieve the objectives of this research. The subject
in this study are students class X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta and consists
of four grades X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3, and X IPS 4. The results of the
correlation coefficient (r) of 0,176 with p value = 0,018 < 0,05 which means there
is a significant positive relationship between family harmony with self-esteem on
teenagers. And from the results of the analysis found that the variable has the
empirical average self-esteem (RE) 21,42 and of the average hypothetic of 17,5
which means the subject of self-esteem in this study belongs to high. Of variable
harmonious family having an empirical average (RE) as much as 75,39 and
hypothetic average (RH) as much as 57,5 which means harmonious family
building in teenagers considered to be high. Effective contributions given
harmonious family side variables to self-esteem to research to 0,31 which mean
harmonious family building turn influences the amounting of teens 0,31% and
there are 99,7 another factors.
Keyword : family harmony, self-esteem
berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun
PENDAHULUAN
Masa
remaja
dalam
sampai remaja akhir atau awal usia 20
masyarakat industri modern adalah
tahun, masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke
dengan
masa
pertumbuhan
dewasa.
Masa
remaja
1
remaja
awal
kesempatan
fisik,
kognitif,
penuh
untuk
dan
2
psikososial
tetapi
juga
beresiko
keras, perkataan terhadap anak juga
terhadap kesehatan mental (Feldman,
menyakitkan
2009).
memerintah,
Dalam
terdapat
semua
kebutuhan,
problem-problem
hati,
lebih
banyak
dan
kurang
mendengarkan keluahan atau usul dari
yang
anak-anak dampak buruknya remaja
terdapat dalam diri remaja diantaranya
akan mengalami tekanan jiwa yang
adalah problem penyesuaian diri yang
berdampak
merupakan
kemampuan
kemampuan
seseorang
buruk
terhadap
intelektualnya,
untuk hidup dan bergaul secara wajar
perkembangan
terhadap
pertumbuhan fisik dan yang mungkin
lingkungannya,
sehingga
remaja merasa puas terhadap dirinya
Menurut Aristoteles (dalam
Willis,
Menurut
Willis
dan
akan berujung pada bunuh diri.
dan terhadap lingkungannya (Willis,
2005).
emosi,
2005)
fase
perkembangan
(2005)
manusia dibagi menjadi 3 kali 7 tahun,
kegagalan dalam penyesuaian diri
yaitu masa kanak-kanak yang berusia
dapat disebabkan oleh adanya faktor-
0 tahun sampai dengan 7 tahun, masa
faktor pengalaman terdahulu yang
anak sekolah yang berusia 7 tahun
pernah dialami seseorang, remaja yang
sampai dengan 14 tahun, kemudian 14
mengalami kegagalan penyesuaian diri
tahun
di dalam keluarga akan menimbulkan
merupakan masa remaja. Remaja yang
perasaan rasa takut, apatis, dendam,
mengalami depresi cenderung untuk
tidak kreatif, kenakalan remaja, anak
melakukan bullying, semakin tinggi
menjadi pendiam, tidak dapat bergaul
tingkat depresi remaja maka semakin
dengan orang lain, stres, dan depresi
tinggi pula tingkat bullying yang
pada anak. Kegagalan penyesuaian
dilakukan (Uba, Yacob, & Juhari,
diri anak dalam keluarga disebabkan
2010).
karena orang tua yang keras (otoriter)
yang
artinya
orang
dengan
21
tahun
Bullying memiliki dampak
merasa
serius baik secara fisik maupun secara
berkuasa di dalam rumah tangga
psikis, secara fisik kekerasan ini dapat
sehingga
yang
mengakibatkan luka dan kerusakan
dilakukan terhadap anak terkesan
tubuh antara lain memar, luka sayat,
segala
tua
sampai
tindakan
3
luka bakar, luka organ bagian dalam
menunjukan hasil bahwa yang dapat
seperti pendarahan otak, pecahnya
mempengaruhi kebahagiaan remaja
lambung, usus hati, hingga kondisi
adalah kelekatan keluarga, harga diri,
bullying
religiusitas, dan asertivitas. Kemudian
koma.
Secara
psikologis
mengakibatkan rendahnya harga diri
penelitian
hingga depresi
dan pada jangka
(Herbyanti, 2009) mengatakan bentuk
panjang bullying dapat menyebabkan
kebahagiaan yang dirasakan remaja
trauma (Damantari, 2006).
yaitu sebuah kebahagiaan apabila
Namun
serangkaian
yang
dilakukan
oleh
mempunyai keluarga yang utuh dan
penelitian yang dikemukakan oleh
mendapatkan
(Sarwono & Meinarno, 2009) dampak
keluarga, adanya lingkungan yang
negatif dari harga diri yang tinggi
harmonis, adanya keinginan yang
adalah
tercapai
remaja
akan
bullying,
perilaku
melakukan
narsisme,
dan
serta
kasih
adanya
sayang
peran
dari
dan
dukungan keluarga.
eksibisionisme hal ini dikarenakan
harga
diri
tinggi
mencerminkan
METODE PENELITIAN
superioritas terhadap orang lain dan
orang
termotivasi
untuk
terus
mempertahankannya.
