Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
HUBUNGAN ANTARA
BODY IMAGE
DAN PERILAKU DIET
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi prasyaratan Ujian sarjana Psikologi
Oleh
RAISA ANDEA
051301057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GANJIL 2009 / 2010
(2)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Hubungan antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja
Raisa Andea dan Lili Garliah, M.Si.
ABSTRAK
Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Kepedulian terhadap penampilan dan body image yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan perilaku diet pada remaja.
Populasi dan sampel penelitian ini adalah 215 orang siswa dan siswi di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala Body Image dan Skala Perilaku Diet yang disusun sendiri oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert dan Skala Semantik Diferensial berdasarkan dimensi-dimensi
body image (Cash, dalam Seawell & Danorf-Burg 2005) dan metode-metode penurunan berat badan (French, Perry, Leon & Fulkerson, dalam Elga 2007). Skala Body Image nilai reliabilitas untuk Skala Likert (rxx)=0.929 dan Skala Semantik Diferensial (rxx)=0.788,
dan terdiri dari 39 aitem, sedangkan Skala Perilaku Diet nilai reliabilitas (rxx)=0.865 dan
terdiri dari 28 aitem.
Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet dengan nilai r = -.554, (two tailed) < 0.01. Artinya semakin positif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi.
(3)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Relationship between Body Image and Dieting Behaviors among Adolescent Raisa Andea dan Lili Garliah, M.Si.
ABSTRACT
Body image in adolescent is important, because during adolescent, someone experience many changed, physically and also psychological. These rapid change has created a certain response for adolescent, that is a behavior concerned on his/her body shape. Attention to appearance and ideal body image may lead to obsessively effort such as weight control. Generally, adolescent do diet, sport, body treatment, consume diet pil, and many things to get ideal weight.
This research is a correlational research that aims to understand the correlation between body image and dieting behaviors among adolescent. The population and subject of this research were 215 students in SMA Kemala Bhayangkari I Medan. This research using two scale as a measuring tools, namely Body Image Scale and Dieting Behaviors Scale organized by researcher in formed Likert Scale and Semantic Differential Scale based on the aspect of body image (Cash, in Seawell & Danorf-Burg 2005) and weight reduction methods (French, Perry, Leon & Fulkerson, dalam Elga 2007). The Body Image Scale has a value of reliability for Likert Scale (rxx)=0.929 and Semantic
Differential Scale (rxx)=0.788, and consist of 39 item, whereas the Dieting Behaviors
Scale reliability value is (rxx)= 0.865 and consist of 28 item.
The analysed of research data using Pearson Product Moment correlation method. The result showed that there was a negative correlational between body image and dieting behaviors with correlation coefficient r = -.554, (two tailed) < 0.01. The meaning is the more positive body image then the intensity of dieting behaviors will more low, and on the contrary, the more negative body image then the intensity of dieting behaviors will more high.
(4)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja.”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak dapat disangkal butuh usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun disadari, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang telah mendukung dan membantu.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Ibu Lili Garliah, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 3. Ibu Rika Eliana, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya atas kesabaran dan bimbingan, serta dukungannya selama ini. 4. Keluarga penulis (Ayah, Mama, bang Ikhsan dan Kak Ika serta Bang Ikhwan) yang
telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen-dosen Psikologi USU atas semua ilmu yang telah diberikan, mudah-mudahan ilmu ini dapat berguna dan dapat diterapkan dengan baik.
6. Seluruh pegawai di lingkungan Psikologi USU yang telah membantu dan selalu memberikan dukungan kepada penulis.
(5)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
7. Untuk sahabat-sahabat terbaik penulis, yaitu Acid, Desti, Enoq, Kinan, Mirna, Mitha, Roro, Sevi, dan Vicky yang selalu menemani, memberikan dukungan, masukan, dan semangat.
8. Untuk Lubis, Bibie, Indah, Titin, Galih, Uget, Yulian, Ega, Puput, Dedy, dan Rio yang selalu mengisi hari-hari penulis di saat suka maupun duka.
9. Seluruh adik-adik, kakak-kakak, dan teman-teman di Psikologi USU.
10. Kepada Kepala Sekolah, para Guru dan Siswa-siswi SMA Kemala Bhayangkari I Medan yang telah membantu dan bersedia mengisi skala.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, serta para pembaca pada umumnya.
Medan, November 2009
(6)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Sistematika Penulisan... 1 7 8 8 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Tubuh... 11
1. Definisi gambaran tubuh... 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh... 3. Pengukuran gambaran tubuh... 11 12 14 B. Perilaku Diet... 16
(7)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
2. Jenis perilaku diet... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet... 4. Dampak perilaku diet... 5. Pengukuran perilaku diet...
16 18 19 20
C. Remaja... 21
1. Definisi remaja... 2. Karakteristik perkembangan remaja...
21 22
D. Hubungan Antara Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet pada Remaja... 24 E. Hipotesis... 28 BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian...
B. Definisi Operasional... 1. Gambaran tubuh... 2. Perilaku diet...
C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel... 1. Populasi... 2. Metode pengambilan sampel... D. Instrumen/Alat Ukur yang Digunakan...
