HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.
HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN
DI POSYANDU GONILAN KARTASURA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
Miss Iman Chapakia
J500120024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAM LAHIR (BBL) DENGAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN
DI POSYANDU GONILAN KARTASURA
Iman Chapakia, Mohammad Shoim Dasuki, Anika Candrasari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Fase terpenting dalam perkembangan anak adalah usia antara 2-5 tahun yaitu merupakan
periode keemasan (golden age) dalam proses perkembangan. Di Indonesia sekitar 5-10%
anak mengalami keterlambatan perkembangan. Badan Lahir (BBL) merupakan salah satu
faktor kunci pembangunan di semua aspek perkembangan. Dimana berat badan lahir yang
rendah dapat dikaitkan dengan perkembangan, pendidikan, dan perilaku yang merugikan di
masa mendatang. Oleh karena itu harus mendeteksi dini tumbuh kembang anak. Untuk
menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan salah satunya yaitu
DDST II (Denver Development Screening Test II).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
adakah hubungan riwayat berat badan lahir dengan perkembangan motorik halus anak usia 25 tahun di Posyandu Gonilan Kartasura. Penelitian ini menggunakan metode observational
analytic dengan desain case control retrospective. Sampel penelitian diambil secara
purposive sampling. Berupa data primer yaitu melakukan tes Denver II pada anak usia2-5
tahun di Posyandu Gonilan Kartasura sebanyak 60 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis data menggunakan uji statistic Chi Square. Hasil analisis bivariat dengan uji statistic
Chi Square menunjukkan bahwa riwayat BBL berhubungan dengan perkembangan motorik
halus didapatkan nilai p = 0.02 dan OR = 5.0
Kata Kunci : Golden Age, Berat Badan Lahir, Perkembangan Motorik Halus, Denver II
CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT WITH FINE MOTORIC
DEVELOPMENT OF CHILDREN AGE 2-5 IN
POSYANDU GONILAN KARTASURA
ABSTRACT
The most important phase of children development was age 2-5 where it was a golden period
of children development. In Indonesia, between 5-10% of children with delayed of
development. Birth weight was one key factor that determine development in children. Low
birth weight associated with delayed development, education, and behavior in the future.
Because of that, earlier detection should be held. One of instrument that used to assess the
development DDST II (Denver Development Screening Test II). The purposes of this study is
to analyze correlation between birth weight with fine motoric development of children age 25 in Posyandu Gonilan Kartasura. This study used an analytical observational study with
case control retrospective design. The samples in this study were chosen by purposive
sampling. Assessment of development as a primary data was conducted by Denver II test on
60 samples of children age 2-5 according to inclusion criteria. Data analyzed using Chi
Square. Analyzed data by using bivariate analysis with Chi square obtain there is correlation
between birth weight with fine motoric development of children age 2-5 in Posyandu Gonilan
Kartasura, p = 0.02 and OR = 5.0
Keyword : Golden Age, Birth Weight, Fine Motoric Development, Denver II
Latar Belakang
Berat badan lahir merupakan
negara-negara berkembang dan sosial
salah satu indikator kesehatan bayi
ekonomi rendah
baru lahir. Rerata berat bayi normal
Tazkiah, 2013).
Presentase berat badan bayi baru
adalah 3200 gram (7 lbs). Secara
umum, bayi berat
lahir rendah dan
(Pantiawati, 2010;
lahir menurut Provinsi,
di
Indonesia
Riskesdas
bayi dengan berat berlebih lebih besar
2013
terdapat
85%
risikonya untuk mengalami masalah
dengan berat badan lahir normal dan
(Damanik, 2009).
15% dengan berat badan lahir yang
bahwa
tidak normal (10,2% BBLR dan 4,8%
diseluruh Dunia, 16% dari semua bayi
BBLL). Sedangkan di Jawa Tengah
lahir mempunyai berat < 2500 gram
terdapat 9,7% BBLR, dengan ranking
(BBLR). Dari jumlah ini, frekuensi
ke-16 di Indonesia (Kemenkes RI,
BBLR 90% berasal dari negara-negara
2014).
WHO
berkembang
Qobadiyah,
memperkirakan
2003;
Berat lahir merupakan salah satu
2012), dan 3,6-
faktor kunci pembangunan di semua
(Khasanah,
dkk,
maju
aspek perkembangan (Zareien, dkk.,
(Cunningham, 2006; Qobadiyah, dkk,
2014) sangat berguna dan penting
2012). BBLR lebih sering terjadi di
dalam
10,8%
dari
negara-negara
menentukan
dan
mengemukakan faktor harapan hidup
perkembangan
dan
Perkembangan motorik anak berbagai
kesehatan
anak
di
masa
(IDAI,
mendatang (Ehsanpour, dkk., 2005;
Negara
Zarien, dkk., 2014). Berat badan lahir
motorik anak-anak di negara-negara
yang rendah dapat dikaitkan dengan
Eropa Barat, maka perkembangan
perkembangan,
motorik
pendidikan,
dan
berbeda.
2013).