Subjek penelitian adalah siswasiswi
kelas
Muhammadiyah
1
Surakarta dengan jumlah 144 siswa
Menurut Fiest & Fiest (2010)
yang berjenis kelamin perempuan
harga diri yang rendah berakibat pada
berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah
munculnya
tidak
61. Teknik sampling yang digunakan
menghargai diri, dan kurangnya rasa
adalah cluster random sampling. Dari
percaya
menurut
beberapa kelas X yang berada di SMA
(Alwisol, 2010) anak yang memiliki
tersebut, terpilihlah empat kelas yang
harga diri rendah akan cenderung
menjadi subjek penelitian yaitu kelas
menunjukan
sikap
X IPS1 (35 siswa), X IPS2 (35 siswa),
frustasi karena kebutuhan akan harga
X IPS3 (38 siswa), dan X IPS4 (36
diri tidak dapat terpenuhi dengan baik.
siswa).
keraguan
diri.
Sedangkan
perasaan
Menurut
dilakukan
diri,
oleh
dan
penelitian
yang
Skala harga diri yang digunakan
Afiatin
(2013)
dalam penelitian ini di adopsi dari
4
skala yang digunakan (Azwar, 1979)
mempunyai
yang
merupakan
Indonesia
corrected
item-total
versi
bahasa
correlation bergerak dari 0,312–0,582
skala
yang
dan koefisien reliabilitas alpha (α) =
dari
dikemukakan oleh (Rosenberg, 1965)
berdasarkan aspek harga diri yang
0,880.
Penelitian
ini
menggunakan
dikemukakan oleh (Rosenberg dalam
analisis
statistik
teknik
korelasi
Rahmania
product
moment
untuk
menguji
hipotesis
dengan
asumsi
variabel
&
peneriamaan
Yuniar,
diri
2012)
dan
dan
penghormatan diri. Terdapat 7 aitem
keharmonisan
valid dan 3 aitem gugur. Aitem valid
variable harga diri memenuhi asumsi
corrected
mempunyai
correlation
bergerak
item-total
dari
keluarga
dengan
linier, normal.
0,284
sampai 0,398 dan koefisien reliabilitas
alpha (α) = 0,590.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang
Skala keharmonisan keluarga
telah dilakukan dengan menggunakan
yang digunakan dalam penelitian ini di
teknik korelasi Product Moment Karl
adopsi dari skala yang disusun oleh
Pearson maka diperoleh hasil nilai
(Maria,
2007)
berdasarkan
aspek
koefisien korelasi (r) sebesar 0,176
keluarga
yang
dengan p value = 0,018 < 0,05 yang
dikemukakan oleh (Hawari dalam
berarti ada hubungan positif yang
Maria,
signifikan
keharmonisan
2007),
yakni
menciptakan
antara
keharmonisan
kehidupan beragama dalam keluarga,
keluarga dengan harga diri pada
mempunyai waktu bersama keluarga,
remaja. Hal ini sesuai dengan hasil
mempunyai komunikasi yang baik
penelitian
antar
saling
(Cashwell, 1995) menunjukan hasil
menghargai antar sesame anggota
bahwa terdapat korelasi positif antara
keluarga,
kuantitas
hubungan harmonis antar keluarga
konflik yang minim, adanya hubungan
terhadap harga diri siswa sekolah
atau ikatan yang erat antar anggota
menengah, karena kekuatan keluarga
keluarga. Terdapat 23 aitem valid dan
merupakan
2
penghargaan pada diri sendiri. Dan di
anggota
aitem
keluarga,
kualitas
gugur.
dan
Aitem
valid
yang
dilakukan
variable
oleh
prediktor
5
dukung pula dengan adanya penelitian
Harga diri bukan merupakan
yang dilakukan oleh (Wong, Chen, &
sesuatu yang muncul secara tiba-tiba
Wu,
hasil
dan dengan sendirinya ataupun dibawa
bahwa harga diri memiliki korelasi
sejak lahir, melainkan melalui suatu
yang
proses dan pembentukan yang dimulai
2010)
mengemukakan
positif
terhadap
harmonis
dan
pengaruh
oleh
hubungan
dengan
adanya
lingkungan
sosial
perkembangannya terjadi sepanjang
keluarga, hasil ini juga memaparkan
hidup, sehingga keadaan dan situasi
bahwa
keluarga
keadaan
keluarga
juga
dari
masa
kanak-kanak
sangat
serta
mempengaruhi
berpengaruh terhadap pembentukan
pembentukan harga diri (Lestari &
pandangan anak mengenai dunia.
Koentjoro, 2002).
Salah
dari
Hubungan positif antara orang
pembentukan harga diri adalah family
tua dengan anak akan menghasilkan
experience,
keluarga
anak yang bahagia, ramah tamah,
menunjukan
dianggap menarik oleh orang lain,
bahwa self-concept yang dibangun
relatif bebas dari kecemasan, dan
mencerminkan gambaran diri yang di
pandai bekerja sama dalam kelompok
komunikasikan atau disampaikan oleh
(Setyawati, 2007). Sedangkan ciri-ciri
orang-orang
dalam
seseorang memiliki harga diri yang
others)
tinggi menurut (Baron & Byrne, 2012)
&
Myers
adalah individu tersebut menyukai
2010).
Karena
dirinya sendiri, memiliki evaluasi
terhadap
satu
pengaruh
harga
diri
terpenting
(significant
hidupnya
(Michener,
dalam
faktor
DeLamater
Anggraeni,
keluarga adalah lingkungan hidup
yang
pertama dan utama bagi setiap anak
berdasarkan opini orang lain dan
yang didalamnya terdapat rangsangan,
sebagian
hambatan,
yang spesifik.
pertama
atau
dalam
perkembangan
biologis
positif
yang
berdasarkan
sebagian
pengalaman
pengaruh
yang
pertumbuhan
dan
Dari hasil penelitian ini juga
perkembangan
dapat dilihat bahwa harga diri pada
perkembangan
subjek tergolong tinggi dengan rerata
baik
maupun
pribadinya (Aryatmi, 1985).
empirik 27,73 yang diikuti dengan
keharmonisan keluarga pada subjek
6
juga tergolong tinggi dengan rerata
sinisme. (4) adanya pemukulan fisik
empirik 75,36 hal ini sesuai dengan
dan pelecehan. (5) tidak adanya
teori yang dikemukakan oleh (Soesilo,
pengakuan dan pujian untuk prestasi.
