ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI JAKET KULIT SUKAREGANG KABUPATEN GARUT.

(1)

No. Daftar/FPEB/499/UN/40.7.DI/LT/2013

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI JAKET KULIT SUKAREGANG KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh Elis Hanifah

0908923

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

ABSTRAK

“ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI JAKET KULIT SUKAREGANG KABUPATEN GARUT “

Dibawah bimbingan Navik Istikomah, SE, M.Si.

Oleh

Elis Hanifah

Penelitian ini diltarbelakangi dari masalah rendahnya daya saing yang dimiliki pengusaha industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya daya saing. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut adalah faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan industri pendukung.

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode survey (eksplanatory survey) dengan sampel 55 pengusaha. Sedangkan analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; faktor produksi, kondisi permintaan dan industri pendukung berpengaruh positif terhadap daya saing pengusaha industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Sedangkan, strategi perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing pengusaha industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

Kata Kunci : faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan, industri pendukung, daya saing


(3)

ABSTRACT

“An Analysis of Competitiveness of Leather Jacket Industry Sukaregang in Garut” Under the guidance of Navik Istikomah, SE, M.Si.

By

Elis Hanifah 0908923

The background of this research comes from the problem of low competitive that was had by entrepreneurs of leather jacket industry in Sukaregang Garut district. Therefore, the goal of this research is to describe some factors that influence their low competitive. The accused factors can influence competitive of leather jacket industry in Sukaregang Garut district are production factors, demand conditions, factory strategy and supporting industry.

Besides, the object of this research is the entrepreneur of leather jacket industry in Sukaregang Garut district. In this research, the method that used by the writer is survey method (explanatory survey) with 55 entrepreneur as the sample. Whereas, the writer analyze the data using the multiple linier regression. That supported by SPSS 16.0 program.

The result of this research is that factor of production, demand condition, and supporting industry give positive influence to the competitive leather jacket industry entrepreneur in Sukaregang Garut district. Besides, strategy of factory do not gives significant influence to the competitive of leather jacket industry entrepreneur in Sukaregang Garut district.

Keywords : factor of production, demand condition, strategy of factory, supporting industry, analysis competitiveness


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRIAN DAN HIPOTESIS 13 2.1. Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Industri Pengolahan ... 13

2.1.2 Industri Kecil ... 13

2.1.3 Daya Saing ... 20

2.1.4 Faktor Produksi ... 38

2.1.5 Kondisi Permintaan ... 42

2.1.6 Strategi Perusahaan... 43

2.1.7 Industri Terkait dan Pendukung ... 45

2.1.8 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu ... 46

2.2 Kerangka Pemikiran ... 47

2.3 Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN... 52

3.1 Objek Penelitian... 52

3.2 Metode Penelitian ... 52


(5)

3.3.1 Populasi ... 53

3.3.2 Sampel ... 53

3.4 Operasional Variabel ... 54

3.5 Sumber Dan Jenis Data ... 56

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 57

3.8 Teknik Instrumen Penelitian ... 58

3.8.1 Uji Validitas ... 58

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 59

3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis... 60

3.9.1 Teknik Analisis Data ... 61

3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 61

3.10 Pengujian Asumsi Klasik ... 63

3.10.1 Uji Multikolinearitas ... 64

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas ... 65

3.10.3 Uji Autokorelasi ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

4.2 Gambaran Umum Responden ... 71

4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 72

4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 74

4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 76

4.3.1 Daya Saing ... 76

4.3.2 Faktor Produksi ... 78

4.3.3 Kondisi Permintaan ... 79

4.3.4 Strategi Perusahaan... 81

4.3.5 Industri Pendukung ... 85

4.4 Analisis Data ... 87


(6)

4.4.2 Uji Realibilitas ... 87

4.4.3 Pengujian Model Penelitian ... 88

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 92

4.5.1 Uji Multikolinearitas ... 92

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 93

4.5.3 Uji Autokorelasi ... 95

4.6 Pengujian Hipotesis ... 96

4.6.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 96

4.6.2 Pengujian Koefisien Secara Simultan (Uji F)... 99

4.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 10

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

4.7.1 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Daya Saing ... 103

4.7.2 Pengaruh Kondisi Permintaan Terhadap Daya Saing... 105

4.7.3 Pengaruh Strategi Perusahaan Terhadap Daya Saing ... 106

4.7.4 Pengaruh Industri Pendukung Terhadap Daya Saing ... 108

4.7.5 Pengaruh Faktor Produksi, Kondisi Permintaan, Strategi Perusahaan & Industri Pendukung Terhadap Daya Saing Industri Jaket Kulit Sukaregang109 4.8 Implikasi Pendidikan ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

5.1 Kesimpulan ... 114

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

DAFTAR LAMPIRAN ... 119


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kontribusi Sektor PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 4 Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Potensi Industri

Tahun 2012 kabupaten Garut ... 5

Tabel 1.3 Pertumbuhan Hasil Penjualan Rata-Rata Perbulan Industri Jaket Kulit Sukaregang 2010 - 2012 ... 7

Tabel 1.4 Sebaran Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang Tahun 2012 ... 7

Tabel 2.1 Kekuatan dan Kelemahan Usaha Industri Kecil Kaitannya dengan SDM dan SDE ... 18

Tabel 2.2 Indikator-Indikator Utama Daya Saing Sebuah Perusahaan ... 26

Tabel 3.1 Overasional Variabel ... 55

Tabel 3.2 Uji Satistik Durbin – Watson d ... 67

Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 72

Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 75

Tabel 4.5 Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 77

Tabel 4.6 Faktor Produksi Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 78

Tabel 4.7 Kondisi Permintaan Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 80

Tabel 4.8 Strategi Perusahaan Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 81

Tabel 4.9 Strategi Diferensiasi Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 82

Tabel 4.10 Strategi Biaya Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 83

Tabel 4.11 Strategi Fokus Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 84

Tabel 4.12 Jumlah Transaksi Industri Pendukung Industri Jaket Kulit ... 86

Tabel 4.13 Uji Validitas ... 87

Tabel 4.14 Uji Reliabilitas ... 88

Tabel 4.15 Hasil Regres Model I... 89

Tabel 4.16 Hasil Regres Model II ... 91

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas Model I ... 92


(8)

Tabel 4.19 Uji t Model I ... 96

Tabel 4.20 Uji t Model II... 99

Tabel 4.21 Uji F Model I ... 101


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara/Ekonomi APEC ... 2

Gambar 1.2 Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 8

Gambar 2.1 Model Daya Saing Diamond Porter ... 23

Gambar 2.2 Model Daya Saing Dong-Sung Cho ... 24

Gambar 2.3 Daya Saing dan Faktor-Faktor Pendukung Utama ... 31

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran ... 51

Gambar 3.1 Statistik Durbin – Watson d ... 67

Gambar 4.1 Pohon Industri Kulit Sukaregang Garut ... 69

Gambar 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Gambar 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 72

Gambar 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan ... 74

Gambar 4.5 Gambaran Responden berdasarkan Pengalaman Usaha ... 75

Gambar 4.6 Grafik Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 77

Gambar 4. 7 Grafik Faktor Produksi Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 79

Gambar 4. 8 Grafik Kondisi Permintaan Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 80

