Hubungan keharmonisan keluarga dengan Kenakalan remaja
1J1ijf51/P
HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
); ' .
'"
i '""" ;-;.;_;
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana ヲゥセpNj_Y@
•iari
セ@ .. -.
fgl.
;
No. lnduk :
klasifikasi •
FAKULTAS PSIKOLOGI
_,
NMセGw`JQキZオゥアカLr@
.
iエZ」コ[セBGh|@
Q.(J.J
- t 1..::::- 2t'TG'o"
................................... __
. ··············································
•
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009. M
HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si.. Psi
NIP: 5150411217
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA
Skripsi
yang
berjudul
Hubungan
Jl.fif!iRPUSTAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
Keharmonisan
Keluarga
dengan
Kenakalan remaja telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada: Senin, 7
Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522
NIP. 195661223 198303 2001
Anggota:
Penguji I
Penguji II
セM
Ors. Rachmat Mulyono, M.Si., Psi
NIP. 150 293 240
NIP. 195661223 198303 2001
Pembimbing I
Dr . Fadhilah Sura a a M.Si
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi
NIP. 195661223 198303 2001
NIP. 5150411217
··1
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan
Karya sederhanaku ini untuk kedua orang tuaku tercinta
Yang tidak pernah lelah untuk mendorong dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan kuliah ini,
keringat dan cucuran air matanya takkan kusia-siakan lagi.
Untuk keponakan dan kakak-kakakku
yang sangat kusayangi,
Terima kasih alas semua pengorbanannya.
Dan untuk Furi lndriyani yang sangat kucintai
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) November 2009
(C) Imam Fahrni Umami
(D) Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja
(E) xiv + 95 halaman
(F) Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status
anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 12 sampai 22
tahun yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam
bentuk fisik emosi maupun psikologisnya. Masa transisi tersebut
kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan
yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi
pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif
yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang
biasanya disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile
delinquency.
Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma
agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di
masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana
yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya
sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif
yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP DUA MEI Ciputat
berjumlah 234 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 39 orang yang
diambil dari kelas VII, VIII dan IX. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah simple random sampling. Teknik pengambilan data
menggunakan skala model Likert, skala yang digunakan adalah skala
kenakalan remaja dan skala keharmonisan kelurga.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari
hubungan antar variabel penelitian berdasarkan analisa koefisien
korelasi.
Setelah kedua skala diuji validitasnya dengan korelasi Product Moment
dari Pearson dan diuji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach, untuk skala
kenakalan remaja diperoleh 31 item valid dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0, 9110, sedangkan untuk skala keharmonisan keluarga
diperoleh 26 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,8908,
semua item yang valid dalam kedua skala ini digunakan sebagai alat ukur
dalam penelitian. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan program SPSS versi 15 for Windows dengan teknik uji
korelasi Product Moment dari Pearson. Dari hasil penelitian diperoleh
rhitung sebesar -0.159 lebih kecil dari r1abe1 pada taraf signifikansi 5%
sebesar 0.316. Dengan demikian, maka hipotesis nihil (Ho) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja diterima. Arah
hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif, yang
bermakna ada kecenderungan semakin tinggi keharmonisan keluarga
maka semakin berkurang kenakalan remaja meskipun hubungan tersebut
tidak signifikan.
Bagi peneliti selanjutnya penulis berharap dapat menggali masalah ini
lebih dalam dan sebaiknya responden yang diambil lebih bervariasi atau
bila memungkinkan dapat digunakan kombinasi dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden yang lebih
besar, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran menyeluruh
mengenai keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Selain itu,
adanya variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap
kenakalan remaja seperti kontrol diri, prestasi di sekolah, status sosial
ekonomi, kondisi lingkungan, konformitas, identitas, kepribadian dan lainlainnya adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan variabel bebas.
(G) Daftar Pustaka: 29 (1977 - 2008)
KATA PENGANT AR
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan
lahir dan batin kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan yang sempurna untuk seluruh umat manusia di muka
bumi ini hingga akhir zaman, serta kepada keluarga dan para sahabatnya
yang senantiasa mendampinginya dalam menyebaran ajaran kebenaran.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dedikasi dari
berbagai pihak yang telah membantu kelancarannya sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis akan
memberikan rasa terima kasih kepada semua pihak tersebut, diantaranya:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar, Ph.D beserta jajaran pimpinan lainnya.
2. lbu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Dosen Pembimbing I dan lbu S.
Evangeline I. Suaidy, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang di tengah
kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,
bimbingan dan saran dalam penulisan skrispsi ini.
3. lbu solicha, M.Si, Dosen Penasehat Akademik penulis serta seluruh
dosen Fakultas Psikologi yang teiah banyak memberikan ilmu dan
arahannya.
4. Orang tua tercinta, Hasan Djayadi dan Didoh Hidayatulmilah yang telah
memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan
kepada Allah SWT guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan dari hati yang paling
dalam. Ya Allah, Berikanlah kemuliaan untuk kedua orang tuaku ini, Amin.
5. Untuk kakak-kakak tercinta; Neneng Fatimatu Zahra, Nunung Nurlaela,
Asep Muhamad Iqbal dan Rina Khaerunnisa yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun materiil serta fasilitas yang penulis butuhkan
dalam penulisan skripsi ini, kebaikan dan kemurahan hatinya akan selalu
penulis ingat.
6. Semua keponakanku tersayang: Ulfa, Fikri, Syahla, Salwa, Nabiel dan
Najwa serta calon adiknya yang masih dalam kandungan, senyum kalian
selalu membuat penulis rindu dan bahagia.
7. Teruntuk Furi lndriyani, orang yang sangat istimewa yang selalu
mendampingi penulis baik suka maupun duka, terutama dalam penulisan
skripsi ini. Terima kasih alas kepedulian, kasih sayang, bantuan moral dan
materiil, saran serta kesetiaannya mendampingi dan menunggu penulis
selama ini.
8. Untuk sahabatku Abdul kholiq, teman-teman Fakultas Psikologi angkatan
2001, Aan, Sibul, Rahmat, Akbar yang udah mau berbagi tinta printernya,
saudaraku Dadang, Azis, Fikri, Mang Arif, Badrus, lntan dan Ros yang
udah minjemin kartu perpustakaannya. Serta teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan support serta kritik
yang mernbangun.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin
Jakarta, November 2009
Penulis
DAFTAR ISi
Lembar Persetujuan ..................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ................................................................................... iii
Persembahan ............................................................................................... iv
Abstrak ........................................................................................................ v
Kata Pengantar ........................................................................................... vii
Daftar lsi ...................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................. xiii
Daftar Skema .............................................................................................. xiv
BABIPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. ldentifikasi Masalah ...................................................................... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
1.3.1. Pembatasan masalah ........................................................ 8
1.3.2. Perumusan masalah ......................................................... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
1.4.1. Tujuan penelitian ............................................................... 9
1.4.2. Manfaat penelitian ............................................................. 1O
1. Manfaat teoritis ............................................................. 1O
2. Manfaat praktis ............................................................. 1o
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................. 1O
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja ...................................................................... 12
2.1.1. Definisi Remaja ..... .... .. ..
.. .......................................... 12
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja ....................................................... 16
2.13. Tugas-tugas perkembangan remaja ................................... 19
2.1.4. Definisi kenakalan remaja ................................................. 20
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja ................................ 21
2.1.6. Latar belakang kenakalan remaja ..................................... 24
2.1.7. Karakteristik kenakalan remaja ......................................... 25
2.1.8. faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ........ 28
2.1.9. Upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja ...................... 33
2.2. Keharmonisan Keluarga ............................................................... 36
2.2.1. Pengertian keluarga .......................................................... 36
2.2.2. Ciri-ciri keluarga ................................................................ 40
2.2.3. Peran dan fungsi keluarga ................................................ 40
2.2.4. Pengertian keharmonisan keluarga ................................... 41
2.2.5. Aspek-aspek keharmonisan keluarga ............................... 43
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keharmonisan keluarga ..................................................... 46
2.3. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48
2.4. Hipotesis ...................................................................................... 52
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jen is Penelitian ............................................................................ 53
3.1.1. Pendekatan dan metodologi penelitian ............................. 53
3.2. Definisi variabel dan operasional variabel .................................... 53
3.3. Pengambilan sampel .................................................................... 54
3.3.1. Populasi dan sampel ......................................................... 54
3.3.2. Teknik pengambilan sampel .............................................. 55
3.4. Teknik pengumpulan data ............................................................ 55
3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data ........................ 55
3.4.2. Teknik uji instumen penelitian ........................................... 60
1. Uji validitas ...................................................................... 60
2. Uji reliabilitas ................................................................... 64
3.5. Teknik analisa data ...................................................................... 65
3.6. Prosedur penelitian ...................................................................... 66
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gamba ran Um um Subjek Peneliti ................................................ 68
4.1.1 Gamba ran subjek berdasarkan jenis kelamin .................... 68
4.1.2. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran skor .............. 68
1. Kategorisasi skor kenakalan remaja ............................... 68
2. Kategori skor keharmonisan keluarga ............................. 71
4 .2 . Penguj1an
..
