Hubungan Body Image Dengan Perilaku Diet Berlebihan Pada Remaja Wanita Yang Berprofesi Sebagai Pemain Sinetron.

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA
REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

ANJANA DEMIRA
Program Studi Psikologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan
dunia, termasuk di Indonesia. Hasil riset Nielson Audience Measurement pada tahun 2012
seseorang menghabiskan waktu sekitar 197 jam dalam setahun untuk menonton sinetron. Oleh
karena itu, banyak stasiun televisi dan production house yang membuat sinetron remaja, dimana
sinetron tersebut juga membutuhkan artis remaja wanita yang digemari oleh masyarakat. Pada
tahap ini, remaja mengalami perubahan fisik yang signifikan dalam tubuh mereka selama masa
pubertas, sehingga ketika masuk ke dalam tahap remaja akhir mereka mengalami persepsi yang
berbeda-beda mengenai body image mereka masing-masing. Sehingga remaja wanita yang
berprofesi sebagai pemain sinetron ini melakukan berbagai cara untuk menjaga agar proporsi
tubuhnya tetap ideal, salah satunya dengan melakukan diet secara berlebihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan perilaku
diet berlebihan pada remaja wanita yang berprofesi sebagai pemain sinetron. Subjek dalam
penelitian ini adalah 32 remaja wanita yang berusia 16-18 tahun dan berprofesi sebagai pemain
sinetron.


Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling serta metode analisis

korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
body image dengan perilaku diet berlebihan pada remaja wanita yang berprofesi sebagai pemain
sinetron. Secara umum kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin negatif body image yang
dimiliki oleh remaja wanita yang berprofesi sebagai pemain sinetron ini, maka frekuensinya
dalam melakukan puasa secara berlebihan semakin tinggi
Kata Kunci : Body Image, Perilaku Diet Berlebihan, Remaja Wanita yang Berprofesi sebagai
Pemain Sinetron

PENDAHULUAN
Perkembangan
dunia
hiburan
(entertainment) terjadi secara pesat di berbagai
belahan dunia, termasuk di Indonesia. Hasil
riset Nielson Audience Measurement pada tahun
2012 memperlihatkan bahwa masyarakat
Indonesia menghabiskan 24% waktunya atau

sekitar 197 jam dalam setahun untuk menonton
sinetron. Oleh karena itu, banyak stasiun televisi
dan production house yang membuat sinetron
remaja, dimana sinetron tersebut juga
membutuhkan artis remaja wanita yang digemari
oleh masyarakat.
Tuntutan untuk tampil cantik dan
menarik serta memiliki proporsi tubuh ideal
sudah menjadi hal yang mutlak bagi seorang
artis remaja wanita.
Tuntutan tersebut
disebabkan oleh persaingan yang ketat di dalam
dunia entertainment sehingga karena tuntutan
profesi seperti itu banyak hal yang dilakukan
untuk menjaga tubuh agar tetap ideal.
Menurut teori fase perkembangan dari
Erik Erikson (1963), masa remaja masuk ke
dalam fase Identity vs Identity Confusion yang
dimulai pada saat masa pubertas dan berakhir
pada usia 18 atau 20 tahun. Sehingga fokus

mengenai pertambahan berat badan merupakan
topik yang dominan pada tahap ini. Remaja
mengalami perubahan fisik yang signifikan
dalam tubuh mereka selama masa pubertas,
sehingga ketika remaja akhir mereka mengalami
persepsi yang berbeda-beda mengenai body
image mereka masing-masing (Jillian Croll,
2005).
Body Image sendiri merupakan konstruk
multidimensional
yang
mencerminkan
bagaimana individu berpikir, merasakan, dan
bertingkah laku berkaitan dengan atribut-atribut
fisik individu (Cash, 2002). Berdasarkan hasil
wawancara kepada artis remaja wanita berumur
18 tahun dengan inisial “Y” ini, ia mengatakan

bahwa ketika ia merasakan berat badannya naik
sedikit saja ia bisa tidak mendapatkan pekerjaan

(sinetron) karena masih banyak anak remaja lain
yang lebih kurus darinya. Oleh karena itu, ia
sangat menjaga berat badannya, jika ia merasa
sudah naik sedikit berat badannya ia merasa
insecure. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mereka memiliki penilaian tersendiri akan
tubuhnya masing-masing, namun remaja wanita
yang berprofesi sebagai pemain sinetron ini
memiliki tuntutan yang lebih besar dibanding
remaja wanita lainnya, sehingga mereka
cenderung memiliki body image yang negative.
Oleh karena itu, remaja wanita akhir sangat
terpengaruh secara afektif dengan body image
atau gambaran tubuh yang buruk sehingga
banyak dari mereka yang melakukan diet
(Grogan, William, dan Connor dalam Levine, et
al., 2001).

