Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada

(1)

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,

SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA

SKRIPSI

M HARYONO SAMOSIR P 090306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,

SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA

SKRIPSI

M HARYONO SAMOSIR P 090306025

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul : Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada

Nama : M Haryono Samosir P

NIM : 090306025

Program Studi : Petenakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Hamdan, S.Pt., M.Si Ir.Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan


(4)

ABSTRAK

M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PENDUGAAN BOBOT BADAN

SAPI BRAHMAN CROSS, SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA”. Dibimbing oleh HAMDAN dan ARMYN DAULAY.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumus yang lebih akurat dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) pada sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali. Penelitian dilaksanakan pada 3 daerah berbeda berdasarkan masing-masing bangsa sapi yaitu sapi Brahman cross di PT Lembu Andalas Langkat (LAL), sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi Bali di daerah PTPN IV Siantar pada bulan Juni sampai dengan November 2014. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah rumus pendugaan bobot badan Schrool, Smith dan Winter, serta menggunakan analisa korelasi dan regresi berganda dalam pengujian data penelitian.

Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil analisa pengujian diperoleh persamaan regresi, korelasi serta determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada dengan bobot badan. Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Schrool dengan persentase penyimpangan 0.15%, pada sapi Aceh yang paling mendekati dengan menggunakan rumus Winter dengan persentase penyimpangan 0.03% dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi dengan persentase penyimpangan 0%.

Kata kunci: Bobot badan, sapi Brahman cross, sapi Aceh, sapi Bali, lingkar dada, panjang badan


(5)

ABSTRACT

M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PREDICTION BODY WEIGHT OF

BRAHMAN CROSS BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF ACEH BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF BALI BEEF CATTLE BASED ON BODY LENGTH AND CHEST SIZE ”. Under supervised by HAMDAN dan ARMYN DAULAY.

This study aimed to examine for more accurate formula to estimate body weight based on body size (body length and chest size) on Brahman cross beef cattle, Aceh beef cattle Aceh and Bali beef cattle. The experiment was conducted at three different regions based on each nation is Brahman cross cattle in PT Lembu Andalas Langkat (LAL), Aceh beef cattle in BPTU Indrapuri Aceh and Bali beef cattle in the area of PTPN IV Siantar in June to November 2014. The formula used in this study is the estimation formula weight Schrool, Smith and Winter, as well as using correlation and multiple regression analysis to test the research data.

The results showed that the test results obtained by regression analysis, correlation and determination showed Brahman Cross beef cattle, Aceh beef cattle and Bali beef cattle showed a significant relationship between body length, chest size with body weight. Estimation of body weight in Brahman cross beef cattle the closest is to use the formula Schrool the percentage deviation of 0.15%, the closest Aceh beef cattle by using the formula Winter with the percentage deviation of 0.03% and the Bali beef cattle that comes closest is to use the regression equation percentage deviation of 0%.

Keywords: body weight, Brahman cross beef cattle, Aceh beef cattle, Bali beef cattle, chest size, body length


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Hamdan, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi ... 3

Sapi Brahman Cross.. ... 3

Sapi Aceh ... 4

Sapi Bali ... 6

Bobot Badan dan Pengukuran Tubuh Ternak ... ... 7

Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak ... 10

Analisa Korelasi dan Regresi Berganda ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Bahan ... 13

Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pengukuran Variabel ... 14

Analisis Data Menggunakan Rumus Bobot Badan ... 15

Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Liniar Berganda... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ... 18

Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith ... 20

Analisa Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi ... 25

1. Sapi Brahman cross ... 25

2. Sapi Aceh ... 28


(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 37 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan Bobot Badan Sapi Brahman cross, sapi Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang dan Rumus Schrool, Winter,

Smith dan Regresi ... 20

2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman cross ... 26

3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... 28

4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran tubuh Sapi Aceh ... 30

5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh ... 32

6. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Bali ... 33


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Sapi Brahman cross ... 4

2. Sapi Aceh ... 5

3. Sapi Bali ... 7

4. Ukuran Variabel Tubuh Ternak ... 14


(11)

DAFTAR GRAFIK

No. Hal.

1. Jenis Kurva Korelasi Negatif ... .... 11

2. Jenis Kurva Korelasi Positif ... ... 12

3. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27

4. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27

5. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Aceh ... .... 30

6. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Aceh ... ... 31

7. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Bali ... .... 34


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, perubahan pola konsumsi dan selera masyarakat menyebabkan konsumsi daging secara nasional terus meningkat. Pemenuhan konsumsi daging di Indonesia masih belum optimum karena populasi ternak pedaging khususnya ternak sapi masih sedikit dengan kondisi ternak yang kurang bagus teutama dalam hal pertumbuhan dan bobot badan.

Data bobot badan sangat penting diketahui karena berguna dalam manajemen pemeliharaan ternak sapi potong dan tataniaga. Dalam manajemen pemeliharaan, bobot badan diperlukan untuk mengetahui kebutuhan pakan ternak dan mengetahui pertumbuhan ternak demi peningkatan produktivitas ternak, sedangkan dalam hal tataniaga, bobot badan berguna untuk menaksir harga ternak tersebut.

Untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan bobot badan ternak perlu dilakukan penimbangan secara rutin sehingga mendapatkan data bobot badan dan pertumbuhan secara tepat. Akan tetapi pengukuran bobot badan ternak khususnya ternak sapi masih sangat sulit untuk dilakukan, karena adanya faktor dari ternak sapi tersebut yaitu kurang jinak dan keterbatasan fasilitas alat timbang yang tidak selalu tersedia di lapangan dan kurang praktis untuk dibawa. Selain itu, faktor yang lain adalah dalam pengukuran bobot badan ternak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak, sehingga hal tersebut menjadi tidak efektif dan efisien.


(13)

Untuk menanggulangi hal tersebut, pendugaan bobot badan ternak sapi biasanya dilakukan dengan cara menduga bobot badan atas dasar pengalaman atau dengan menggunakan rumus Schoorl, Smith dan rumus Winter.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian upaya memperoleh pendugaan bobot badan ternak secara tepat, praktis dan efisien yaitu dengan persamaan regresi linier berganda berdasarkan ukuran-ukuran linier tubuh tanpa menggunakan alat timbangan atau rumus Schoorl, Smith dan Winter.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rumus yang lebih akurat dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) untuk sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali.

Hipotesis Penelitian

Ukuran panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai penduga bobot badan sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali .

Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan mengetahui ukuran tubuh ternak meliputi panjang badan dan lingkar dada, kita dapat melakukan pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole, sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali.


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Bangsa Sapi

Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992) bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum : Vertebrata; Class : Mamalia; Ordo : Artiodactyla Sub ordo : Ruminantia; Famili : Bovidae; Genus : Bos (cattle); Spesies : Bos taurus (sapi Eropa); Bos indicus (sapi India/sapi zebu) ; Bos javanicus (banteng/sapi Bali).

Sapi Brahman Cross

Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi American Brahman yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner, 1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman cross cenderung lebih mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya lebih dominan. Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. (Hardjosubroto, 1984).

Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada. Memiliki kemampuan


(15)

adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Karakteristik sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000 kg, sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi lainnya. Presentase karkas 48,6 – 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83 – 1,5 kg. Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi susu.


(16)

Sapi Aceh

Sapi Aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2907/Kpts/OT.140/6/2011, yang mempunyai sebaran asli geografis di Provinsi Aceh yang dibudidayakan secara turun temurun. Sapi Aceh umumnya diternakkan oleh masyarakat sebagai penghasil daging. Selain itu juga sebagai ternak kerja, tabungan, budaya meugang dan peupok leumo (adu sapi). Beberapa ahli berpendapat bahwa Bos sundaicus merupakan biangnya sapi-sapi yang ada di Indonesia, berkembang dan mengalami persilangan berurutan dengan sapi Zebu yang dibawa oleh orang-orang Hindu. Sapi Aceh yang telah lama dipelihara rakyat merupakan jenis sapi Zebu tropis berasal Bos indicus. Sapi Aceh yang dijumpai di beberapa kabupaten di Provinsi Aceh memiliki fisik lebih besar dari sapi Sumatera karena lebih banyak disilangkan dengan sapi Benggala (Zebu) Penampilan Produksi Berat Lahir Berat lahir pedet betina sapi Aceh 14,75 kg dan pedet jantan 15,9 kg dengan angka kelahiran rata-rata 65-85%. Adapun karakteristik dari Sapi Aceh adalah: (1) Warna dominan merah bata dan pada daerah pundak; (2) Berpunuk; (3) Tanduk mengarah ke atas dan lebih besar; (4) Kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan (5) Tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, B. 1990).


(17)

Gambar 2. Sapi Aceh

Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali. Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam

subgenus Bibovine tetapi masih

termasuk genus bos


(18)

Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan berbeda dari bangsa sapi lainnya. Sapi Bali berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri. Adapun karakteristik Sapi Bali adalah ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam


(19)

Gambar 3. Sapi Bali

Bobot Badan dan Pengukuran Tubuh Ternak

Bobot badan ternak berhubungan dengan pertumbuhan dan karkas yang dihasilkan, sedangkan bobot badan itu sendiri dipengaruhi sifat perdagingan, karkas dan gemuknya hewan, isi perut serta besarnya pertulangan kepala, kaki dan kulit. Umur dan jenis kelamin turut mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot badan pada umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh (Kidwell dan Mc Cormick, 1956).

Menurut Taylor (1995), bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan ternak, pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada saat ternak berumur 22 bulan atau kurang lebih 1 tahun.

Penggunaan menggunakan parameter tubuh ternak antara lain lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan ternak, krena panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang semakin kecil (Dwiyanto, 1982).