H.1potes1s
. ...................................................................... 73
4.3. Hasil Tambahan ........................................................................... 74
4.3.1. Keharmonisan keluarga __ ...... _.... _..... _................................ 74
4.3.2. kenakalan remaja .............................................................. 78
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ····································································-··-··-··-··--· 81
5.2. Diskusi .......................................................................................... 81
5.3. Saran ............................................................................................ 86
DAFT AR PUSTAKA ................................................................................... 88
LAMPI RAN ................................................................................................. 91
DAFTAR TABEL
Table 3.1
Bobot Nilai ----------------------------------------------------------------------------- 56
Table 3.2
Blue Print Kenakalan Remaja ------------------------------------------------ 57
Table 3.3
Blue Print Keharmonisan Keluarga ---------------------------------------- 58
Table 3.4
Blue Print Hasil Try Out Skala Kenakalan Remaja ---------------- 61
Tabel 3.5
Blue Print Hasil Try Out Skala Keharmonisan Keluarga -------- 63
Tabel 3.6
Tingkat reliabilitas ------------------------------------------------------------------ 64
Tabel 4.1
Jenis kelamin ------------------------------------------------------------------------- 68
Tabel 4.2
Kategorisasi Skor Kenakalan Remaja ----------------------------------- 69
Tabel 4.3
Tingkat kenakalan remaja berdasarkan jenis kelamin ------------ 70
Tabel 4.4
Tingkat keharmonisan keluarga berdasarkan jenis kelamin ___ 71
Tabel 4.5
Perbandingan antara kenakalan remaja dengan
keharmonisan keluarga ...... ____ ----------------- _____ ------------ _______________ 72
Tabel 4.6
Hasil uji korelasi ---------------------------------------------------------------------- 74
Tabel 4.7
Nilai R square keharmonisan keluarga ___________________________________ 76
Tabel 4.8
Uji konstanta aspek keharmonisan keluarga -------------------------- 76
Tabel 4.9
Nilai R Square kenakalan remaja ------------------------------------------- 79
Tabel 4.10
Uji konstanta aspek kenakalan remaja ___________________________________ 80
DAFTAR SKEMA
Tabel 2.1
Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status
anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 10 sampai 22 tahun
yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam bentuk fisik
emosi maupun psikologisnya (Santrock, 2003). Para ahli membagi rentangan
usia remaja ini berdasarkan sudut pandang masing-masing sehingga terjadi
perbedaan antara permulaan dan berakhirnya masa remaja.
Masa transisi tersebut kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan
yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi
pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif
yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang
biasanya dist:ibut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency.
1
2
Secara mayoritas pelaku kenakalan remaja berusia di bawah 21 tahun.
Angka tertinggi kejahatan pada usia 15 - 19 tahun, dan sesudah usia 22
tahun kasus kejahatan menurun (dalam Kartono, 2006). Hal ini disebabkan
karena mulainya proses pendewasaan, sehingga remaja mulai bisa
mempertimbangkan setiap perilaku agar tidak menyimpang dari norma-norma
yang ada di masyarakat.
Secara umum kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat di mana ia hidup dan terkandungnya unsur-unsur anti-normatif.
Kartini Kartono (2006) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula
sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat sosial disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka
dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut kenakalan. lstilah
kenakalan remaja atau juvenile delinquency mengacu pada suatu rentang
yang luas, mulai dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2006).
Dewasa ini sering terjadi seorang remaja digolongkan sebagai anak yang
nakal jika pada remaja tersebut menunjukkan kecenderungan anti-sosial
yang dapat menimbulkan gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban.
3
pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan dan perbuatanperbuatan Jainnya yang bisa meresahkan masyarakat.
Jika dilihat dari aspek sikap dan jenis perbuatan, maka Johnson (dalam
Monks, 1999) membagi kenakalan remaja ke dalam dua jenis, yaitu
kenakalan sosiologis dan kenakalan individual. Kenakalan sosiologis terjadi
jika seorang remaja menentang seluruh konteks (termasuk norma, adat,
budaya dan lain-lainnya) sosial kecuali konteks sosialnya sendiri. Dalam
kondisi tersebut kebanyakan remaja yang nakal tidak merasa bersalah bila
melakukan kejahatan yang merugikan orang lain asal bukan dari
kelompoknya sendiri. Sedangkan kenakalan individual, remaja tersebut
memusuhi semua orang, baik tetangga, kawan bahkan kedua orang tuanya
sendiri.
Mengenai masalah kenakalan remaja, telah banyak pendapat dan penelitian
yang mengungkapkan berbagai faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya kenakalan remaja ini. Bila dihubungkan dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini, terlihat bahwa remaja menghadapi pergeseran
dalam sistem nilai, terutama dalam etika pergaulan serta gaya hidup. Hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya tayangan di media televisi yang memperlihatkan
pergaulan yang lebih permisif dan memperlihatkan budaya hedonis.
Sementara gaya hidup yang lebih banyak hura-hura dan terlalu menekan sisi
4
tertentu dari perkembangan di masa remaja telah menjadi model berperilaku
bagi sebagian remaja Indonesia. Akibatnya remaja mengalami kebingungan
dan kekaburan dalam dirinya, hal yang beresiko menimbulkan perilaku yang
tidak sesuai/ma/adaptive (Elfida, 2005).
Remaja yang melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan biasanya
kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut,
dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri disamping meremehkan
keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya
disertai unsur-unsur mental dengan motif subjektif, yaitu keinginan untuk
mencapai sesuatu dengan disertai kekerasan dan agresi. Pada umumnya
mereka sangat egoistis dan suka menyalahgunakan atau melebih-lebihkan
harga dirinya.
Pengaruh sosial dan kultur di masyarakat memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan atau pengondisian tingkah laku kriminal remaja. Perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurangnya
bahkan tidak adanya konformitas terhadap norma-norma, baik norma sosial
maupun norma agama (Kartono, 2006).
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja sangat beragam mulai dari perbuatan
yang amoral dan anti-sosial dan tidak dapat dikategorikan sebagai
5
pelanggaran hukum sampai dengan perbuatan yang melanggar hukum.
Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa
senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang
sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar
hukum seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas,
pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering
diberitakan media masa (Gunarsa, 1989).
Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi adalah perkelahian
yang melibatkan pelajar pada usia muda. Kenakalan remaja dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu
situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi
karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi.
Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian
itu berada dalam satu geng atau organisasi yang norma, aturan, dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, mereka bangga melakukan apa yang diharapkan (Tambunan,
2008). Kejadian itu berkaitan dengan emosinya yang dikenal dengan masa
"strom dan stress", yaitu perasaan frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun cinta, dan perasaan teralienasi (Lustin
Pikunas dalam Yusuf, 2002). Selain itu, tingkah laku menyimpang tersebut
6
dipengaruhi oleh faktor internal, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan
sekolah.
Menurut Dadang Hawari (1999) bahwa remaja hidup dalam tiga kutub yang
saling mempengaruhi satu sama lain, baik pengaruh yang positif maupun
negatif. Ketiga kutub tersebut adalah keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat. Secara umum mekanisme penyimpangan perilaku pada masa
remaja dipengaruhi oleh ketiga kutub ini.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga
mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan
seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.
Keluarga yang gaga! memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk
kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya.
Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan,
maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat
jalannya. Kondisi keluarga yang nyaman adalah kondisi yang mampu
memberikan rasa aman, merasa dihargai dan adanya sikap saling pengertian
terhadap berbagai perbedaan (Gunarsa, 2007).
7
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur teladan bagi anak (Hawari, 1999). Selain itu suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja.
Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang
berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis
mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik
dengan lingkungan di sekitarnya (Hurlock, 1973).