1. Skala gambaran tubuh...
2. Skala perilaku diet... E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur...
1. Validitas...
29 29 30 31 31 31 32 33 33 37 40 40
(8)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
2. Reliabilitas... 3. Daya beda aitem... 4. Hasil uji coba alat ukur... F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 1. Persiapan penelitian... 2. Pelaksanaan penelitian... 3. Pengolahan data... G. Metode Analisis Data...
1. Uji normalitas... 2. Uji linieritas...
40 41 42 49 49 50 51 51 52 52 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 1. Jenis kelamin subjek penelitian... 2. Usia Subjek Penelitian... 3. Kelas Subjek Penelitian...
53 53 54 54 B. Hasil Penelitian...
1. Uji asumsi... 2. Hasil analisa data...
55 55 58 C. Hasil Tambahan...
1. Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin...
2. Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin...
63 63 64 D. Pembahasan... 65
(9)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... B. Saran...
72 73 DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN
(10)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Blue print skala gambaran tubuh sebelum uji coba 36
Tabel 2 Blue print skala perilaku diet sebelum uji coba 39
Tabel 3 Blue print skala gambaran tubuh setelah uji coba 43
Tabel 4 Blue print skala gambaran tubuh untuk penelitian 45
Tabel 5 Blue print skala perilaku diet setelah uji coba 47
Tabel 6 Blue print skala perilaku diet untuk penelitian 48
Tabel 7 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin 53
Tabel 8 Gambaran subjek berdasarkan usia 54
Tabel 9 Gambaran subjek berdasarkan kelas 54
Tabel 10 Normalitas sebaran variabel gambaran tubuh dan perilaku
diet
56
Tabel 11 Linearitas hubungan kedua variabel 57
Tabel 12 Korelasi pearson 58
Tabel 13 Kriteria kategorisasi data gambaran tubuh dan perilaku diet 60
Tabel 14 Gambaran skor gambaran tubuh 60
Tabel 15 Kategorisasi data empirik gambaran tubuh 61
Tabel 16 Gambaran skor perilaku diet 62
Tabel 17 Kategorisasi data empirik perilaku diet 62
Tabel 18 Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin 63
(11)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 20 Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin 64
(12)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. DAFTAR GAMBAR
Halaman
(13)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Validitas dan reliabilitas skala gambaran tubuh
LAMPIRAN B Validitas dan reliabilitas skala perilaku diet
LAMPIRAN C Skala gambaran tubuh dan skala perilakudiet
LAMPIRAN D Data mentah gambaran tubuh pada saat penelitian
LAMPIRAN E Data mentah perilaku diet pada saat penelitian
LAMPIRAN F Hasil pengolahan data
LAMPIRAN G Hasil-hasil tambahan
(14)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja, para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan body image (Valencia, 2008). Body image dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash dan Deagle dalam Jones, 2002). Peneliti akan menggunakan istilah gambaran tubuh untuk menjelaskan
body image pada penelitian ini.
Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan
(15)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Dion (dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya.
Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2003). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Winzeler (2005) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih bangga dengan tubuhnya dan lebih puas dengan berat badannya sebesar 73% dari pada remaja perempuan yang hanya sebesar 47%. Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketidakpuasaan terhadap gambaran tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan. Ketidakpuasan ini yang pada akhirnya membuat remaja menjadi tidak percaya diri dan menganggap penampilannya sebagai sesuatu yang menakutkan.
Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000) menunjukkan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
(16)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan majalah perempuan Glamour, diperoleh hasil bahwa dari 4000 remaja perempuan, hanya 19% saja yang merasa puas akan tubuhnya, dan sisanya 81% merasa tidak puas dan cenderung melakukan diet. Berikut penulis mencantumkan sebuah artikel yang diambil dari sebuah media cetak.
“Gue mau banget punya badan langsing. Soalnya tetemen gue men-“support” untuk mempunyai badan yang langsing. Gue juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang indah, yah, meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa-apalah. Hehe.” (Putri, Kompas 10 Juli 2009).
Pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008). Hal ini disebabkan karena adanya figur ideal yang menjadi panutan yang dapat diperoleh dari faktor luar seperti media. Media dapat mempengaruhi gambaran ideal akan sosok tubuh seseorang, baik itu laki-laki maupun perempuan. Semakin sering melihat sosok tubuh sempurna, maka semakin besar obsesi untuk bisa seperti model dalam majalah (Harmatz, Gronendyke & Thomas, dalam Mills & D’Alfonso 2007). Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
(17)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Perubahan fisik karena pubertas dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti dan takut yang menyebabkan mereka cenderung berpikir negatif. Dacey dan Kenny (2004) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Para remaja seringkali rentan terhadap perasaan negatif ketika mereka merasa bahwa mereka ditolak oleh teman sebaya. Bagi remaja yang bentuk tubuhnya tidak ideal, sering menolak kenyataan perubahan fisiknya sehingga mereka tampak mengasingkan diri karena merasa minder dan bagi remaja yang menerima perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas. Rasa minder itu timbul karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Remaja menyadari bahwa mereka yang menarik biasanya mendapat perlakuan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999).
Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia, 2008). Pola ini menjadi
(18)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.
Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan laki-laki dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami kelebihan berat badan (Maulana, 2008).