(20)

Untuk menduga bobot badan seekor ternak dapat dilakukan dengan mengetahui ukuran tubuh tertentu. Penelitian mengenai ukuran-ukuran tubuh ternak telah banyak dilakukan, di antaranya oleh Otsuka et.al (1982) yang meneliti asal-usul hubungan genealogical pada beberapa tipe sapi asli Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli Indonesia. Bagian tubuh yang diukur dalam penelitian adalah tinggi punak, tinggi pinggul, panjang badan, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, lebar tulang duduk, lingkar dada dan lingkar tungkai bawah.

Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas, korelasinya dapat disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan sifat lain juga meningkat. Dan apabila satu sifat meningkat dan satu sifat lain menurun maka korelasinya adalah negatif (Laidding, 1996).

Secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Di samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan lemak (Yusuf, 2004).

Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan


(21)

seekor ternak dengan tepat. Menurut Massiara (1986), bobot badan lingkar dada merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan ternak semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak.

Menurut Gilbert (1993) bahwa pengukuran lingkar dada dilakukan dengan cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat dibelakang kaki depan. Pita ukur harus dikencangkan sehingga pita ukur pada bagian dada terasa. pengukuran panjang badan dilakukan dengan cara membentangkan mistar ukur atau tongkat ukur mulai dari sendi bahu (scapula lateralis) sampai tulang tapis (tuber ischii). Sebelum dilakukan pengukuran, ternak harus dalam posisi normal, kaki depan dan belakang harus sejajar satu sama lain dan kepala ternak harus menghadap ke depan. Ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pengukuran dengan tujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai bobot badan kosong (Fry, 2008).

Adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik (Sumardono dan Bambang Sugeng, 2008). Dilanjutkan dengan pernyataan Sugeng (2003) yang menyatakan bahwa adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapi, pengaruh jenis kelamin sapi, pengaruh pakan yang


(22)

diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm lingkungan di sekitar habitat sapi.

Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak

Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah:

Rumus Schoorl (lbs) = (LD (cm) +22) 2 100

Rumus Winter = ( LD)2(inchi) x PB(inchi) (dalam satuan pound) 300

Rumus Smith = (LD (cm) +18) 2 100

Keterangan: LD = Lingkar Dada PB = Panjang Badan

Analisa Korelasi dan Regresi Berganda

Secara umum ada dua hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisa regresi dan ntuk keeratan hubungan dapat diketahui dengan analisa korelasi. Analisa regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Jika X1, X2,...Xn adalah variabel-variabel independen dan Y adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara X dan


(23)

Y, dimana variasi dari X akan diiringi pula oleh variasi dari Y. Secara matematika hubungan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = f(X1, X2,...Xn, e), dimana Y adalah variabel dependen dan X adalah variabel independen dan e adalah variabel residu (distubance term). Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan secara korelasi dan regesi (Hardjosubroto, 1994).

Analisa korelasi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel. Perhitungan dari derajat keeratan diasarkan pada persamaan regresi (Kustituanto, 1984). Korelasi r adalah hubungan timbal balik atau asosiasi yaitu saling bergantungnya dua variabel misalnya Y1 dan Y2. Ada dua hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu hubungan negatif pada Gambar 3 dan hubungan positif pada Gambar 4. Bila variabel-variabel memiliki hubungan negatif, maka hubungannya tidak searah yaitu semakin tinggi variabel Y1 maka semakin rendah variabel Y2. Begitupun sebaliknya jika dua variabel berhubungan positif, maka hubungan di antara keduanya bersifat searah yaitu semakin tinggi variabel Y1 maka semakin tinggi pula variabel Y2.


(24)

Gambar 5. Jenis Kurva Korelasi Positif

Analisa regresi ganda merupakan pengembangan dari analisa regresi sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebasnya (X) dua atau lebih. Analisa regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat atau untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atu lebih variabel bebas X1, X2,..., Xn terhadap suatu variabel terikat Y. Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai beikut:

1. Dua variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2 2. Tiga variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 3. n variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2 + ...+ bnxn


(25)

Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) liniear antara dua variabel atau lebih. Besarnya koefisien relasi berkisarr antar +1 sampai dengan -1, dimana koefisien relasi menunjukkan kekuatan (stregth) hubungan linear dan arrah hubungan dua variabel acak (Sarwono, 2006). Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana dapat mengacu pada dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.


(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT LAL(Lembu Andalas Langkat), PTPN IV Siantar dan BPTU Indrapuri Aceh pada bulan Juni - November 2014.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan adalah sapi Brahman Cross 100 ekor, sapi Aceh 100 ekor dan sapi Bali 100 ekor dengan rentang umur 2 - 3 tahun. Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan digital untuk menimbang bobot hidup sapi, pita ukur untuk mengukur lingkar dada, tongkat ukur untuk mengukur panjang badan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atau dilakukan dengan cara mengambil subyek didasarkan atas kriteria tertentu yaitu sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali jantan berumur 2 - 3 tahun. Data yang diambil berupa bobot badan tiap sapi yang diukur menggunakan timbangan digital, ukuran panjang badan diukur dengan menggunakan tongkat ukur serta lingkar dada yang diukur menggunakan pita ukur. Data diperoleh dengan cara pengukuran langsung pada ternak.