Kondisi keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat rasa saling
pengertian, saling menerima satu sama lain, saling menghargai, saling
mempercayai, dan saling mencintai, akan memberikan pengaruh yang positif
bagi perkembangan kepribadian remaja yang termasuk dalam masa transisi
tersebut (Gunarsa, 2007). Sehingga remaja akan memersepsikan rumahnya
sebagai tempat yang menyenangkan dan tidak akan mencari kesenangan
ditempat lain. Orang tua menganggap anaknya sebagai manusia yang patut
diberikan kasih sayang dan memahami berbagai kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya, anakpun akan menganggap orang tuanya sebagai figur
yang patut ditiru dan menjadi cerminan dalam berperilaku.
8
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung terbentuknya keharmonisan
keluarga?
3. Apakah ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan
remaja?
4. Seberapa besarkah peranan keharmonisan keluarga dalam
mempengaruhi kenakalan remaja?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan
diberi batasan sebagai berikut:
1. Remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan
orang dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional; Dengan rentangan usia antara 12 - 21 tahun.
2. Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma
agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di
9
masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana
yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya
sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan keharmonisan keluarga
adalah apa yang dirasa oleh remaja itu sendiri.
1.3.2. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
10
1.4.2. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana
perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi
keluarga, dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan
remaja.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik
dan remaja mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja,
serta menambah pengetahuan yang bisa digunakan sebagai langkah
preventif dalam menghadapi masalah kenakalan remaja.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Terdiri dari: Kenakalan remaja, meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri masa
remaja, tugas-tugas perkembangan remaja. Definisi kenakalan remaja,
11
bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja, latar belakang kenakalan remaja,
karakteristik kenakalan remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan
remaja, upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja.
Keharmonisan keluarga meliputi: Pengertian keluarga, Pengertian
keharmonisan keluarga, aspek-aspek keharmonisan keluarga, faktor-faktor
yang mempengaruhi keharmonisan keluarga; Kerangka berpikir dan
hipotesis.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari: Jenis penelitian meliputi: Pendekatan dan metodologi penelitian.
Definisi variabel dan operasional variabel. Pengambilan sampel meliputi:
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data
meliputi: metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen; dan diakhiri
dengan uraian tentang teknik analisa data.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DAT A
Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, presentasi data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja
2.1.1. Definisi remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik dan seksual
sehingga mampu bereproduksi. Salzman (dalam Yusuf, 2002)
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan dari sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian
(independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Ausubel (dalam Mi.inks, 1999) mengatakan bahwa remaja berada dalam
status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang
tua dan sebagian diperoleh melalui usaha se11diri yang selanjutnya
memberikan prestise tertentu kepadanya. Status ini berhubungan dengan
masa peralihan yang timbul sesudah kematangan seksual atau masa
pubertas.
12
13
Berdasarkan perspektif relasi interpersonal, remaja merupakan suatu periode
yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan
berkembangnya minat terhadap lawan jenis ataupun pengalaman pertama
dalam mengapresiasikan cintanya. Kegagalan dalam menjalin hubungan
sosial kemungkinan besar akan menjadi penghambat bagi perkembangan
sosial selanjutnya, baik dalam persahabatan, pernikahan ataupun dalam
berkeluarga.
WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, dengan adanya tiga krieria yaitu biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, secara lengkap definisi
tersebut sebagai berikut:
a. lndividu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. lndividu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Mengenai batasan usia remaja, para ahli memberikan batasan yang
bervariasi. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang harus
dipertimbangkan yang sedikit banyak mempengaruhi perkembangan remaja,
14
seperti kondisi sosio-kultural, kondisi ekonomi bahkan pengetahuan
lingkungan tempat remaja tinggal. Sehingga terdapat perbedaan rentangan
usia antara satu daerah dengan yang lainnya.
Santrock (2003) mengatakan bahwa periode remaja dimulai pad a usia 10-13
tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun. Sedangkan Monks (1999)
memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun
dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
Sumadi Suryabrata (1981) membagi rentang masa remaja menjadi tiga,
masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan
masa remaja akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999)
yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 1316 tahun, dan masa remaja akhir 17-18 tahun. Hal ini berdasarkan tandatanda fisik yang menunjukkan kematangan seksual dengan timbulnya gejalagejala biologis.
Menurut Zakiah Daradjat (1977) bahwa batasan usia remaja jika dilihat dari
segi psikologis akan lebih banyak bergantung pada keadaan masyarakat di
mana remaja itu tinggal. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah
permulaannya yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari
15
anak-anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun.
Akan tetapi untuk akhir masa remaja tidak sama, pada masyarakat pedesaan
jika seorang anak pertumbuhan jasmaninya telah tampak sempurna maka ia
akan diberi kepercayaan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa, pada
remaja perempuan sudah bisa dinikahkan dan dengan demikian masa
remajanya berakhir. Sedangkan di masyarakat perkotaan yang lebih maju
pola pikirnya biasanya banyak persyaratan yang diperlukan agar seseorang
dapat diterima sebagai orang dewasa yang mampu diberi tanggung jawab.
Untuk itu perlu diperpanjang usia remaja sampai kira-kira 21 tahun.
Sarlito W. Sarwono (2001) membuat batasan mengenai remaja Indonesia.
Menurutnya remaja Indonesia adalah individu yang berada pada usia 11-24
tahun dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang mulai
mengalami perubahan seksualnya, yang umumnya berakhir pada usia 24
tahun. Seseorang yang sudah menikah biarpun usianya masih muda (di
bawah 18 tahun) akan tetap dianggap dan diperlakukan sebagai orang
dewasa.
Berdasarkan pendapat di atas, jika ditinjau secara teoritis dan empiris, dari
segi psikologis remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanakkanak dan dewasa, yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional dengan rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun
16
sampai dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13-22 tahun bagi laki-laki, hal
ini disebabkan karena pada perempuan usia matangnya lebih cepat
dibandingkan dengan laki-laki. Jika dibagi menjadi remaja awal dan remaja
akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13-17/18 tahun, sedangkan
remaja akhir berada pada usia 17/18-21/22 tahun
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja
Pappalia (dalam Suroyah, 2003) mengungkapkan bahwa masa remaja
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan-perubahan besar dalam diri remaja yang
membutuhkan penyesuaian diri baik dari pihak remaja maupun dari pihak
orang tua. Perubahan tersebut adalah:
a. Perubahan fisik yang meliputi perubahan biologis yang terjadi begitu
cepat dan kematangan organ seksual yang memungkinkan untuk
melakukan reproduksi.
b. Perubahan kognitif, ditandai dengan berkembangnya kemampuan
untuk berpikir abstrak, memanipulasi dan mengoperasikan informasi,
menggunakan konsep dan membuat hipotesa.
c. Perubahan psikologis yang paling menonjol pada remaja adalah emosi
yang masih labil, kemampuan untuk mandiri, mengembangkan nilainilai kehidupan dan kemampuan untuk menjalin hubungan
persahabatan dan cinta.
17
2. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson (dalam
Gunarsa, 1989) berpendapat bahwa pada masa remaja tujuan utama
seluruh perkembangannya adalah pembentukan identitas diri. Menurut
Singgih D. Gunarsa (1989) identitas diri merupakan suatu persatuan yang
terbentuk dari azas-azaz, cara hidup dan pandangan-pandangan yang
menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti pada
seseorang yang menentukan cara melihat diri sendiri dalam pergaulannya
dengan orang lain. Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas ini
akan merasa bahwa dirinya menyenangkan dan diterima sedangkan
remaja yang tidak berhasil mengatasinya akan menderita krisis identitas.
3. Masa remaja merupakan masa yang menyenangkan sekaligus membawa
masalah, baik bagi remaja sendiri maupun bagi orang tua. Di satu pihak ia
mempunyai keinginan kuat untuk bebas dari orang tua, namun di pihak
lain ia membutuhkan orang tua untuk memberikan dukungan dan
bimbingan.
4. Awareness of sexuality merupakan aspek penting dalam pembentukan
identitas diri yang berhubungan dengan self-image dalam menjalin
hubungan terutama dengan lawan jenis. Proses ini bermula pada masa
remaja dan terus berlangsung sampai masa dewasa.
5. Remaja mulai mengembangkan kemampuannya untuk mengemukakan
argumentasi dalam memandang berbagai isu atau informasi.
18
6. Karakteristik lain dari remaja adalah kesadaran diri (self-consciousness)
yang berlebihan atau terlalu ekstrim. Mereka berasumsi bahwa apa yang
orang lain pikirkan sama dengan apa yang ia pikirkan tentang dirinya.