(19)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Kim dan Lennon (2006) mengatakan bahwa, diet mencakup pola-pola perilaku yang bervariasi, dari pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan sampai pembatasan yang sangat ketat akan konsumsi kalori. Menurut Ilyas (Kompas, 2009) diet yang sebenarnya adalah cara mengombinasikan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, yaitu kombinasi antara 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan 20-25% lemak. Jadi, diet itu bukan berarti harus menahan lapar sepanjang hari. Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet misalnya puasa, tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet, penahan nafsu makan atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating
(French, Perry, Leon & Fulkerson, 1995).
Diet yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan. Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan diet pada remaja dapat membatasi masukan nutrisi yang mereka butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Selain itu, diet pada remaja juga dapat menjadi sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian lain juga mengatakan bahwa seorang remaja yang berdiet kemudian menghentikan dietnya dapat menjadi overeater (perilaku makan berlebihan) pada tahun-tahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007). Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa perilaku diet dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan remaja yang melakukannya.
Saat ini, diet merupakan salah satu cara cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang,
(20)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa (Hill, dkk. dalam Elga, 2007). Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Para remaja melakukan melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan antara gambaran tubuhdan perilaku diet pada remaja.
B. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
(21)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara gambaran tubuhdan perilaku diet pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan agar dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai hubungan antara gambaran tubuhdan perilaku diet pada remaja.
2. Manfaat praktis
a. Bagi para remaja agar tetap menghargai tubuh yang dimiliki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
b. Bagi para orang tua yang memiliki anak remaja agar memperhatikan perkembangan anak, memberikan dukungan, dan mendidik anak untuk menghargai tubuh yang dimiliki.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengangambaran tubuhdan perilaku diet pada remaja.
(22)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
E. Sistematika Penelitian
Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab I berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab II berisi tentang teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini adalah teori tentang gambaran tubuh, perilaku diet, dan remaja. Bab ini juga mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
BAB III : Metode Penelitian
Bab III berisi uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
(23)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data
Bab IV berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan deskripsi data penelitian.
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab V berisi uraian mengenai kesimpulan hasil penelitian, serta saran metodologis dan praktis.
(24)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. BAB II
LANDASAN TEORI
Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan pengertian perilaku diet yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.
F. Gambaran Tubuh
4. Definisi gambaran tubuh
Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (dalam Papalia, 2008) gambaran tubuh adalah evaluasi mengenai penampilan seseorang. Jade (1999) mengatakan bahwa gambaran tubuh adalah perasaan subjektif mengenai penampilan dan tubuh. Cash dan Deagle (dalam Jones, 2002) mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum.
Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), gambaran tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif atau negatif. Cash (1994) menyatakan bahwa gambaran tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap atribut fisik, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan meupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash (dalam Seawell, 2005) juga menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah
(25)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
konstruk yang multidimensional yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan atribut fisik.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran tubuh merupakan perasaan, pengalaman, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif atau negatif.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh
Beberapa ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh adalah sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Cash dan Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan gambaran tubuh seseorang. Dacey dan Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi gambaran tubuh. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam
(26)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Santrock, 2003). Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005). Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008).
b. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.
Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal
(27)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.
Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback
mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik.
Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2001).
6. Pengukuran gambaran tubuh
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai gambaran tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).
(28)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005) mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu:
a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.
b. Appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
e. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
(29)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
G. Perilaku Diet
6. Definisi perilaku diet
Definisi diet menurut Muda (2003) adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Menurut Kim dan Lennon (2006), diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. Menurut Hawks (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Berdasarkan definisi di atas, perilaku diet dapat diartikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan atau kalori yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan.
7. Jenis perilaku diet
Berikut ini akan dijabarkan beberapa perilaku diet yang sehat dan tidak sehat menurut Kim dan Lennon (2006):
a. Diet sehat
Diet dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi
(30)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang (Anwar, dalam Elga, 2007). Orang yang melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalnya mengikuti pola makan yang dianjurkan (Kim & Lennon, 2006).
Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senantiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah:
(1) Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknya dikonsumsi paling sedikit lima porsi sehari.
(2) Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi, khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan kentang. Di Indonesia, karbohidrat lebih umum dikonsumsi dalam bentuk nasi, roti, mie, atau kentang sebagai makanan pokok yang dimakan setiap hari (Anwar, dalam Elga, 2007).
(3) Daging, ikan, dan sejenisnya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak.
(4) Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah.
(5) Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang, permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan jarang.
(31)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Diet tidak sehat
Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (di luar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang-orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (Kim & Lennon, 2006).
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet
Beberapa ahli menyatakan bahwa perilaku diet dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Diet merupakan kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.
(32)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Status berat badan
Dwyer (1997) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih, lebih perhatian terhadap berat badan dari pada orang yang lebih ringan.
c. Kelas sosial
Perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung terjadi pada orang yang kelas sosialnya tinggi dari pada yang rendah (Dwyer, 1997)
9. Dampak perilaku diet
Menurut Hawks (2008), perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang, yaitu:
a. Dampak biologis
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level systemic cortisol.
Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang beresiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.
b. Dampak psikologis
Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional dari pada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intrapersonal.
(33)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
c. Dampak kognitif
Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan performansi kognitif dipengaruhi oleh bentuk tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet.