Gambar 4. 9 Grafik Strategi Perusahaan Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 82

Gambar 4. 10 Grafik Strategi Diferensiasi Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 83

Gambar 4.11 Grafik Strategi Biaya Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 84

Gambar 4.12 Grafik Strategi Fokus Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 85

Gambar 4.13 Grafik Industri Pendukung Industri Jaket Kulit Sukaregang ... 86

Gambar 4.14 Scatterplot Diagram Model I ... 94

Gambar 4.15 Scatterplot Diagram Model II ... 94

Gambar 4.16 Uji Statistik Durbin Watson Model I ... 95

Gambar 4.17 Uji Statistik Durbin Watson Model II ... 96

Gambar 4.18 Uji t Variabel Faktor Produksi Model I ... 97

Gambar 4.19 Uji t Variabel Kondisi Permintaan Model I ... 98

Gambar 4.20 Uji t Variabel Strategi Perusahaan Model I ... 98


(10)

Gambar 4.22 Uji t Faktor Produksi Model II ... 100 Gambar 4.23 Uji t Kondisi Permintaan Model II ... 100 Gambar 4.24 Uji t Variabel Strategi Perusahaan Model II ... 101


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 001 Kisi-Kisi ... 119

LAMPIRAN 002 Instrumen Penelitian ... 120

LAMPIRAN 003 Data Responden ... 126

LAMPIRAN 004 Data Pra Penelitian ... 128

LAMPIRAN 005 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 131

LAMPIRAN 006 Data Sebelum MSI ... 133

LAMPIRAN 007 Data Setelah MSI ... 135

LAMPIRAN 008 Data Variabel X dan Y Sebelum LON ... 137

LAMPIRAN 009 Data Variabel X dan Y Setelah LON ... 139

LAMPIRAN 010 Hasil Pengujian SPSS ... 141

LAMPIRAN 011Perhitungan Manual ... 151


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini, arus globalisasi liberalisasi perdagangan internasional merupakan fenomena yang melanda di hampir setiap negara. Hal ini memiliki peranan penting bagi pembangunan negara-negara berkembang, yang berdampak pada semakin ketatnya persaingan di sektor industri.

Di Indonesia, persaingan produk industri saat ini cukup kompetitif, hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya bisnis-bisnis baru. Tidak hanya bersaing dengan produk industri lokal tetapi juga harus dihadapkan dengan persaingan produk industri luar negeri. Persaingan tersebut dimulai pada saat adanya perjanjian perdagangan bebas dengan dibentuknya AFTA (Asea Free Trade Agreement) dan

ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Dengan semakin luasnya persaingan,

Indonesia semakin terdorong untuk bertahan agar mampu bersaing dengan produk negara lain.Sehingga untuk mengembangkan sektor industri agar mampu bersaing di arena yang semakin kompetitif, maka Indonesia harus berdaya saing tinggi. (Tambunan, 2004)

Menurut Long dalam Tambunan (2009: 91) “daya saing suatu negara setidaknya dapat dilihat dari kontribusi UMKM terhadap ekspor, terkait dengan kemampuan dari kelompok usaha itu untuk internasionalisasi.” Daya saing global yang rendah dari UMKM secara umum di Negara Sedang Berkembang (NSB) dapat menjadi suatu hambatan yang serius bagi kelompok usaha tersebut bukan saja untuk bisa menembus pasar global, tetapi juga untuk bisa memenangi persaingan dengan barang-barang impor di pasar domestik. Nurjanah (2011: 55) mengatakan bahwa:

Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Menurut IMD World

Competitiveness Yearbook,daya saing dapat diukur dari kinerja ekonomi,


(13)

APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) melakukan suatu studi mengenai daya saing global dari UMKM di 13 negara/ekonomi anggota APEC termasuk Indonesia pada tahun 2006. Di studi tersebut, daya saing diukur melalui indeks skor antara 1 (daya saing terendah) dan 10 (paling kompetitif), dari indeks skor itu dikembangkan berdasarkan sejumlah faktor yang termasuk tipe teknologi yang digunakan, metode produksi yang diadopsi, dan tipe produk yang dibuat dengan melihat pada kandungan teknologinya (yakni rendah/tradisional, menengah, tinggi/maju). Hasilnya menunjukkan bahwa UMKM Indonesia berdaya saing rendah di bawah 4. Selain itu, menurut hasil studi ini, Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan pendanaan paling rendah untuk pengembangan teknologi, yakni di bawah 3,5 dalam indeks skala 10. “Hal ini harus ditanggapi serius karena bukan lagi suatu rahasia bahwa pengembangan teknologi merupakan suatu faktor determinan yang sangat penting bagi peningkatan daya saing global” (Tambunan, 2009: 91-92).

Hasil studi yang dilakukan APEC dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1

Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara/Ekonomi APEC


(14)

Rendahnya daya saing global dari UMKM Indonesia seperti yang ditunjukkan di gambar 1.1, menurut Tambunan (2009: 92) ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut diantaranya:

1. Kualitas dari kebanyakan barang-barang buatan UMKM lebih rendah daripada barang-barang impor atau buatan usaha besar karena banyak hal, termasuk rendahnya teknologi yang digunakan oleh UMKM dan buruknya kualitas SDM-nya, termasuk dalam manajemen dan pemasaran;

2. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro di Indonesia, termasuk regulasi-regulasi perdagangan, tanpa disengaja lebih menguntungkan barang-barang impor daripada UMKM, yang pada gilirannya mengurangi rangsangan bagi UMKM untuk meningkatkan kualitas dari produk sehingga mengurangi daya saingnya.

Sedangkan menurut catatan Institute for Management Development/IMD (Outlook Ekonomi Indonesia Bank Indonesia, 2008), rendahnya kondisi daya saing Indonesia, disebabkan oleh buruknya kinerja perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok, yaitu:

1. Buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ketenagakerjaan, dan stabilitas harga.

2. Buruknya efisiensi kelembagaan pemerintah dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan fiskal, pengembangan berbagai peraturan dan perundangan untuk iklim usaha kondusif, lemahnya koordinasi akibat kerangka institusi public yang masih banyak tumpang tindih, dan kompleksitas struktur sosialnya.

3. Lemahnya efisiensi usaha dalam mendorong peningkatan produksi dan inovasi secara bertanggung jawab yang tercermin dari tingkat produktivitasnya yang rendah, pasar tenaga kerja yang belum optimal, akses ke sumberdaya keuangan yang masih rendah, serta praktik dan nilai manajerial yang relatif belum professional.

4. Keterbatasan di dalam infrastruktur, baik infrastruktur fisik, teknologi, dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan kesehatan.