Dibandingkan
milestone
pada
anak
perilaku yang merugikan di masa
Indonesia tergolong rendah (Ginting,
kecil, masa remaja, dan di kemudian
2012).
hari
(Mc
Avovy,
dkk.,
2006;
Amarnath, dkk., 2014).
Fase
Akibat bila perkembangannya
terhambat, karena kurangnya deteksi
terpenting
dalam
dini tumbuh kembang, maka anak akan
ketika
kurang mampu menyesuaikan dan
masa bayi dan balita di bawah lima
melakukan tugas sehari-hari. Bahkan,
tahun. Anak pada usia 2-5 tahun
pada
merupakan periode keemasan (golden
perkembangan
age) dalam proses perkembangan,
(Dharma & Nakita, 2010; Krisdiyanto,
yang artinya pada usia tersebut aspek
dkk,
kognitif,
dan
perkembangan anak banyak instrumen
anak
yang dapat digunakan. Salah satu
berkembangan secara pesat (Zaviera,
instrumen skrining yang dapat dipakai
2008). Masalah perkembangan anak
secara
seperti
perkembangan anak adalah DDST II
perkembangan anak adalah
psikososial
fisik,
motorik,
seorang
keterlambatan
motorik,
akhirnya
juga
menghambat
akademik
2013).
Untuk
anak
menilai
internasional untuk menilai
berbahasa, perilaku autism, hiperaktif
(Denver
di Amerika Serikat berkisar 12-16%,
Test). DDST II merupakan alat untuk
Thailand 24%, Argentina 22%, dan di
menemukan
secara dini masalah
Indonesia antara 13-18% (Hidayat,
penyimpangan
perkembangan
2010). Pada tahun 2013 berdasarkan
(Chamidah, 2009).
data IDA diperkirakan 5-10% anak
mengalami
keterlambatan
Development Screening
anak
Berdasarkan uraian diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan riwayat Berat
ditentukan
Badan Lahir dengan perkembangan
perhitungan
motorik halus anak usia 2-5 tahun di
diperoleh hasil sebesar 60 responden.
Posyandu Gonilan Kartasura. Hasil
Identifikasi
penelitian
variabel bebas : berat badan lahir,
ini
memberikan
diharapkan
manfaat
masyarakat Indonesia
dapat
kepada
variabel
berdasarkan
rumus
Notoatmojo
variabel
terikat
:
terdiri
yang
dari
perkembangan
khususnya
motorik halus. Metode yang digunakan
kepada ibu sehingga dapat dijadikan
: DDST II. Alat yang digunakan :
metode
kertas kosong, pinsil, dan balok-balok
yang
berkualitas
untuk
pemantauan perkembangan anak.
berwarna.
Cara Kerja
Tujuan
Untuk mengetahui adakah hubungan
riwayat berat badan lahir dengan
perkembangan motorik halus anak usia
2-5
tahun
di
Posyandu
Gonilan
1.
umur
kronologis
anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30
hari untuk satu bulan dan 12 bulan
untuk satu tahun.
Kartasura.
2.
Jika dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari dibulatkan ke
Metode
Penelitian bersifat analitik dengan
rancangan
Tetapkan
penelitian
case
control
retrospective. Penelitian dilaksanakan
di Posyandu Gonilan Kartasura pada
bulan December 2015. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
anak umur 2-5 tahun yang diketahui
berat lahirnya dipilih secara purposive
sampling. Penentuan besar sampel
bawah, jika sama dengan atau lebih
dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3.
Tarik
kronologis
garis
yang
berdasarkan
memotong
garis
horizontal tugas perkembangan pada
formulir DDST.
4.
Setelah
itu
dihitung
pada
masing-masing sektor, berapa yang P
dan
berapa
yang
F.
Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian ini ditetapkan
masing-masing sampel sebesar 11
untuk kasus, dan 49 sebagai kontrol.
Karakteristik responden berdasarkan
data yang telah didapat meliputi jenis
kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, dan berat badan lahir yang tersaji
dalam tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik responden
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
34
26
56.7
43.3
Pendidikan Ibu
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA/SMK
Sarjana
1
4
19
32
4
1.7
6.7
31.7
53.3
6.7
Pekerjaan Ibu
IRT
Buruh
PNS
Swasta
42
6
1
11
70
10
1.7
18.3
Berat badan lahir (BBL)
BBLN
BBLR
48
12
80.1
19.9
Perkembangan Motorik Halus (PMH)
Normal
Suspek
49
11
81.7
18.3
Tabel 5. Distribusi hubungan jenis kelamin dengan perkembangan motorik halus
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
30
50
4
6.7
19
31.7
7
11.7
49
81.7
11
18.3
Total
F
34
26
60
%
56.7
43.3
100
Nilai
p
0.133
Tabel 6. Distribusi hubungan pendidikan ibu dengan perkembangan motorik halus
Pendidikan
Ibu
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
1
1.7
0
0
Tidak
Tamat SD
SD
SMP
SMA/SMK
Sarjana
Jumlah
3
16
25
4
49
5.0
26.7
41.7
6.7
81.7
1
3
7
0
11
1.7
5.0
11.7
0
18.3
Total
Nilai p
F
1
%
1.7
4
19
32
4
60
6.7
31.7
53.3
6.7
100
0.81
Tabel 7. Distribusi hubungan pekerjaan ibu dengan perkembangan motorik halus
Pekerjaan
Ibu
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
33
55
9
15
4
6.7
2
3.3
1
1.7
0
0
11
18.3
0
0
49
81.7
11
18.3
IRT
Buruh
PNS
Swasta
Jumlah
Total
Nilai p
F
42
6
1
11
60
%
70
10
1.7
18.3
100
0.276
Table 8. Distribusi hubungan berat badan lahir dengan perkembangan motorik halus
Riwayat Berat
Badan Lahir
(BBL)
BBLN
BBLR
Jumlah
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
42
70
6
10
7
11.7
5
8.3
49
81.7
11
18.3
Perbedaan
berpengaruh
jenis
pada
kelamin
Total
F
48
12
60
menguasai
%
80
20
100
Nilai
p
Nilai
OR
0.02
5.0
keterampilan
motorik
keterampilan
kasar. Dari penelitian yang dilakukan
motorik dan aktivitas anak (Samara,
oleh Vlachos, dkk (2014) dengan judul
dkk, 2012). Pahlevanian, dkk (2014)
perbedaan usia dan jenis kelamin
menyimpulkan dalam penelitiannya
dalam keterampilan motorik pada anak
bahwa perempuan lebih menguasai
prasekolah.
