HUBUNGAN KONSUMSI ASAM LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2009.

HUBUNGAN KONSUMSI ASAM LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK
USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2009
Delmi Sulastri*Fivi Melva Diana*Azrimaidaliza*Danny
ABSTRAK
Latin America and Developing countries 15-30% of natural child less age nutrition
0 until 4 year in the year 2005. In Indonesia, Yogyakarta (15, 1%) and the highest of
Gorontalo (46, 11%),In West Sumatra ugly nutrient that is (30, 4%). Padang 2,2%
children under five with ugly nutrient. One of the district in Padang having number of
children under five with status of nutrient highest good is district of Nanggalo. Target of
research the knowing of distribution development, consume omega 3, consume omega
6, consume omega 9, consume EPA, Consume DHA, AA, and the knowing of relation
consume omega 3,omega 6 and omega 9, EPA, AA, DHA with development of age child
2 – 5 year pursuant to gender of children under five, pattern take care of, education of
economic status and mother and knowing the dominant factor for development children.
Design this research is cross sectional, location is in District of Nanggalo Padang.
Sampel counted 210 people of children under five which have fulfilled criterion of
inclusive research. This Research instrument is record food form and of KPSP (Growth
pre-screening kuisioner). Result of research of natural responder of development of child
is (54.8 %), Omega consumption 3 is (1,78 gr/day), Omega consumption 6 is (0,14
gr/day), Omega consumption 9 is (4,87 gr/day), Consumption of EPA is (0,11 gr/day),
Consumption of DHA is (0,34 gr/day), Consumption of AA is (0,06 gr/day). There isn’t

significant between fatty acid consumtion with development children p > 0,05.
Pendahuluan
Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World Health
Organization) menunjukkan kesehatan masyarakat Indonesia terendah di Asean yaitu
peringkat ke–142 dari 170 negara. Di Amerika latin, negara maju, Asia, negara
berkembang dan Afrika diketahui persentase anak yang mengalami kurang gizi usia 0
sampai 4 tahun pada tahun 2005 yaitu Amerika latin dan negara berkembang (5%),
Afrika dan negara berkembang (15-30%) sedangkan Asia hampir sama dengan Afrika.
(Gaoway, R, 2006)
Di Indonesia angka kejadian prevalensi gizi kurang di 53 kabupaten / kota di
Indonesia masih di atas 40 % dari populasi balita dan hampir merata terjadi di semua
provinsi kecuali DKI Jakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta

dan Bali. Sebaran KEP

( kurang energi dan protein) balita menurut propinsi di Indonesia yaitu prevalensi
terendah masalah gizi buruk dan gizi kurang adalah Yogyakarta (15,1%) dan tertinggi
Gorontalo (46,11%). Di propinsi Bali prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yaitu
(16,18%). Di Sumatera Barat, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yaitu (30,4%).
(Susenas 2005).


1

Hasil pemantauan status gizi (PSG) kota Padang tahun 2007, menunjukkan bahwa
di Padang 2,2% balita dengan gizi buruk, 14% balita gizi kurang dan 82,5% balita gizi
baik (indikator BB/U), 10 % balita sangat pendek, 16,2% balita pendek dan 73,7% balita
normal (indikator TB/U), 1,5% balita sangat kurus,7,4% balita kurus dan 85,2 % balita
normal (indikator BB/TB). ( DKK, 2007 )
Kekurangan gizi ini dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian balita,
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut UNICEF
(1998) kurang gizi pada anak dapat menyebabkan menurunnya perkembangan fisik,
kecerdasan, mental, kemampuan interaksi anak dengan lingkungan pengasuhnya. Hasil
penelitian Husaini (2003) menunjukkan bahwa anak dengan status gizi buruk cenderung
lebih banyak terhambat perkembangan motorik kasarnya (25%) dan 8 kali lebih basar
kemungkinan terlambat perkembangan motorik kasarnya dibandingkan anak yang
berstatus gizi normal. Hal yang sama dinyatakan dalam