1985)
dalam
(6) terdapat kelebihan dan keunikan
kandungan, interaksi yang harmonis
yang selalu diabaikan (On My Own
antara ayah dan ibu menjadi faktor
To Feet: Identity and Self-Esteem,
yang penting karena menurut hasil
1997).
sejak
anak
masih
penelitian yang dilakukan oleh Soesilo
Selain itu, berdasarkan
menunjukkan bahwa kebanyakan anak
analisis yang menunjukkan bahwa
yang mengalami gangguan tingkah
variable
laku berasal dari keluarga yang tidak
memberikan
harmonis. Hal ini dikarenakan suami
sebesar 0,31% terhadap variable harga
kurang memberikan dukungan dan
diri. Hal ini menunjukkan bahwa
kasih sayang selama kehamilan pada
keharmonisan keluarga mempengaruhi
istri dampaknya adalah calon ibu akan
harga diri sebesar 0,31% sehingga ada
merasa
bersalah
membenci
99,7% faktor lain yang mempengaruhi
anaknya
yang
lahir
harga
atau
belum
dan
akibatnya anak yang tidak dicintai
oleh
orang
tua
biasanya
akan
keharmonisan
keluarga
sumbangan
diri
hasil
efektif
selain
variabel
keharmonisan keluarga.
Hasil
oleh
penelitian
yang
Afiatin
(2013)
cenderung menjadi orang dewasa yang
dilakukan
membenci dirinya sendiri dan merasa
menunjukkan hasil bahwa yang dapat
tidak layak untuk di cintai karena
mempengaruhi kebahagiaan remaja
memiliki harga diri yang rendah dan
adalah kelekatan keluarga, harga diri,
selalu dihinggapi dengan rasa cemas.
religiusitas,
dan
asertivitas.
Harga diri rendah berasal dari
Kebahagiaan yang dirasakan remaja
pengalaman seseorang seiring dengan
yaitu sebuah kebahagiaan apabila
pertumbuhannya, seperti: (1) tidak
mempunyai keluarga yang utuh dan
adanya kasih sayang, dorongan, dan
mendapatkan
tantangan. (2) tidak terdapat cinta dan
keluarga, adanya lingkungan yang
penerimaan. (3) selalu mengalami
harmonis, adanya keinginan yang
kritikan,
tercapai
ejekan,
sarkasme,
dan
serta
kasih
adanya
sayang
peran
dari
dan
7
dukungan keluarga (Herbyanti, 2009).
menemukan pasangan karena pada
99,7%
remaja usia 14 hingga 16 tahun remaja
faktor
dihasilkan
lain
dari
performance
kemungkinan
faktor
lain
feedback,
yaitu
akan mengeksplorasi relasi romantis
social
dan pada tahap ini (Canolly &
comparison (Michener, DeLamater, &
McIsaac
Myers dalam Anggraeni, 2010), citra
Selain itu, kondisi subjek ketika
tubuh dan lingkungan sosial dan
mengisi angket juga mempengaruhi
budaya
subjek
hasil dari penelitian terutama masalah
penelitian dalam penelitian ini berusia
kejujuran keadaan sebenarnnya dan
±16 tahun. Hal ini dikarenakan, pada
keseriusan dalam pengisian angket.
remaja,
karena
dalam
Santrock,
2012).
masa remaja preokupasi terhadap citra
tubuh itu sangat kuat di antara para
remaja, namun secara khusus sangat
KESIMPULAN
1. Ada hubungan positif yang
terlihat pada masa remaja awal ketika
sangat
remaja tidak puas dengan tubuhnya
keharmonisan keluarga dengan
dibandingkan pada masa remaja akhir
harga diri pada remaja. hal ini
(Santrock, 2012).
dapat
Remaja awal lebih banyak
signifikan
dilihat
koefisien
antara
dari
korelasi
nilai
sebesar
menyesuaikan diri terhadap standar
0,176 dengan p value = 0,018
kawan sebayanya, dalam taraf ini
< 0,05.
remaja
cenderung
melakukan
hal
2. Sumbangan
efektif
yang
negatif seperti mencuri, menutup roda
diberikan
variable
mobil, membuat grafiti di dinding,
keharmonisan
keluarga
atau mencuri kosmetik dari konter
terhadap variable harga diri
toko
sebesar
bersama
(Santrock,
kawan
2012).
menghabiskan
waktunya
untuk
cukup
sebayanya
0,31
yang
berarti
Remaja
keharmonisan
banyak
memperngaruhi
harga
sebesar
dan
berpacaran
atau
0,31%
keluarga
diri
masih
berpikir mengenai pacaran, karena
terdapat 99,7% faktor lain
pacaran merupakan bentuk relasi yang
yang mempengaruhi. Hal ini
akrab dan juga suatu cara untuk
dapat
dilihat
dari
hasil
8
koefisien korelasi (0,176)2 x
tua dapat
100%.
bersama (quality time) dan saling
menjadwalkan kegiatan
3. Keharmonisan keluarga pada
sharing serta memberikan contoh
penelitian ini tergolong dalam
perilaku yang dapat membuat anak
kategori tinggi dengan rerata
dapat menghargai diri sendiri maupun
empiric
orang lain.