keterampilan motorik halus, sedangkan
menunjukkan bahwa perempuan lebih
pada
baik perkembangan visual motorik
laki-laki
lebih
dominan
Hasil
penelitian
ini
(kemampuan
anak
mengopi
atau
Perbedaan jenis kelamin dalam
mencontoh bentuk, huruf dan angka)
kemampuan
dan
(menulis,
dipengaruhi oleh lingkungan, faktor
laki-laki,
biologis,
graphmotor
menggambar)
dibanding
motorik
atau
interaksi
dapat
mereka.
sementara anak laki-laki lebih kearah
Sebelum pubertas, karakteristik fisik
keterampilam keseimbangan.
anak laki-laki dan perempuan adalah
Hal
ini
berbeda
dengan
sama, dan pengaruh lingkuan lebih
penyataan Gaul (2014) di dalam
mungkin menjelaskan perbedaan jenis
tesisnya,
kelamin dalam kemampuan motorik
perempuan
keterampilan
motorik
memiliki
halus
lebih
(Samara, dkk, 2012).
rendah dibanding laki-laki. Penelitian
Pendidikan ibu termasuk salah
ini melakukan pengukuran terhadap
satu
gangguan motorik, dengan hasil 37%
perkembangan motorik kasar maupun
perempuan
gangguan
halus (Husniati, 2007; Sitoresmi, dkk,
motorik, sementar pada laki-laki 12%.
2015). Tingkat stimulasi dari keluarga
Presentase
dan lingkungan sangat berpengaruh
memiliki
ini
dapat
disimpulkan
faktor
mempengaruhi
bahwa perempuan lebih cenderung
terhadap
mengalami kesulitan gerak dibanding
(Giagazoglou, dkk, 2007). Orang tua
laki-laki.
yang
Sementara
pada
hasil
perkembangan
berpendidikan
tinggi
akan
penelitian ini, disajikan pada tabel 5
diharapkan
telah menunjukkan anak perempuan
stimulasi intelektual yang lebih besar
dinyatakan suspek sebesar 7 orang
dan menciptakan lingkungan rumah
(11.7%), sementara anak laki-laki
yang mendorong dan memfasilitasi
hanya
Setelah
perkembangan anak. Ibu tetap sebagai
dilakukan uji chi square didapatkan
pengasuh utama bagi anaknya, ada
nilai p = 0.133, yang artinya tidak ada
kemungkinan
hubungan
antara
jenis
pendidikannya akan memiliki dampak
kelamin
dengan
perkembangan
yang kuat pada perkembangan anak
4
orang
motorik halus.
(6.7%).
perbedaan
untuk
motorik
bahwa
memberikan
tingkat
(Najman, dkk, 1992; Giagazoglou,
2007). Dalam penelitian Christi, dkk
anak. Hal ini mungkin dikarenakan
(2013) menunjukkan ada hubungan
kurangnya
yang bermakna antara pengetahuan ibu
mendidik anak yang benar. Akhirnya,
tentang
anak-anak
stimulasi
dini
dengan
perkembangan motorik anak. Anak
kunci
yang
mempunyai
pengetahuan
yang
juga
dalam
dan
memainkan
pengalaman
ibu
dengan
mereka
kurang
tentang
dicontohkan oleh orang tuanya.
stimulasi dini akan berisiko labih besar
untuk
pengalaman
mengalami
dugaan
sendiri,
seperti
cara
peran
belajar
yang
Status bekerja ibu dianggap
merupakan salah satu faktor yang
keterlambatan perkembangan motorik
mempengaruhi perkembangan
anak
daripada
(Arimurti,
dkk,
anak
dengan
ibu
berpengetahuan baik.