hasil penelitian Ferdiyana

(2003), semakin rendah status gizi anak maka semakin tinggi keterlambatan

perkembangannya. (Husaini,2006).
Menurut Maharmajono, dkk, (1996) gizi yang optimal dan seimbang sangat
diperlukan untuk perkembangan susunan syaraf. Perkembangan otak yang terganggu
dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan serta kualitas SDM. Selanjutnya Winarno
(1995) Masa pertumbuhan bayi merupakan masa yang sangat peka atas pengaruh
kurang gizi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan otak dan gangguan
pertumbuhan intelegensia. SDM ( Sumber Daya Manusia ) yang memiliki fisik yang
tangguh,mental yang kuat dan kesehatan yang prima menentukan keberhasilan
pembangunan nasional suatu bangsa. Hal yang menjadi perhatian utama dalam
peningkatan SDM adalah mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan sejak dini
yaitu upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai usia
lima tahun pertama kehidupannya untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan dapat meningkatkan kualitas hidup anak agar dapat tercapainya tumbuh
kembang yang optimal. (Jalal,F,2000).
Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam usaha untuk mewujudkan SDM yang
berkualitas adalah faktor gizi, kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan jasa
pelayanan lainnya. Dari sekian banyak faktor tersebut, faktor gizi memegang peranan
yang paling penting dalam proses tumbuh kembang anak. Zat gizi yang berperan vital
dalam proses tumbuh kembang sel – sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang
dilahirkan adalah asam lemak. (Nasar,2006)


2

Asam lemak itu terdiri dari asam lemak esensial ( omega 3, omega 6, EPA, DHA,
AA) dan asam lemak non esensial ( omega 9 ).Omega 3 berperan sebagai asam lemak
otak. Omega 9 membantu pembentukan selaput myelin otak anak. Asam lemak
merupakan zat gizi yang harus terpenuhi kebutuhannya. Asam lemak yang sangat
dibutuhkan oleh jaringan tubuh terutama adalah asam lemak yang esensial. Asam lemak
yang esensial adalah asam lemak yang tidak dapat dibuat didalam tubuh sehingga
harus diperoleh dari makanan, terdiri dari asam linoleat, linulenat dan arakidonat.
(Almatsier,S, 2006). Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf
di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak.
Yang

termasuk

asam

lemak


tak

jenuh

itu

adalah:

omega

3,EPA

(eikosapentaenoat),DHA (dokosaheksaenoat ) dan omega 6, AA(Arachidonic Acid) serta
omega 9. DHA dan AA adalah Asam lemak esensial terutama sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan normal janin dan bayi, juga untuk perkembangan otak
dan penglihatan. (Soetomo, 2008).
Bayi sampai anak usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai
golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral dan dasar–dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita ini.
Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan sebab
gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0 –
2 tahun adalah periode emas sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak
tercepat

khususnya

mielinisasi.

Berdasarkan

penelitian

para

ahli

kecepatan


pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya 2 kali yaitu pada masa janin di usia
kehamilan minggu ke 15 – 20 dan usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18
bulan. (Soetomo,2008)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa

sehingga

masing–masing

dapat

memenuhi

fungsinya,


termasuk

juga

perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Peristiwa perkembangan dengan pertumbuhan terjadi secara sinkron

3

sebab perkembangan itu berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu
sedangkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik. Salah satu
instrumen deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun adalah
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP ini berguna untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat
dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar. Formulir KPSP terdiri dari 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak yang telah dicapai anak, yang
terdiri dari gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan
berbahasa. Interpresasi hasil KPSP berdasarkan jumlah jawaban “Ya” sebanyak 9 atau
10 yang berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah
jawaban “Ya” sebanyak 7 atau 8 perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban

“Ya” sebanyak 6 atau kurang. Kemungkinan ada penyimpangan (P). untuk jawaban
“Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis keterlambatan. KPSP
digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas. (Soetjningsih, 1994 )
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi asam
lemak

dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun yang diukur dengan KPSP di

Kecamatan Nanggalo Kota Padang tahun 2009,dan secara khusus bertujan untuk
diketahuinya

distribusi

tingkat

perkembangan

responden,distribusi

omega


3,EPA,DHA,omega 6,AA,omega 9, serta diketahuinya hubungan konsumsi omega
3,EPA,DHA,omega 6,AA dan omega 9 dengan perkembangan anak usIa 2-5 tahun.
Metodologi
Desain, waktu dan tempat penelitian
Disain penelitian ini adalah cross sectional,penelitian dilakukan di Kecamatan
Nangalo Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2009.
Penelitian ini berlokasi di 3 kelurahan yang ada di kecamatan Nanggalo yaitu Surau
Gadang, Kurao Pagang dan Kampung Lapai.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita usia 2-5 tahun
di daerah Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Sasaran pada penelitian ini adalah anak
balita usia 2-5 tahun dengan status gizi baik, tidak sakit lebih dari 15 hari dan tidak
dirawat yang berdomosili di Kecamatan Nanggalo kota Padang. Jumlah sample
sebanyak 192 orang.
Teknik Pengumpulan Data
4

