Pengaruh Pengomposan Terhadap Kandungan Kromium Dalam Lumpur Limbah Industri Penyamakan Kulit Sukaregang Garut.

Prosiding Seminar Nasional

tsBN

97&979-2$9571{

PENGAR{IH PENGOMPOSAN TEREADAP KANDT'NGAN KROMIUM
DALAM LUMPUR LIMBAU INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
SIIKAREGA}IG GARUT

Ellin |1211ia, Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina dan Denny suryanto
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjtan

ABSTRACT
Chromium prcselrce in the waste produced by leather processing may geoerate a serious
problem to the environment when it is not treated accordingly. Conifisting
has proven
to be one of altemative solution. Thereforg it is beneficiai to the-envirinment. The
experiments on" The Effect of Composting on Chromium Content In The Waste
of
Leather Processing In-The Industry of Leather Tanning In sukaregang,

been conducted using Completely Random Design, with three treatnentJthat
were CIN
ratio of 20, 25 and 30, Each tneatuent was replicated five times. Results of this
experiments iodicated that Cr, N, P and K content was not significantly different
amongst treatments. The lowest chromium content (6.07 ppm) wai resrilted from
CIN
ratio of 25. whereas,.the
Fgh.rt content of N (0,342o),t (o.zi%) and K (0.13 lo) was
resulted from CAI ratio of 25.

c"*r;h"r,

Key words: chrbmium, waste leather industry, ccomposting

PENDAIIT]LUAN

- --srk

r"g;


Garut merupalan sentra industi

kulit hasil peayamakan dan

kulit yang menghasilkan produk

menghasilkan 1fu1!x[ dalam bentUk Lumpur haSil

pengendapan yang belum aimanna*an. Penyamakan kulit dikategorikan
sebagai
limbah beracun dan berbahaya di Malapia karena kandungan tinggr Cr (ebih dari 500

/

kg) d'n logam berat lainnya. Logam berat, ketika dalam konsentrasi cukup tinggi,
memiliki potensi untuk menjadi phytotoxic dan zootoxic. Logam berat yang ditemukan
sebagai kontaminan dalam lumpur penyamakan'kulit (Haroun Mahdi dkk, 2OO7).
Industri penyamakan kulit menghasilkan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran
mg


terhadap lingk'ungan, apabila limbah d"lq* bentuk padat maupun cair tidak ditangani
dengan benar (Frank Shields- 2000). Pengolahan limbah cair industri penyauiakan kulit
akan mengha.silkan Lumpur sekitar 100
150 kg per ton kulit. Limbah dalam bentuk

-

Lumpur merupakan hasil pengendapuo, dari proses soaking, buang bulq penyaringan
dan proses lainnya. Penyamakan kulit menghasilkan limbah padaLcair dan gas. Limbah
padat dan cair mengandung diduga krom valensi 6 dan krom valensi 3.
Krom valensi 6
sangat toksik bersifat karsinogenik dan mutagenik (Manahan, 1992; wang dan Xiao,
1995; Balamurugan, dkk. 1999). Di alam logam krom baik Cr (VD maupun Cr (IID
dapat mengalami transformasi bila kondisi lingkungannya sesuai. Cr (IU) bersifat
kurang tolsik, kelarutannya rendah dan tidak mobil serta lebih sulit menembus dinding
sel tanaman maupun hewan- Cr (XI) dalam jumlah kecil diperlukan gntuk metabolism
glukosa dan berperan sebagai Glucose tolerance
factors (GTF) baik pada temak
Perspekif Pengembongon Agribisnis peternokon di lndonesio
Fakultos Peternokon Llniversitas Jenderal soedirmon, purutokerto, 70 Aprit 2010


551

Prcdfit
tsBN 97&979-25-9571-{'

Prosiding Seminar Nasional

id
maupur manusia (Machi, dkk. 1991; dan Manahan, 1992 ; Chaney, R.I-.dklc 1997 ).
Lumpur hasil pengolahan air limbah penyamakan kulit mengandung kalsium l0 - 30%,
Nitrogen 2 - l0%, krom 0,2 - 3yo, besi 0 -12% dan alumunium 0-60/o. Kandungan
nitrogen yang cukup ttnggi memuugkinkan Lumpur limbah indusEi kulit untuk diproses
menjadi kompos. Metode paling sederLana dari pembuangan adalah untuk
merigembalikan produk alami kulit digunakan dengaa alam, misalnya untuk kompos
(Alois Puentener. 2009). Kompos merupakan hasil dari aktitrtas biologi hortikultura di
mana dalam proses pergomposatr membutuhkan suhu yang memadai, kelembaban dan
oksigen yang cukup untuk proses aerob. Pengomposan melibatkan berbagai jenis
milroorganisme diautaranya adalah balferi, fungt dan actinomycetes. Pada proses
fermentasi diduga melibatlcan mikroorganisme yang mampu mengabsorpsi lrom behkan