2010;
Sitoresmi,
2015). Hasil penelitian ini (table 7)
Akan tetapi pada penelitian ini
responden paling banyak memiliki ibu
(table 6) sebagian besar responden
bekerja sebagai IRT yaitu sebesar 42
memiliki ibu berpendidikan SMA/
orang
SMK yaitu sebesar 32 responden
perkembangan motorik halus suspek
(53.3%),
sebesar 9 orang (15%), sementara ibu
namun
motorik
halus
sebesar
7
perkembangan
dinyatakan
respomden
suspek
(11.7%),
(70%)
dengan
hasil
yang bekerja sebagai buruh 2 orang
(3.3%),
PNS,
dan
ditemukan
SMP 3 orang (5%), SD 1 orang
perkembangan motorik halus suspek.
(1.7%), ibu yang tidak tamat SD
Sebagian besar ibu responden bekerja
dantingkat sarjana tidak ditemukan
sebagai IRT, yaitu bekerja di rumah,
responden dengan hasil perkembangan
bisa bersama dan mengasuh anaknya
motorik
(0%).
sendiri. Ibu memilki perran dalam
Berdasarkan uji chi square didapatkan
pemenuhan kebutuhan dasar anak yang
nilai p = 0.81, yang artinya tidak ada
akan berdampak bagi perkembangan
hubungan
ibu
anaknya. Berdasarkan uji chi square
dengan perkembangan motorik halus
didapatkan nilai p = 0.276, artinya
antara
suspek
pendidikan
dengan
tidak
sementara ibu yang berpendidikan
halus
(0%)
swasta
hasil
tidak ada hubungan antara pekerjaan
(10%) dengan hasil suspek, sedangkan
ibu dengan perkembangan motorik
anak
halus anak. Sesuai dengan penelitian
responden
Sitoresmi, dkk (2015) menyimpulkan
motorik halus normal, dan 5 responden
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
(8.3%) suspek pada perkembangan
signifikan pada perkembangan motorik
motorik halus.
anak antara ibu bekerja dan tidak
dengan
BBLR
(11.7%)
Berat
terdapat
7
perkembangan
badan
lahir
rendah
bekerja. Serupa dengan penelitian
dianggap sebagai faktor risiko yang
Ariyanti
(2010),
kuat
adanya
perbedaan
tidak
ditemukan
untuk
keterlambatan
perkembangan
perkembangan motorik (Chaves, dkk,
motorik halus pada anak, baik pada
2015). Bayi BBLR rentan terhadap
anak yang ibunya bekerja maupun
abnormal
tidak bekerja. Kesimpulan ini bersifar
koordinasi
definitif,
karena
sejumlah
komplikasi
perancu
seperti
faktor
faktor
tanda-tanda
dan
neurologis,
reflex,
neonatal
karena
yang
genetic,
menyebabkan perkembangan deficit
kuantitas dan intensita perhatian, kasih
motor dan penundaan pada anak yang
sayang, interakksi anak dan ibu,
menunjukkan gangguan motorik yang
stimulasi
faktor-faktor
akan mempengaruhi fungsi tangan dan
psikososial lainnya, mungkin menutupi
kinerja sekolah mereka (Nazi, 2012).
perbedaan
yang
Sesuai dengan penelitian Nazi (2012)
sesungguhnya terjadi pada anak balita
dengan judul hubungan riwayat berat
dari kedua kelompok tersebut.
badan
dini,
dan
perkembangan
lahir
rendah
dengan
motorik
halus.
Berdasarkan Berat badan lahir
perkembangan
hasil
dapat
Penelitian ini menggunakan metode
diketahui dari 60 responden yang
kohort prospektif dengan responden
dilahirkan dengan berat badan normal
sebanyak 32 anak, hasil penelitian ini
sebagian
telah menunjukkan bahwa terdapat
anak,
penelitian
besar
ini
memiliki
perkembangan motorik halus normal
perbedaan
yang
signifikan
antara
42 responden (70%), dan 6 responden
kelompok bayi BBLN dan BBLR,
yaitu keterampilan pada anak dengan
merupakan orang terdekat dengan
riwayat BBLR cenderung terhambat.
anak,
Nilai p yang diperoleh yaitu 0.007,
anggota keluarga lain dan kelompok
artinya ada hubungan antara riwayat
masyarakat
berat
tangga
badan
lahir
dengan
perkembangan motorik anak.
pengganti/
di
pengasuh
lingkungan
masing-masing
kehidupan
anak,
rumah
dan
sehari-hari.
dalam
Pemberian
Pada hasil penelitian ini (tabel
stimulasi ini bisa diberikan berbagai
8) setelah diuji chi square didapatkan
cara, seperti mengajak anak bermain,
nilai p = 0.02. Oleh karena nilai p <
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan,
0.05 artinya ada hubungan antara
tanpa paksaan dan tidak ada hukuman,
riwayat berat badan lahir dengan
menggunakan alat bantu/ permainan
perkembangan motorik halus. Di mana
yang sederhana dan aman. Kurangnya
nilai OR yang didapat yaitu sebesar 5
stimulasi
yang bermaksud anak dengan riwayat
penyimpangan tunbuh kembang anak
BBLR mempunyai risiko 5 kali lipat
bahkan
untuk
Berdasarkan pendapat Adolph, dkk,
masalah
keterlambatan
dapat
menyebabkan
gangguan
perkembangan motorik halus halus
(2007)
bahwa
pada anak usia 2-5 tahun di Posyandu
menunjukkan
Gonila Kartasura.