(RE
=
75,39),
sedangkan harga diri
pada
Terkait dalam pihak institusi,
penelitian ini juga tergolong
untuk
mengimbangi
hal
tersebut
tinggi dengan rerata empiric
ketersediaan kegiatan ekstrakulikuler
(RE = 21,42).
dari pihak sekolah menjadi sangat
penting dalam pembentukan harga diri
tinggi pada siswa. Bimbingan dan
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
penelitian,
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
Membina
harmonis
antar
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
juga memiliki kontribusi yang penting
hubungan
anggota
pengawasan dari pihak guru dalam
yang
keluarga
dalam pembentukan harga diri pada
siswa, disamping itu
mengurangi
lakukan khususnya bagi orang tua,
sehingga siswa dapat memanfaatkan
karena
waktu
sangat
berpengaruh
dengan
luang
dapat
merupakan suatu hal yang penting di
akan
waktu
juga
kegiatan
siswa
yang
terhadap keadaan psikologis anggota
bermanfaat. Selain itu sekolah dapat
keluarga yang lain terutama bagi
mengundang orang tua ataupun wali
seorang anak. Perasaan bahagia pada
murid untuk datang ke sekolah guna
anak akan membuat harga diri anak
melakukan
menjadi tinggi hal ini dikarenakan
sekolah maupun orang tua atau wali
didalam keluarga terjadi interaksi
murid yang lain mengenai pentingnya
yang positif, saling menghargai satu
keadaan atau kondisi keluarga dalam
sama lain sehingga anak melakukan
perkembangan anak.
sharing
dengan
pihak
perilaku modelling yaitu anak dapat
menghargai dirinya sendiri. Terkait
DAFTAR PUSTAKA
dengan hal tersebut, hendaknya orang
Afiatin,
T.
(2013).
Family
Attachment,
Harga
diri,
9
Religiosity, Assertiveness, and
Sense of Community as
Predictors
of
Adolescent
Happiness. Anima, XXIX(1),
38-49.
Alwisol.
(2010).
Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Anggraeni, S. (2010). Gambaran
Harga diri pada Pelaku
Redivisme:
Studi
pada
Residisme
di
Lembaga
Permasyarakatan
Klas
I
Cipinang. Indigenous, II(2),
Aryatmi,
S. (1985). Pengaruh
Keluarga pada Pembentukan
Pribadi dan Kehidupan Seks
Anak. In K. Kartono, Peranan
Keluarga Memandu Anak (pp.
27-35). Jakarta: CV. Rajawali.
Azwar, S. (1979). Harga diri dan
Prestasi Akademik Mahasiswa
Tingkat
Sarjana
Muda.
Universitas
Gajah
Mada,
Fakultas
Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Baron, R., & Byrne, D. (2012).
Psikologi
Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Cashwell, C. S. (1995). Family
Functioning and Harga diri of
Middle-School Students: A
Matter
of
Perspective?
Humanistic Education and
Development, XXXIV, 83-91.
Damantari,
D.
(2006).
Studi
Komparatif: Perilaku Bullying
pada Remaja di Sekolah
Ditinjau dari Jenis Kelamin.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta,
Surakarta: UMS.
Psikologi.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Feldman,
P.
(2009).
Human
Development. Jakarta: Salemba
Humanika.
Herbyanti, D. (2009). Kebahagiaan
(Happiness) pada Remaja di
Daerah Abrasi. Indigenous,
XI(2), 60-73.
Lestari, R., & Koentjoro. (2002).
Pelatihan Berpikir Otomatis
untuk Meningkatkan Harga
Diri Pelacur yang Tinggal di
Luar Panti Sosial. Indigenous,
VI(2).
Maria, U. (2007). Peran Persepsi
Keharmonisan Keluarga dan
Konsep
Diri
teradap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja. Universitas Gajah
Mada, Pascasarjana Psikologi.
Yogyakarta: Diterbitkan.
Rahmania, & Yuniar, I. (2012, Juni).
Hubungan antara Harga diri
dengan Kecenderungan Body
Dysmorphic Disorder pada
Remaja Putri. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental,
I(2), 110-117.
Rosenberg, M. (1965). Society and the
Adolescent
Self-Image.
Princeton:
Princeton
University Press.
Santrock, J. W. (2012). Life Span
Development.
Jakarta:
Erlangga.
10
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A.
(2009).
Psikologi
Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Setyawati, L. (2007). Terapi Keluarga
Salah Satu Bentuk Psikoterapi
yang Efektif. In Soetjiningsih,
Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya (pp. 311318). Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Soesilo, A. (1985). Pengaruh Sikap
Orang Tua terhadap Anak. In
Kartono, & Kartini, Peranan
Keluarga Memandu Anak (pp.
19-25). Jakarta: CV. Rajawali.
Uba, I., Yacob, S., & Juhari, R.
(2010). Bullying and it's
Relationship with Depression
Among Teenagers. Journal
Psychology, I(1), 15-22.
Willis, S. S. (2005). Remaja dan
Masalahnya. Bandung: CV.
Alfabeta.
Wong, M., Chen, S. X., & Wu, W.
(2010). How Family Matters in
Shaping
Offspring
Worldviews: Personal and
Interpersonal Antecedents of
Children’s Social Axioms.
Journal of Psychology in
Chinese Societies, XI(1), 7390.