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung terhadap
responden dengan menggunakan instrumen kuesioner KPSP dan food record. Data

yang diambil adalah konsumsi asam lemak omega,omega 6, omega 9, EPA, DHA dan
AA. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Kota
Padang mengenai kejadian gizi buruk dan baik tahun 2007. Data geografi dan demografi
penduduk serta jumlah dan alamat responden diperoleh dari Puskesmas Nanggalo.
Pengolahan dan analisa data
Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan software
pada komputer. Analisis data dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi.
Hubungan antara asupan zat gizi makro dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun
dilakukan T-Test pada tingkat kemaknaan p 0,05.

8

Hubungan Konsumsi Omega 3 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun.
Dari hasil penelitian ini
konsumsi

tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata

omega 3 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil

penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Bell,JG (2004) bahwa analisis sampel
darah dari responden penelitian memperlihatkan, anak-anak dengan autis yang
regresive (autis yang tidak terlihat pada saat kelahiran, berkembang pada bulan ke 1836 setelah kelahiran) dan ASP mempunyai tingkat tetracosanoic acid yang lebih tinggi
(24:0), n-6 docosapentaenoic acis (22:5) dan tetracosenoic acid (24:1) pada membran
sel darah merah mereka daripada kelompok kontrol. Dilain sisi, tingkat n-3
docosapentaenoic acid (22:5) dan total n-3 asam lemak lebih rendah secara bermakna
pada anak-anak dengan ASD. Rasio antara arachidonic acid dan EPA juga lebih tinggi
secara bermakna pada anak-anak penderita ASP dan autis. Rasio ini menurun setelah
pemberian 6 bulan suplementasi 2-4 gram /hari EPA dan DHA. Suplementasi dengan
EPA yang tinggi minyak ikan telah dilaporkan dapat meningkatkan kesehatan secara
umum, pola tidur, konsentrasi, dan sosialisasi dan pengurangan sensitif, keagresifan
dan hiperaktif pada anak-anak autis.
Menurut penelitian Horrobin,D (2006) asam lemak omega-3 diketahui mampu
menambah kapabilitas membran pada sel otak. Satu penjelasan medisnya adalah
omega-3 memainkan peran pada fortifikasi selaput myelin. Tidak bersamaan waktu
asam lemak omega-3 berisi kira-kira 8 % dari rata-rata otak manusia . Holman,R (2006)
memberikan

perkiraan

nama

omega-3

bagaimana

komponen

omega-3

bisa

dianalogikan dengan otak manusia dengan menyatakan, DHA sebagai struktur, EPA
sebagai fungsi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil pada sebuah penelitian yang dilakukan
selama 6 bulan melibatkan orang-orang dengan schizophrenia dan penyakit
Huntington’s yang dirawat dengan EPA atau placebo, group placebo secara jelas
kehilangan jaringan cerebral, sementara pasien yang diberikan supplement memiliki
peningkatan dari unsur abu-abu dan putih secara significant.
Perbedaan hasil pada penelitian ini kemungkinan disebabkan sebagian besar
sampel pada penelitian ini adalah anak balita yang berusia diatas 3 tahun sedangkan
pada penelitian Bell,J.G sampel berusia di bawah 3 tahun. Menurut Martorel (1986)
untuk anak dibawah usia 3 tahun asupan zat gizi dan kesakitan merupakan faktor yang
sangat penting serta langsung mempengaruhi tumbuh-kembang bayi. Menurut Karyadi
(1995) berbagai hasil penelitian melaporkan peran DHA dalam membangun 14 biliun sel