Namun disisi lain, UMKM sektor industri di Indonesia merupakan sektor yang berperan penting sebagai sektor penyerap tenaga kerja yang mampu menopang keberlangsungan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari


(15)

kontribusinya terhadap pemenuhan lapangan usaha yang menyerap cukup tinggi pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Kontribusi Sektor PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 (persen)

No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan 15,29 14,70 14,44

2 Pertambangan dan Penggalian 11,16 11,85 11,78

3 Industri Pengolahan 24,80 24,33 23,94

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,76 0,77 0,79

5 Konstruksi 10,25 10,16 10,45

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,69 13,80 13,90

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,57 6,62 6,66

8 Keuangan, Real Estate, dan Jasa

Perusahaan 7,24 7,21 7,26

9 Jasa-Jasa 10,24 10,56 10,78

PDB 100,00 100,00 100,00

Sumber: bps.go.id

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa perkembangan di setiap lapangan usaha pada setiap tahunnya terjadi fluktuasi dan berperan penting dalam memberikan kontribusi pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Industri Pengolahan merupakan sektor yang paling besar dalam memberikan kontribusi pada PDB jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu dengan rata-rata sekitar 24,80 persen.

Salah satu industri pengolahan di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian adalah industri pengolahan kulit hewan di Kabupaten Garut. Industri pengolahan ini merupakan industri yang memiliki keterkaitan yang sangat erat antar sub-sektor industrinya baik secara horizontal (variasi produk) maupun vertikal (inovasi produk).

Sebagaimana industri pengolahan lainnya, industri ini umumnya memiliki karakter padat modal dan padat karya, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui perannya dalam menyerap tenaga kerja dan kontribusi PDB, maka pengembangan industri ini dirasa perlu mendapatkan perhatian khusus. Di bawah ini dapat dilihat tabel yang menunjukkan komoditi-komoditi yang


(16)

dihasilkan dan jumlah penyerapan tenaga kerja serta jumlah investasi di Kabupaten Garut:

Tabel 1.2

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi Potensi Industri Tahun 2012 kabupaten Garut

No. Komoditi

Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi (000Rp)

Formal Non

Formal Jumlah Formal

Non

Formal Jumlah Formal

Non

Formal Jumlah

1 Pakaian Jadi dari

Tekstil 6 269 275 58 1.075 1.133 87.875 3.216.033 3.303.908

2 Kerajinan Barang

Kulit dsj. 69 250 319 399 1.615 2.014 948.008 2.118.547 3.060.555

3 Pakaian Jadi dari

Kulit 75 342 417 821 2.132 2.953 404.000 1.710.000 2.114.000

4 Batik 14 14 275 275 420.000 420.000

5 Sutera Alam 6 6 123 123 850.000 850.000

6 Bulu Mata Palsu 1 1 2.600 2.600 3.000.000 3.000.000

7

Barang dari Karet Untuk Keperluan

Indstri

4 4 57 57 925.000 925.000

8 Alas Kaki 12 12 60 60 120.000 120.000

9 Barang Jadi

Tekstil 1 1 19 19 22.600 22.600

10 Barang Jadi dari

Rajutan 77 77 484 484 1.713.000 1.713.000

Jumlah 176 950 1.126 4.352 5.366 9.718 6.651.483 8.877.580 15.529.063

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kab. Garut

Pada tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa sektor industri di Kabupaten Garut cukup berkembang, adapun komoditi barang jadi dari dari kulit berbentuk usaha formal sebanyak 75 industri sedangkan usaha nonformal sebanyak 342 industri sehingga totalnya 417 industri. Dengan sejumlah usaha tersebut, industri pakaian jadi dari kulit


(17)

berhasil menyerap tenaga kerja dengan total 2.953 karyawan dan total nilai investasi yang cukup besar yakni sebesar Rp. 2.114.000.000.

Salah satu usaha industri kecil yang terdapat di kabupaten Garut adalah usaha industri kerajinan dari kulit hewan yang berada di Desa Sukaregang Kabupaten Garut. Di Kecamatan Sukaregang ini, dari satu bahan dasar kulit hewan tersebut dapat menghasilkan berbagai komoditas sepertisepatu, tas, topi, sabuk, jaket, dompet, bahkan pakaian jadi khusunya jaket dan hasil kerajinan lainnya.

Industri jaket kulit yang berada di Kabupaten Garut ini umumnya berada di dua Kecamatan yakni Kecamatan Garut Kota dan Sukaregang. Di Garut Kota sendiri terdapat dua desa tempat usaha berlangsung yaitu Desa Kota Wetan dan Sukamentri sedangkan di Kecamatan Sukaregang terdapat 6 desa, yaitu: Desa Suci, Karangmulya, Lebak Jaya, Lebak Agung, Lengkong Jaya dan Suci Kaler. Industri pakaian jadi dari kulit ini sedikit banyak telah menunjang kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Selain mampu menyerap tenaga kerja, keberadaan sentra tersebut mampu menarik para pelancong dari berbagai Kota. Pada kesempatan kali ini, peneliti akan melakukan penelitian pada industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

Menurut ketua Dinas Perindustrian, Pedagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Garut menyebutkan bahwa:

Industri jaket kulit di Sukaregang Garut merupakan industri yang sangat berkontribusi terhadap pendapatan daerah, dimana pasarnya dapat menjangkau mancanegara. Selain itu daya serap tenaga kerja tinggi mampu mengurangi pengangguran di Kabupaten Garut khususnya di Kecamatan Sukaregang sendiri.

Seiring berkembangnya teknologi dan industri-industri yang bergerak pada jenis usaha yang sama semakin bermunculan, serta semakin naiknya biaya produksi, jaket kulit di Sukaregang ini mengalami penurunan permintaan konsumen sehingga hasil penjualan pun mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti yang dikumpulkan sebanyak 35 sampel industri jaket kulit Sukaregang, berikut hasil penjualan selama 3 tahun terakhir sebagai berikut :


(18)

Tabel 1.3

Pertumbuhan Hasil Penjualan Rata-Rata Perbulan Industri JaketKulit Sukaregang 2010-2012

Tahun Hasil Penjualan

Rata-Rata Perbulan (Rupiah) Pertumbuhan

2010 164.472.619 -

2011 159.811.904,8 -2,8%

2012 138.784.223 -13,1%

Sumber: Lampiran 004

Berdasarkan tabel 1.3, terlihat bahwa rata-rata hasil penjualan jaket kulit mengalami kondisi yang semakin menurun. Pada tahun 2010, rata-rata hasil penjualan jaket kulit mencapai Rp. 164.472.619 dan mengalami penurunan 2,8 persen pada tahun 2011 menjadi Rp. 159.811.904,8. Rata-rata hasil penjualan pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali menjadi Rp. 138.784.223 atau sebesar -13,1 persen.