beberapa
sme mamfu meredulsi Cr (YI) menjadi Cr (trI) (Ning dan
Grant,lggg). Berdasartan uraim tersebut di atas dapat diperoleh penrmusan masalah
yaitu masalah bahan petrcemar lromium yang berasal dad Lumpur limbah industri
penyamakan tulit dapat diatasi melalui proses pengomposan- Pengomposan Lumpur
limbah industi pe,nyamakan kulit mempakan suatu upaya dari iadusti yang ramah
lingkungan karenahasil pengomposan dapat dimanfaatkan untuk daerah pertanian.

METODE PENELITHN
Bahan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengambilan Lumpur limbah industri kulit dari
daerah industri kulit Sukaregang GaruL Lumpur tersebut terlebih dahulu diperiksa
kan(ungan CA.I ratio. Setelah diketahui CA.I ratio Lumpur limbah industri kulit dibuat
kompos dengan cana melcampur dengan serbuk gergaji yarg telah dianatisa CA.[ ratio.
Melalui perhitungan CA.[ ratio dapat diperoleh berat Lumpur limbah industri kulit dan
serbuk gsrgarji berdasarkan CA{ ratio yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 20 ;
25 dan30. Serbuk gergaji diperoleh dari penggergajian kayu daerah Sayang Jatinangor.
AIat Penelitian
1. Bakplastik untuk tempat kompos
/. fi6fnngan kapasitas 10 kg


adab

Proscs

1

nisbah (
serbuk

saqi

1

dipq$q
sedikit

r

sekali


r

pergq
kecolilf
Peuhal

l.Kd
2.Kil

I

Bray U[
PasqF

labd

DEPilE

EASL


I
indusrri

indusui
Tsbe!

l.

Parac

Krooi

IJnnl
IrEsI

lrmI

Keteq
l


3. Thermometer
4.

pHmeter

l

Metode Penelitian

Petrelitian dilakukan di laboratorinm sec&rir eksperimental, Rancangan
penetitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAf) dengan 3 macam
perlakuan yaitu kompos dengan CA.{ ratio 2A ;25 dan 30, dan masing-masing diulaog
sebanyak 5 kali., untuk meirgetahui perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan tji
Tukey.
Frosedur Penelitian
Pembuatan kompos pada penelitian ini menggunakan metode Barkeley yang
telah dikembangkan di Universitas California,UsA (CSIRO,1979). Prinsip dari metode

I

6,07 kromirn
penelitti

penyae

Kromir

immobf,

(Hartini

Persorll

Fatul@
Perspektif Pengembongon Agribisnis Peternoko n di lndonesia
Fakultos Peternokan Universitas Jenderol Soedirmon, Putwokerto, 70

Apil

2010


s52

Prosiding Seminar Nasional

rsBN 97&979-25-9571{t

ini adalah dekomposisi menggunakan mikroorganisme
indigenous yang bersifat aerobic.
Proses pembuatan kompos sebagai
berikut : Timbang o,Liog-**ing bahan dengan
nisbah ca'I yang telah ditentukan campurtan
lumpur limbah industi kulit dengan
serbuk gergaji dengan c/N ratio 20; c/N
trlno 25 dao c/N ratio 30 kemudian diaduk
sampai rata, campurau tersebut dimasuklan ke
dalam kotak plastik yang telah
dipersiapkan untuk pembwtan kompos. Kemud.ian
tersebut diperciki air
sedikit derri sedikit sambil diaduk untuk mengatur "*p,1*
kelembabannya setiap tiga hari
sekali campuran tersebut diaduk rmtuk proses aerasi, kontol
zuhu dan p-H ;;

pengomposau selesai setelah 15 hari setelah
kompos yang terbentuk berwarna hitam
kecoklatan, volume tinggat u3 ny4prr asam, tidak
berbau bus,kPeuhah yang diamati
l. Kandungankrom valensi 6 dan valensi 3 dengan metode
spektrophotomehi