Begitu pula dengan se/f-centeredness, dimana remaja memiliki keyakinan
bahwa dirinya spesial, memiliki pengalaman unik dan berbeda dengan
orang lain.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983) bahwa remaja memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Adanya kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan
sebagai akibat dari perkembangan fisik yang bisa menyebabkan timbulnya
perasaan rendah diri.
2. Sikap menentang dan menantang orang tua maupun orang dewasa
lainnya, hal ini merupakan ciri yang menunjukkan keinginan remaja untuk
merenggangkan ikatannya dengan orang tua dan menunjukkan
ketidaktergantungannya kepada orang tua ataupun kepada orang lain.
3. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
4. Banyaknya fantasi, khayalan dan bualan.
5. Kecenderungan untuk membentuk kelompok.
19
Dari dua pendapat di alas, rumusan ciri-ciri perkembangan masa remaja
dalam penelitian ini meliputi:
1. Terjadinya perubahan besar yang membutuhkan pnyesuaian diri,
perubahan tersebut meliputi: perubahan fisik yang pesat, perubahan
kognitif yang ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak, terjadinya
perubahan psikologis yang ditandai dengan kondisi emosi yang labil.
2. Masa pencarian identitas diri.
3. Sikap menentang terhadap orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini
mengindikasikan adanya keinginan untuk mandiri (independence) dari
ketergantungan terhadap orang lain.
4. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
5. Adanya kecenderungan membentuk kelompok atau bergaul dengan
golongan yang sebaya.
2.1.3. Tugas-tugas perkembangan remaja
Menurut Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan remaja itu adalah:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
20
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keuangan.
8. Memperoleh pangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku dalam mengembangkan ideologi.
Sedangkan untuk tugas-tugas perkembangan remaja awal, Mar'at
Samsunuwijati (dalam Nihayah, 2006) mengemukakan lebih spesifik tugastugas perkembangannya, yaitu sebagai berikut:
1. Menerima perubahan tubuh yang dialaminya.
2. Dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.
3. Menerima peran sesuai jenis kelamin yang akan menuju ke arah dewasa.
2.1.4. Definisi kenakalan remaja
kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda
yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2005).
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
21
ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan dan disebut "kenakalan".
Simanjuntak memberikan pengertian berdasarkan tinjauan sosiokultural,
bahwa juvenile delinquency adalah suatu perbuatan apabila bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup atau
suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsurunsur anti-normatif (dalam Sudarsono, 2004).
Bimo Walgito dan Fuad Hasan memberikan pengertian kenakalan remaja
sebagai perbuatan anti sosial yang melawan hukum yang dilakukan oleh
anak-anak khususnya remaja, dan jika dilakukan oleh orang dewasa
dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan (dalam Sudarsono, 2004).
Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
melanggar aturan atau norma (baik norma agama, norma hukum maupun
norma-norma lainnya yang berlaku di masyarakat) yang dapat
22
mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain. Jika perbuatan melanggar hukum ini dilakukan oleh orang
dewasa, maka dinamakan tindakan kejahatan. Namun apabila dilakukan oleh
anak-anak tidak termasuk ke dalam tindakan kriminal, sehingga tidak
dikenakan sangsi hukum formal dan tindakan tersebut hanya disebut dengan
kenakalan bukan kejahatan.
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti:
a. Berbohong
b. Membolos
c. Kabur dari rumah
d. Keluyuran
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain
f.
Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk
g. Berpesta pora semalaman tanpa ada pengawasan
h. Membaca buku porno dan kebiasaan menggunakan bahasa tidak
sopan/kasar
23
1.
Secara berkelompok makan di rumah makan tanpa bayar atau naik bis
tanpa membeli karcis
J.
Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri dengan berbagai tujuan
k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau
menggunakan narkoba.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum atau kejahatan dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku,
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran tersebut, seperti:
a. Perjudian dan segala macam bentuknya yang menggunakan uang.
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, seperti
pencopetan, perampasan, penjambretan.
c. Penggelapan barang.
d. Penipuan dan pemalsuan.
e. Pelanggaran norma susila, menjual gambar dan film porno.
f.
Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.
g. Tindakan-tindakan anti sosial, seperti perbuatan yang merugikan orang
lain.
h. Percobaan pembunuhan.
i.
Menyebabkan kematian orang lain.
J.
Pembunuhan.
24
k. Menggugurkan kandungan.
I.
Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.
Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat
bentuk yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain,
seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah,
membantah perintah.
Berdasarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh
Singgih D. Gunarsa dan Jensen, maka bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua tindakan yang melanggar
aturan atau norma yang berlaku yang dapat mengakibatkan kerugian
terhadap orang lain maupun pelakunya sendiri, dengan bentuk-bentuk
kenakalan remaja sebagai berikut:
25
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti: berbohong, membolos, kabur dari rumah, keluyuran,
memiliki dan memba Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan
tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan
sebagai pelanggaran hukum. Seperti: membawa senjata tajam, bergaul
dengan teman yang memberikan pengaruh buruk, berpesta pora, makan
dan naik kendaraan umum tanpa bayar, membaca buku porno,
berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan undang-undang dan
hukum yang berlaku. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran tersebut, seperti: berjudi, pencurian,
penggelapan barang, penipuan, pelanggaran norma susila, pembunuhan,
menggugurkan kandungan, penganiayaan berat.
1.1.6. Latar belakang kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan latar belakang terbentuknya
kenakalan remaja dilihat dari berbagai kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi remaja yang bersangkutan:
a. Kekurangan penampungan emosional. Mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
remaja. Proses pencapaiannya dipengaruhi oleh kondisi sosio-
26
emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok
teman sebayanya. Apabila lingkungan keluarga cukup kondusif yang
diwarnai dengan keharmonisan, saling mempercayai, saling
menghargai dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung
dapat mencapai kematang emosionalnya. Dalam menghadapi
perubahan emosional tersebut tidak sedikit remaja bersifat defensif,
reaksi ini berupa tingkah laku agresif dan melarikan diri dari kenyataan
(Yusuf, 2002).
b. Kelemahan dalam mengendalikan dorongan dan kecenderungan.
c. Kegagalan prestasi sekolah atau pergaulan.
d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani
2. Kondisi lingkungan:
a. Lingkungan keluarga. Kondisi keluarga yang tidak nyaman seperti
seringnya terjadi pertengkaran antara orang tua (tension), kehilangan
kehangatan (warmth less), hubungan buruk antara orang tua dan anak
(bad parent-child relationship), dan seringnya orang tua "absen" di
rumah, kesemuanya ini bisa memberikan kemungkinan terjadinya
penyimpangan perilaku pada remaja (Hawari, 1999).
b. Lingkungan masyarakat:
1. Perkembangan teknologi yang menimbulkan kegoncangan pada
remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima
perubahan-perubahan baru.
27
2. Faktor sosial politik, sosial ekonomi, dengan mobilisasi-mobilisasi
yang sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi
setempat, seperti di kota-kota besar dengan ciri-ciri khasnya.
3. Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan
bermacam-macam kenakalan remaja.
2.1. 7. Karakteristik kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pokok dari
kenakalan remaja, yaitu:
1. Dalam pengertian nakal, harus terlihat adanya perbuatan yang bersifat
melanggar hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral.
2. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yaitu bertentangan
dengan norma sosial yang ada di lingkungannya.
3. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja
yang berusia antara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia pengertian
dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga ditentukan oleh
status perkawinan. Maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja
adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang berumur antara 13-17
tahun dan belum menikah.
4. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh perorangan maupun secara
berkelompok.
PER PUSTAKAAN UT AMA
UIN SYAHtO JAKARTA
Sedangkan untuk karakteristik remaja yang nakal, Kartini kartono (2006),
mengungkapkan beberapa karakteristik umum yang sangat berbeda dengan
remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
1. Perbedaan struktur intelektual
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahayu Haditono menunjukkan bahwa
kebanyakan dari jumlah anak-anak delinkuen yang diteliti mempunyai skor
inteligensi di bawah rata-rata (69,59%) dan sebagian kecil mempunyai
skor yang tinggi (6,9%) (Monks, 1999).
2. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah
sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka
lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif.
3. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang
menyimpang, seperti :
1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa
depan.
2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
3. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga
tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab secara sosial.
29
4. Mereka senang menceburkan diri dalam kegialan lanpa berpikir yang
merangsang rasa kejanlanan, walaupun mereka menyadari besarnya
resiko dan bahaya yang lerkandung di dalamnya.
5. Pada umumnya mereka sangal impulsif dan suka lanlangan dan
bahaya.
6. Hali nurani lidak alau kurang lancar fungsinya.
7. Kurang memiliki disiplin dan konlrol diri se
HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
); ' .