10. Pengukuran perilaku diet
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang disusun oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini terdiri dari dua metode penurunan berat badan, antara lain:
a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori.
b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Metode ini terdiri dari: puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan, menggunakan pil diet,
(34)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari.
H. Remaja
3. Definisi remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin, yaitu ‘adolescere’ yang berarti perkembangan menjadi dewasa (Monks, 1999). Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengemukakan bahwa istilah adolescence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, mental, sosial, dan fisik.
Santrock (2003), mengatakan bahwa masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial.
Batasan usia yang ditetapkan para ahli untuk masa remaja berbeda-beda. Menurut Hall (dalam Santrock, 2003), usia remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun. Monks (1999) menyatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 hingga 21 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, yaitu remaja awal (usia 12 hingga 15 tahun), remaja tengah/madya (usia 15 hingga 18 tahun) dan remaja akhir (usia 18 hingga 21 tahun).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah periode perkembangan dari anak-anak ke dewasa awal yang mencakup perubahan fisik, sosial, emosional, kognitif dan mental yang berlangsung antara usia 12 hingga 21 atau 23 tahun.
(35)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Karakteristik perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik remaja
Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu Follicle-Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Pada anak laki-laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang perkembangan testosteron.
Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama. Haid merupakan pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, tumbuhnya rambut pubis, dan suara yang semakin halus.
Anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas (Dacey & Travers, 2004). Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat ini membuat
(36)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi interaksinya dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.
b. Perkembangan kognitif remaja
Menurut Piaget (dalam Papalia, 2008), perkembangan kognitif remaja berada pada tahap operasional formal. Tahap ini merupakan tahap yang paling tinggi dalam perkembangan kognitif individu, dimana remaja mempunyai kemampuan untuk memanipulasi informasi dan mempunyai pemikiran yang lebih luas lagi. Pada masa remaja, proses pembentukan gambaran tubuh sudah di ikuti dengan proses kognisi. Proses kognisi tersebut berupa pemikiran dan keinginan untuk mengidentifikasikan diri sesuai dengan tokoh idolanya. Proses pembentukan gambaran tubuh yang baru pada masa remaja ke dalam diri adalah bagian dari tugas perkembangan yang sangat penting (Dacey & Kenny, 2001).
Dalam beberapa hal pemikiran para remaja masih terlihat kurang matang. Salah satu karakteristik pemikiran remaja yang belum matang ini adalah kesadaran diri. Elkind (dalam Papalia, 2008) merujuk kondisi kesadaran diri ini sebagai imaginary audience, yaitu menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka, sebesar perhatian mereka sendiri. Gejala
imaginary audience mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari oleh orang lain, dan menjadi pusat perhatian.
(37)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
c. Perkembangan sosial remaja
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah (Hurlock, 1999).
Pada saat memasuki usia remaja, seorang individu sudah mulai menyadari bahwa dirinya bukan akan-anak lagi dan mulai berusaha untuk memasuki dunia orang dewasa, berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang dewasa dan mencari identitas diri yang dapat mempengaruhi perasaan mereka terhadap diri sendiri. Menurut Handel (dalam Rice, 1990), sejak masa puber, remaja umumnya mulai memperhatikan dan membandingkan hal-hal khusus seperti penampilan fisik (misalnya bentuk tubuh) dan kemampuan sosialisasinya dengan lingkungan pergaulan dan tokoh idolanya. Remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal tersebut yang menyebabkan remaja sangat terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain terhadap bentuk tubuhnya dan peka terhadap rasa malu (karena adanya penilaian yang kurang baik).
I. Hubungan Antara Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet Pada Remaja
Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) mengemukakan bahwa gambaran tubuh bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis pada masa remaja, seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik
(38)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan gambaran tubuh (Valencia, 2008).
Perhatian terhadap gambaran tubuhseseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki (Santrock, 2003). Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka.
Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2003).
Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000) menunjukkan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
(39)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008).
Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Dacey dan Kenny (2001) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain.
Memiliki gambaran tubuh yang ideal merupakan keinginan setiap remaja. Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia 2008). Pola ini menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta
(40)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardeli, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.
Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Saat ini, diet merupakan salah satu cara cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa (Hill, dkk. dalam Elga, 2007). Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh sangat kuat pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun
(41)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
perempuan. Para remaja melakukan melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet.
J. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan negatif antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja”, yang artinya semakin positif gambaran tubuh remaja maka intensitas perilaku diet yang dilakukan remaja akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif gambaran tubuh remaja maka intensitas perilaku diet yang dilakukan remaja akan semakin tinggi.
(42)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010. BAB III
METODE PENELITIAN
Hadi (2000) mengatakan bahwa metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah merupakan unsur penting karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Pembahasan dalam bab ini meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel bebas : gambaran tubuh 2. Variabel tergantung : perilaku diet
E. Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dikemukakan definisi-definisi dari variabel yang digunakan, yaitu:
(43)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
3. Gambaran tubuh
Gambaran tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek terhadap skala gambaran tubuh yang disusun dengan format Likert dengan lima pilihan jawaban dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS) dan juga disusun dengan format Diferensial Semantik dengan lima pilihan jawaban yang terletak di kutub berseberangan, yaitu kutub negatif (yang berisi keadaan negatif) dan kutub positif (yang berisi keadaan positif). Alat ukur gambaran tubuh ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash.