(27)

Pengukuran Variabel

1. Panjang badan (cm), diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinosus sampai dengan tonjolan tulang tapis (os ichium) dengan menggunakan tongkat ukur.

2. Lingkar dada (cm), diukur melingkar tepat di belakang scapula dengan menggunakan pita ukur.

Gambar berikut ini menyajikan metode pengukuran panjang badan dan lingkar dada pada sapi.

Keterangan Gambar: a – b : pengukuran panjang badan sapi c : pengukuran lingkar dada sapi


(28)

Gambar 7. Pengukuran Lingkar Dada Sapi dengan Menggunakan Pita Ukur

Analisa Data Menggunakan Rumus Bobot Badan

Data yang diperoleh meliputi panjang badan dan lingkar dada dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu rumus Schoorl, Smith dan Winter. Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah

Rumus Schoorl (lbs) = (LD (cm) +22) 2 100

Rumus Winter = ( LD)2(inchi) x PB(inchi) (dalam satuan pound) 300

Rumus Smith = (LD (cm) +18) 2 100

Keterangan: LD = Lingkar Dada PB = Panjang Badan


(29)

Untuk mengetahui ketepatan rumus pendugaan maka dihitung besarnya nilai penyimpangan antara bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus dengan bobot badan yang diukur dengan menggunakan timbangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = BBR−BBT

BBT x 100%

Keterangan:

P = Persentase penyimpangan

BBR = Bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus BBT = Bobot badan hasil timbang

Hasil perhitungan P (persentase penyimpangan) merupakan bilangan mutlak.

Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Linear Berganda Data hasil penelitian dihitung dan diolah untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) yaitu eksterior tubuh sapi yang meliputi panjang badan dan lingkar dada terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu bobot badan sapi.

Data-data yang diperoleh dapat dihitung dan diolah dengan metode analisa korelasi dan regresi sederhana dan berganda. Angka koefisien relasi (r) baik ganda maupun sederhana menunjukkan arah dan derajat keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Persamaan regresi baik sederhana menunjukkan bentuk hubungan secara matematis antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana dapat mengacu pada dua hal, yakni


(30)

dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.

Pengujian statistik terhadap koefisien relasi (baik sederhana maupun ganda) digunakan untuk menjawab hipotesis mengenai ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun rosedur pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

H0 : r = 0 berati tidak ada hubungan signifikan antara X dan Y H0 : r ≠ 0 berarti ada hubungan signiikan antara X dan Y 2. Menghitung nilai uji statistik

Nilai uji statistik regresi sederhana adalah t, sedangkan nilai uji statistik untuk regresi beganda adalah F. Nilai t diperoleh dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05. membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05. Demikian juga halnya dengan nilai F diperoleh melalui perbandingan nilai hitung dengan tabel pada taraf nyata.

3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima (H1 ditolak) apabila t atau F hitung < t atau F tabel H0 ditolak (H1 diterima) apabila t atau F hitung ≥ t atau tabel


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 3 peternakan penggemukan sapi potong skala besar yang berada di wilayah Sumatera yaitu Peternakan Sapi Bali di siantar, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi Brahman Cross di Langkat. Jumlah masing-masing sapi yang ditimbang dan diukur statistik vitalnya (panjang badan dan lingkar dada) adalah sebanyak 100 ekor sapi Bali, 100 ekor sapi Aceh dan 100 ekor sapi Brahman Cross.

Lokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Aceh Indrapuri berupa perbukitan dan lembah yang agak landau, di bagian tengah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 30 – 80 m. iklim rata-rata panasmdengan suhu 27,50C dan tingkat kelembaban 81,8%. BPTU Sapi Aceh Indrapuri terletak di Blang Lam Lhui, Desa Reukih Dayah, Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh besar. Ternak sapi Aceh yang terdapat pada BPTU Sapi Aceh berjumlah 513 ekor dengan luas lahan adalah 430 Ha (bptu-hptindrapuri.com). Sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, B. 1990).

Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau, pada


(32)

punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian

dalam

.

Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi susu. Sedangkan pada sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, 1990).

Penimbangan bobot badan dan pengukuran statistic vital yaitu panjang badan dan lingkar dada dilakukan pada sapi dengan rataan umur 2 tahun dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman data pengukuran sehingga variasi data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh umur ternak. Sapi yang telah mencapai umur 2 tahun umumnya memiliki pertambahan bobot badan yang konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor (1995), yang menyatakan bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan ternak, pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada ssat ternak berumur 22 bulan atau kurang lebih 1 tahun.


(33)

Penimbangan bobot badandilakukan dengan cara sapi dinaikkan ke atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama lain. Sapi diusahakan tidak banyak bergerak saat dilakukan pencatatan bobot badan. Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan, hal ini dilakukan agar ternak dalam kondisi bobot badan kosong (empty day weight) karena ternak telah dipuasakan pada sore hari. Menurut Fry (2008), menyatakan bahwa ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pengukuran dengan tujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai bobot badan kosong.

Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith Hasil pendugaan bobit badan sapi Bali berdasarkan rumus Schrool, Winter dan Smith dapat dilihat pada data berikut ini.

Tabel 1. Rataan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang dan Rumus Schrool, Winter, Smith dan Regresi

Jenis Sapi Rumus Pendugaan

Bobot Badan Timbang (BBT)(kg)

Bobot Badan Rumus (BBR)(kg)

BBT – BBR

kg %

Sapi Brahman Cross Schrool 422.59 ± 17.92 421.95 ± 18.89 -0.64 0.15

Winter 422.59 ± 17.92 569.88 ± 43.04 147.29 34.70

Smith 422.59 ± 17.92 405.68 ± 18.53 -16.91 4.00

Regresi 422.59 ± 17.92 422.69 ± 17.97 0.10 0.023

Sapi Aceh Schrool 209 ± 23.5 281.88 ± 21.74 73.36 35.76

Winter 209 ± 23.5 208.38 ± 23.45 -0.14 0.03

Smith 209 ± 23.5 268.62 ± 21.22 60.10 29.34

Regresi 209 ± 23.5 208.52 ± 23.5 -0.48 0.229

Sapi Bali Schrool 207.33 ± 25.35 277.92 ± 27.30 70.59 34.80

Winter 207.33 ± 25.35 204.62 ± 26.51 -2.71 1.37

Smith 207.33 ± 25.35 267.95 ± 20.22 60.62 30.05


(34)

Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross, sapi Aceh dan sapi Bali hasilnya yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith dan inter terdapat selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan sebenarnya. Perbedaan bobot badan sebenarnya/tertimbang dengan pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus tersebut digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal, serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien korelasi maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati nilai 1 yang menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar dada, panjang badan dan bobot badan ternak (Mansyur, 2010).

Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross dengan menggunakan rumus Shrool diperoleh bobot badan sebesar 421.95 ± 18.89 kg, menggunakan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar 569.88 ± 43.04 kg dan dengan rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 405.68 ± 18.53 kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman Cross berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 422.59 ± 17.92 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu –0.64 kg dengan persentase penyimpangan 0.15%, Winter yaitu 147.29 kg dengan persentase penyimpangan 34.7% dan Smith yaitu 16.91 kg dengan persentase penyimpangan 4%. Dari hasil data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah diperoleh pada rumus Schrool yaitu – 0.64 kg dengan


(35)

persentase penyimpangan 0.15 %. Rendahnya nilai penyimpangan pada rumus Schrool terjadi karena rumus Schrool biasa digunakan pada sapi potong yang berasal dari luar yang memiliki konformasi tubuh yang berbeda dengan sapi potong lokal pada umumnya, dimana rumus Schrool biasa digunakan pada sapi berukuran badan besar > 350 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl

biasa dilakukan pada sapi yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien

Holstein (FH) atau Brahman Cross.

Pendugaan bobot badan sapi Aceh dengan menggunakan rumus Schrool

diperoleh bobot badan sebesar 281.88 ± 21.74 kg, dengan rumus Winter

diperoleh bobot badan sebesar 208.38 ± 23.45 kg, sedangkan bobot badan sapi Aceh berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 209 ± 23.5 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan penggunaan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu 73.36 kg dengan persentase penyimpangan 35.76%, dengan rumus Winter yaitu -0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03% dan rumus Smith yaitu 60.10 kg dengan persentase penyimpangan 29.34%. Sedangkan pada pendugaan bobot badan sapi Bali dengan menggunakan rumus Schrool diperoleh bobot

badan sebesar 277.92 ± 27.30 kg, dengan rumus

Winter diperoleh bobot badan sebesar 204.62 ± 26.51 kg dan rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 267.95 ± 20.22 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 207.33 ± 25.35 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan penggunaan rumus pendugaan


(36)

bobot badan antara lain Schrool 70.59 kg dengan persentase penyimpangan 34.80%, dengan rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase penyimpangan 1.37% dan dengan rumus Smith yaitu 60.62 kg dengan persentase penyimpangan 30.05%.

Dari data hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah pada pendugaan bobot badan sapi Aceh terdapat pada rumus Winter yaitu -0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03%. Sama halnya dengan data hasil penelitian terhadap sapi Bali diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah terdapat pada rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase penyimpangan 1.37%. Data penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa persamaan regresi linier dengan menggunakan lebih dari satu parameter ukuran tubuh memberikan nilai koefisien determinasi lebih tinggi atau dengan kata lain memberikan hasil penyimpangan yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai persamaan regresi linier sederhana, yaitu pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus regresi yang menggunakan beberapa parameter tubuh antara lain panjang badan dan lingkar untuk bobot badan sapi 200 – 350 kg memiliki penyimpangan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bobot badan sapi 300 – 656 kg. Nilai penyimpangan bobot badan sapi akan semakin besar apabila menggunakan rumus linier sederhana yaitu hanya menggunakan satu parameter tubuh saja, yaitu dapat dilihat pada hasil rumus Schrool dan Smith yang hanya menggunakan nilai lingkar dada, sehingga penyimpangan bobot badan sapi Aceh dan Bali dalam penelitian mencapai 30% - 75%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwiyanto


(37)

(1982), yang menyatakan bahwa menggunakan parameter tubuh ternak antara lain lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan ternak, krena panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang semakin kecil.

