Obligasi Bank Jabar Dan Sektor Riil.

Obligasi Bank Jabar Dan Sektor Riil
Oleh : Sulaeman Rahman
Tanggal 16 Oktober 2006 , PT Bank Jabar telah melakukan jumpa pers dalam rangka
rencana menerbitkan obligasi dengan nilai Rp 750 milyar sampai dengan Rp 1 triliun.
Adapun bunga

yang ditawarkan ada pada kisaran 11-12%. Suatu hal yang

menggembirakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi kredit yang
rencananya lebih difokuskan pada sektor UMKM. Karena Bank Jabar mempunyai
rencana pembentukan sentra UMKM serta penerbitan produk perbankan baru khusus
untuk kredit mikro.
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang memiliki jangka waktu jatuh tempo
dan bunga yang tetap. Keberhasilan penerbitan obligasi akan sangat tergantung pada
banyak faktor, seperti tingkat bunga yang ditawarkan atau kupon obligasi, masa jatuh
tempo, dan tingkat pengembalian yang diminta oleh investor.

Besarnya tingkat

pengembalian yang diminta oleh investor akan menentukan harga obligasi dan laku atau
tidaknya suatu obligasi yang ditawarkan.

Obligasi PT. Bank Jabar yang saat ini tercatat dan diperdagangkan di BES (Bursa Efek
Surabaya) yaitu Bank Jabar IV Tahun 2004 Seri A dan Bank Jabar IV Tahun 2004 seri B
yang diterbitkan pada tanggal 6 Oktober 2004 dan akan jatuh tempo pada tanggal 5
Oktober 2007 untuk seri A dan pada tanggal 5 Oktober 2009, adapun bunga atau kupon
untuk seri A sebesar 11,75 %, sedangkan untuk seri B sebesar 12,5 %. Berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh majalah mingguan ibu kota yang mambahas investasi dan
keuangan , Obligasi seri A menempati posisi 74 dari 184 obligasi korporasi yang
diperingkat oleh majalah tersebut untuk tahun 2006.
Dalam judul berita diharian PR (17/10), menyebutkan bahwa PT. Bank Jabar berharap
bisa memperkecil adanya mismatch dalam struktur pendanaan. Penerbitan Obligasi V
diharapkan diperoleh sekitar tambahan dana jangka panjang sebesar Rp 2 triliun. Raihan
senilai Rp 2 triliun sangat ditentukan pula oleh kondisi ekonomi makro yang sedang
terjadi saat ini. Salah satunya adalah tingkat suku bunga atau BI rate yang sekarang
berlaku. Seperti terjadi pada penerbitan ORI (Obligasi Ritel Indonesia) ternyata sangat
laris.