Rendahnya hasil penjualan rata-rata yang semakin menurun tersebut diperkuat dengan data pangsa pasar yang sebagian besar dapat dikategorikan rendah. Hasil data tersebut diperoleh dari hasil pra penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha.Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini :

Tabel 1.4

Sebaran Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang Tahun 2012

Pangsa Pasar (%) Frekuensi Persen (%) Kategori

≥4,50 6 17,14 Sangat Tinggi

3,59 – 4,49 1 2,86 Tinggi

2,68 – 3,58 1 2,86 Sedang

1,77 – 2,67 2 5,71 Rendah

≤ 1,76 25 71,43 Sangat Rendah

Jumlah 35 100


(19)

Dari tabel 1.4 dapat diilustrasikan dengan gambar 1.2 di bawah ini :

Gambar 1.2

Pangsa Pasar Industri Jaket Kulit Sukaregang

Sumber: lampiran 004

Berdasarkan tabel 1.4 dan gambar 1.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengusaha jaket kulit Sukaregang memiliki pangsa pasar yang rendah yaitu dibawah 1,76 persen sebanyak 25 orang atau 71,14 persen. Pengusaha yang memiliki pangsa pasar sangat tinggi yaitu diatas 4, 50 persen hanya dimiliki oleh 6 orang atau 17 persen. Pengusaha yang memiliki pangsa pasar tinggi dan sedang yaitu diatas diantara 3,59 –4, 49 dan 2,68 – 3,58 persen memiliki kesamaan jumlah yaitu hanya 1 orang atau masing-masing 2,86 persen. Sisanya, pengusaha yang memiliki pangsa pasar rendah yaitu diantara 1,77 – 2, 67 persen dimiliki oleh 2 orang atau 5,71 persen. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama bapak Deni selaku staf UPT. Penyamakan Kulit Kabupaten Garut, menyebutkan bahwa :

Kondisi pertumbuhan rata-rata hasil penjualan yang menurun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya kenaikan harga faktor produksi, yaitu naiknya harga kulit hewan seperti kulit sapi, kambing dan domba sebagai bahan baku, tidak hanya itu, naiknya harga bahan obat-obat dan bahan pelengkap lainnya yang merangkak naik. Hal itu membuat para pengusaha jaket kulit Sukaregang dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu apakah harga perunit akan dinaikkan dengan konsekuensi jumlah permintaan menurun atau dengan menggunakan kulit hewan dan bahan-bahan lain dengan

17%

3% 3% 6%

71%

, orang

3,59 – 4,49 (1 orang) 2,68 – 3,58 (1 orang) 1,77 – 2,67 (2 orang)


(20)

kualitas rendah harganya pun lebih rendah dari sebelumnya dengan konsekuensi kepuasan pelanggan yang menurun pula.

Masih menurut penuturan Pak Denibahwa “masuknya produk-produk jaket kulit baik dari luar Garut maupun dari luar negeri seperti dari China dan Magetan yang semakin gencar kurang dapat diimbangi dengan strategi-strategi”.Hal ini perlu diperhatikan oleh para pengusaha jaket kulit Sukaregang, strategi-strategi dapat dilakukan dengan membuat inovasi-inovasi baru agar jaket kulit Sukaregang masih memiliki nilai diferensiasi, sehingga masih memiliki tempat di hati masyarakat.Pesaing baru yang berasal dari dalam negeri berasal dari Magetan, saat ini di Magetan memang sedang berada mengalami perkembangan industri pakaian jadi dari kulit, pemasarannya bisa mencapai ke berbagai pulau bahkan daerah pasar jaket kulit Sukaregang. Tidak hanya dari dalam negeri, pesaing juga datang dari luar negeri yaitu China, dengan menawarkan harga yang relatif lebih terjangkau.

Meskipun demikian, keberadaan industri jaket kulit Sukaregang tetap harus dipertahankan mengingat jaket kulit Sukaregang menjadi buah tangan yang khas bagi para wisatawan Garut, baik domestik maupun mancanegara. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri jaket kulit harus tetap didorong sehingga memiliki daya saing yang kuat.

Aulifah (2012: 4), mengatakan bahwa :

Perdagangan bebas merupakan salah satu tantangan besar bagi IKM. Untuk itu, IKM perlu melakukan peningkatan daya saing produknya agar tidak tersisihkan oleh produk asing. Namun, sampai saat ini IKM Indonesia masih dinilai memiliki daya saing yang rendah.

Menurut Porter dalam Wiyadi (2009: 77) mengatakan bahwa :

Persoalan daya saing industri senantiasa terkait dengan strategi bersaing yang berorientasi kepada harga rendah dan pembedaan produk.Daya saing industri ialah kemampuansuatu industri untuk memperoleh keunggulan kompetitif dengan mendasarkan pada kondisi faktor; kondisi permintaan; strategi perusahaan dan struktur persaingan; serta industri pendukung dan industri terkait.


(21)

Dari pernyataan-pernyataan diatas, penulis pun menduga bahwasanya ada beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya daya saing pengusaha industri jaket kulit Sukaregang diantaranya adalah kondisi faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan, dan industri pendukung.

Kondisi faktor produksi yang baik dan lancar akan mendukung lancarnyausaha jaket kulit. SDM yang profesional dan ahli dibidangnya, SDA dengan stok persediaanselalu dijamin ketersediaannya serta harga yang realistis, permodalan dan teknologi yang mendukung lancarnya produksi akan menjadi aset yang berharga bagi indutri jaket kulit serta infrastruktur yang memadai dapat menunjang keberhasilan proses produksi dan distribusi.

Selain itu kondisi permintaan yang stabil dan berkelanjutan dapat berpengaruh terhadap eksistensi suatu usaha. Disamping itu strategi dan struktur organisasi yang matang serta ketika industri terkait dan industri pendukung dapat saling mendukung dan kondisi persaingan yang sehat akan sangat berpengaruh terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

Oleh karena itu, berbagai usaha dalam meningkatkan daya saing industri kecil sangat diperlukan, khususnya bagi industri produk kulit Sukaregang Kabupaten Garut, maka hal ini tidak lepas dari kerjasama antara produsen, pemerintah dan masyarakat.

Melihat permasalahan yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Adapun judul penelitian yang diambil adalah: “Analisis Daya Saing Industri Jaket Kulit Sukaregang Kabupaten Garut.”

1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam latar belakang masalah diatas, maka lingkup permasalahan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(22)

1. Bagaimana pengaruh faktor produksi terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut?

2. Bagaimana pengaruh kondisi permintaan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut?

3. Bagaimana pengaruh strategi perusahaan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut?

4. Bagaimana pengaruh industri pendukung terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mengetahui dan mempelajari:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi permintaan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

3. Untuk mengetahui pengaruh strategi perusahaan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

4. Untuk mengetahui pengaruh industri pendukung terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan antara lain: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi mikro terkait dengan daya saing industri.

2. Kegunaan Praktis

1) Dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang kondisi faktor-faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan, industri pendukung, dan pengaruhnya terhadap daya saing pada industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut.


(23)

2) Bagi pelaku usaha dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi berbagai pihak untuk kemajuan, keberhasilan usahanya dan meningkatkan daya saingnya.

3) Dapat memberikan informasi, sumber pengetahuan, dan bahan kepustakaan atau bahan penelitian bagi penelitian-peneltian berikutnya.


(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

MenurutArikunto (2010: 161), objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian merupakan gejala atau suatu permasalahan. Sedangkan variabel juga disebut gejala. Oleh karena itu, objek penelitian adalah variabel. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2007: 2), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Menurut Sugiono (2006: 33), variabel bebasmerupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Terkait hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti daya saing industri jaket kulit Sukaregang. Maka dapat disimpulkan yang menjadi objek penelitian ini adalah industri jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut, yang menjadi variabel bebas yaitu: faktor produksi (X1), kondisi permintaan (X2), strategi perusahaan (X3) dan industri pendukung (X4). Responden yang menjadi pusat penelitian adalah pengusaha jaket kulit di Sentra Kulit Sukaregang Kabupaten Garut.