Diet berlebihan merupakan diet yang
menggunakan langkah-langkah ekstrim

untuk menurunkan berat badan (Crow et al,
2008). Langkah-langkah ekstrim tersebut
seperti
puasa
secara
berlebihan,
memuntahkan makanan secara sengaja
setelah makan, menggunakan obat pencahar,
dan menggunakan pil diet. di Indonesia,
diberitakan di beberapa media online yaitu
bahwa artis remaja wanita berusia 17 tahun
dengan inisial TT melakukan diet secara
berlebihan seperti memuntahkan makanan
secara sengaja setelah makan dan menggunakan
pil diet, hal tersebut dilakukan oleh TT karena
terobsesi
ingin
memiliki
tubuh
yang

proporsional.

Hasil berbagai penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat berbagai
faktor yang menyebabkan remaja wanita
yang berprofresi sebagai pemain sinetron

memperhatikan penampilannya. Gambaran
tubuh yang buruk terhadap tubuhnya
membuat remaja ingin melakukan dengan
berbagai cara agar sesuai dengan gambaran
tubuh yang dimilikinya. Jika keadaan ini
terus berlangsung maka remaja wanita
dikhawatirkan akan tetap mengalami
kesulitan dalam beradaptasi dan menerima
gambaran fisiknya ketika beranjak ke tahap
perkembangan
dewasa.
Hal
ini

memungkinkan mereka untuk selalu merasa
tidak puas dengan tubuhnya dan dapat
mengarahkan mereka untuk melakukan diet
yang berlebihan.
Hal inilah yang mendorong dan
melatarbelakangi
untuk
melakukan
penelitian mengenai body image dalam
hubungannya
dengan
perilaku
diet
berlebihan pada remaja wanita yang
berprofesi sebagai pemain sinetron.
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Remaja didefinisikan sebagai periode transisi
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional (Santrock, 1981). Menurut
Santrock (1981), usia remaja adalah masa antara
usia 12-18 tahun dan terbagi dalam dua tahap,
yaitu remaja awal dan remaja akhir. Remaja
awal berusia 12-15 tahun dan remaja akhir
berusia 16-18 tahun

Transisi Masa Remaja
Menurut Santrock (1981), transisi terbagi ke
dalam tiga tahap. Pertama, transisi biologis
yang diawali dengan masa pubertas dimana
terjadi perubahan tampilan fisik dan adanya
kemampuan reproduksi. Kedua, transisi kognitif

ditunjukkan dari meningkatnya kemampuan
berpikir dimana remaja jauh lebih mampu
berpikir mengenai situasi hipotetik serta lebih
mampu berpikir mengenai konsep abstrak
seperti pertemanan, demokrasi, dan moralitas.
Ketiga, transisi sosial dimana terjadi perubahan

hak, privasi, dan tanggung jawab pada remaja.

Karakteristik Remaja Akhir
Pola-pola sikap, perasaan, pikiran, dan
tingkah laku remaja akhir memiliki ciri khas
yang membedakannya dengan remaja awal
(Sarlito, 2003), yaitu mulai stabil, lebih
matang menghadapi masalah, dan lebih
tenang perasaannya.
Tugas Perkembangan Remaja Akhir
Tiga tugas perkembangan yang utama bagi
seorang remaja menuju kedewasaannya
(Zimbardo,
1992),
yaitu
memiliki
kematangan
secara
fisik,
dapat

mengembangkan relasi sosial, dan dapat
memilih bidang pekerjaan
Body Image
Body
image
merupakan
konstruk
multidimensional
yang
mencerminkan
bagaimana individu berpikir, merasakan,
dan bertingkah laku berkaitan dengan
atribut-atribut fisik individu tersebut (Cash,
2002). Terdapat dua komponen body image:
1. Evaluasi Body Image
Pemikiran dan kepercayaan individu
dalam menilai penampilan fisiknya.

2. Investasi Body Image
Tingkah laku yang dilakukan individu

tersebut
untuk
mengatur
atau
meningkatkan penampilan mereka.
Diet Berlebihan

Diet berlebihan merupakan diet yang
menggunakan langkah-langkah ekstrim untuk
menurunkan berat badan. (Crow et al, 2008).
Terdapat beberapa elemen dari diet berlebihan:

1. Puasa secara berlebihan
2. Memuntahkan
makanan
secara
sengaja setelah makan
3. Menggunakan obat pencahar
4. Menggunakan pil diet
Entertainment
Entertainment atau hiburan merupakan
segala sesuatu, baik yang berbentuk katakata, tempat, benda maupun perilaku yang
dapat menjadi penghibur atau dapat
memberikan kesenangan dan kegembiraan
(Singhal et al, 2008).
Remaja Wanita yang Berprofesi sebagai
Pemain Sinetron
Sebagai primadona media, televisi memberikan
imbas yang luar biasa bagi kehidupan
masyarakat, terlebih lagi dalam deretan media
informasi, media televisi memiliki daya
penetrasi yang jauh lebih besar daripada media
informasi lainnya (Rakhmat, 2008).  Sehingga,
banyak acara musik, film, dan sinteron baru
yang ditampilkan di televisi. Namun, hampir
sebagian besar sinetron yang ditampilkan di
televisi merupakan sinetron remaja, hal tersebut
dikarenakan sinetron remaja digemari oleh
masyarakat. Hal tersebut disusul pula dengan
munculnya artis-artis remaja wanita yang
mempunyai potensi, baik secara fisik maupun
kualitas agar dapat digemari oleh pemirsa
televisi. Memiliki tubuh yang proporsional
merupakan tuntutan untuk artis remaja wanita.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya remaja
wanita yang ingin berprofesi sebagai pemain
sinetron. Keinginan untuk mencari identitas diri,
ingin diakui, dan ingin dianggap oleh

lingkungan
sekitar
merupakan
perkembangan yang dimiliki oleh remaja.

fase

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah
rancangan
korelasional,
dimana
penelitian dimaksudkan untuk melihat apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian
ini akan dilihat apakah terdapat hubungan antara
body image dengan perilaku diet berlebihan
pada remaja wanita yang berprofesi sebagai
pemain sinetron. Menurut Shaughnessy (2012),
Studi ini akan membantu peneliti untuk
mengidentifikasi penyebab potensial dari
perilaku yang ditampilkan

Partisipan
Subjek penelitian ini adalah remaja wanita
yang berprofesi sebagai pemain sinetron.
Dengan karakteristik sampel (1) Remaja
wanita yang berprofesi sebagai pemain
sinetron, (2) Berusia 16-18 tahun dan berada
dalam tahap perkembangan akhir. Dengan
teknik sampling purposive sampling
diperoleh jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 32 responden
Pengukuran
Penelitian ini menggunakan dua alat ukur.
Pertama yaitu alat ukur body image
berdasarkan teori dari Cash (2002) untuk
mengetahui body image yang mereka miliki.
Kedua, yaitu alat ukur perilaku diet
berlebihan berdasarkan teori dari Crow et al
(2008) untuk mengetahui frekuensi remaja
wanita dalam melakukan perilaku diet
berlebihan.

HASIL
Berdasarkan hasil pengelohan data dan
analisis pembahasan mengenai hubungan
body image dengan perilaku diet berlebihan
pada remaja wanita yang berprofesi sebagai
pemain sinetron, diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1.
Terdapat hubungan yang negatif
antara body image negatif dengan perilaku
diet berlebihan pada remaja wanita yang
berprofesi sebagai pemain sinetron.
2.
Persepsi individu terhadap dimensi
evaluasi
yang
dimilikinya
memiliki
hubungan yang negatif dengan perilaku diet
berlebihan. Artinya bahwa semakin negatif
evaluasi diri yang dimiliki oleh remaja
wanita yang berprofesi sebagai pemain
sinetron maka frekuensi dalam melakukan

perilaku diet berlebihan akan semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin positif evaluasi
diri yang dimiliki oleh remaja wanita
tersebut maka frekuensi dalam melakukan
perilaku diet berlebihan akan semakin
rendah.
3.
Persepsi individu terhadap dimensi
investasi yang dimilikinya memiliki
hubungan yang negatif dengan perilaku diet
berlebihan. Dapat diartikan bahwa semakin
negatif cara pandang remaja wanita yang
berprofesi sebagai pemain sinetron ini
menilai dirinya maka frekuensi dalam
melakukan perilaku diet berlebihan akan
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin positif
pandangan terhadap dirinya maka frekuensi
dalam melakukan perilaku diet berlebihan
akan semakin rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Cash, Thomas F., & Thomas Pruzinky. (2002). Body Image: A Handbook of Theory, Research,
and Clinical Practice. The Guiford Press
Santrock, John W. (1981a). Thirteenth: Adolescence. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
(2002b). A topical Approach to Life-Span Development. Boston: McGraw Hill
Shaughnessy, John J., Zechmeister, Eugene B., & Zechmeister, Jeanne S. (2012). Research
Method in Psychology. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Singhal, Arvind., Cody, Michael J., Rogers, Everett., & Sabido, Miguel. (2008). EntertainmentEducation and Social Change: History, Research, and Practice. Taylor & Francis.
Zimbardo, Philip G. (1992). Psychology and Life. USA: Harper Collins.

Guilford, J. (1954). Psychometric Methods. New York: Mc. Graw-Hill.
 

Referensi Jurnal :
Crow S, Eisenberg ME, Story M, & Neumark-Sztainer D. (2008). Suicidal Behavior in
Adolescents: Relationship to Weight Status, Weight Control Behaviors, and Body
Dissatisfaction. Int J Eat Disord ;41:82-7.