Cash mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu: f. Appearance evaluation (evaluasi Penampilan)
g. Appearanceorientation (orientasi penampilan)
h. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) i. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk) j. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
Skor total pada skala gambaran tubuh merupakan petunjuk gambaran tubuh yang positif atau negatif. Skor skala yang tinggi menunjukkan gambaran tubuh yang positif, sebaliknya skor skala yang rendah menunjukkan gambaran tubuh yang negatif.
(44)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Perilaku diet
Perilaku diet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek terhadap skala perilaku diet yang disusun dengan format Likert dengan empat pilihan jawaban dari Tidak Pernah (TP), Kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Alat ukur perilaku diet ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur yang dibuat oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (1995).
Alat ukur ini menampilkan daftar metode-metode penurunan berat badan yang terdiri dari:
a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga.
b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat.
Skor total pada skala perilaku diet merupakan petunjuk tinggi dan rendahnya intensitas perilaku diet pada remaja. Semakin tinggi skor skala perilaku diet maka perilaku diet yang dilakukan remaja semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin rendah skor skala perilaku diet maka perilaku diet yang dilakukan remaja semakin rendah intensitasnya.
F. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi
Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam suatu penelitian merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang
(45)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000).
Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Remaja putra dan putri b. Usia 15-18 tahun
c. Mengikuti pendidikan formal, yaitu Sekolah Menengah Atas
2. Metode pengambilan sampel
Pengambilan sampel atau sampling adalah proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagai wakil yang sahih atau dapat mewakili bagi populasi tersebut (Sugiarto, Siagian, Sunaryanto & Octomo, 2003).
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel bilangan angka random. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah sesuai dengan yang dikatakan Hadi (2000) bahwa teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel tanpa pandang bulu dan bertitik tolak pada prinsip-prinsip matematik yang telah
(46)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
teruji. Konsep dasarnya adalah bahwa setiap anggota populasi punya peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Danim, 1997).
G. Instrumen/Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil serta diukur. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu metode pengumpulan data yang merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000).
Menurut Hadi (2000), skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
2. Bahwa apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah skala yaitu, skala perilaku diet dan skala gambaran tubuh.
3. Skala gambaran tubuh
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gambaran tubuh adalah skala gambaran tubuh yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang
(47)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
disusun berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).
Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005) mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu:
a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.
b. Appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
e. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
(48)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan skala Likert dan skala Diferensial Semantik. Skala Likert digunakan untuk mengungkap dimensi appearance evaluation(evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), dan overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk). Skala Likert terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favorable (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan lima alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu STS = 1, TS = 2, N = 3, S = 4, SS = 5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu STS = 5, TS = 4, N= 3, S = 2, SS = 1.
Skala Diferensial Semantik digunakan untuk mengungkap dimensi body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), dan self-classified weight
(pengkategorian ukuran tubuh). Skala ini memiliki dua pilihan jawaban yang terletak di kutub yang berseberangan, yaitu kutub negatif (yang berisi keadaan negatif) dan kutub positif (yang berisi keadaan positif) dari setiap pernyataan. Diantara kedua kutub tersebut tersedia lima garis yang menunjukkan dimana posisi subjek terhadap pernyataan yang disediakan, yaitu Kutub negatif __ __ __ __ __ Kutub positif. Bobot penilaian untuk setiap garis adalah Kutub negatif 1 2 3 4 5 Kutub positif
Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:
(49)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 1. Blue print skala gambaran tubuh sebelum uji coba No
.
Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh
Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen)
F UF
1. Appearance Evaluation
(Evaluasi penampilan)
- Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi
- Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain
1, 5, 9, 19, 23, 31, 42
2, 8, 20, 33, 37,
41
13 (21.7 %)
2. Appearance Orientation
(Orientasi penampilan)
- Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam
memperbaiki dan meningkatkan penampilan
3, 6, 14, 24, 25,
27 28, 43
4, 10, 29, 32
12 (20 %)
3. Body Area Satisfaction
(Kepuasan terhadap bagian tubuh)
- Kepuasan terhadap wajah
- Kepuasan terhadap rambut
- Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap
tampilan otot - Kepuasan terhadap
berat badan
- Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap
keseluruhan penampilan 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 9 (15 %)
4. Overweight Preoccupation
(Kecemasan menjadi gemuk)
- Kecemasan terhadap kegemukan
- Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan
melakukan diet
- Membatasi pola makan
12, 15, 17, 22, 26, 30, 35, 39, 45, 47
7, 11, 13, 16, 18, 21, 34, 36, 38, 40, 44, 46, 48, 49 24 (40 %)
(50)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
5. Self-Classified Weight
(Pengkategorian ukuran tubuh)
- Berat badan - Tinggi badan
59, 60 2
(3.3 %)
TOTAL 36
(60 %)
24 (40 %)
60 (100 %)
Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah aitem dimana dari setiap aitem akan diperoleh skor total yang menunjukkan semakin tinggi skor gambaran tubuh individu maka akan diikuti oleh semakin positif gambaran tubuhnya, sebaliknya semakin rendah skor gambaran tubuh individu maka akan diikuti oleh semakin negatif gambaran tubuhnya.