3.2. Metode Penelitian

Menurut Nasir (1988:51), metode penelitian merupakan cara utama yang

digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang daya saing industri, sehingga peneliti menggunakan metode survey eksplanatory, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian hipotesis.


(25)

Pengertian penelitian survey menurut Singarimbun (1995:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.Tujuan dari penelitian explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar variabel yang diteliti.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Arikunto (2012: 173)populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.Selanjutnya, menurut Sugiyono (2009: 61), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi penelitiannya adalah seluruh pengusaha jaket kulit di Sukaregang Kabupaten Garut yang berjumlah100 pengusaha.

3.3.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiarto (2001:2) sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya.Surakhmad dalam Riduwan (2010: 65) berpendapat bahwa:

“Apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi”.

Terkait hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane.

Dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presesi yang ditetapkan


(26)

Diketahui jumlah kios jaket kulit Sukaregang sebanyak 250, namun tidak semua kios adalah penjual yang sekaligus memproduksi sendiri, ada sebagian penjual yang memproduksi barang yang siap pakai. Selain itu, mayoritas diantara penguaha mendirikan 2-5 kios. Sehingga jumlah pengusaha jaket kulit Sukaregang yang memproduksi sendiri produk jaket kulit, oleh UPT. Penyamakan Kulit diperkirakan sebagian pengusaha dengan tingkat presesi yang ditetapkan sebesar 10%. Maka sampel yang diperoleh berdasarkan rumus diatas adalah sebagai berikut.

Dari perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 50 responden. Dalam hal ini penulis menambah menjadi 55 responden.

3.4. Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan penjabaran konsep-konsep yang akan diteliti, sehingga dapat dijadikan pedoman guna menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih dahulu setiap variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasional variabel. Dalam operasionalisasi variabel, variabel yang akan diteliti dikelompokkan dalam konsep, operasionalisasi dan sumber data. Konsep merupakan variabel utama yang bersifat umum. Operasionalisasi merupakan konsep yang bersifat operasional dan terjabar dari konsep. Sumber data merupakan penjabaran dari konsep dimana data tersebut diperoleh.Operasionalisasi variabel penelitian secara rinci diuraikan pada tabel 3.1 :


(27)

Tabel 3.1 Overasional Variabel

Konsep Variabel Operasionalisasi Sumber Data Jenis Data Variabel terikat Suatu posisi dimana sebuah perusahaan menguasai sebuah ajang persaingan bisnis. (Porter, 2008) Daya Saing (Y)

Daya saing meliputi: 1. Kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar.

Data diperoleh dari responden mengenai: 1. Besarnya pangsa pasar yang diperoleh

perusahaan dalam presentase. Cara menghitung pangsa pasar:

x 100 %

(Suwarsono, 1996: 120)

Rasio Variabel Bebas Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mendukung berlangsungny a proses produksi.

Faktor – Faktor Produksi

(X1)

Faktor – faktor produksi meliput: 1. SDM

2. SDA 3. Permodalan

Data diperoleh dari responden mengenai: 1. Jumlah tenaga kerja dalam satu bulan

terakhir (dalamrupiah).

2. Jumlah bahan baku dalam satu bulan terakhir (dalam rupiah) berupa;

 kulit hewan (sapi, domba dan kambing

 bahan pelengkap (benang, pooring dan resleting).

3. Jumlah modal dalam satu bulan terakhir (dalam rupiah) berupa:

 Modal lancar (kas dan piutang)  Modal tetap (lahan usaha dan mesin)

Interval

Faktor yang menunjukkan besarnya jumlah barang yang diminta pada harga dan waktu tertentu.

Kondisi Permintaan

(X2)

Jumlah permintaan konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan.

Data diperoleh dari responden mengenai: 1. Jumlah permintaan konsumen terhadap

produk jaket kulit dalam satu bulan terakhir (dalam rupiah).

Interval

Faktor yang dilakukan perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan.

Strategi Perusahaan

(X3)

Strategi perusahaan meliputi:

1. Biaya 2. Diferensiasi 3. Fokus

Data diperoleh dari responden mengenai: 1. Strategi dalam penetapan harga/biaya

produk jaket kulit yang dijual.

2. Strategi dalam variasi jenis produk jaket kulit yang dijual berdasarkan spesifikasi:

 Bahan kulit  Warna  Model


(28)

3. Strategi dalam segmen pasar yang dipilih perusahaan berdasarkan pasar:

 Dewasa  Remaja  Anak-anak Industri

pendukung adalah industri yang mendukung dengan bekerjasama dalam memasok bahan baku kepada industri inti. Faktor Industri Pendukung (X4)

Industri pendukung yang dilihat dari transaksi kerjasama industri inti dengan UPT penyamakan kulit dan pengusaha penyamakan lainnya.

Data diperoleh dai responden mengenai: 1. Transaksi yang dilakukan dengan UPT

penyamakan kulit atau pengusaha penyamakan kulit lainnya dalam satu bulan terakhir (dalam rupiah).

Interval

3.5. Sumber dan Jenis Data

Menurut Sugiyono (2006:129) yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lainatau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu yangdibuat secara khusus. Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu pelaku yang terlibat langsung dengan objek penelitian.Data primer diperoleh dari Pengusaha jaket kulit Sukaregang Kabupaten Garut. 2. Data sekunder, yaitu pelaku yang tidak langsung berhubungan dengan objek

penelitian, tetapi bersifat membantu dan memberikan informasi bagi penelitian. Data sekunder dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, majalah, literatur,


(29)

artikel, internet, dan tulisan-tulisan ilmiah. Data sekunder diperoleh dari data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Garut, UPT Penyamakan Kulit Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Internet.

Adapun jenis data dalam penelitaian ini adalah data kuantitatif. Menurut Teguh dalam Muchtar (2011: 83), data kuantitatif adalah data statistik yang berbentuk angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kuanlitatif menjadi data kuantitatif.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan guna menguji hipotesis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis angket terbuka (angket tidak berstruktur) yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. 2. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

3. Observasi adalah peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Secara garis besar, prosedur pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah berikut ini:

1. Menyeleksi data. Menyeleksi data dilakukan untuk mengetahui dan memeriksa lengkap tidaknya data yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan dengan cara


(30)

memiliki dan memeriksa kesempurnaan dan kejelasan dari data yang bersangkutan.

2. Mentabulasi data. Mentabulasi data yaitu menyajikan data yang telah diseleksi dalam bentuk data yang siap untuk diolah menjadi tabel-tabel yang selanjutnya akan ditelaah dan diuji secara sistematis.

3. Melakukan uji validitas Data. Uji validitas data dilakukan untuk memperoleh ketepatan dalam menggunakan teknik analisis serta guna memperoleh hasil dan kesimpulan yang tepat.

4. Menganalisis data. Menganalisis data berarti mengetahui pengaruh maupun hubungan antar variabel dalam penelitian, dengan menggunakan teknis analisis yang tepat.

5. Melakukan pengujian hipotesis. 6. Kesimpulan dan saran.

3.8. Teknik Instrumen Penelitian 3.8.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshaihan suatu instrumen. Dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sebenernya. (Sugiono, 2006: 135).