2. KaadunganunsurN. p

daoK
unsur N dianalisis dengan metode Kjedehl, unsur p dianalisis
dengan metode
Bray VOlsen (PzOJ dan unsur K dianalisis dengan
metode K-HCI Oksalat (KrO)
Pengujian kandungan kronu unsur nitnogen (N),
Fosfor (p) dan Kalium (K) dilahkan di
laboratorium Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan pasca panen
pertanian
Departemen Pertanian Jalan Tentara pelajar No.
12 e;manggu Bogor.
HASIL DA}I PEMBAEASAN
Hasil analisis terhadap kandungan kromi,m valensi (vr)
ternyata dalem rimbah
industri sulit sukaregang Ganrt tidak terdetetsi kromium
vaensi (vr). Dalam limbah
industri kutit kromium yaag terdeteksi a,ralah varensi (ug
;;"; diu#p;

r"b";;l

Tabel

l.

Rata-rata kandungan Kromium,N,p dan

Parameter

K
Perlakuan

P1

Kromium(ppm)
UnsurNitrogen (Zo)
Unsur Phospot

(o/o)

Unsurlklium(%)
P2
P3

:
:

-

O,lZ

6,07
0,34
0,21

0,13

7,61

0,29
0,15

0J2

kompos dengpn ClNratio 25
kompos dengan CAI ratio 30

Pada Tabel

6,07

6,49
0,27
0,15

l'

dapat dilihat bahwa rata-rzta kandungan kromium
valensi III
7,61 ppm dapat dikatakan belrrm membahayakan lingkungan,
mengingat

ft16a1irrm dapat menjadi beracun pada kadar
500 ppm (Flaroun

Mahdi, dkk. 200,r). Hasir
penelitian tidak terdeteksi kromium valensi
6. Pengomposan Lumpur limbah induski
penyamakan kulit menghasirkan kompos yang
aman digu*kan untuk pupuk karena
Kromium berada dalam bentuk lromium valensi tiga yang
bersifat tidak reakti{
immobile, sukar diserap oreh tanaman dan tidak menggJg*
produksi tanaman
(Hartiningsih., l99a; Suharjono T.,zoo2). sejalan
aenga.-pendapat Aloy (1997) Di

e-e r; n9 ntfe9ng e mbo n ga n Ag
ribisnis peternako n d i lndonesio
roKuttos peternokan universitas Jenderal soedirmon, purutokerto,
70 April 2070

I"

553

Pr,od
Prosiding Seminar Nasional

tsBN 97&979-2$9571-0

Swis petani memupuk tanaman selama 15 tahun dengan lumpur dari industi
peryamakan-kulit yang mengandung kromium 15 -20 mdkg tanah.
Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuaa dengan berbagai
nisbah C/l.[ tidak berpengaruh terhadap kadar N-total, P dan IC Alois Puentener (2009)
mengemukakau bahwa lulit sering diproduksi dengan bahau kimia yang tidak
diketahui, yang dapat memperlambat/mengfrarfuat proses'pembuatan kompos
Walaupun denoikian kompos yang terbentuk dari lumpur industui kulit telah memenuhi
standar minimal kompos sebagai pupuk organik.. Banyak faktor yang mempenganrhi
proses pengomposan, diantaranya mikroorganisme, suplai olsigen, temperatur, pH dan
kelembaban. $sdengken Kementrian Lingkungan Hidop, (2000 menyatakan nitai ratarata unsur N yang terbentuk berkisar dari 0,20yo - 0t48% berada dalam kanduagan
rata-rata hara kompos untuk N 0,10% - O,slyo; unsur P dan K lebih kecil dari raarata bara kompos. Air limbah industi umrunn)ra
fosfor dalam jumlah lang
sangat kecil (Sugihato.l987). Unsur K dihasilkan dari ahivitas perombakan batran
organic yang dilahrkan mikroorganisme . Aktivitas miknoorganisme dipenganrhi oleh
berbagai faldor, salah satunya adalah nutrisi, tenrtama karbon yang berfungsi sebagai
sumber energi dan nitrogen yang digunalan untuk membangun sel. Pembentukan rm$u
K relativ sama karena kecilnya rmsur nitrogen delam bahan-bahao yang cligunakan
dalam pengomposan Lumpur limbah industri penyamakan kulit.