9

otak (70% massa otak terdiri dari lemak) pada masa kritis yaitu selama kehamilan
sampai usia 18 bulan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pada masa kritis akan
sangat baik bila gizi ibu dan bayi dicukupi dengan gizi mikro dan makro termasuk asam
lemak esensial (ALE) omega 6 dan omega 3.
Berdasarkan teori omega 3 merupakan zat gizi yang berperan vital dalam proses
tumbuh kembang sel – sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan
sampai pada usia dini ( 0-3 ) tahun. Omega-3 membantu otak untuk memperbaiki
kerusakan dengan meningkatkan pertumbuhan neuron. Omega-3,EPA/DHA adalah
esensial pada setiap tahap kehidupan.
Untuk anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, DHA penting untuk
perkembangan otak dan mata. Setelah umur tiga tahun, baik EPA dan DHA penting
untuk fungsi kognisi. Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak.
75 % otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya
tinggal lebih kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan
otak saja. Jadi omega 3 ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 03) tahun.
Matorrel (1996) menyimpulkan bahwa kekurangan gizi pada masa kehamilan dan
usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik anak, perkembangan
motorik dan gangguan perkembangan kognitif, perubahan prilaku sosial, berkurangnya
perhatian, dan rendahnya hasil belajar. Pengaruh ini dapat menyebabkan berkurangnya
IQ sebanyak 15 poin. Semakin muda anak mendapatkan intervensi gizi semakin baik
perkembangan prilakunya. Menurut Brown & pollit (1996) pada waktu bayi dapat terjadi
pengaruh kekurangan gizi tingkat berat dalam waktu yang lama dan

telah terjadi

penurunan pertumbuhan fisik dan kerusakan otak akan berpengaruh terhadap
perkembangan motorik dan intelektual.
Hubungan Konsumsi EPA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun.
Dari hasil penelitian ini

tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata

konsumsi EPA dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Steven (1993) menemukan bahwa anak autis yang
diberikan 540 mg EPA per hari selama 4 minggu memperlihatkan penurunan dari cemas
sebelumnya tentang kejadian-kejadian setiap hari. Perbedaan hasil pada penelitian ini
diduga karena disain pada penelitian ini crossectional yaitu hanya memberikan
gambaran saja dan tidak dapat memastikan hubungan kausal sedangkan pada

10

penelitian lain menggunakan disain penelitian experiment yang lebih jelas hasilnya di
bandingkan disain crossectional.
Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak, EPA yang
prekursor pendahulunya adalah omega 3 membantu otak untuk memperbaiki kerusakan
dengan meningkatkan pertumbuhan neuron. Omega-3,EPA/DHA adalah esensial pada
setiap tahap kehidupan. Untuk anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, EPA penting
untuk fungsi kognisi. Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak.
75% otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya
tinggal lebih kurang 20% untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan
otak saja. Jadi EPA ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini (0-3)
tahun sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk
proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja.
Hubungan Konsumsi DHA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun.
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata
konsumsi DHA dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Makrides,M (2006), menyebutkan bayi perempuan yang
preterm yang diberikan diet tinggi docosahexaenoic acid (DHA) bisa menambah skor
test perkembangan mental mereka sebanyak 5 point. Intervensi tersebut juga
menurunkan 80% jumlah bayi perempuan yang mengalami kelambatan mental yang
signifikan.
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Tomohito,dkk (1996)
menambahkan bukti tentang pentingnya DHA melalui penemuan mereka bahwa
suplementasi DHA yang kaya minyak ikan dapat mengurangi stres-induced perilaku
agresif pada mahasiswa perguruan tinggi. Percobaan mereka melibatkan 41 mahasiswa
kedokteran yang dipilih secara acak untuk menerima kapsul minyak ikan sebanyak 1.51.8 gram/hari dari DHA atau kapsul yang berisi kacang kedele sebagai placebo.
percobaan memperlihatkan peningkatan agresifitas sementara mahasiswa yang
mengambil suplementasi DHA memperlihatkan agresifitas yang lebih sedikit dari
mahasiswa yang mengambilnya pada akhir libur musim panas mereka. Para peneliti
menyimpulkan bahwa suplementasi DHA mencegah peningkatan perilaku agresif pada
waktu stres mental.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian suplementasi beberapa asam
lemak pada usia dini telah menunjukkan hasil perbaikan indeks perkembangan mental
dan ketajaman visual, tetapi hanya pada kadar 17 mg/100 kkal DHA dan 34 mg/100 kkal