HARGA DIRI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ARISKA KARUNIA BUDIANTI
F 100 110 076
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
ii
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
HARGA DIRI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ARISKA KARUNIA BUDIANTI
F 100 110 076
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
1
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
HARGA DIRI PADA REMAJA
Ariska Karunia Budianti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
rizkafilareshopia@yahoo.com
Pembimbing:
Nanik Prihartanti
Abstract
The research aim to know the relationship between the family harmony
with self-esteem on teenagers, knowing the level of family harmony in the
teenagers, knowing the level of self-esteem on teenagers, and to know the
contribution toward family harmony self-esteem on teenagers. The research
choose quantitative methods to achieve the objectives of this research. The subject
in this study are students class X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta and consists
of four grades X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3, and X IPS 4. The results of the
correlation coefficient (r) of 0,176 with p value = 0,018 < 0,05 which means there
is a significant positive relationship between family harmony with self-esteem on
teenagers. And from the results of the analysis found that the variable has the
empirical average self-esteem (RE) 21,42 and of the average hypothetic of 17,5
which means the subject of self-esteem in this study belongs to high. Of variable
harmonious family having an empirical average (RE) as much as 75,39 and
hypothetic average (RH) as much as 57,5 which means harmonious family
building in teenagers considered to be high. Effective contributions given
harmonious family side variables to self-esteem to research to 0,31 which mean
harmonious family building turn influences the amounting of teens 0,31% and
there are 99,7 another factors.
Keyword : family harmony, self-esteem
berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun
PENDAHULUAN
Masa
remaja
dalam
sampai remaja akhir atau awal usia 20
masyarakat industri modern adalah
tahun, masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke
dengan
masa
pertumbuhan
dewasa.
Masa
remaja
1
remaja
awal
kesempatan
fisik,
kognitif,
penuh
untuk
dan
2
psikososial
tetapi
juga
beresiko
keras, perkataan terhadap anak juga
terhadap kesehatan mental (Feldman,
menyakitkan
2009).
memerintah,
Dalam
terdapat
semua
kebutuhan,
problem-problem
hati,
lebih
banyak
dan
kurang
mendengarkan keluahan atau usul dari
yang
anak-anak dampak buruknya remaja
terdapat dalam diri remaja diantaranya
akan mengalami tekanan jiwa yang
adalah problem penyesuaian diri yang
berdampak
merupakan
kemampuan
kemampuan
seseorang
buruk
terhadap
intelektualnya,
untuk hidup dan bergaul secara wajar
perkembangan
terhadap
pertumbuhan fisik dan yang mungkin
lingkungannya,
sehingga
remaja merasa puas terhadap dirinya
Menurut Aristoteles (dalam
Willis,
Menurut
Willis
dan
akan berujung pada bunuh diri.
dan terhadap lingkungannya (Willis,
2005).
emosi,
2005)
fase
perkembangan
(2005)
manusia dibagi menjadi 3 kali 7 tahun,
kegagalan dalam penyesuaian diri
yaitu masa kanak-kanak yang berusia
dapat disebabkan oleh adanya faktor-
0 tahun sampai dengan 7 tahun, masa
faktor pengalaman terdahulu yang
anak sekolah yang berusia 7 tahun
pernah dialami seseorang, remaja yang
sampai dengan 14 tahun, kemudian 14
mengalami kegagalan penyesuaian diri
tahun
di dalam keluarga akan menimbulkan
merupakan masa remaja. Remaja yang
perasaan rasa takut, apatis, dendam,
mengalami depresi cenderung untuk
tidak kreatif, kenakalan remaja, anak
melakukan bullying, semakin tinggi
menjadi pendiam, tidak dapat bergaul
tingkat depresi remaja maka semakin
dengan orang lain, stres, dan depresi
tinggi pula tingkat bullying yang
pada anak. Kegagalan penyesuaian
dilakukan (Uba, Yacob, & Juhari,
diri anak dalam keluarga disebabkan
2010).
karena orang tua yang keras (otoriter)
yang
artinya
orang
dengan
21
tahun
Bullying memiliki dampak
merasa
serius baik secara fisik maupun secara
berkuasa di dalam rumah tangga
psikis, secara fisik kekerasan ini dapat
sehingga
yang
mengakibatkan luka dan kerusakan
dilakukan terhadap anak terkesan
tubuh antara lain memar, luka sayat,
segala
tua
sampai
tindakan
3
luka bakar, luka organ bagian dalam
menunjukan hasil bahwa yang dapat
seperti pendarahan otak, pecahnya
mempengaruhi kebahagiaan remaja
lambung, usus hati, hingga kondisi
adalah kelekatan keluarga, harga diri,
bullying
religiusitas, dan asertivitas. Kemudian
koma.
Secara
psikologis
mengakibatkan rendahnya harga diri
penelitian
hingga depresi
dan pada jangka
(Herbyanti, 2009) mengatakan bentuk
panjang bullying dapat menyebabkan
kebahagiaan yang dirasakan remaja
trauma (Damantari, 2006).
yaitu sebuah kebahagiaan apabila
Namun
serangkaian
yang
dilakukan
oleh
mempunyai keluarga yang utuh dan
penelitian yang dikemukakan oleh
mendapatkan
(Sarwono & Meinarno, 2009) dampak
keluarga, adanya lingkungan yang
negatif dari harga diri yang tinggi
harmonis, adanya keinginan yang
adalah
tercapai
remaja
akan
bullying,
perilaku
melakukan
narsisme,
dan
serta
kasih
adanya
sayang
peran
dari
dan
dukungan keluarga.
eksibisionisme hal ini dikarenakan
harga
diri
tinggi
mencerminkan
METODE PENELITIAN
superioritas terhadap orang lain dan
orang
termotivasi
untuk
terus
mempertahankannya.