CtaE,

CSIRO

Fre&S

Huu

Hartii
Kerp

Maccl

!v{d
liiryI
SEStr

Kesimpulam
Hasil penelitian pengomposan Lumpur limbah induski penyamakan kulit Sukaregang
Ganrt tidak terdeteksi adaaya homium valensi VI, yang terdeteksi adalah laomium
valensi IIL Setelah melalui proses pengomposan ternyata perlakuan pengomposan
dengan nisbah CAI 20, 25 dan 30 tidak berpenganrh terhadap kandungan kromium
valensi III, N,P dan K

Waag,

Saran

Lumpur limbah industri
kulit sebaiknya ti'lak dibiarkan bertumpuk atau
dibuang ke tanah, agar bermanfaat untuk pertanian dilakukan pengolahan melalui
pengomposan. Waktu penelitian lama pengomposan perlu ditingkatkan demikian
juga bahan -bahan untuk pengomposan,perlu ditambah dengan sumber bahen orgaprk-

DAIITAIT PUSTAKA
AIoy , M. 1997. Reduction Of Sludge. Regional Workshop on Design. Operation and
Maintenance of Effluent Treatment Plants. lladras. India.
Alois Puentener . 20A4. Disposal of leather goods. Venion 2.0 TFL Leather Technology
Ltd. Quality & Environment
Balamurugan, K.,c. vasant, R. Rajaram, T. Ramasami. 1999. Hydroxypenta-amine
Chromium (IID Promoted Phosphorylation of Bovine Semm Albumin: lts
Potensial Implications in Understanding Biotoxicity of Chromium. Biochimica
et Biophysica Acta. 1427 :357-366

Pe.sod
Penpekif Pengembangon Agribisnis peternokan di lndonesia
Fakultos Peternakan universitos lenderal soedirmon, punuokerto, 70 April 2olo

Foktfu
554

Prosiding Seminar Nasional

tsBN 97&97$,2$9571-0

ChansS R'L', J'A. Ryan and S.L. Browa
. lggT.Development of the Us-EpA limits for
chromium in land-applied biosolids an{+qrigaiility
rrtn rc ri-it, to uri..y
by-product derived Ertilizers and other Cr*ich soil
amendments. pp. 22g-2g5.
In s' canali, F' Tittarelli and P. sequi (eds.) chromium'rnvironmental
Issues.

Angeti, Milano, Italy tISBI.i_g,il(/442t-li.^^_ ^Fpl.o
cslRo'
1979. compostingtvtiting sioil tmproverFrom
Rublish.

cslRo Division of
Soil.
Frank shields"20@' cF"*rlp in composluscc.watsonville.frank@compostlab.com
Harouu Mahdi ; Idris Azni ; syed ornar s. R. 2907.a
stuay otteavy metals and their
fate in the c^omposting of tannery sludge. louina
I l, pp.
tS+t--tSSO
,. . (Etgsfordy A-2007;volr-2l,no
-pembuangan
Hartiningsih.
199_9. penanganan dan
Lumpur Limbah Indushi
Penyamakaa Kulit Balai Teknik Linglungan firyataaa
Ke,mentian Lingkunqg Hidup. 2006. standar- K""tra, prpuk
organik Menurut
Internasional, PT PUSRI dan Pasar Khusus
operasional
6rersyaraan
Menunrt
Permintaan pasar). Jakarta. Daram
;,*r;. M;rIh.'A;:'ff
Php /name.News & fiIe: aeticle & siF LZ4TI-.
- ."p]t*i.
Macchi, G-'Ir{ Paganq M- pettine, M. santori, and G.
Tiravanti. r99r. A Bench study
on chromium Recovery arom Tannery sru{se. yat
Res 25(g) l0r9-l0r;:
MaqaharL s.E- 1992- Toicologicar chemistry. r"a-e
.rc*, ilrur, Tokyo
Nins J'MIL Granl 1999- chromium (vrlinduced cytotoxicity
to osteoblastderived
cell. Toxicologt in yitro.13: g7g'_ggl.
sugiharto'I987- Dasar{as-ar Pengelolaan Air Limba}L
cetakan pertama. penerbit
Uiriversitas Indonesia Salemba Jakartaw*g, Y.T., c. xiao, 1995. Factors Affecting Hexavalent chromium
Reduction rn
Pure Culrures of Bacteria. Wat Res. Zi1tt1:2476-2i74.--

w;;-;u*gl-ro,

hwl

il"L*,
--

k,f^pg n g e m bo n g o n Ag ri bisn i s p etern a ka n d i I n d o n
e
l,roKuttqs
Itp,?
peternakan universitas

s ia
Jenderal soedirman, purutokerto, 10 April 2010

s55