11

AA. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian di Inggris (2001) menunjukkan
agar balita tumbuh sehat dan cerdas maka kebutuhan yang diperlukan antara lain asam
lemak ( DHA dan AA ) yang merupakan salah satu nutrisi penting untuk pertumbuhan
otak dan mata anak. (Nasar, 2006).
Perbedaan hasil pada penelitian ini diduga karena perbedaan disain penelitian dan
perbedaan sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan crossectional sedangkan
penelitian lain menggunakan experiment. Sebagian besar sampel pada penelitian ini
adalah anak balita yang berusia diats 3 tahun. Sedangkan penelitian lain sampelnya
bayi (usia 0-1) dan remaja.
Menurut Heller,S (2006) DHA sangat penting untuk perkembangan otak pada rahim
dan penglihatan, telah ada studi yang membuktikan pemberian suplementasi DHA pada
pertengahan kehamilan bisa menambah peningkatan
DHA

anak-anak. Berdasarkan teori

diperlukan sebagai unsur pembentuk cawan untuk wadah rhodopsin yaitu

senyawa vital penginderaan dan pengiriman balik sinyal yang diterima mata ke otak.
Docosahexaenoic Acid (DHA) merupakan unsur nutrisi yang juga penting dalam tumbuh
kembang dan perkembangan saraf di otak dan membantu pembentukan jaringan lemak
otak (mylenisasi ) serta menjaga interkoneksi sel – sel syaraf otak terutama untuk
mempengaruhi perkembangan otak pada usia dini (0-3) tahun.
Pada usia 0-3 tahun merupakan peride emas tumbuh kembang otak. 75 % otak
telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih
kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi
omega DHA ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.
Hubungan Konsumsi Omega 6 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbadaan yang bermakna rata-rata konsumsi
omega 6 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Vancassel (2001) menemukan bahwa anak-anak autis
memiliki tingkat DHA yang lebih rendah sebanyak 23% daripada anak-anak yang
mengalami retardasi mental. Anak-anak autis jauga memiliki rasio asam lemak omega-6
dan omega-3 yang lebih tinggi daripada yang dimiliki anak-anak retardasi mental.
Perbedaan hasil pada penelitian ini kemungkinan disebabkan sebagian besar
sampel penelitian adalah anak balita yang berusia diatas 3 tahun dan tidak
memperhatikan rasio perbandingan Omega 6 : omega 3 sedangkan pada penelitian lain
usia sampel 0-5 tahun dan memperhatikan perbandingan rasio omega 6 : omega 3.

12

AA yang prekursor pendahulunya adalah omega 6 berfungsi sebagai penghantar
perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh termasuk ke otak. Untuk
anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, omega 6 penting untuk perkembangan otak .
Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak. 75 % otak telah
terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang
20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi omega
6 ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.pada usia di
atas 3 tahun lapisan myelin otak telah terbentuk dan usia di atsa 3 tahun ini hanya
tinggal proses pematangannya saja yang sedang berlangsung.
Hubungan Konsumsi AA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata
konsumsi AA dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini
sama dengan hasil penelitian Scot,D (1995) tidak ada perbedaan yang significant dalam
Vocublary production pada kelompok yang diberi AA+ DHA dan susu formula standar
tidak memperlihatkan skor yang berbeda dengan kelompok ASI. pada bayi pada 274
bayi sehat full term usia 1 minggu yang di bagi menjadi 4 kelompok yaitu ( ASI, susu
formula standar, susu formula + AA + DHA, susu formula + DHA).
AA adalah (asam arakidonat) yang prekursor pendahulunya adalah omega 6, Asam
lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon,
yaitu bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam
tubuh, termasuk ke otak pada usia dini (0-3) tahun. AA ini penting pada masa saat
dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.
Hubungan Konsumsi Omega 9 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun.
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi
omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hal ini berbeda dengan
teori omega 9 ini membantu pembentukan selaput myelin otak. Lapisan myelin dan
neurotransmitter berperan penting dalam penghantaran impuls saraf pada usia dini (0-3)
tahun. Omega 9 dibentuk sendiri oleh tubuh sehingga sedikit sekali kemungkinan tubuh
kekurangan omega 9 ini.
Perbedaan hasil pada penelitian ini disebabkan sebagian besar usia responden di
atas 3 tahun, Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak, Usia 0-3
tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak. 75 % otak telah terbentuk pada
usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk
proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi omega 9 ini