'"
i '""" ;-;.;_;
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana ヲゥセpNj_Y@
•iari
セ@ .. -.
fgl.
;
No. lnduk :
klasifikasi •
FAKULTAS PSIKOLOGI
_,
NMセGw`JQキZオゥアカLr@
.
iエZ」コ[セBGh|@
Q.(J.J
- t 1..::::- 2t'TG'o"
................................... __
. ··············································
•
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009. M
HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si.. Psi
NIP: 5150411217
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA
Skripsi
yang
berjudul
Hubungan
Jl.fif!iRPUSTAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
Keharmonisan
Keluarga
dengan
Kenakalan remaja telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada: Senin, 7
Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522
NIP. 195661223 198303 2001
Anggota:
Penguji I
Penguji II
セM
Ors. Rachmat Mulyono, M.Si., Psi
NIP. 150 293 240
NIP. 195661223 198303 2001
Pembimbing I
Dr . Fadhilah Sura a a M.Si
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi
NIP. 195661223 198303 2001
NIP. 5150411217
··1
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan
Karya sederhanaku ini untuk kedua orang tuaku tercinta
Yang tidak pernah lelah untuk mendorong dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan kuliah ini,
keringat dan cucuran air matanya takkan kusia-siakan lagi.
Untuk keponakan dan kakak-kakakku
yang sangat kusayangi,
Terima kasih alas semua pengorbanannya.
Dan untuk Furi lndriyani yang sangat kucintai
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) November 2009
(C) Imam Fahrni Umami
(D) Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja
(E) xiv + 95 halaman
(F) Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status
anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 12 sampai 22
tahun yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam
bentuk fisik emosi maupun psikologisnya. Masa transisi tersebut
kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan
yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi
pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif
yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang
biasanya disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile
delinquency.
Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma
agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di
masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana
yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya
sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif
yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP DUA MEI Ciputat
berjumlah 234 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 39 orang yang
diambil dari kelas VII, VIII dan IX. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah simple random sampling. Teknik pengambilan data
menggunakan skala model Likert, skala yang digunakan adalah skala
kenakalan remaja dan skala keharmonisan kelurga.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari
hubungan antar variabel penelitian berdasarkan analisa koefisien
korelasi.
Setelah kedua skala diuji validitasnya dengan korelasi Product Moment
dari Pearson dan diuji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach, untuk skala
kenakalan remaja diperoleh 31 item valid dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0, 9110, sedangkan untuk skala keharmonisan keluarga
diperoleh 26 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,8908,
semua item yang valid dalam kedua skala ini digunakan sebagai alat ukur
dalam penelitian. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan program SPSS versi 15 for Windows dengan teknik uji
korelasi Product Moment dari Pearson. Dari hasil penelitian diperoleh
rhitung sebesar -0.159 lebih kecil dari r1abe1 pada taraf signifikansi 5%
sebesar 0.316. Dengan demikian, maka hipotesis nihil (Ho) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja diterima. Arah
hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif, yang
bermakna ada kecenderungan semakin tinggi keharmonisan keluarga
maka semakin berkurang kenakalan remaja meskipun hubungan tersebut
tidak signifikan.
Bagi peneliti selanjutnya penulis berharap dapat menggali masalah ini
lebih dalam dan sebaiknya responden yang diambil lebih bervariasi atau
bila memungkinkan dapat digunakan kombinasi dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden yang lebih
besar, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran menyeluruh
mengenai keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Selain itu,
adanya variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap
kenakalan remaja seperti kontrol diri, prestasi di sekolah, status sosial
ekonomi, kondisi lingkungan, konformitas, identitas, kepribadian dan lainlainnya adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan variabel bebas.
(G) Daftar Pustaka: 29 (1977 - 2008)
KATA PENGANT AR
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan
lahir dan batin kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan yang sempurna untuk seluruh umat manusia di muka
bumi ini hingga akhir zaman, serta kepada keluarga dan para sahabatnya
yang senantiasa mendampinginya dalam menyebaran ajaran kebenaran.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dedikasi dari
berbagai pihak yang telah membantu kelancarannya sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis akan
memberikan rasa terima kasih kepada semua pihak tersebut, diantaranya:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar, Ph.D beserta jajaran pimpinan lainnya.
2. lbu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Dosen Pembimbing I dan lbu S.
Evangeline I. Suaidy, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang di tengah
kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,
bimbingan dan saran dalam penulisan skrispsi ini.
3. lbu solicha, M.Si, Dosen Penasehat Akademik penulis serta seluruh
dosen Fakultas Psikologi yang teiah banyak memberikan ilmu dan
arahannya.
4. Orang tua tercinta, Hasan Djayadi dan Didoh Hidayatulmilah yang telah
memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan
kepada Allah SWT guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan dari hati yang paling
dalam. Ya Allah, Berikanlah kemuliaan untuk kedua orang tuaku ini, Amin.
5. Untuk kakak-kakak tercinta; Neneng Fatimatu Zahra, Nunung Nurlaela,
Asep Muhamad Iqbal dan Rina Khaerunnisa yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun materiil serta fasilitas yang penulis butuhkan
dalam penulisan skripsi ini, kebaikan dan kemurahan hatinya akan selalu
penulis ingat.
6. Semua keponakanku tersayang: Ulfa, Fikri, Syahla, Salwa, Nabiel dan
Najwa serta calon adiknya yang masih dalam kandungan, senyum kalian
selalu membuat penulis rindu dan bahagia.
7. Teruntuk Furi lndriyani, orang yang sangat istimewa yang selalu
mendampingi penulis baik suka maupun duka, terutama dalam penulisan
skripsi ini. Terima kasih alas kepedulian, kasih sayang, bantuan moral dan
materiil, saran serta kesetiaannya mendampingi dan menunggu penulis
selama ini.
8. Untuk sahabatku Abdul kholiq, teman-teman Fakultas Psikologi angkatan
2001, Aan, Sibul, Rahmat, Akbar yang udah mau berbagi tinta printernya,
saudaraku Dadang, Azis, Fikri, Mang Arif, Badrus, lntan dan Ros yang
udah minjemin kartu perpustakaannya. Serta teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan support serta kritik
yang mernbangun.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin
Jakarta, November 2009
Penulis
DAFTAR ISi
Lembar Persetujuan ..................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ................................................................................... iii
Persembahan ............................................................................................... iv
Abstrak ........................................................................................................ v
Kata Pengantar ........................................................................................... vii
Daftar lsi ...................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................. xiii
Daftar Skema .............................................................................................. xiv
BABIPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. ldentifikasi Masalah ...................................................................... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
1.3.1. Pembatasan masalah ........................................................ 8
1.3.2. Perumusan masalah ......................................................... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
1.4.1. Tujuan penelitian ............................................................... 9
1.4.2. Manfaat penelitian ............................................................. 1O
1. Manfaat teoritis ............................................................. 1O
2. Manfaat praktis ............................................................. 1o
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................. 1O
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja ...................................................................... 12
2.1.1. Definisi Remaja ..... .... .. ..
.. .......................................... 12
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja ....................................................... 16
2.13. Tugas-tugas perkembangan remaja ................................... 19
2.1.4. Definisi kenakalan remaja ................................................. 20
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja ................................ 21
2.1.6. Latar belakang kenakalan remaja ..................................... 24
2.1.7. Karakteristik kenakalan remaja ......................................... 25
2.1.8. faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ........ 28
2.1.9. Upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja ...................... 33
2.2. Keharmonisan Keluarga ............................................................... 36
2.2.1. Pengertian keluarga .......................................................... 36
2.2.2. Ciri-ciri keluarga ................................................................ 40
2.2.3. Peran dan fungsi keluarga ................................................ 40
2.2.4. Pengertian keharmonisan keluarga ................................... 41
2.2.5. Aspek-aspek keharmonisan keluarga ............................... 43
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keharmonisan keluarga ..................................................... 46
2.3. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48
2.4. Hipotesis ...................................................................................... 52
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jen is Penelitian ............................................................................ 53
3.1.1. Pendekatan dan metodologi penelitian ............................. 53
3.2. Definisi variabel dan operasional variabel .................................... 53
3.3. Pengambilan sampel .................................................................... 54
3.3.1. Populasi dan sampel ......................................................... 54
3.3.2. Teknik pengambilan sampel .............................................. 55
3.4. Teknik pengumpulan data ............................................................ 55
3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data ........................ 55
3.4.2. Teknik uji instumen penelitian ........................................... 60
1. Uji validitas ...................................................................... 60
2. Uji reliabilitas ................................................................... 64
3.5. Teknik analisa data ...................................................................... 65
3.6. Prosedur penelitian ...................................................................... 66
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gamba ran Um um Subjek Peneliti ................................................ 68
4.1.1 Gamba ran subjek berdasarkan jenis kelamin .................... 68
4.1.2. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran skor .............. 68
1. Kategorisasi skor kenakalan remaja ............................... 68
2. Kategori skor keharmonisan keluarga ............................. 71
4 .2 . Penguj1an
..