Subjek penelitian adalah siswasiswi
kelas
Muhammadiyah
1
Surakarta dengan jumlah 144 siswa
Menurut Fiest & Fiest (2010)
yang berjenis kelamin perempuan
harga diri yang rendah berakibat pada
berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah
munculnya
tidak
61. Teknik sampling yang digunakan
menghargai diri, dan kurangnya rasa
adalah cluster random sampling. Dari
percaya
menurut
beberapa kelas X yang berada di SMA
(Alwisol, 2010) anak yang memiliki
tersebut, terpilihlah empat kelas yang
harga diri rendah akan cenderung
menjadi subjek penelitian yaitu kelas
menunjukan
sikap
X IPS1 (35 siswa), X IPS2 (35 siswa),
frustasi karena kebutuhan akan harga
X IPS3 (38 siswa), dan X IPS4 (36
diri tidak dapat terpenuhi dengan baik.
siswa).
keraguan
diri.
Sedangkan
perasaan
Menurut
dilakukan
diri,
oleh
dan
penelitian
yang
Skala harga diri yang digunakan
Afiatin
(2013)
dalam penelitian ini di adopsi dari
4
skala yang digunakan (Azwar, 1979)
mempunyai
yang
merupakan
Indonesia
corrected
item-total
versi
bahasa
correlation bergerak dari 0,312–0,582
skala
yang
dan koefisien reliabilitas alpha (α) =
dari
dikemukakan oleh (Rosenberg, 1965)
berdasarkan aspek harga diri yang
0,880.
Penelitian
ini
menggunakan
dikemukakan oleh (Rosenberg dalam
analisis
statistik
teknik
korelasi
Rahmania
product
moment
untuk
menguji
hipotesis
dengan
asumsi
variabel
&
peneriamaan
Yuniar,
diri
2012)
dan
dan
penghormatan diri. Terdapat 7 aitem
keharmonisan
valid dan 3 aitem gugur. Aitem valid
variable harga diri memenuhi asumsi
corrected
mempunyai
correlation
bergerak
item-total
dari
keluarga
dengan
linier, normal.
0,284
sampai 0,398 dan koefisien reliabilitas
alpha (α) = 0,590.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang
Skala keharmonisan keluarga
telah dilakukan dengan menggunakan
yang digunakan dalam penelitian ini di
teknik korelasi Product Moment Karl
adopsi dari skala yang disusun oleh
Pearson maka diperoleh hasil nilai
(Maria,
2007)
berdasarkan
aspek
koefisien korelasi (r) sebesar 0,176
keluarga
yang
dengan p value = 0,018 < 0,05 yang
dikemukakan oleh (Hawari dalam
berarti ada hubungan positif yang
Maria,
signifikan
keharmonisan
2007),
yakni
menciptakan
antara
keharmonisan
kehidupan beragama dalam keluarga,
keluarga dengan harga diri pada
mempunyai waktu bersama keluarga,
remaja. Hal ini sesuai dengan hasil
mempunyai komunikasi yang baik
penelitian
antar
saling
(Cashwell, 1995) menunjukan hasil
menghargai antar sesame anggota
bahwa terdapat korelasi positif antara
keluarga,
kuantitas
hubungan harmonis antar keluarga
konflik yang minim, adanya hubungan
terhadap harga diri siswa sekolah
atau ikatan yang erat antar anggota
menengah, karena kekuatan keluarga
keluarga. Terdapat 23 aitem valid dan
merupakan
2
penghargaan pada diri sendiri. Dan di
anggota
aitem
keluarga,
kualitas
gugur.
dan
Aitem
valid
yang
dilakukan
variable
oleh
prediktor
5
dukung pula dengan adanya penelitian
Harga diri bukan merupakan
yang dilakukan oleh (Wong, Chen, &
sesuatu yang muncul secara tiba-tiba
Wu,
hasil
dan dengan sendirinya ataupun dibawa
bahwa harga diri memiliki korelasi
sejak lahir, melainkan melalui suatu
yang
proses dan pembentukan yang dimulai
2010)
mengemukakan
positif
terhadap
harmonis
dan
pengaruh
oleh
hubungan
dengan
adanya
lingkungan
sosial
perkembangannya terjadi sepanjang
keluarga, hasil ini juga memaparkan
hidup, sehingga keadaan dan situasi
bahwa
keluarga
keadaan
keluarga
juga
dari
masa
kanak-kanak
sangat
serta
mempengaruhi
berpengaruh terhadap pembentukan
pembentukan harga diri (Lestari &
pandangan anak mengenai dunia.
Koentjoro, 2002).
Salah
dari
Hubungan positif antara orang
pembentukan harga diri adalah family
tua dengan anak akan menghasilkan
experience,
keluarga
anak yang bahagia, ramah tamah,
menunjukan
dianggap menarik oleh orang lain,
bahwa self-concept yang dibangun
relatif bebas dari kecemasan, dan
mencerminkan gambaran diri yang di
pandai bekerja sama dalam kelompok
komunikasikan atau disampaikan oleh
(Setyawati, 2007). Sedangkan ciri-ciri
orang-orang
dalam
seseorang memiliki harga diri yang
others)
tinggi menurut (Baron & Byrne, 2012)
&
Myers
adalah individu tersebut menyukai
2010).