perkembangan
3
menetap.
tanda
untuk
keberhasilan
motorik
:
(1)
Namun demikian masih ada
melakakukan pergerakan, (2) perilaku
anak dengan riwayat berat badan lahir
yang tertanam dalam lingkungan fisik
normal yang perkembangan motorik
yang kaya dengan informasi sensorik,
halusnya suspek sebesar 6 orang
dan membutuhkan
(10%), hal ini mungkin disebabkan
tindakan
oleh
pengembangan motorik berdasarkan
berbagai
faktor
lain
yang
mempengaruhi diantaranya pemberian
stimulasi yang baik. Menurut Depkes
(2006) stimulasi tumbuh kembang
anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
yang
persepsi
efektif,
budaya dari pengasuhan.
dan
untuk
(3)
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara
riwayat berat badan lahir dengan
perkembangan motorik halus anak usia
2-5 tahun di Posyandu Gonilan
Kartasura.
Saran
1. Bagi Orang Tua
a. Untuk
semua
ibu
rutin
khususnya
ibu
hamil yang memiliki paritas
tinggi, jarak kehamilan dekat,
menderita
penyakit
sistemik,
dan pada kondisi sosial ekonomi
keluarga
kondisi
miskin,
janin
sehingga
dapat
selalu
dipantau dengan baik.
2. Bagi Posyandu
a. Memberikan
pelatihan
perkembangan motorik halus
pada anak-anak supaya di masa
mendatang tidak ada kendali
dalam hal gerakan motorik.
3. Bagi Masyarakat
a. Memperhatikan
dengan
berbagai
untuk
mencegah
komplikasi
pada
kehamilan seperti BBLR
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar diteliti faktor risiko lain yang
dapat mempengaruhi keterlambatan
perkembangan motorik halus
hamil
hendaknya memeriksakan ANC
secara
kehamilan
kesehatan
memeriksakan
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan puji dan
syukur kepeda Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmatNya dalam penyusunan
naskah
publikasi
ini.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada
dr.M. Shoim Dasuki, M.Kes selaku
pembimbing utama dan dr.Anika
Candrasari, M.Kes selaku pembimbing
pendamping dalam penelitian ini yang
senantiasa
membimbimg
dan
mengarahkan
penulis
dalam
mengerjakan penelitian. Terimakasih
kepada Posyandu Gonilan yang telah
memberikan
kesempatan
kepada
penulis untuk melakukan penelitian di
wilayah kerjanya. Dan kepada semua
pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan,
penulis
mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.
Daftar Pustaka
Adolph K.E., Robinsons S.R., 2007. Motor Development. New York University
(diakses taggal 18 Januari 2016)
Amarnath A., Jacob S., 2014. Low Birth Weight of Infants in Relation to Various
Bio-Social variable. International Journal of Advanced Researh. 2(5) : 309
Ariyanti A., 2010. Perbedaan Perkembangan Anak Balita pada Ibu Bekerja dan Ibu
Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver II. Thesis. Pp. 110
Chamidah A.N., 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkebangan Anak.
Jurnal Pendidikan Khusus. 5(2) : 84, 89, 92
Chaves R., Jone A.B., Games T., Souza M., Pareira S., dan Maia J., 2015. Efffects of
Individual and School-Level Characteristucs on A Child’s Gross Motor
Coordination Development. Int. J. Environ. Res. Public Health. 12 :8884
Christi A.Y., Syamlan R., dan Kusuma I.F., 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24
Bulan di Kecematan Mayang Kabupaten Jember. Atrikel Ilmiah. pp2
Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta :
Depkes RI.
Damanik S.M., 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI pp.11
Giagazoglou P., Kyparos A., Fotiadou E., dan Angelopoulou N., 2007. The Effect of
Residence Area and Mather’s Education and Motor Development of
Preschool Aged Children in Greece. Early child Development and Care.
177(5) : 480
Ginting T., 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu dalam Memantau
Perkembangan Motorik pada Batita (1-3 Tahun) di Dusun VIII Desa Kolam
Kec.Percut Sei Tuan medan Tahun 2012. Jurnal Darma Agung (diakses
tanggal 10 November 2015)
Gaul D., 2014. Fine Motor Skill Performance in Irish Children. DCU (diakses
tanggal 18 Januari 2016)
Hidayat A.A., 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan .
Jakarta : salemba Medika
Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2013. Mengenal Keterlambatan
Perkembangan Umum pada Anak (diakses tanggal 3 September 2015)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013. Jakarta : Kemenkes RI pp.87-88
Krisdiyanto E., Arwani, dan Purnomo, 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perkembangn Motorik Anak Usia 3-5 Tahun. Pp.2 (diakses tanggal
3 Seprember 2015)
Nazi S., 2012. Fine Motor Development of Low Birth Weight Infants at the Corrected
Aged of 8 to 12 Months. Iranian Rehabilitation Journal. 10(16) : 22
Pahlevanian A.A, dan Ahmadizadeh Z., 2014. Relationship between Gender and
Motor Skill in Preschoolers. Middle East J Rehabil Health. 1(1) :1
Qobadiyah T.P., Mustain, dan Maryanti, 2012. The Influence of Size Upper Arm
Circumference (LLA) Third Trimester Pregnant Women on the Birth Weight
Babies in BPS Sujamil jatinom Klaten. Jurnal Ilmu Kesehatan. 4(2)
Samara D., Sidarta N., Meidiana D., dan Noviyanti, 2012. Gender Impacts on Motor
Skill Perficiency-Physical Activity Reslahionship in Children. 31(3) : 193,
197
Sitoresmi, Kusnanto, dan Krisnana, 2015. Perkembangan Motorik Anak Toddler pada
Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekarja. Jurnal Pediomateranal. 3(1) : 66
Tazkiah M., Wahyuni C.U., dan Martini S., 2013. Determinan Epidemiologi Kejadian
BBLR pada daerah Endemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. 1(2) : 266
Vlachos F., Papadimitriou A., dan Bonoti F., 2014. An Investigantion of Age and
Gender Difference in Preschool Children’s Specific Motor Skill. European
Psychomotricity Journal. 6(1) : 16, 18
Zareian E., Saeedi F., dan Rabbani V., 2014. The Role of Birth Order and Birth
Weight in the Balance of Boys Aged 9-11 Years Old. Ann Appl Sport Sci. 2(2)
: 51-53
Zaveira, Ferdinand. 2008. Mengenali dan Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Jogjakarta : Katahati
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN
DI POSYANDU GONILAN KARTASURA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
Miss Iman Chapakia
J500120024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAM LAHIR (BBL) DENGAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN
DI POSYANDU GONILAN KARTASURA
Iman Chapakia, Mohammad Shoim Dasuki, Anika Candrasari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Fase terpenting dalam perkembangan anak adalah usia antara 2-5 tahun yaitu merupakan
periode keemasan (golden age) dalam proses perkembangan. Di Indonesia sekitar 5-10%
anak mengalami keterlambatan perkembangan. Badan Lahir (BBL) merupakan salah satu
faktor kunci pembangunan di semua aspek perkembangan. Dimana berat badan lahir yang
rendah dapat dikaitkan dengan perkembangan, pendidikan, dan perilaku yang merugikan di
masa mendatang. Oleh karena itu harus mendeteksi dini tumbuh kembang anak. Untuk
menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan salah satunya yaitu
DDST II (Denver Development Screening Test II).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
adakah hubungan riwayat berat badan lahir dengan perkembangan motorik halus anak usia 25 tahun di Posyandu Gonilan Kartasura. Penelitian ini menggunakan metode observational
analytic dengan desain case control retrospective. Sampel penelitian diambil secara
purposive sampling. Berupa data primer yaitu melakukan tes Denver II pada anak usia2-5
tahun di Posyandu Gonilan Kartasura sebanyak 60 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis data menggunakan uji statistic Chi Square. Hasil analisis bivariat dengan uji statistic
Chi Square menunjukkan bahwa riwayat BBL berhubungan dengan perkembangan motorik
halus didapatkan nilai p = 0.02 dan OR = 5.0
Kata Kunci : Golden Age, Berat Badan Lahir, Perkembangan Motorik Halus, Denver II
CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT WITH FINE MOTORIC
DEVELOPMENT OF CHILDREN AGE 2-5 IN
POSYANDU GONILAN KARTASURA
ABSTRACT
The most important phase of children development was age 2-5 where it was a golden period
of children development. In Indonesia, between 5-10% of children with delayed of
development. Birth weight was one key factor that determine development in children. Low
birth weight associated with delayed development, education, and behavior in the future.
Because of that, earlier detection should be held. One of instrument that used to assess the
development DDST II (Denver Development Screening Test II). The purposes of this study is
to analyze correlation between birth weight with fine motoric development of children age 25 in Posyandu Gonilan Kartasura. This study used an analytical observational study with
case control retrospective design. The samples in this study were chosen by purposive
sampling. Assessment of development as a primary data was conducted by Denver II test on
60 samples of children age 2-5 according to inclusion criteria. Data analyzed using Chi
Square. Analyzed data by using bivariate analysis with Chi square obtain there is correlation
between birth weight with fine motoric development of children age 2-5 in Posyandu Gonilan
Kartasura, p = 0.02 and OR = 5.0
Keyword : Golden Age, Birth Weight, Fine Motoric Development, Denver II
Latar Belakang
Berat badan lahir merupakan
negara-negara berkembang dan sosial
salah satu indikator kesehatan bayi
ekonomi rendah
baru lahir. Rerata berat bayi normal
Tazkiah, 2013).
Presentase berat badan bayi baru
adalah 3200 gram (7 lbs). Secara
umum, bayi berat
lahir rendah dan
(Pantiawati, 2010;
lahir menurut Provinsi,
di
Indonesia
Riskesdas
bayi dengan berat berlebih lebih besar
2013
terdapat
85%
risikonya untuk mengalami masalah
dengan berat badan lahir normal dan
(Damanik, 2009).