13

penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.pada usia di atas 3
tahun lapisan myelin otak telah terbentuk dan usia di atas 3 tahun ini hanya tinggal
proses pematangannya saja yang sedang berlangsung.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak balita
mengalami perkembangan yang

sesuai dengan umurnya

di Kecamatan Nanggalo

Kota Padang, rata-rata konsumsi omega 3 responden adalah 1,78 gram/hari, rata-rata
konsumsi omega 6 responden adalah 0,14

gram/hari, rata-rata konsumsi omega 9

responden adalah 4,87 gram/hari, rata-rata konsumsi EPA adalah 0,11 gram/hari, ratarata konsumsi DHA (0.34 gram/hari), rata-rata konsumsi AA responden adalah (0.06
gram/hari). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi asam lemak
(omega 3 (EPA,DHA), omega 6 (AA) dan omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5
tahun.

Dari hasi penelitian ini Kepada para orang tua di sarankan untuk sangat

memberikan pola asuh

makan dan pola asuh kesehatan (imunisasi, penimbangan

balita) yang sesuai dengan usia balitanya mengingat pola asuh itu menyangkut
pemberian makanan pendamping ASI, pelayanan kesehatan,imunisasi,penimbangan,
psikososial dan kebersihan yang akhirnya akan berpengaruh

pada perkembangan

seorang anak. Kepada Dinas Kesehatan diharapkan agar tetap meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap anak balita dan memberikan informasi serta promosi
kesehatan terutama tentang pentingnya pengasuhan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak sehingga para orang tua semakin memahami peranan
pola asuh terhadap tumbuh-kembang anak.
Lampiran 1. Daftar Pustaka
Almatsier,S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,PT Gramedia,Jakarta,2006
Angela, Stimulasi Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan di akses dari
http://www.google.com 20 Januari 2007
Anwar HM. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak. www.beritabaru.com.22 januari 2007
Dinas Kesehatan Kota Padang 2007
Gaoway,R. Global Health Mini University, di akses dari http/www.google.com. 27
Oktober 2006.

14

Hurlock . Child development. Sixth edition. New York : Mc Graw-Hill. 1978
Husaini, Y, Rehabilitasi dan Fleksibilitas Penggunaan KMS Perkembangan Motorik
Kasar. di akses dari http://www.google.com 17 juli 2006
Kartika V, Faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik Anak Usia 12 – 18
bulan di Keluarga miskin dan tidak miskin. Penelitian Gizi dan makanan.
2002 ; 25 : 38 – 48.
Kartika V, Dkk. Pola Pemberian Makan Anak ( 6-18 bulan ) dan Hubungannya Dengan
Pertumbuhan dan Perkembangan anak pada Keluarga Miskin dan tidak
miskin. Penelitian Gizi dan makanan. 2000; 23 :37 – 47
Jalal, F Tantangan pembangunan kesehatan dan gizi dalam upaya peningkatan kualitas
SDM, CPI, 2006.
Lestari, R,A., Konsumsi Lemak di akses dari http://www.google.com 24 Januari 2008
Masrul, Pengaruh Sumber Daya Pengasuhan terhadap Tumbuh Kembang Bayi Usia 6 –
12 bulan pada keluarga etnik Minang Kabau di Pedesaan Propinsi Sumatera
Barat (Proposal disertasi) UNAIR, Surabaya, 2003.
Nasar,S,S, Nutrisi untuk Cerdas di akses dari http://www.google.com 4 desember 2007.
Nasution,Z . Asuhan keperawatan keluarga dengan anak balita an prasekolah fakultas
kedokteran progran studi keperawatan,USU.www.google.com 12 desember
2006
Nurjanah,Omega 3 dan Kesehatan di akses dari http://www.google.com 14 Januari
2008.
Rahardjo,B, Peranan Keluarga Mendidik Anak
http://www.google.com 12 Februari 2007.

Usia

Dini,

di

akses

dari

Soetomo,Penambahan DHA dan AA pada makanan bayi, Peran dan Manfaatnya. di
akses dari http://www.google.com 17 Januari 2008.
Soetj ningsih. Tumbuh kembang Anak, Buku kedokteran, Jakarta, 1999.
Susenas, di akses dari http://www.google.com 27 Oktober 2006.
Widodo, D,P. Perkembangan Otak Bayi, di akses dari http/www.google.com. 25 Januari
2008
Widya Karya Pangan dan Gizi, Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah dan
Globalisasi, Jakarta, 2004.

15