4. Skala perilaku diet
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku diet adalah skala perilaku diet yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan metode-metode penurunan berat badan yang dikemukakan oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini menampilkan daftar metode-metode penurunan berat badan yang terdiri dari:
a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori.
(51)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Metode ini terdiri dari: puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan, menggunakan pil diet, memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari.
Skala perilaku diet disusun berdasarkan skala Likert yang terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favorable (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan
favorable yaitu TP = 1, KD = 2, SR = 3, SL = 4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu TP = 4, KD = 3, SR = 2, SL = 1.
Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:
(52)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 2. Blue print skala perilaku diet sebelum uji coba No Aspek /
Dimensi Perilaku Diet
Indikator Perilaku
Nomor Aitem Jumlah (Persen)
F UF
1. Metode penurunan berat badan yang sehat
- pengurangan kalori - memperbanyak olahraga - memperbanyak makan buah
dan sayur
- mengurangi cemilan - mengurangi asupan lemak - mengurangi permen atau
makanan manis
- mengurangi porsi makan yang di konsumsi
- mengubah tipe makanan - mengurangi konsumsi daging - mengurangi makanan yang
berkarbohidrat tinggi - mengkonsumsi
makanan-makanan rendah kalori
1, 2, 3, 7, 8, 11, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 39
4, 5, 6, 9, 10, 28, 29 30, 37, 38 25 (62.5 %)
2. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat
- puasa (di luar ibadah) - sengaja melewatkan waktu
makan (sarapan, makan siang, makan malam) - memperbanyak merokok - penggunaan laxative (obat
pelancar buang air besar) - menggunakan diuretic (obat
penyerap kadar air dalam tubuh)
- menggunakan penahan nafsu makan
- menggunakan pil diet - memuntahkan makanan
dengan disengaja
- tidak makan daging sama sekali
- tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali
- hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 34, 35, 36, 40 15 (37.5 %) TOTAL 30 (75 %) 10 (25 %) 40 (100 %)
(53)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah aitem dimana dari setiap aitem akan diperoleh skor total yang menunjukkan semakin tinggi skor perilaku diet individu maka menunjukkan intensitas perilaku diet yang tinggi, sebaliknya skor skala yang rendah menunjukkan intensitas perilaku diet yang rendah.
H. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur
5. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencpaai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2000). Professional judgement di dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing penelitian ini.
6. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi atau alat kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukur (Azwar, 2000).
(54)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
internal consistency (Cronbach’s alpha coefficient) yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Azwar, 2000).
7. Daya beda aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2007).
Pengujian daya beda aitem ini menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisen korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem(Azwar, 2007).
(55)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
8. Hasil uji coba alat ukur
a. Hasil uji coba alat ukur gambaran tubuh
Ujicoba skala gambaran tubuh di lakukan terhadap 300 remaja siswa-siswi SMA di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil ujicoba skala gambaran tubuh untuk skala Likert menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,929 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,310 – 0,755. Sedangkan hasil ujicoba skala gambaran tubuh untuk skala Diferensial Semantik juga menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien alpha sebesar 0,788 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,359 – 0,528.
Jumlah aitem skala gambaran tubuh yang di ujicobakan adalah 49 aitem untuk skala Likert dan 11 aitem untuk skala Diferensial Semantik. Untuk skala Likert, jumlah aitem yang baik setelah dilakukan ujicoba adalah 29 aitem dengan koefisien korelasi rxx minimal 0,300. Sedangkan untuk skala Semantik Diferensial, jumlah aitem yang baik setelah dilakukan ujicoba adalah 10 aitem dengan koefisien korelasi rxx minimal 0,300. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan ini merupakan konvensi. Tetapi apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi, dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya
(56)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang sedang disusun.
Distribusi aitem yang dipakai pada skala gambaran tubuh dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Blue print skala gambaran tubuh setelah uji coba No
.
Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh
Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen)
F UF
1. Appearance Evaluation
(Evaluasi penampilan)
- Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi
- Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain
19, 31, 42
2, 8 5
(12.8 %)
2. Appearance Orientation
(Orientasi penampilan)
- Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam
memperbaiki dan meningkatkan penampilan
14 4, 10, 29 4 (10.3 %)
3. Body Area Satisfaction
(Kepuasan terhadap bagian tubuh)
- Kepuasan terhadap wajah
- Kepuasan terhadap rambut
- Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap
tampilan otot - Kepuasan terhadap
berat badan
- Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap
keseluruhan penampilan 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 8 (20.5 %)
(57)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Overweight Preoccupation
(Kecemasan menjadi gemuk)
- Kecemasan terhadap kegemukan
- Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan
melakukan diet
- Membatasi pola makan
12, 15, 22, 26,
30, 39, 45,
47
7, 11, 13, 16, 18, 21, 36, 38, 40, 44, 46, 48
20 (51.3 %)
5. Self-Classified Weight
(Pengkategorian ukuran tubuh)
- Berat badan - Tinggi badan
59, 60 2
(5.1 %)
TOTAL 22
(56.4 %)
17 (43.6 %)
39 (100 %)
Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti pada tabel 4.
(58)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 4. Blue print skala gambaran tubuh untuk penelitian No
.
Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh
Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen)
F* UF*
1. Appearance Evaluation
(Evaluasi penampilan)
- Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi
- Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain
13, 19, 24
1, 4 5
(12.8 %)
2. Appearance Orientation
(Orientasi penampilan)
- Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam
memperbaiki dan meningkatkan penampilan
9 2, 5, 17 4 (10.3 %)
3. Body Area Satisfaction
(Kepuasan terhadap bagian tubuh)
- Kepuasan terhadap wajah
- Kepuasan terhadap rambut
- Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap
tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap
tampilan otot - Kepuasan terhadap
berat badan
- Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap
keseluruhan penampilan 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 8 (20.5 %)
4. Overweight Preoccupation
(Kecemasan menjadi gemuk)
- Kecemasan terhadap kegemukan
- Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan
melakukan diet
- Membatasi pola makan
7, 10, 15, 16,
18, 22, 26,
28
3, 6, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 23, 25, 27, 29 20 (51.3 %)
(59)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
5. Self-Classified Weight
(Pengkategorian ukuran tubuh)
- Berat badan - Tinggi badan
38, 39 2
(5.1 %)
TOTAL 22
(56.4 %)
17 (43.6 %)
39 (100 %)
b. Hasil uji coba alat ukur perilaku diet
Ujicoba skala perilaku diet di ujicobakan pada 300 orang remaja siswa-siswi SMA di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil ujicoba skala perilaku diet menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,865 dengan kisaran nilai
corrected item total correlation yang bergerak dari 0,292 – 0,583. Jumlah aitem yang baik setelah dilakukan uji coba adalah 28 buah dengan koefisien korelasi rxx minimal 0,275. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan ini merupakan konvensi. Tetapi apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi, dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang sedang disusun.
Distribusi aitem yang dipakai pada skala perilaku diet dapat dilihat pada tabel 5.
(1)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Kategorisasi Skor Total Skala Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet No.
Subjek
Skor Gambaran
Tubuh
Kategorisasi
Skor Perilaku
Diet
Kategorisasi
1 122 Sedang 49 Sedang
2 124 Sedang 49 Sedang
3 115 Sedang 43 Sedang
4 138 Sedang 44 Sedang
5 127 Sedang 50 Sedang
6 128 Sedang 53 Sedang
7 109 Rendah 55 Sedang
8 132 Sedang 47 Sedang
9 138 Sedang 37 Rendah
10 158 Tinggi 53 Sedang
11 95 Rendah 49 Sedang
12 88 Rendah 66 Tinggi
13 126 Sedang 46 Sedang
14 119 Sedang 67 Tinggi
15 107 Rendah 61 Tinggi
16 123 Sedang 44 Sedang
17 131 Sedang 44 Sedang
18 133 Sedang 42 Sedang
19 134 Sedang 42 Sedang
20 149 Sedang 41 Sedang
21 124 Sedang 49 Sedang
22 100 Rendah 59 Tinggi
23 122 Sedang 58 Tinggi
24 108 Rendah 63 Tinggi
25 148 Sedang 42 Sedang
26 170 Tinggi 43 Sedang
27 144 Sedang 43 Sedang
28 136 Sedang 41 Sedang
29 131 Sedang 47 Sedang
30 130 Sedang 54 Sedang
31 143 Sedang 42 Sedang
32 136 Sedang 41 Sedang
33 135 Sedang 48 Sedang
34 138 Sedang 37 Rendah
35 131 Sedang 50 Sedang
36 142 Sedang 36 Rendah
37 135 Sedang 34 Rendah
38 144 Sedang 41 Sedang
39 153 Tinggi 46 Sedang
(2)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
41 154 Tinggi 44 Sedang
42 148 Sedang 45 Sedang
43 141 Sedang 50 Sedang
44 116 Sedang 46 Sedang
45 150 Sedang 38 Rendah
46 160 Tinggi 46 Sedang
47 150 Sedang 50 Sedang
48 136 Sedang 54 Sedang
49 148 Sedang 46 Sedang
50 145 Sedang 37 Rendah
51 155 Tinggi 43 Sedang
52 134 Sedang 44 Sedang
53 152 Tinggi 51 Sedang
54 127 Sedang 42 Sedang
55 86 Rendah 59 Tinggi
56 138 Sedang 43 Sedang
57 125 Sedang 42 Sedang
58 125 Sedang 49 Sedang
59 126 Sedang 51 Sedang
60 104 Rendah 47 Sedang
61 130 Sedang 52 Sedang
62 120 Sedang 45 Sedang