H.1potes1s
. ...................................................................... 73
4.3. Hasil Tambahan ........................................................................... 74
4.3.1. Keharmonisan keluarga __ ...... _.... _..... _................................ 74
4.3.2. kenakalan remaja .............................................................. 78
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ····································································-··-··-··-··--· 81
5.2. Diskusi .......................................................................................... 81
5.3. Saran ............................................................................................ 86
DAFT AR PUSTAKA ................................................................................... 88
LAMPI RAN ................................................................................................. 91
DAFTAR TABEL
Table 3.1
Bobot Nilai ----------------------------------------------------------------------------- 56
Table 3.2
Blue Print Kenakalan Remaja ------------------------------------------------ 57
Table 3.3
Blue Print Keharmonisan Keluarga ---------------------------------------- 58
Table 3.4
Blue Print Hasil Try Out Skala Kenakalan Remaja ---------------- 61
Tabel 3.5
Blue Print Hasil Try Out Skala Keharmonisan Keluarga -------- 63
Tabel 3.6
Tingkat reliabilitas ------------------------------------------------------------------ 64
Tabel 4.1
Jenis kelamin ------------------------------------------------------------------------- 68
Tabel 4.2
Kategorisasi Skor Kenakalan Remaja ----------------------------------- 69
Tabel 4.3
Tingkat kenakalan remaja berdasarkan jenis kelamin ------------ 70
Tabel 4.4
Tingkat keharmonisan keluarga berdasarkan jenis kelamin ___ 71
Tabel 4.5
Perbandingan antara kenakalan remaja dengan
keharmonisan keluarga ...... ____ ----------------- _____ ------------ _______________ 72
Tabel 4.6
Hasil uji korelasi ---------------------------------------------------------------------- 74
Tabel 4.7
Nilai R square keharmonisan keluarga ___________________________________ 76
Tabel 4.8
Uji konstanta aspek keharmonisan keluarga -------------------------- 76
Tabel 4.9
Nilai R Square kenakalan remaja ------------------------------------------- 79
Tabel 4.10
Uji konstanta aspek kenakalan remaja ___________________________________ 80
DAFTAR SKEMA
Tabel 2.1
Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status
anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 10 sampai 22 tahun
yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam bentuk fisik
emosi maupun psikologisnya (Santrock, 2003). Para ahli membagi rentangan
usia remaja ini berdasarkan sudut pandang masing-masing sehingga terjadi
perbedaan antara permulaan dan berakhirnya masa remaja.
Masa transisi tersebut kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan
yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi
pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif
yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang
biasanya dist:ibut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency.
1
2
Secara mayoritas pelaku kenakalan remaja berusia di bawah 21 tahun.
Angka tertinggi kejahatan pada usia 15 - 19 tahun, dan sesudah usia 22
tahun kasus kejahatan menurun (dalam Kartono, 2006). Hal ini disebabkan
karena mulainya proses pendewasaan, sehingga remaja mulai bisa
mempertimbangkan setiap perilaku agar tidak menyimpang dari norma-norma
yang ada di masyarakat.
Secara umum kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat di mana ia hidup dan terkandungnya unsur-unsur anti-normatif.
Kartini Kartono (2006) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula
sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat sosial disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka
dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut kenakalan. lstilah
kenakalan remaja atau juvenile delinquency mengacu pada suatu rentang
yang luas, mulai dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2006).
Dewasa ini sering terjadi seorang remaja digolongkan sebagai anak yang
nakal jika pada remaja tersebut menunjukkan kecenderungan anti-sosial
yang dapat menimbulkan gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban.
3
pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan dan perbuatanperbuatan Jainnya yang bisa meresahkan masyarakat.
Jika dilihat dari aspek sikap dan jenis perbuatan, maka Johnson (dalam
Monks, 1999) membagi kenakalan remaja ke dalam dua jenis, yaitu
kenakalan sosiologis dan kenakalan individual. Kenakalan sosiologis terjadi
jika seorang remaja menentang seluruh konteks (termasuk norma, adat,
budaya dan lain-lainnya) sosial kecuali konteks sosialnya sendiri. Dalam
kondisi tersebut kebanyakan remaja yang nakal tidak merasa bersalah bila
melakukan kejahatan yang merugikan orang lain asal bukan dari
kelompoknya sendiri. Sedangkan kenakalan individual, remaja tersebut
memusuhi semua orang, baik tetangga, kawan bahkan kedua orang tuanya
sendiri.
Mengenai masalah kenakalan remaja, telah banyak pendapat dan penelitian
yang mengungkapkan berbagai faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya kenakalan remaja ini. Bila dihubungkan dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini, terlihat bahwa remaja menghadapi pergeseran
dalam sistem nilai, terutama dalam etika pergaulan serta gaya hidup. Hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya tayangan di media televisi yang memperlihatkan
pergaulan yang lebih permisif dan memperlihatkan budaya hedonis.
Sementara gaya hidup yang lebih banyak hura-hura dan terlalu menekan sisi
4
tertentu dari perkembangan di masa remaja telah menjadi model berperilaku
bagi sebagian remaja Indonesia. Akibatnya remaja mengalami kebingungan
dan kekaburan dalam dirinya, hal yang beresiko menimbulkan perilaku yang
tidak sesuai/ma/adaptive (Elfida, 2005).
Remaja yang melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan biasanya
kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut,
dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri disamping meremehkan
keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya
disertai unsur-unsur mental dengan motif subjektif, yaitu keinginan untuk
mencapai sesuatu dengan disertai kekerasan dan agresi. Pada umumnya
mereka sangat egoistis dan suka menyalahgunakan atau melebih-lebihkan
harga dirinya.
Pengaruh sosial dan kultur di masyarakat memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan atau pengondisian tingkah laku kriminal remaja. Perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurangnya
bahkan tidak adanya konformitas terhadap norma-norma, baik norma sosial
maupun norma agama (Kartono, 2006).
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja sangat beragam mulai dari perbuatan
yang amoral dan anti-sosial dan tidak dapat dikategorikan sebagai
5
pelanggaran hukum sampai dengan perbuatan yang melanggar hukum.
Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa
senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang
sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar
hukum seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas,
pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering
diberitakan media masa (Gunarsa, 1989).
Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi adalah perkelahian
yang melibatkan pelajar pada usia muda. Kenakalan remaja dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu
situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi
karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi.
Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian
itu berada dalam satu geng atau organisasi yang norma, aturan, dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, mereka bangga melakukan apa yang diharapkan (Tambunan,
2008). Kejadian itu berkaitan dengan emosinya yang dikenal dengan masa
"strom dan stress", yaitu perasaan frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun cinta, dan perasaan teralienasi (Lustin
Pikunas dalam Yusuf, 2002). Selain itu, tingkah laku menyimpang tersebut
6
dipengaruhi oleh faktor internal, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan
sekolah.
Menurut Dadang Hawari (1999) bahwa remaja hidup dalam tiga kutub yang
saling mempengaruhi satu sama lain, baik pengaruh yang positif maupun
negatif. Ketiga kutub tersebut adalah keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat. Secara umum mekanisme penyimpangan perilaku pada masa
remaja dipengaruhi oleh ketiga kutub ini.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga
mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan
seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.
Keluarga yang gaga! memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk
kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya.
Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan,
maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat
jalannya. Kondisi keluarga yang nyaman adalah kondisi yang mampu
memberikan rasa aman, merasa dihargai dan adanya sikap saling pengertian
terhadap berbagai perbedaan (Gunarsa, 2007).
7
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur teladan bagi anak (Hawari, 1999). Selain itu suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja.
Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang
berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis
mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik
dengan lingkungan di sekitarnya (Hurlock, 1973).