15% dengan berat badan lahir yang
bahwa
tidak normal (10,2% BBLR dan 4,8%
diseluruh Dunia, 16% dari semua bayi
BBLL). Sedangkan di Jawa Tengah
lahir mempunyai berat < 2500 gram
terdapat 9,7% BBLR, dengan ranking
(BBLR). Dari jumlah ini, frekuensi
ke-16 di Indonesia (Kemenkes RI,
BBLR 90% berasal dari negara-negara
2014).
WHO
berkembang
Qobadiyah,
memperkirakan
2003;
Berat lahir merupakan salah satu
2012), dan 3,6-
faktor kunci pembangunan di semua
(Khasanah,
dkk,
maju
aspek perkembangan (Zareien, dkk.,
(Cunningham, 2006; Qobadiyah, dkk,
2014) sangat berguna dan penting
2012). BBLR lebih sering terjadi di
dalam
10,8%
dari
negara-negara
menentukan
dan
mengemukakan faktor harapan hidup
perkembangan
dan
Perkembangan motorik anak berbagai
kesehatan
anak
di
masa
(IDAI,
mendatang (Ehsanpour, dkk., 2005;
Negara
Zarien, dkk., 2014). Berat badan lahir
motorik anak-anak di negara-negara
yang rendah dapat dikaitkan dengan
Eropa Barat, maka perkembangan
perkembangan,
motorik
pendidikan,
dan
berbeda.
2013).
Dibandingkan
milestone
pada
anak
perilaku yang merugikan di masa
Indonesia tergolong rendah (Ginting,
kecil, masa remaja, dan di kemudian
2012).
hari
(Mc
Avovy,
dkk.,
2006;
Amarnath, dkk., 2014).
Fase
Akibat bila perkembangannya
terhambat, karena kurangnya deteksi
terpenting
dalam
dini tumbuh kembang, maka anak akan
ketika
kurang mampu menyesuaikan dan
masa bayi dan balita di bawah lima
melakukan tugas sehari-hari. Bahkan,
tahun. Anak pada usia 2-5 tahun
pada
merupakan periode keemasan (golden
perkembangan
age) dalam proses perkembangan,
(Dharma & Nakita, 2010; Krisdiyanto,
yang artinya pada usia tersebut aspek
dkk,
kognitif,
dan
perkembangan anak banyak instrumen
anak
yang dapat digunakan. Salah satu
berkembangan secara pesat (Zaviera,
instrumen skrining yang dapat dipakai
2008). Masalah perkembangan anak
secara
seperti
perkembangan anak adalah DDST II
perkembangan anak adalah
psikososial
fisik,
motorik,
seorang
keterlambatan
motorik,
akhirnya
juga
menghambat
akademik
2013).
Untuk
anak
menilai
internasional untuk menilai
berbahasa, perilaku autism, hiperaktif
(Denver
di Amerika Serikat berkisar 12-16%,
Test). DDST II merupakan alat untuk
Thailand 24%, Argentina 22%, dan di
menemukan
secara dini masalah
Indonesia antara 13-18% (Hidayat,
penyimpangan
perkembangan
2010). Pada tahun 2013 berdasarkan
(Chamidah, 2009).
data IDA diperkirakan 5-10% anak
mengalami
keterlambatan
Development Screening
anak
Berdasarkan uraian diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan riwayat Berat
ditentukan
Badan Lahir dengan perkembangan
perhitungan
motorik halus anak usia 2-5 tahun di
diperoleh hasil sebesar 60 responden.
Posyandu Gonilan Kartasura. Hasil
Identifikasi
penelitian
variabel bebas : berat badan lahir,
ini
memberikan
diharapkan
manfaat
masyarakat Indonesia
dapat
kepada
variabel
berdasarkan
rumus
Notoatmojo
variabel
terikat
:
terdiri
yang
dari
perkembangan
khususnya
motorik halus. Metode yang digunakan
kepada ibu sehingga dapat dijadikan
: DDST II. Alat yang digunakan :
metode
kertas kosong, pinsil, dan balok-balok
yang
berkualitas
untuk
pemantauan perkembangan anak.
berwarna.
Cara Kerja
Tujuan
Untuk mengetahui adakah hubungan
riwayat berat badan lahir dengan
perkembangan motorik halus anak usia
2-5
tahun
di
Posyandu
Gonilan
1.
umur
kronologis
anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30
hari untuk satu bulan dan 12 bulan
untuk satu tahun.
Kartasura.
2.
Jika dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari dibulatkan ke
Metode
Penelitian bersifat analitik dengan
rancangan
Tetapkan
penelitian
case
control
retrospective. Penelitian dilaksanakan
di Posyandu Gonilan Kartasura pada
bulan December 2015. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
anak umur 2-5 tahun yang diketahui
berat lahirnya dipilih secara purposive
sampling. Penentuan besar sampel
bawah, jika sama dengan atau lebih
dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3.
Tarik
kronologis
garis
yang
berdasarkan
memotong
garis
horizontal tugas perkembangan pada
formulir DDST.