Karena
dirinya sendiri, memiliki evaluasi
terhadap
satu
pengaruh
harga
diri
terpenting
(significant
hidupnya
(Michener,
dalam
faktor
DeLamater
Anggraeni,
keluarga adalah lingkungan hidup
yang
pertama dan utama bagi setiap anak
berdasarkan opini orang lain dan
yang didalamnya terdapat rangsangan,
sebagian
hambatan,
yang spesifik.
pertama
atau
dalam
perkembangan
biologis
positif
yang
berdasarkan
sebagian
pengalaman
pengaruh
yang
pertumbuhan
dan
Dari hasil penelitian ini juga
perkembangan
dapat dilihat bahwa harga diri pada
perkembangan
subjek tergolong tinggi dengan rerata
baik
maupun
pribadinya (Aryatmi, 1985).
empirik 27,73 yang diikuti dengan
keharmonisan keluarga pada subjek
6
juga tergolong tinggi dengan rerata
sinisme. (4) adanya pemukulan fisik
empirik 75,36 hal ini sesuai dengan
dan pelecehan. (5) tidak adanya
teori yang dikemukakan oleh (Soesilo,
pengakuan dan pujian untuk prestasi.
1985)
dalam
(6) terdapat kelebihan dan keunikan
kandungan, interaksi yang harmonis
yang selalu diabaikan (On My Own
antara ayah dan ibu menjadi faktor
To Feet: Identity and Self-Esteem,
yang penting karena menurut hasil
1997).
sejak
anak
masih
penelitian yang dilakukan oleh Soesilo
Selain itu, berdasarkan
menunjukkan bahwa kebanyakan anak
analisis yang menunjukkan bahwa
yang mengalami gangguan tingkah
variable
laku berasal dari keluarga yang tidak
memberikan
harmonis. Hal ini dikarenakan suami
sebesar 0,31% terhadap variable harga
kurang memberikan dukungan dan
diri. Hal ini menunjukkan bahwa
kasih sayang selama kehamilan pada
keharmonisan keluarga mempengaruhi
istri dampaknya adalah calon ibu akan
harga diri sebesar 0,31% sehingga ada
merasa
bersalah
membenci
99,7% faktor lain yang mempengaruhi
anaknya
yang
lahir
harga
atau
belum
dan
akibatnya anak yang tidak dicintai
oleh
orang
tua
biasanya
akan
keharmonisan
keluarga
sumbangan
diri
hasil
efektif
selain
variabel
keharmonisan keluarga.
Hasil
oleh
penelitian
yang
Afiatin
(2013)
cenderung menjadi orang dewasa yang
dilakukan
membenci dirinya sendiri dan merasa
menunjukkan hasil bahwa yang dapat
tidak layak untuk di cintai karena
mempengaruhi kebahagiaan remaja
memiliki harga diri yang rendah dan
adalah kelekatan keluarga, harga diri,
selalu dihinggapi dengan rasa cemas.
religiusitas,
dan
asertivitas.
Harga diri rendah berasal dari
Kebahagiaan yang dirasakan remaja
pengalaman seseorang seiring dengan
yaitu sebuah kebahagiaan apabila
pertumbuhannya, seperti: (1) tidak
mempunyai keluarga yang utuh dan
adanya kasih sayang, dorongan, dan
mendapatkan
tantangan. (2) tidak terdapat cinta dan
keluarga, adanya lingkungan yang
penerimaan. (3) selalu mengalami
harmonis, adanya keinginan yang
kritikan,
tercapai
ejekan,
sarkasme,
dan
serta
kasih
adanya
sayang
peran
dari
dan
7
dukungan keluarga (Herbyanti, 2009).
menemukan pasangan karena pada
99,7%
remaja usia 14 hingga 16 tahun remaja
faktor
dihasilkan
lain
dari
performance
kemungkinan
faktor
lain
feedback,
yaitu
akan mengeksplorasi relasi romantis
social
dan pada tahap ini (Canolly &
comparison (Michener, DeLamater, &
McIsaac
Myers dalam Anggraeni, 2010), citra
Selain itu, kondisi subjek ketika
tubuh dan lingkungan sosial dan
mengisi angket juga mempengaruhi
budaya
subjek
hasil dari penelitian terutama masalah
penelitian dalam penelitian ini berusia
kejujuran keadaan sebenarnnya dan
±16 tahun. Hal ini dikarenakan, pada
keseriusan dalam pengisian angket.
remaja,
karena
dalam
Santrock,
2012).
masa remaja preokupasi terhadap citra
tubuh itu sangat kuat di antara para
remaja, namun secara khusus sangat
KESIMPULAN
1. Ada hubungan positif yang
terlihat pada masa remaja awal ketika
sangat
remaja tidak puas dengan tubuhnya
keharmonisan keluarga dengan
dibandingkan pada masa remaja akhir
harga diri pada remaja. hal ini
(Santrock, 2012).
dapat
Remaja awal lebih banyak
signifikan
dilihat
koefisien
antara
dari
korelasi
nilai
sebesar
menyesuaikan diri terhadap standar
0,176 dengan p value = 0,018
kawan sebayanya, dalam taraf ini
< 0,05.
remaja
cenderung
melakukan
hal
2. Sumbangan
efektif
yang
negatif seperti mencuri, menutup roda
diberikan
variable
mobil, membuat grafiti di dinding,
keharmonisan
keluarga
atau mencuri kosmetik dari konter
terhadap variable harga diri
toko
sebesar
bersama
(Santrock,
kawan
2012).
menghabiskan
waktunya
untuk
cukup
sebayanya
0,31
yang
berarti
Remaja
keharmonisan
banyak
memperngaruhi
harga
sebesar
dan
berpacaran
atau
0,31%
keluarga
diri
masih
berpikir mengenai pacaran, karena
terdapat 99,7% faktor lain
pacaran merupakan bentuk relasi yang
yang mempengaruhi. Hal ini
akrab dan juga suatu cara untuk
dapat
dilihat
dari
hasil
8
koefisien korelasi (0,176)2 x
tua dapat
100%.
bersama (quality time) dan saling
menjadwalkan kegiatan
3. Keharmonisan keluarga pada
sharing serta memberikan contoh
penelitian ini tergolong dalam
perilaku yang dapat membuat anak
kategori tinggi dengan rerata
dapat menghargai diri sendiri maupun
empiric
orang lain.