Kondisi keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat rasa saling
pengertian, saling menerima satu sama lain, saling menghargai, saling
mempercayai, dan saling mencintai, akan memberikan pengaruh yang positif
bagi perkembangan kepribadian remaja yang termasuk dalam masa transisi
tersebut (Gunarsa, 2007). Sehingga remaja akan memersepsikan rumahnya
sebagai tempat yang menyenangkan dan tidak akan mencari kesenangan
ditempat lain. Orang tua menganggap anaknya sebagai manusia yang patut
diberikan kasih sayang dan memahami berbagai kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya, anakpun akan menganggap orang tuanya sebagai figur
yang patut ditiru dan menjadi cerminan dalam berperilaku.
8
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung terbentuknya keharmonisan
keluarga?
3. Apakah ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan
remaja?
4. Seberapa besarkah peranan keharmonisan keluarga dalam
mempengaruhi kenakalan remaja?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan
diberi batasan sebagai berikut:
1. Remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan
orang dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional; Dengan rentangan usia antara 12 - 21 tahun.
2. Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma
agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di
9
masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana
yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya
sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan keharmonisan keluarga
adalah apa yang dirasa oleh remaja itu sendiri.
1.3.2. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
10
1.4.2. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana
perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi
keluarga, dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan
remaja.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik
dan remaja mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja,
serta menambah pengetahuan yang bisa digunakan sebagai langkah
preventif dalam menghadapi masalah kenakalan remaja.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Terdiri dari: Kenakalan remaja, meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri masa
remaja, tugas-tugas perkembangan remaja. Definisi kenakalan remaja,
11
bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja, latar belakang kenakalan remaja,
karakteristik kenakalan remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan
remaja, upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja.
Keharmonisan keluarga meliputi: Pengertian keluarga, Pengertian
keharmonisan keluarga, aspek-aspek keharmonisan keluarga, faktor-faktor
yang mempengaruhi keharmonisan keluarga; Kerangka berpikir dan
hipotesis.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari: Jenis penelitian meliputi: Pendekatan dan metodologi penelitian.
Definisi variabel dan operasional variabel. Pengambilan sampel meliputi:
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data
meliputi: metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen; dan diakhiri
dengan uraian tentang teknik analisa data.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DAT A
Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, presentasi data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja
2.1.1. Definisi remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik dan seksual
sehingga mampu bereproduksi. Salzman (dalam Yusuf, 2002)
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan dari sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian
(independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Ausubel (dalam Mi.inks, 1999) mengatakan bahwa remaja berada dalam
status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang
tua dan sebagian diperoleh melalui usaha se11diri yang selanjutnya
memberikan prestise tertentu kepadanya. Status ini berhubungan dengan
masa peralihan yang timbul sesudah kematangan seksual atau masa
pubertas.
12
13
Berdasarkan perspektif relasi interpersonal, remaja merupakan suatu periode
yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan
berkembangnya minat terhadap lawan jenis ataupun pengalaman pertama
dalam mengapresiasikan cintanya. Kegagalan dalam menjalin hubungan
sosial kemungkinan besar akan menjadi penghambat bagi perkembangan
sosial selanjutnya, baik dalam persahabatan, pernikahan ataupun dalam
berkeluarga.
WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, dengan adanya tiga krieria yaitu biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, secara lengkap definisi
tersebut sebagai berikut:
a. lndividu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. lndividu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Mengenai batasan usia remaja, para ahli memberikan batasan yang
bervariasi. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang harus
dipertimbangkan yang sedikit banyak mempengaruhi perkembangan remaja,
14
seperti kondisi sosio-kultural, kondisi ekonomi bahkan pengetahuan
lingkungan tempat remaja tinggal. Sehingga terdapat perbedaan rentangan
usia antara satu daerah dengan yang lainnya.
Santrock (2003) mengatakan bahwa periode remaja dimulai pad a usia 10-13
tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun. Sedangkan Monks (1999)
memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun
dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
Sumadi Suryabrata (1981) membagi rentang masa remaja menjadi tiga,
masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan
masa remaja akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999)
yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 1316 tahun, dan masa remaja akhir 17-18 tahun. Hal ini berdasarkan tandatanda fisik yang menunjukkan kematangan seksual dengan timbulnya gejalagejala biologis.
Menurut Zakiah Daradjat (1977) bahwa batasan usia remaja jika dilihat dari
segi psikologis akan lebih banyak bergantung pada keadaan masyarakat di
mana remaja itu tinggal. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah
permulaannya yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari
15
anak-anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun.
Akan tetapi untuk akhir masa remaja tidak sama, pada masyarakat pedesaan
jika seorang anak pertumbuhan jasmaninya telah tampak sempurna maka ia
akan diberi kepercayaan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa, pada
remaja perempuan sudah bisa dinikahkan dan dengan demikian masa
remajanya berakhir. Sedangkan di masyarakat perkotaan yang lebih maju
pola pikirnya biasanya banyak persyaratan yang diperlukan agar seseorang
dapat diterima sebagai orang dewasa yang mampu diberi tanggung jawab.
Untuk itu perlu diperpanjang usia remaja sampai kira-kira 21 tahun.
Sarlito W. Sarwono (2001) membuat batasan mengenai remaja Indonesia.
Menurutnya remaja Indonesia adalah individu yang berada pada usia 11-24
tahun dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang mulai
mengalami perubahan seksualnya, yang umumnya berakhir pada usia 24
tahun. Seseorang yang sudah menikah biarpun usianya masih muda (di
bawah 18 tahun) akan tetap dianggap dan diperlakukan sebagai orang
dewasa.
Berdasarkan pendapat di atas, jika ditinjau secara teoritis dan empiris, dari
segi psikologis remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanakkanak dan dewasa, yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional dengan rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun
16
sampai dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13-22 tahun bagi laki-laki, hal
ini disebabkan karena pada perempuan usia matangnya lebih cepat
dibandingkan dengan laki-laki. Jika dibagi menjadi remaja awal dan remaja
akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13-17/18 tahun, sedangkan
remaja akhir berada pada usia 17/18-21/22 tahun
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja
Pappalia (dalam Suroyah, 2003) mengungkapkan bahwa masa remaja
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan-perubahan besar dalam diri remaja yang
membutuhkan penyesuaian diri baik dari pihak remaja maupun dari pihak
orang tua. Perubahan tersebut adalah:
a. Perubahan fisik yang meliputi perubahan biologis yang terjadi begitu
cepat dan kematangan organ seksual yang memungkinkan untuk
melakukan reproduksi.
b. Perubahan kognitif, ditandai dengan berkembangnya kemampuan
untuk berpikir abstrak, memanipulasi dan mengoperasikan informasi,
menggunakan konsep dan membuat hipotesa.
c. Perubahan psikologis yang paling menonjol pada remaja adalah emosi
yang masih labil, kemampuan untuk mandiri, mengembangkan nilainilai kehidupan dan kemampuan untuk menjalin hubungan
persahabatan dan cinta.
17
2. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson (dalam
Gunarsa, 1989) berpendapat bahwa pada masa remaja tujuan utama
seluruh perkembangannya adalah pembentukan identitas diri. Menurut
Singgih D. Gunarsa (1989) identitas diri merupakan suatu persatuan yang
terbentuk dari azas-azaz, cara hidup dan pandangan-pandangan yang
menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti pada
seseorang yang menentukan cara melihat diri sendiri dalam pergaulannya
dengan orang lain. Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas ini
akan merasa bahwa dirinya menyenangkan dan diterima sedangkan
remaja yang tidak berhasil mengatasinya akan menderita krisis identitas.
3. Masa remaja merupakan masa yang menyenangkan sekaligus membawa
masalah, baik bagi remaja sendiri maupun bagi orang tua. Di satu pihak ia
mempunyai keinginan kuat untuk bebas dari orang tua, namun di pihak
lain ia membutuhkan orang tua untuk memberikan dukungan dan
bimbingan.
4. Awareness of sexuality merupakan aspek penting dalam pembentukan
identitas diri yang berhubungan dengan self-image dalam menjalin
hubungan terutama dengan lawan jenis. Proses ini bermula pada masa
remaja dan terus berlangsung sampai masa dewasa.
5. Remaja mulai mengembangkan kemampuannya untuk mengemukakan
argumentasi dalam memandang berbagai isu atau informasi.
18
6. Karakteristik lain dari remaja adalah kesadaran diri (self-consciousness)
yang berlebihan atau terlalu ekstrim. Mereka berasumsi bahwa apa yang
orang lain pikirkan sama dengan apa yang ia pikirkan tentang dirinya.
Begitu pula dengan se/f-centeredness, dimana remaja memiliki keyakinan
bahwa dirinya spesial, memiliki pengalaman unik dan berbeda dengan
orang lain.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983) bahwa remaja memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Adanya kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan
sebagai akibat dari perkembangan fisik yang bisa menyebabkan timbulnya
perasaan rendah diri.