Dari data penelitian diketahui bahwa nilai penyimpangan pendugaan bobot badan sapi Aceh dan sapi Bali dari hasil rumus Winter yaitu 0.03 % untuk sapi Aceh dan 1.37% untuk sapi Bali lebih kecil dibandingkan hasil rumus Schrool, yaitu sebesar 35.76% pada sapi Aceh dan 34.80% pada sapi Bali. Sedangkan hasil dari persamaan pendugaan Smith memberikan nilai 29.34% pada sapi Aceh dan 30.05% pada sapi bali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil koefisien regresi linier yang diperoleh dari persamaan pendugaan bobot badan oleh Winter lebih mendekati pada nilai bobot badan ternak dengan menggunakan timbangan, karena rata-rata penyimpangan yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5 – 10%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot sebenarnya.

Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schrool, Winter dan Smith dalam penelitian memberikan hasil bahwa untuk menduga bobot badan sapi lokal seperti sapi Aceh dan sapi Bali dapat menggunakan rumus Winter, karena nilai penyimpangan yang dihasilkan dari regresi lebih kecil dibandingkan rumus Schrool dan Smith. Hal ini disebabkan karena pada rumus Winter menggunakan parameter panjang badan dan lingkar


(38)

dada. Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor ternak dengan tepat.

Tingginya nilai penyimpangan pada rumus Schrool dan Smith dapat disebabkan karena rumus Schrool dan Smith diperoleh dengan penelitian terhadap hubungan bobot badan ternak dengan ukuran statistik vital yang dilakukan pada kondisi lingkungan dan bangsa sapi yang berbeda dengan kondisi penelitian. Variasi berat alat pencernaan merupakan sumber utama penyimpangan dalam pengukuran bobot badan ternak. Penggunaan rumus-rumus pendugaan bobot badan ini akan lebih efektif apabila pengukuran lingkar dada dan panjang badan dilakukan dengan benar dan tepat. Rumus regresi linier berganda akan memberikan hasil yang terbaik apabila digunakan untuk menduga bobot badan sapi hasil persilangan ternak lokal dan ternak luar dengan manajemen pemeliharaan ternak yang intensif.

Analisis, Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi

1. Sapi Brahman Crosss

Signifikansi hubungan antara masing-masing ukuran eksterior tubuh dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap koefisien relasi (r) dan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi


(39)

dengan bobot badan pada tabel 1, diketahui bahwa uji signifikansi nilai absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P > 0.05 atau nilai P 0.05 = 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan panjang badan terhadap bobot badan, dimana nilai signifikan pada lingkar dada dan panjang badan lebih kecil dan sama dengan nilai probabilitas. Dengan demikian, variabel lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai positif terhadap bobot badan (Y),.

Uji hubungan signifikan pada analisis regresi linear berganda diperoleh bahwa nilai uji statistik P < 0.05, sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan anatra panjang badan dan lingkar dada secara bersama-sama dengan bobot badan terhadap sapi Brahman cross. Selain faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapid an pengaruh jenis kelamin sapi, menurut Sudarmono dan Bambang Sugeng (2008), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya faktor pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusuf (2004), yang menyatakan bahwa secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Di


(40)

samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan lemak.

Tabel 2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman Cross

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sederhana

Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan

Lingkar Dada (X1) 0.928 0.861 Y= -242.727 + 3.628 X1 24.055 0.000 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.197 0.039 Y= 325.770 + 0.670X2 1.983 0.05 Signifikan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi R R2 F P

Y= -245.043 + 3.621X1 + 0.027X2

0.929 0.863 302.988 0.000 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Brahman cross dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 8. Grafik Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross


(41)

Gambar 9. Grafik Hubungan Lingkar dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross

Pada gambar 8 dan 9 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara bobot badan dengan panjang badan dan lingkar dada masing-masing membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot

Y = 325.770 + 0.67X R2 = 0.039

Y = -242.727 + 3.628X R2 = 0.861


(42)

badan sapi Brahman cross dapat menggunakan formula BB = 3.621 LD + 0.027 PB – 245.043, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan panjang badan. Hasil pendugaan bobot badan menggunakan formula tersebut mendekati nilai penimbangan bobot badan sapi yang menggunakan timbangan dengan nilai akurasi dari formula tersebut adalah R2 = 86.3%. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda, diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 302.988 dengan tingkat sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi formula pendugaan bobot badan sapi Bahman cross dapat digunakan dalam pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross.