(RE
=
75,39),
sedangkan harga diri
pada
Terkait dalam pihak institusi,
penelitian ini juga tergolong
untuk
mengimbangi
hal
tersebut
tinggi dengan rerata empiric
ketersediaan kegiatan ekstrakulikuler
(RE = 21,42).
dari pihak sekolah menjadi sangat
penting dalam pembentukan harga diri
tinggi pada siswa. Bimbingan dan
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
penelitian,
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
Membina
harmonis
antar
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
juga memiliki kontribusi yang penting
hubungan
anggota
pengawasan dari pihak guru dalam
yang
keluarga
dalam pembentukan harga diri pada
siswa, disamping itu
mengurangi
lakukan khususnya bagi orang tua,
sehingga siswa dapat memanfaatkan
karena
waktu
sangat
berpengaruh
dengan
luang
dapat
merupakan suatu hal yang penting di
akan
waktu
juga
kegiatan
siswa
yang
terhadap keadaan psikologis anggota
bermanfaat. Selain itu sekolah dapat
keluarga yang lain terutama bagi
mengundang orang tua ataupun wali
seorang anak. Perasaan bahagia pada
murid untuk datang ke sekolah guna
anak akan membuat harga diri anak
melakukan
menjadi tinggi hal ini dikarenakan
sekolah maupun orang tua atau wali
didalam keluarga terjadi interaksi
murid yang lain mengenai pentingnya
yang positif, saling menghargai satu
keadaan atau kondisi keluarga dalam
sama lain sehingga anak melakukan
perkembangan anak.
sharing
dengan
pihak
perilaku modelling yaitu anak dapat
menghargai dirinya sendiri. Terkait
DAFTAR PUSTAKA
dengan hal tersebut, hendaknya orang
Afiatin,
T.
(2013).
Family
Attachment,
Harga
diri,
9
Religiosity, Assertiveness, and
Sense of Community as
Predictors
of
Adolescent
Happiness. Anima, XXIX(1),
38-49.
Alwisol.
(2010).
Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Anggraeni, S. (2010). Gambaran
Harga diri pada Pelaku
Redivisme:
Studi
pada
Residisme
di
Lembaga
Permasyarakatan
Klas
I
Cipinang. Indigenous, II(2),
Aryatmi,
S. (1985). Pengaruh
Keluarga pada Pembentukan
Pribadi dan Kehidupan Seks
Anak. In K. Kartono, Peranan
Keluarga Memandu Anak (pp.
27-35). Jakarta: CV. Rajawali.
Azwar, S. (1979). Harga diri dan
Prestasi Akademik Mahasiswa
Tingkat
Sarjana
Muda.
Universitas
Gajah
Mada,
Fakultas
Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Baron, R., & Byrne, D. (2012).
Psikologi
Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Cashwell, C. S. (1995). Family
Functioning and Harga diri of
Middle-School Students: A
Matter
of
Perspective?
Humanistic Education and
Development, XXXIV, 83-91.
Damantari,
D.
(2006).
Studi
Komparatif: Perilaku Bullying
pada Remaja di Sekolah
Ditinjau dari Jenis Kelamin.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta,
Surakarta: UMS.
Psikologi.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Feldman,
P.
(2009).
Human
Development. Jakarta: Salemba
Humanika.
Herbyanti, D. (2009). Kebahagiaan
(Happiness) pada Remaja di
Daerah Abrasi. Indigenous,
XI(2), 60-73.
Lestari, R., & Koentjoro. (2002).
Pelatihan Berpikir Otomatis
untuk Meningkatkan Harga
Diri Pelacur yang Tinggal di
Luar Panti Sosial. Indigenous,
VI(2).
Maria, U. (2007). Peran Persepsi
Keharmonisan Keluarga dan
Konsep
Diri
teradap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja. Universitas Gajah
Mada, Pascasarjana Psikologi.
Yogyakarta: Diterbitkan.
Rahmania, & Yuniar, I. (2012, Juni).
Hubungan antara Harga diri
dengan Kecenderungan Body
Dysmorphic Disorder pada
Remaja Putri. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental,
I(2), 110-117.
Rosenberg, M. (1965). Society and the
Adolescent
Self-Image.
Princeton:
Princeton
University Press.
Santrock, J. W. (2012). Life Span
Development.
Jakarta:
Erlangga.
10
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A.
(2009).
Psikologi
Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Setyawati, L. (2007). Terapi Keluarga
Salah Satu Bentuk Psikoterapi
yang Efektif. In Soetjiningsih,
Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya (pp. 311318). Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Soesilo, A. (1985). Pengaruh Sikap
Orang Tua terhadap Anak. In
Kartono, & Kartini, Peranan
Keluarga Memandu Anak (pp.
19-25). Jakarta: CV. Rajawali.
Uba, I., Yacob, S., & Juhari, R.
(2010). Bullying and it's
Relationship with Depression
Among Teenagers. Journal
Psychology, I(1), 15-22.
Willis, S. S. (2005). Remaja dan
Masalahnya. Bandung: CV.
Alfabeta.
Wong, M., Chen, S. X., & Wu, W.
(2010). How Family Matters in
Shaping
Offspring
Worldviews: Personal and
Interpersonal Antecedents of
Children’s Social Axioms.
Journal of Psychology in
Chinese Societies, XI(1), 7390.