Menurut Singarimbun (1995: 135) cara menguji validitas adalah : 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan uji validitas ini digunakan teknik Correlasi Pearson Product Moment yaitu mencari korelasi antara skor item dengan skor total dengan rumus sebagai berikut :


(31)

 

2 2 2 2

) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N r

(Suharsimi Arikunto, 2004: 162) Dengan menggunakan taraf signifikan

= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden. Jika r hitung > r 0,05 dikatakanvalid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid.Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (Ridwan, 2008: 217).

- Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi - Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

- Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi - Antara 0,200 – 0,399 : rendah

- Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

3.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi (Sukadji: 2000). Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

2

11 1 2

1 n t k r k            


(32)

Dimana:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pernyataan

n2 = Jumlah varians butir

t2 = varians total

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada

= 0,10, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.

3.9. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.9.1. Teknik Analisis Data

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat bantu statistik yaitu program software computer SPSS versi 16.0. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis statistic parametric dengan analisis regresi linier berganda (multiple regression) dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Regresi linier berganda menurut Riduwan (2010: 152) adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3), ..., (Xn) dengan satu variabel terikat.Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mempelajari bagaimana pengaruh antara faktor produksi (X1), kondisi permintaan (X2), strategi perusahaan (X3) dan industri pendukung (X4) berpengaruh terhadap daya saing (Y). Model dalam penelitian ini adalah: Y = F (X1, X2, X3,X4 ).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan teknik pengujian data dengan menggunakan analisis regresi. Dalam analisis regresi ada beberapa langkah yang akan dilakukan yang diantaranya sebagai berikut :


(33)

2. Menguji berapa besar variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh variasi variabel bebas.

3. Menguji apakah penaksiran atau estimasi (penaksir) parameter tersebut signifikan atau tidak.

4. Menguji apakah tanda atau magnitude dari estimasi sesuai dengan teori atau tidak.

Model analisa data yang digunakan untuk mengetahu pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji kebenaran dari dugaan sementara digunakan model persamaan regresi lnier ganda, sebagai berikut :

Dimana :

LNŶ = Daya Saing = konstanta regresi = Koefisien regresi X1 = Koefisien regresi X2 = Koefisien regresi X3 = Koefisien regresi X4 LNX1 = Faktor Produksi LNX2 = Kondisi Permintaan LNX3 = Strategi Perusahaan LNX4 = Industri Pendukung e = Faktor pengganggu

3.9.2. Pengujian Hipotesis

3.9.2.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Pengujian hipotesis secara individu dapat dikalahkan dengan menggunakan rumus:


(34)

t = √

dimana :

r = Koefisien regresi n = Jumah responden t = Uji hipotesis

Adapun tahapan uji t sebagai berikut:

1. Menentukan taraf nyata (level of significant) 0,10 atau 10%. 2. Menentukan derajat kebebasan (df).

3. Menentukan formula H0 dan Ha

a. H0 : β1,2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor produksi (X1), kondisi permintaan (X2), strategi perusahaan (X3) dan industri pendukung (X4) terhadap daya saing (Y).

b. Ha : β1,2 > 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara faktor produksi (X1), kondisi permintaan (X2), strategi perusahaan (X3) dan industri pendukung (X4) terhadap daya saing (Y).

4. Keputusan pegujian:

a. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

b. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.9.2.2. Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Uji F)

Uji F adalah pengujian hipotesis secara keseluruhan dimana pengujian ini merupakan penggabungan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Uji F statistik berganda digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2. Uji F dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̂ ∑ ∑ ̂ ̂ ∑


(35)

(Rohmana, 2010 :78)

Adapun tahapan uji F sebagai berikut:

5. Menentukan taraf nyata (level of significant) 0,10 atau 10%. 6. Menentukan derajat kebebasan (df).

7. Menentukan formula H0 dan Ha

c. H0 : β1,2 = 0, artinya variabel X (faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan industri terkait) secara bersama-sama tidak berpengaruh positif terhadap variable Y (daya saing).

d. Ha : β1,2 ≤ 0, artinya variabel X (faktor produksi, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan industri terkait) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap variabel Y (daya saing).

8. Keputusan pegujian:

c. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

d. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.9.2.3. Koefisien Determinasi Majemuk R2

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan (overall

significance) variabel menurut Gujaratidalam Rohmana (2010: 76) dalam bukunya Ekonometrika dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Menurut Supranto (2000: 153), koefisien determinasi merupakan nilai presentase yang menyatakan seberapa besar kontribusi suatu variabel mempengaruhi variansi(kenaikan atau penurunan) variabel lainnya.


(36)

Berikut ini adalah rumus koefisien determinasi menurut Winarjono (2005: 39) sebagai berikut:

R2 =

=

 

2 2

y y

y i yˆ

i

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1). Dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika R2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

2. Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

3.10. Pengujian Asumsi Klasik

Parameter persamaan regresi lenier berganda dapat ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Tujuan asumsi klasik ini untuk memperoleh model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/ BLUE). Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik.Hasil pengujian hipotesa ini untuk memperoleh model regresi yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar tiga asumsi klasik yang mendasari model regresi linier berganda (Supranto, 2001: 7). Ketiga asumsi tersebut adalah:

3.10.1.Uji Multikolinieritas

Yang dimaksud multikolinieritas menurut Rohmana (2009: 140) adalah adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Cara mendeteksi adanya multikolinieritas salah satu caranya adalah nilai R2 yang tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan. Kolinearitas


(37)

seringkali dapat diduga jika nilai R2cukup tinggi (katakana 0,8 sampai 1,0) dan jika koefisien korelasi sederhana (zero order coefficient of correlation) juga tinggi. Akan tetapi, tidak satupun atau sedikit sekali koefisien regresi parsial yang signifikan secara individu dilakukan uji t, maksudnya hipotesis nol bahwa koefisien regresi parsial sama dengan nol hampir semuanya diterima. Jadi, secara individu tidak mempunyai pengaruh terhadap variable tidak bebas Y (Rohmana, 2010: 143).

Terdapat beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati, 2001:166), yaitu:

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi (biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu

dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.

5. Variance inflation factor dan tolerance. Gujarati (2009: 432) menyebutkan bahwa semakin besar nilai VIF, variabel X semakin ’bermasalah’ atau semakin kolinear. Sebagai aturan baku, juka nilai VIF suatu variabel melebihi angka 10, yang akan terjadi dimana jika nilai R2 melebihi 0,90, variabel tersebut dikatakan sangat multikolinearitas.

3.10.2.Uji Heteroskedastisitas

Menurut Widarjono (2007: 127) heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan


(38)

suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian).

Metode yang digunakan menggunakan metode White dengan ketentuan apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared lebih besar dari α=5% maka dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas. Keadaan heteroskedastisitas tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

1. Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

2. Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.

Adapun cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Widarjono, 2007: 127), yaitu menggunakan metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

1. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pola model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

Menurut Kuncoro (2004: 96) heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang damati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.

3.10.3.Uji Autokorelasi

Menurut Widarjono (2007: 155) autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antar variable pengganggu (disturbance term) dalam multiple

regression. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam

menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, yaitu:


(39)

1. Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual

dengan tren waktu.

2. Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).

3. Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi.

4. Uji Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.

5. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 3.2 :

Autokorelasi

positif Ragu-ragu Tidak ada

Autokorelasi Ragu-ragu

Autokorelasi negatif

0 dL du 4-du 4-dL 4

Gambar 3.1

Statistika d Durbin-Watson

Sumber: Rohmana 2010: 198

Pada penelitian ini, pengujian Durbin Watson digunakan untuk penghitungan autokorelasi.Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson.

Tabel 3.2

Uji Statistik Durbin – Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < dL dL< d < du du< d < 4 – du 4 – du< d < 4 – dL

4 – dL< d < 4

Menolak hipotesis nol ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nol ; tidak ada autokorelasi positif/negatif

Daerah keragu-raguan ; tida ada keputusan Menolak hipotesis nol ; ada autokorelasi positif


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri jaket kulit Sukaregang, maka pada bagian yang terakhir ini, penulis ingin mengemukakan beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Faktor produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang. Artinya jika faktor produksi mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika faktor produksi mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula. 2. Kondisi permintaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing

industri jaket kulit Sukaregang. Artinya jika permintaan mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika permintaan mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula. 3. Strategi tidak berpengaruh terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang.

Artinya baik buruknya strategi suatu perusahaan, tidak akan berpengaruh terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang.

4. Industri pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang. Artinya jika transaksi dengan industri pendukung mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika transaksi dengan industri pendukung mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran dari penulis yang bisa dilakukan, diantaranya sebagai berikut :

1. Dalam segi faktor produksi, pengusaha dapat berusaha dengan berbagai cara agar terjadi efisiensi produksi namun tidak mengabaikan kualitas yang menjadi keunggulan industri jaket kulit Sukaregang Garut. Pemanfaatan UPT.


(41)

Penyamakan Kulit dapat menguntungkan pengusaha,selain harganya yang lebih murah karena dibawah naungan Pemerintah Kabupaten Garut juga pasokannya pun selalu dijaga.

2. Dalam segi kondisi permintaan, pengusaha harus menjaga jumlah permintaan agar stabil dan tidak merosot tajam saat terjadi masalah bahan baku atau lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas yang dikenal tahan lama dan high qualitywalaupun dihadapkan pada produk impor Cina yang jauh lebih murah akan tetapi kualitas yang jauh lebih rendah.Pengusaha sebaiknya mempertahankan kualitas yang menjadi cirri khas jaket kulit Sukaregang, karena mayoritas konsumen yang minat terhadap produk ini karena kelebihannya terhadap kualitas jaket kulit Sukaregang.

3. Dalam segi strategi perusahaan, pengusaha dapat melakukan hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh pengusaha lainnya. Seperti menciptakan model-model yang diganderungi para remaja dan dimodifikasi sesuai bahannya. Harga yang ditetapkan pun sebaiknya masih dalam batas wajar dan disesuaikan dengan perhitungan biaya produksi dan keuntungan dan cenderung bersaing. Dengan promosi, pengusaha dapat melakukan iklan dengan modal minim, misalnya iklan di internet atau dikenal dengan shop

online.

4. Dalam segi industri pendukung, pengusaha harus menjaga komunikasi agar memperoleh perkembangan informasi mengenai pasokan bahan baku atau bahan pelengkap lainnya. Selain itu, persediaan bahan-bahan dapat dijaga pasokannya agar selalu tersedia sebagai bahan produksi selanjutnya, sehingga stok produk dapat dijaga ketersediaannya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku Teks :

Anantan dan Ellitan. 2009. Strategi Bersaing: Konsep, Riset dan Instrumen. Bandung: Alfabeta

Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta Basri Faisal (2002). Perekonomia Indonesia. Jakarta. Erlangga

Daniel Moehar (2001). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta. Bumi Aksara Fathoni Abdurrahman. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi.Jakarta. Rineka Cipta

Guntur Effendi. (2009). Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Transformasi Perekonomia Rakyat Menuju Kemandirian dan Berkeadilan. Jakarta

Sagung Seto

Hady Hamdy (2009). Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan

Internasional. Jakarta. Ghalia Indonesia

Hasibuan, Nuraimansjah (1993). Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan

Regulasi. Jakarta: LP3ES

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua

Belas, Jilid Kedua. Jakarta: PT. Indeks

Porter (1994). Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja

Unggul. Jakarta: Binarupa Aksara

Prasetyo, Bambang dan Jannah Lina M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif:

Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajagrafindo Persada

Pratomo, Titik Sartika. 2004. Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia


(43)

Rintuh Cornelis & Miar (2003). Kelembagan dan Ekonomi Rakyat.

Yogyakarta.Pustep UGM.

Silalahi Ulber (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung. Refika Aditama

Saleh, Irsan Azhari. 1987. Industri Kecil: sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES

Tambunan, T.H. Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu

Penting. Jakarta: Salemba Empat

Tambunan, T. H dkk (1997). Daya Saing Perekonomian Indonesia: Menyongsong

Era Pasar Bebas. Jakarta: Usakti Mep

Todaro Michael P. & Smith Stephen C. (2006). Pembangunan ekonomi. Jakarta Erlangga

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Alikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Enam. Bandung: Tarsito Dari Jurnal Penelitian, skripsi, atau tesis :

Glendoh, Sentot Harman. 2001. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol 3, No 1 Ikhsani, Mastur Mujib dan Budiningharto, Syafrudin. 2010. Analisis Daya Saing

Industri Pengolahan Logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Klaten

Isyanto, Puji dkk. 2012. Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Kepuasan

Pelanggan pada Restoran Pecel Lele Lela Cabang Karawang. Karawang:

Jurnal Manajemen Vol 09 No. 4

Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. 2012. Peningkatan daya Saing Industri Indonesia. Jakarta: LEMHANNAS


(44)

Kuntjoroadi, Wibowo dan Safiti, Nurul. 2009. Analisis Strategi Bersaing dalam

Persaingan Usaha Penerbangan Komersial. Depok: UI. Volume 16, Nomor 1

Rakhmawan, Hendra. 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar

Internasional. Bogor: IPB

Saptana. 2007. Tinjauan Konseptual Mikro-Makro Daya Saing dan Strategi

Pembangunan Peranian. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian

Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):

Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Sukada, Made. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia. Integrasi Ekonomi ASEAN dan

Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Bank Indonesia

Sutanta. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Tidak Berkembangnya Kawasan Industri

Nguter Kabupaten Sukoharjo. Semarang: Undip

Tambunan, Tulus.2006. Upaya-Upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Kadin Indonesia-Jetro 2006

Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) di

Jawa Tengah. Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wuri Josephine dan Hardanti, Yuliana Rini. 2006. Peranan Industri Kecil dalam

Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Bantul: Universitas Santa Dharma

Yogyakarta

Dari internet dan lain-lain :

Badan Pusat Statistika Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Berita Resmi Statistik. No. 14/02/Th.XVI, 5 Februari 2013


(1)

1. Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual

dengan tren waktu.

2. Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).

3. Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi.

4. Uji Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung

dengan Durbin-Watson tabel.

5. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif

maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 3.2 : Autokorelasi

positif Ragu-ragu Tidak ada

Autokorelasi Ragu-ragu

Autokorelasi negatif

0 dL du 4-du 4-dL 4 Gambar 3.1

Statistika d Durbin-Watson

Sumber: Rohmana 2010: 198

Pada penelitian ini, pengujian Durbin Watson digunakan untuk penghitungan autokorelasi.Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson.

Tabel 3.2

Uji Statistik Durbin – Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < dL

dL< d < du

du< d < 4 – du

4 – du< d < 4 – dL

4 – dL< d < 4

Menolak hipotesis nol ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nol ; tidak ada autokorelasi positif/negatif

Daerah keragu-raguan ; tida ada keputusan Menolak hipotesis nol ; ada autokorelasi positif


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri jaket kulit Sukaregang, maka pada bagian yang terakhir ini, penulis ingin mengemukakan beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Faktor produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing industri

jaket kulit Sukaregang. Artinya jika faktor produksi mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika faktor produksi mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula.

2. Kondisi permintaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing

industri jaket kulit Sukaregang. Artinya jika permintaan mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika permintaan mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula.

3. Strategi tidak berpengaruh terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang.

Artinya baik buruknya strategi suatu perusahaan, tidak akan berpengaruh terhadap daya saing industri jaket kulit Sukaregang.

4. Industri pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing

industri jaket kulit Sukaregang. Artinya jika transaksi dengan industri pendukung mengalami kenaikan maka daya saing akan mengalami kenaikan pula. Sebaliknya, jika transaksi dengan industri pendukung mengalami penurunan maka daya saing akan mengalami penurunan pula.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran dari penulis yang bisa dilakukan, diantaranya sebagai berikut :

1. Dalam segi faktor produksi, pengusaha dapat berusaha dengan berbagai cara

agar terjadi efisiensi produksi namun tidak mengabaikan kualitas yang menjadi keunggulan industri jaket kulit Sukaregang Garut. Pemanfaatan UPT.


(3)

Penyamakan Kulit dapat menguntungkan pengusaha,selain harganya yang lebih murah karena dibawah naungan Pemerintah Kabupaten Garut juga pasokannya pun selalu dijaga.

2. Dalam segi kondisi permintaan, pengusaha harus menjaga jumlah permintaan

agar stabil dan tidak merosot tajam saat terjadi masalah bahan baku atau lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas yang dikenal tahan lama dan high qualitywalaupun dihadapkan pada produk impor Cina yang jauh lebih murah akan tetapi kualitas yang jauh lebih rendah.Pengusaha sebaiknya mempertahankan kualitas yang menjadi cirri khas jaket kulit Sukaregang, karena mayoritas konsumen yang minat terhadap produk ini karena kelebihannya terhadap kualitas jaket kulit Sukaregang.

3. Dalam segi strategi perusahaan, pengusaha dapat melakukan hal yang

sebelumnya belum pernah dilakukan oleh pengusaha lainnya. Seperti menciptakan model-model yang diganderungi para remaja dan dimodifikasi sesuai bahannya. Harga yang ditetapkan pun sebaiknya masih dalam batas wajar dan disesuaikan dengan perhitungan biaya produksi dan keuntungan dan cenderung bersaing. Dengan promosi, pengusaha dapat melakukan iklan dengan modal minim, misalnya iklan di internet atau dikenal dengan shop

online.

4. Dalam segi industri pendukung, pengusaha harus menjaga komunikasi agar

memperoleh perkembangan informasi mengenai pasokan bahan baku atau bahan pelengkap lainnya. Selain itu, persediaan bahan-bahan dapat dijaga pasokannya agar selalu tersedia sebagai bahan produksi selanjutnya, sehingga stok produk dapat dijaga ketersediaannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku Teks :

Anantan dan Ellitan. 2009. Strategi Bersaing: Konsep, Riset dan Instrumen. Bandung: Alfabeta

Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta Basri Faisal (2002). Perekonomia Indonesia. Jakarta. Erlangga

Daniel Moehar (2001). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta. Bumi Aksara Fathoni Abdurrahman. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi.Jakarta. Rineka Cipta

Guntur Effendi. (2009). Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Transformasi

Perekonomia Rakyat Menuju Kemandirian dan Berkeadilan. Jakarta

Sagung Seto

Hady Hamdy (2009). Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan

Internasional. Jakarta. Ghalia Indonesia

Hasibuan, Nuraimansjah (1993). Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan

Regulasi. Jakarta: LP3ES

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua

Belas, Jilid Kedua. Jakarta: PT. Indeks

Porter (1994). Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja

Unggul. Jakarta: Binarupa Aksara

Prasetyo, Bambang dan Jannah Lina M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif:

Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajagrafindo Persada

Pratomo, Titik Sartika. 2004. Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia


(5)

Rintuh Cornelis & Miar (2003). Kelembagan dan Ekonomi Rakyat.

Yogyakarta.Pustep UGM.

Silalahi Ulber (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung. Refika Aditama

Saleh, Irsan Azhari. 1987. Industri Kecil: sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES

Tambunan, T.H. Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu

Penting. Jakarta: Salemba Empat

Tambunan, T. H dkk (1997). Daya Saing Perekonomian Indonesia: Menyongsong

Era Pasar Bebas. Jakarta: Usakti Mep

Todaro Michael P. & Smith Stephen C. (2006). Pembangunan ekonomi. Jakarta Erlangga

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Alikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Enam. Bandung: Tarsito Dari Jurnal Penelitian, skripsi, atau tesis :

Glendoh, Sentot Harman. 2001. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol 3, No 1 Ikhsani, Mastur Mujib dan Budiningharto, Syafrudin. 2010. Analisis Daya Saing

Industri Pengolahan Logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Klaten

Isyanto, Puji dkk. 2012. Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Kepuasan

Pelanggan pada Restoran Pecel Lele Lela Cabang Karawang. Karawang:

Jurnal Manajemen Vol 09 No. 4

Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. 2012. Peningkatan daya Saing Industri Indonesia. Jakarta: LEMHANNAS


(6)

Kuntjoroadi, Wibowo dan Safiti, Nurul. 2009. Analisis Strategi Bersaing dalam

Persaingan Usaha Penerbangan Komersial. Depok: UI. Volume 16, Nomor 1

Rakhmawan, Hendra. 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar

Internasional. Bogor: IPB

Saptana. 2007. Tinjauan Konseptual Mikro-Makro Daya Saing dan Strategi

Pembangunan Peranian. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian

Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):

Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Sukada, Made. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia. Integrasi Ekonomi ASEAN dan

Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Bank Indonesia

Sutanta. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Tidak Berkembangnya Kawasan Industri

Nguter Kabupaten Sukoharjo. Semarang: Undip

Tambunan, Tulus.2006. Upaya-Upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Kadin Indonesia-Jetro 2006

Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) di

Jawa Tengah. Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wuri Josephine dan Hardanti, Yuliana Rini. 2006. Peranan Industri Kecil dalam

Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Bantul: Universitas Santa Dharma

Yogyakarta

Dari internet dan lain-lain :

Badan Pusat Statistika Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Berita Resmi Statistik. No. 14/02/Th.XVI, 5 Februari 2013