Tabel 3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman cross

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27344.875 2 13672.437 302.988 .000a

Residual 4332.034 96 45.125

Total 31676.909 98

a. Predictors: (Constant), pb, ld b. Dependent Variable: bb

2. Sapi Aceh

Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi Aceh, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada dengan boot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi dengan bobot badan pada Tabel 2, diketahui bahwa uji signifikansi nilai


(43)

absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P < 0.05 atau nilai P 0.00 > 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot badan dan demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki hubungan signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel lingkar dada (X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai positif terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada hasil analisis regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.740, yang berarti bahwa variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada memiliki hubungan linier yang sangat kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang memiliki nilai sebesar 0.947 atau 94.7%, yang menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 94.7% terhadap bobot badan ternak, sedangkan 5,3% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.


(44)

Tabel 4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Aceh Analisis Korelasi dan Regresi

Linier Sederhana

Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan

Lingkar Dada (X1) 0.960 0.922 -302.101+ 3.503 X1 -20.094 0.00 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.684 0.468 -259.496 + 4.42 X2 9.278 0.00 Signifikan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi r R2 F P

Y= -375.462+3.093 X1 + 1.256 X2 0.973 0.947 867.165 0.00 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Aceh dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 10. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Aceh

Y = -302.101 + 3.503X R2 = 0.922


(45)

Gambar 11. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Aceh

Pada gambar 10 dan 11 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat menggunakan formula BB = 3.093 LD+ 1.256 PB - 375.462, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda, diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 867.165 dengan tingkat sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam pendugaan bobot badan pada sapi Aceh.

Y = 259.496 + 4.420X R2 = 0.468


(46)

Tabel 5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 51644.514 2 25822.257 867.165 .000a

Residual 2888.446 97 29.778

Total 54532.960 99

a. Predictors: (Constant), pb, ld b. Dependent Variable: bb

3. Sapi Bali

Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi Bali, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi dengan bobot badan pada tabel 3, diketahui bahwa uji signifikansi nilai absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara bobot badan dengan panjang badan menghasilkan nilai probabilitas atau signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 > 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan nilai probabilitas atau


(47)

signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot badan dan demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki hubungan signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel lingkar dada (X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai positif terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada hasil analisis regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.977, yang berarti bahwa variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada memiliki hubungan linier yang sangat kuat.hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang memiliki nilai sebesar 0.955 atau 95.5%, yang menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 95.5% terhadap bobot badan ternak, sedangkan 4.5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.

Tabel 6. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Bali Analisis Korelasi dan Regresi

Linier Sederhana

Variabel r R2 Persamaan Regresi t P Keterangan

Lingkar Dada (X1) 0.966 0.932 -366.423 + 3.941 X1 36.739 0.000 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.931 0.866 -261.002 + 4.5 X2 25.166 0.000 Signifikan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda


(48)

Persamaan Regresi r R2 F P

Y= -357.159 + 2.712 X1 + 1.63 X2 0.977 0.955 1036.043 0.000 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Bali dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 12. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali

Gambar 13. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Bali

Y = -366.423 + 3.941X R2 = 0.932


(49)

Pada gambar 12 dan 13 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi Bali dapat menggunakan formula BB = 2.712 LD+ 1.63 PB - 357.159, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda, diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 1036.043 dengan tingkat sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan pada sapi Aceh, dengan tingkat signifikansi sebesar 95.5%.

Tabel 7. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali

Y = -261.002 + 4.5X R2 = 0.866


(50)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 60790.349 2 30395.175 1036.043 .000a

Residual 2845.761 97 29.338

Total 63636.110 99

a. Predictors: (Constant), pb, ld b. Dependent Variable: bb

Selain pengaruh faktor bangsa sapi, pengaruh umur sapi dan pengaruh jenis kelamin sapi. Menurut Sumardono dan Bambang Sugeng (2008), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik.

Laju pertumbuhan setelah sapih ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia, juga dipengaruhi oleh aktor bangsa, heterosis dan jenis kelamin. Menurut Sugeng (2003), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapi, pengaruh jenis kelamin sapi, pengaruh pakan yang diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm lingkungan di sekitar habitat sapi.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisa perhitungan diperoleh persamaan regresi, korelasi serta determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada dengan bobot badan.

Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman Cross yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Scroll ( 0,15 % ), pada sapi Aceh yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Winter ( 0,03 % ) dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi ( 0 % ).

Lingkar dada dan panjang badan dapat mengestimasi bobot badan sapi Brahman Cross sapi Aceh dan sapi Bali.

Saran

Untuk memprediksi bobot badan sapi, dapat menggunakan panjang badan dan lingkar dada.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2008. Skripsi: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada. Universitas Brawijaya, Malang.

Apriliyani, I.N. 2007. Skripsi: Penampilan Produksi dan Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh linear sapi. IPB, Bogor. Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta Dwiyanto. K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta Hubungan

antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Erlangga, 2009. Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id.

Fry, G. 2008. Linear Measurement Male.

Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org.

Gilbert, R. P., D. R. Bailey dan N. H. Shannon. 1993. Linear Body Measurements of Cattle before and after 20 Years of Selection for Postweaning Gain when Fed Two Different Diets.

Hadi, P. U dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemulibiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta.

