Nilai Hemoglobin Sapi Bali Terinfeksi Ringworm.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015

P-PNL-75

NILAI HEMOGLOBIN SAPI BALI TERINFEKSI RINGWORM
Putu Ayu Sisyawati Putriningsih, I Putu Gede Yudhi Arjentinia
Lab. Penyakit Dalam Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar-Bali
Telp. (0361) 223791, Fax. (0361) 223791
Corresponding author: ay4kato_84@yahoo.com

Pendahuluan
Sapi bali merupakan jenis sapi yang banyak dipelihara oleh
masyarakat Indonesia karena memiliki banyak peran dan manfaat.
Sapi bali juga sering mengalami gangguan kulit. Salah satu penyakit
kulit yang dapat menginfeksi sapi bali adalah dermatofitosis atau lebih
dikenal dengan istilah ringworm. Ringworm adalah penyakit kulit
infeksius yang disebabkan oleh jamur dermatofita, yang terdiri dari 3
Genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Jamur
dermatofita ini mampu menginfeksi jaringan berkeratin seperti kulit,
rambut, dan kuku serta dapat menyerang berbagai jenis hewan (Bond,

2010).
Ringworm pada sapi telah banyak dilaporkan di berbagai negara.
Penyakit ini selain dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi
dalam usaha peternakan namun juga berpotensi menularkan
infeksinya ke manusia (zoonosis) (Shams-Ghahfarokhi et al., 2009).
Penyakit ini memang tidak sampai menimbulkan kematian, namun lesi
yang ditimbulkan dapat menurunkan nilai jual sapi dan memasukkan
agen penyakit lain ke tubuh hewan terinfeksi (Ahmad, 2005). Rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan akibat rasa gatal, dapat menurunkan
produksi daging dan susu serta mengganggu kesempatan hewan
untuk makan. Pengobatan untuk menangani penyakit ini akan
menambah biaya peternak.
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh sapi akibat rasa gatal
yang ditimbulkan ringworm dapat menyebabkan terganggunya
aktivitas makan sapi atau kesempatan makan sapi. Hal ini
kemungkinan dapat mengubah gambaran darahnya, salah satunya
pada nilai hemoglobinnya. Sampai saat ini masih menjadi pertanyaan
apakah ringworm dapat mengubah nilai hematologi dan biokimia
pasien yang terinfeksi.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian mengenai gambaran darah

sapi bali yang terinfeksi ringworm perlu untuk dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai hemoglobin sapi bali yang terinfeksi
ringworm. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai nilai hemoglobin sapi bali yang terinfeksi ringworm
sehingga nantinya dapat digunakan untuk mendukung diagnosa
ringworm pada sapi bali.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 12 sampel darah sapi bali betina dewasa,
yang terdiri dari 6 sampel darah sapi bali normal (tidak terinfeksi
ringworm) dan 6 sampel darah sapi bali infeksi (terinfeksi ringworm).
Sapi bali yang dicurigai ringworm, diambil sampel kerokan kulit dan
rambutnya untuk mengkonfirmasi atau meneguhkan diagnosa
ringworm. Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan dengan KOH
10%. Selanjutnya sampel kerokan kulit dan rambut yang positif
ditemukan elemen jamur dikultur pada media Sabaoroud Dextrose
Agar (SDA) dan diinkubasikan pada suhu kamar (25-30°C), diamati
selama 1-3 minggu dan diidentifikasi dengan Lactophenol Cotton Blue.
Sampel darah diambil pada vena jugularis sapi bali menggunakan
venoject dan dilakukan pemeriksaan nilai hemoglobin menggunakan

metode Sahli. Data hasil pemeriksaan darah dianalisis secara statistik
dengan metode t-test.

Hasil dan Pembahasan
Hasil penghitungan total eritrosit disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai hemoglobin sapi bali
Sapi

Hb (g/dl)
Normal

Sapi

Hb(g/dl)
Infeksi

1
2
3
4

5
6
Mean

17,4
13,0
14,2
15,0
14,0
16,0
14,9

7
8
9
10
11
12
Mean


12,6
15,0
11,0
13,0
14,8
14,5
13,5

Referensi
(Coles,1980)
8,0-15,0

11,0

Tabel 1 menunjukkan nilai hemoglobin sapi bali normal
(tidak terinfeksi ringworm) dan sapi bali infeksi (terinfeksi
ringworm) yang masih dalam batas normal. Secara statistik,
nilai hemoglobin sapi bali normal dan sapi bali terinfeksi
ringworm tidak menunjukkan perbedaan (p>0,05).
Gejala gatal (pruritus) akibat ringworm bervariasi pada

setiap hewan. Diduga rasa gatal yang ditimbulkan ringworm
pada sapi bali bersifat minimal dan tidak mengganggu
aktivitas atau kesempatan makan sapi sehingga asupan
nutrisi yang diperoleh tubuh juga normal dan tidak
mempengaruhi nilai hemoglobin sapi bali.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai
hemoglobin sapi bali yang terinfeksi ringworm masih dalam
batas normal sehingga nilai hemoglobin tidak dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosa ringworm pada sapi bali.

Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada LPPM
Universitas Udayana yang telah memberikan pendanaan
melalui Hibah Unggulan Program Studi tahun 2015.

Daftar Pustaka
Bond, R. 2010. Superficial Veterinary Mycoses. Clinics in Dermatology 28:
226-236.

Coles, E. H. 1980. Veterinary Clinical Pathology. 3rd Ed. WP Sanders CA
Philadelphia, London, Toronto.
Kotnik, T. 2007. Dermatophytoses in Domestic Animals
and
Zoonotic Potential. Slovenian Veterinary Research 44 (3): 63-73.

Their

Shams-Ghahfarokhi, M., Mosleh-Tehrani, F., Ranjbar-Bahadori, S.,RazzaghiAbyaneh, M. 2009. An Epidemiological Survey On Cattle Ringworm In Major
Dairy Farms of Masshad City, Eastern Iran. Iranian Journal of Microbiology
1 (3): 31-36.
Sharma, D. K., Joshi, G., Singathia, R., Lakhotia, L. R. 2010. Fungal Infections
In Cattle In A Gaushala At Jaipur. Haryana Veterinarian 49:62-63.