63 129 Sedang 52 Sedang
64 152 Tinggi 46 Sedang
65 134 Sedang 55 Sedang
66 100 Rendah 64 Tinggi
67 160 Tinggi 40 Sedang
68 142 Sedang 42 Sedang
69 151 Sedang 50 Sedang
70 132 Sedang 42 Sedang
71 128 Sedang 54 Sedang
72 138 Sedang 46 Sedang
73 118 Sedang 64 Tinggi
74 112 Rendah 51 Sedang
75 89 Rendah 46 Sedang
76 117 Sedang 46 Sedang
77 143 Sedang 34 Rendah
78 147 Sedang 41 Sedang
79 87 Rendah 54 Sedang
80 90 Rendah 45 Sedang
81 140 Sedang 41 Sedang
82 154 Tinggi 42 Sedang
83 142 Sedang 50 Sedang
(3)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
85 163 Tinggi 46 Sedang
86 125 Sedang 43 Sedang
87 130 Sedang 54 Sedang
88 158 Tinggi 37 Rendah
89 122 Sedang 50 Sedang
90 133 Sedang 39 Rendah
91 123 Sedang 46 Sedang
92 141 Sedang 66 Tinggi
93 137 Sedang 37 Rendah
94 115 Sedang 53 Sedang
95 120 Sedang 51 Sedang
96 149 Sedang 53 Sedang
97 131 Sedang 47 Sedang
98 104 Rendah 59 Tinggi
99 126 Sedang 55 Sedang
100 85 Rendah 63 Tinggi
101 133 Sedang 44 Sedang
102 97 Rendah 52 Sedang
103 124 Sedang 58 Tinggi
104 149 Sedang 38 Rendah
105 104 Rendah 68 Tinggi
106 109 Rendah 74 Tinggi
107 135 Sedang 45 Sedang
108 140 Sedang 40 Sedang
109 157 Tinggi 54 Sedang
110 150 Sedang 48 Sedang
111 150 Sedang 51 Sedang
112 147 Sedang 46 Sedang
113 124 Sedang 46 Sedang
114 142 Sedang 55 Sedang
115 144 Sedang 45 Sedang
116 129 Sedang 57 Tinggi
117 115 Sedang 40 Sedang
118 124 Sedang 44 Sedang
119 156 Tinggi 34 Rendah
120 157 Tinggi 37 Rendah
121 114 Sedang 56 Tinggi
122 128 Sedang 53 Sedang
123 140 Sedang 40 Sedang
124 145 Sedang 45 Sedang
125 147 Sedang 44 Sedang
126 151 Sedang 55 Sedang
127 136 Sedang 41 Sedang
(4)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
129 139 Sedang 40 Sedang
130 127 Sedang 49 Sedang
131 108 Rendah 49 Sedang
132 115 Sedang 56 Tinggi
133 154 Tinggi 37 Rendah
134 139 Sedang 34 Rendah
135 93 Rendah 44 Sedang
136 83 Rendah 71 Tinggi
137 102 Rendah 52 Sedang
138 133 Sedang 37 Rendah
139 137 Sedang 55 Sedang
140 145 Sedang 42 Sedang
141 126 Sedang 55 Sedang
142 132 Sedang 39 Rendah
143 153 Tinggi 39 Rendah
144 99 Rendah 56 Tinggi
145 135 Sedang 44 Sedang
146 151 Sedang 42 Sedang
147 98 Rendah 54 Sedang
148 124 Sedang 70 Tinggi
149 145 Sedang 32 Rendah
150 138 Sedang 42 Sedang
151 128 Sedang 52 Sedang
152 123 Sedang 50 Sedang
153 117 Sedang 54 Sedang
154 155 Tinggi 38 Rendah
155 144 Sedang 39 Rendah
156 77 Rendah 60 Tinggi
157 161 Tinggi 37 Rendah
158 122 Sedang 54 Sedang
159 114 Sedang 57 Tinggi
160 121 Sedang 52 Sedang
161 131 Sedang 50 Sedang
162 148 Sedang 37 Rendah
163 146 Sedang 42 Sedang
164 149 Sedang 31 Rendah
165 157 Tinggi 54 Sedang
166 150 Sedang 37 Rendah
167 135 Sedang 56 Tinggi
168 137 Sedang 54 Sedang
169 142 Sedang 43 Sedang
170 132 Sedang 44 Sedang
171 140 Sedang 39 Rendah
(5)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
173 138 Sedang 52 Sedang
174 125 Sedang 48 Sedang
175 161 Tinggi 35 Rendah
176 103 Rendah 69 Tinggi
177 128 Sedang 44 Sedang
178 161 Tinggi 42 Sedang
179 130 Sedang 52 Sedang
180 160 Tinggi 40 Sedang
181 147 Sedang 39 Rendah
182 110 Rendah 52 Sedang
183 145 Sedang 38 Rendah
184 98 Rendah 51 Sedang
185 133 Sedang 65 Tinggi
186 141 Sedang 48 Sedang
187 144 Sedang 36 Rendah
188 132 Sedang 47 Sedang
189 164 Tinggi 43 Sedang
190 131 Sedang 52 Sedang
191 136 Sedang 44 Sedang
192 171 Tinggi 36 Rendah
193 172 Tinggi 40 Sedang
194 157 Tinggi 52 Sedang
195 151 Sedang 66 Tinggi
196 102 Rendah 55 Sedang
197 125 Sedang 55 Sedang
198 148 Sedang 43 Sedang
199 93 Rendah 51 Sedang
200 104 Rendah 55 Sedang
201 125 Sedang 46 Sedang
202 145 Sedang 35 Rendah
203 99 Rendah 46 Sedang
204 114 Sedang 58 Tinggi
205 145 Sedang 38 Rendah
206 148 Sedang 34 Rendah
207 148 Sedang 49 Sedang
208 110 Rendah 54 Sedang
209 143 Sedang 36 Rendah
210 156 Tinggi 55 Sedang
211 162 Tinggi 37 Rendah
212 126 Sedang 47 Sedang
213 116 Sedang 57 Tinggi
214 138 Sedang 41 Sedang
(6)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.