Kidwell, J.F and J.A. Mc Cromick. 1956. The Influence of Science and Type Growth and Development of Cattle. J. Amin. Sci. 15:199-218. Kustituanto, B. 1984. Statistik Analisa Runtut Waktu dan Regresi –


(53)

Laidding, A.R. 1996. Hubungan Berat Badan dan Lingkar Dada dengan beberapa sifat-sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. G di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mansyur, M.S.A. 2010. Hubungan antara Ukuran Eksterior Tubuh terhadap bobot Badan pada sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Massiara, L. 1986. Pendugaan Bobot Badan melalui Beberapa Ukuran Tubuh pada kambing kacan

Otsuka, J., T. Namikawa, K and H. Martojo. 1982. Statistical Analysis on the Body Measurement of East Asian Native Cattle and Bantengs : The Origin and Phiylogeniy of Indonesia Native Livestock (Part 111). The Research Group of Overseas Scientific Survey. Bogor.

Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Path Analysis – Menggunakan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.3

Sudarmono, A.S., Bambang Sugeng, Y. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya , Jakarta.

Tanari, M. 2001. Estimasi Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Bali di Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Thesis, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Taylor, R.E. 1995. Scientific Farm Animal Produvction. An Introduction Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.

Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics. Third Edition. Longman Inc. London. Williamson, G. dan W. J. A Payne 1986. An Introduction to Animal


(54)

Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di daerah Bima NTB. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


(1)

Pada gambar 12 dan 13 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi Bali dapat menggunakan formula BB = 2.712 LD+ 1.63 PB - 357.159, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda, diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 1036.043 dengan tingkat sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan pada sapi Aceh, dengan tingkat signifikansi sebesar 95.5%.

Tabel 7. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali

Y = -261.002 + 4.5X


(2)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 60790.349 2 30395.175 1036.043 .000a

Residual 2845.761 97 29.338

Total 63636.110 99

a. Predictors: (Constant), pb, ld b. Dependent Variable: bb

Selain pengaruh faktor bangsa sapi, pengaruh umur sapi dan pengaruh jenis kelamin sapi. Menurut Sumardono dan Bambang Sugeng (2008), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik.

Laju pertumbuhan setelah sapih ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia, juga dipengaruhi oleh aktor bangsa, heterosis dan jenis kelamin. Menurut Sugeng (2003), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapi, pengaruh jenis kelamin sapi, pengaruh pakan yang diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm lingkungan di sekitar habitat sapi.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisa perhitungan diperoleh persamaan regresi, korelasi serta determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada dengan bobot badan.

Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman Cross yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Scroll ( 0,15 % ), pada sapi Aceh yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Winter ( 0,03 % ) dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi ( 0 % ).

Lingkar dada dan panjang badan dapat mengestimasi bobot badan sapi Brahman Cross sapi Aceh dan sapi Bali.

Saran

Untuk memprediksi bobot badan sapi, dapat menggunakan panjang badan dan lingkar dada.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2008. Skripsi: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada. Universitas Brawijaya, Malang.

Apriliyani, I.N. 2007. Skripsi: Penampilan Produksi dan Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh linear sapi. IPB, Bogor. Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta Dwiyanto. K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta Hubungan

antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Erlangga, 2009. Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id.

Fry, G. 2008. Linear Measurement Male.

Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org.

Gilbert, R. P., D. R. Bailey dan N. H. Shannon. 1993. Linear Body Measurements of Cattle before and after 20 Years of Selection for Postweaning Gain when Fed Two Different Diets.

Hadi, P. U dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemulibiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta.

Kidwell, J.F and J.A. Mc Cromick. 1956. The Influence of Science and Type Growth and Development of Cattle. J. Amin. Sci. 15:199-218. Kustituanto, B. 1984. Statistik Analisa Runtut Waktu dan Regresi –


(5)

Laidding, A.R. 1996. Hubungan Berat Badan dan Lingkar Dada dengan beberapa sifat-sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. G di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mansyur, M.S.A. 2010. Hubungan antara Ukuran Eksterior Tubuh terhadap bobot Badan pada sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Massiara, L. 1986. Pendugaan Bobot Badan melalui Beberapa Ukuran Tubuh pada kambing kacan

Otsuka, J., T. Namikawa, K and H. Martojo. 1982. Statistical Analysis on the Body Measurement of East Asian Native Cattle and Bantengs : The Origin and Phiylogeniy of Indonesia Native Livestock (Part 111). The Research Group of Overseas Scientific Survey. Bogor.

Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Path Analysis – Menggunakan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.3

Sudarmono, A.S., Bambang Sugeng, Y. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya , Jakarta.

Tanari, M. 2001. Estimasi Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Bali di Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Thesis, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Taylor, R.E. 1995. Scientific Farm Animal Produvction. An Introduction Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.

Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics. Third Edition. Longman Inc. London. Williamson, G. dan W. J. A Payne 1986. An Introduction to Animal


(6)

Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di daerah Bima NTB. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Diakses pada tanggal 3 Januari 2015 pada pukul 17.00 WIB.