2. Sikap menentang dan menantang orang tua maupun orang dewasa
lainnya, hal ini merupakan ciri yang menunjukkan keinginan remaja untuk
merenggangkan ikatannya dengan orang tua dan menunjukkan
ketidaktergantungannya kepada orang tua ataupun kepada orang lain.
3. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
4. Banyaknya fantasi, khayalan dan bualan.
5. Kecenderungan untuk membentuk kelompok.
19
Dari dua pendapat di alas, rumusan ciri-ciri perkembangan masa remaja
dalam penelitian ini meliputi:
1. Terjadinya perubahan besar yang membutuhkan pnyesuaian diri,
perubahan tersebut meliputi: perubahan fisik yang pesat, perubahan
kognitif yang ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak, terjadinya
perubahan psikologis yang ditandai dengan kondisi emosi yang labil.
2. Masa pencarian identitas diri.
3. Sikap menentang terhadap orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini
mengindikasikan adanya keinginan untuk mandiri (independence) dari
ketergantungan terhadap orang lain.
4. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
5. Adanya kecenderungan membentuk kelompok atau bergaul dengan
golongan yang sebaya.
2.1.3. Tugas-tugas perkembangan remaja
Menurut Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan remaja itu adalah:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
20
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keuangan.
8. Memperoleh pangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku dalam mengembangkan ideologi.
Sedangkan untuk tugas-tugas perkembangan remaja awal, Mar'at
Samsunuwijati (dalam Nihayah, 2006) mengemukakan lebih spesifik tugastugas perkembangannya, yaitu sebagai berikut:
1. Menerima perubahan tubuh yang dialaminya.
2. Dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.
3. Menerima peran sesuai jenis kelamin yang akan menuju ke arah dewasa.
2.1.4. Definisi kenakalan remaja
kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda
yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2005).
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
21
ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan dan disebut "kenakalan".
Simanjuntak memberikan pengertian berdasarkan tinjauan sosiokultural,
bahwa juvenile delinquency adalah suatu perbuatan apabila bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup atau
suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsurunsur anti-normatif (dalam Sudarsono, 2004).
Bimo Walgito dan Fuad Hasan memberikan pengertian kenakalan remaja
sebagai perbuatan anti sosial yang melawan hukum yang dilakukan oleh
anak-anak khususnya remaja, dan jika dilakukan oleh orang dewasa
dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan (dalam Sudarsono, 2004).
Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
melanggar aturan atau norma (baik norma agama, norma hukum maupun
norma-norma lainnya yang berlaku di masyarakat) yang dapat
22
mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain. Jika perbuatan melanggar hukum ini dilakukan oleh orang
dewasa, maka dinamakan tindakan kejahatan. Namun apabila dilakukan oleh
anak-anak tidak termasuk ke dalam tindakan kriminal, sehingga tidak
dikenakan sangsi hukum formal dan tindakan tersebut hanya disebut dengan
kenakalan bukan kejahatan.
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti:
a. Berbohong
b. Membolos
c. Kabur dari rumah
d. Keluyuran
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain
f.
Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk
g. Berpesta pora semalaman tanpa ada pengawasan
h. Membaca buku porno dan kebiasaan menggunakan bahasa tidak
sopan/kasar
23
1.
Secara berkelompok makan di rumah makan tanpa bayar atau naik bis
tanpa membeli karcis
J.
Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri dengan berbagai tujuan
k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau
menggunakan narkoba.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum atau kejahatan dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku,
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran tersebut, seperti:
a. Perjudian dan segala macam bentuknya yang menggunakan uang.
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, seperti
pencopetan, perampasan, penjambretan.
c. Penggelapan barang.
d. Penipuan dan pemalsuan.
e. Pelanggaran norma susila, menjual gambar dan film porno.
f.
Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.
g. Tindakan-tindakan anti sosial, seperti perbuatan yang merugikan orang
lain.
h. Percobaan pembunuhan.
i.
Menyebabkan kematian orang lain.
J.
Pembunuhan.
24
k. Menggugurkan kandungan.
I.
Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.
Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat
bentuk yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain,
seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah,
membantah perintah.
Berdasarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh
Singgih D. Gunarsa dan Jensen, maka bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua tindakan yang melanggar
aturan atau norma yang berlaku yang dapat mengakibatkan kerugian
terhadap orang lain maupun pelakunya sendiri, dengan bentuk-bentuk
kenakalan remaja sebagai berikut:
25
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti: berbohong, membolos, kabur dari rumah, keluyuran,
memiliki dan memba Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan
tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan
sebagai pelanggaran hukum. Seperti: membawa senjata tajam, bergaul
dengan teman yang memberikan pengaruh buruk, berpesta pora, makan
dan naik kendaraan umum tanpa bayar, membaca buku porno,
berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan undang-undang dan
hukum yang berlaku. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran tersebut, seperti: berjudi, pencurian,
penggelapan barang, penipuan, pelanggaran norma susila, pembunuhan,
menggugurkan kandungan, penganiayaan berat.
1.1.6. Latar belakang kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan latar belakang terbentuknya
kenakalan remaja dilihat dari berbagai kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi remaja yang bersangkutan:
a. Kekurangan penampungan emosional. Mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
remaja. Proses pencapaiannya dipengaruhi oleh kondisi sosio-
26
emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok
teman sebayanya. Apabila lingkungan keluarga cukup kondusif yang
diwarnai dengan keharmonisan, saling mempercayai, saling
menghargai dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung
dapat mencapai kematang emosionalnya. Dalam menghadapi
perubahan emosional tersebut tidak sedikit remaja bersifat defensif,
reaksi ini berupa tingkah laku agresif dan melarikan diri dari kenyataan
(Yusuf, 2002).
b. Kelemahan dalam mengendalikan dorongan dan kecenderungan.
c. Kegagalan prestasi sekolah atau pergaulan.
d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani
2. Kondisi lingkungan:
a. Lingkungan keluarga. Kondisi keluarga yang tidak nyaman seperti
seringnya terjadi pertengkaran antara orang tua (tension), kehilangan
kehangatan (warmth less), hubungan buruk antara orang tua dan anak
(bad parent-child relationship), dan seringnya orang tua "absen" di
rumah, kesemuanya ini bisa memberikan kemungkinan terjadinya
penyimpangan perilaku pada remaja (Hawari, 1999).
b. Lingkungan masyarakat:
1. Perkembangan teknologi yang menimbulkan kegoncangan pada
remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima
perubahan-perubahan baru.
27
2. Faktor sosial politik, sosial ekonomi, dengan mobilisasi-mobilisasi
yang sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi
setempat, seperti di kota-kota besar dengan ciri-ciri khasnya.
3. Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan
bermacam-macam kenakalan remaja.
2.1. 7. Karakteristik kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pokok dari
kenakalan remaja, yaitu:
1. Dalam pengertian nakal, harus terlihat adanya perbuatan yang bersifat
melanggar hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral.
2. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yaitu bertentangan
dengan norma sosial yang ada di lingkungannya.
3. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja
yang berusia antara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia pengertian
dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga ditentukan oleh
status perkawinan. Maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja
adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang berumur antara 13-17
tahun dan belum menikah.
4. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh perorangan maupun secara
berkelompok.
PER PUSTAKAAN UT AMA
UIN SYAHtO JAKARTA
Sedangkan untuk karakteristik remaja yang nakal, Kartini kartono (2006),
mengungkapkan beberapa karakteristik umum yang sangat berbeda dengan
remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
1. Perbedaan struktur intelektual
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahayu Haditono menunjukkan bahwa
kebanyakan dari jumlah anak-anak delinkuen yang diteliti mempunyai skor
inteligensi di bawah rata-rata (69,59%) dan sebagian kecil mempunyai
skor yang tinggi (6,9%) (Monks, 1999).
2. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah
sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka
lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif.
3. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang
menyimpang, seperti :
1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa
depan.
2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
3. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga
tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab secara sosial.
29
4. Mereka senang menceburkan diri dalam kegialan lanpa berpikir yang
merangsang rasa kejanlanan, walaupun mereka menyadari besarnya
resiko dan bahaya yang lerkandung di dalamnya.
5. Pada umumnya mereka sangal impulsif dan suka lanlangan dan
bahaya.
6. Hali nurani lidak alau kurang lancar fungsinya.
7. Kurang memiliki disiplin dan konlrol diri se