4.
Setelah
itu
dihitung
pada
masing-masing sektor, berapa yang P
dan
berapa
yang
F.
Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian ini ditetapkan
masing-masing sampel sebesar 11
untuk kasus, dan 49 sebagai kontrol.
Karakteristik responden berdasarkan
data yang telah didapat meliputi jenis
kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, dan berat badan lahir yang tersaji
dalam tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik responden
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
34
26
56.7
43.3
Pendidikan Ibu
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA/SMK
Sarjana
1
4
19
32
4
1.7
6.7
31.7
53.3
6.7
Pekerjaan Ibu
IRT
Buruh
PNS
Swasta
42
6
1
11
70
10
1.7
18.3
Berat badan lahir (BBL)
BBLN
BBLR
48
12
80.1
19.9
Perkembangan Motorik Halus (PMH)
Normal
Suspek
49
11
81.7
18.3
Tabel 5. Distribusi hubungan jenis kelamin dengan perkembangan motorik halus
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
30
50
4
6.7
19
31.7
7
11.7
49
81.7
11
18.3
Total
F
34
26
60
%
56.7
43.3
100
Nilai
p
0.133
Tabel 6. Distribusi hubungan pendidikan ibu dengan perkembangan motorik halus
Pendidikan
Ibu
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
1
1.7
0
0
Tidak
Tamat SD
SD
SMP
SMA/SMK
Sarjana
Jumlah
3
16
25
4
49
5.0
26.7
41.7
6.7
81.7
1
3
7
0
11
1.7
5.0
11.7
0
18.3
Total
Nilai p
F
1
%
1.7
4
19
32
4
60
6.7
31.7
53.3
6.7
100
0.81
Tabel 7. Distribusi hubungan pekerjaan ibu dengan perkembangan motorik halus
Pekerjaan
Ibu
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
33
55
9
15
4
6.7
2
3.3
1
1.7
0
0
11
18.3
0
0
49
81.7
11
18.3
IRT
Buruh
PNS
Swasta
Jumlah
Total
Nilai p
F
42
6
1
11
60
%
70
10
1.7
18.3
100
0.276
Table 8. Distribusi hubungan berat badan lahir dengan perkembangan motorik halus
Riwayat Berat
Badan Lahir
(BBL)
BBLN
BBLR
Jumlah
Perkembangan Motorik Halus
Normal
Suspek
F
%
F
%
42
70
6
10
7
11.7
5
8.3
49
81.7
11
18.3
Perbedaan
berpengaruh
jenis
pada
kelamin
Total
F
48
12
60
menguasai
%
80
20
100
Nilai
p
Nilai
OR
0.02
5.0
keterampilan
motorik
keterampilan
kasar. Dari penelitian yang dilakukan
motorik dan aktivitas anak (Samara,
oleh Vlachos, dkk (2014) dengan judul
dkk, 2012). Pahlevanian, dkk (2014)
perbedaan usia dan jenis kelamin
menyimpulkan dalam penelitiannya
dalam keterampilan motorik pada anak
bahwa perempuan lebih menguasai
prasekolah.
keterampilan motorik halus, sedangkan
menunjukkan bahwa perempuan lebih
pada
baik perkembangan visual motorik
laki-laki
lebih
dominan
Hasil
penelitian
ini
(kemampuan
anak
mengopi
atau
Perbedaan jenis kelamin dalam
mencontoh bentuk, huruf dan angka)
kemampuan
dan
(menulis,
dipengaruhi oleh lingkungan, faktor
laki-laki,
biologis,
graphmotor
menggambar)
dibanding
motorik
atau
interaksi
dapat
mereka.
sementara anak laki-laki lebih kearah
Sebelum pubertas, karakteristik fisik
keterampilam keseimbangan.
anak laki-laki dan perempuan adalah
Hal
ini
berbeda
dengan
sama, dan pengaruh lingkuan lebih
penyataan Gaul (2014) di dalam
mungkin menjelaskan perbedaan jenis
tesisnya,
kelamin dalam kemampuan motorik
perempuan
keterampilan
motorik
memiliki
halus
lebih
(Samara, dkk, 2012).
rendah dibanding laki-laki. Penelitian
Pendidikan ibu termasuk salah
ini melakukan pengukuran terhadap
satu
gangguan motorik, dengan hasil 37%
perkembangan motorik kasar maupun
perempuan
gangguan
halus (Husniati, 2007; Sitoresmi, dkk,
motorik, sementar pada laki-laki 12%.
2015). Tingkat stimulasi dari keluarga
Presentase
dan lingkungan sangat berpengaruh
memiliki
ini
dapat
disimpulkan
faktor
mempengaruhi
bahwa perempuan lebih cenderung
terhadap
mengalami kesulitan gerak dibanding
(Giagazoglou, dkk, 2007). Orang tua
laki-laki.
yang
Sementara
pada
hasil
perkembangan
berpendidikan
tinggi
akan
penelitian ini, disajikan pada tabel 5
diharapkan
telah menunjukkan anak perempuan
stimulasi intelektual yang lebih besar
dinyatakan suspek sebesar 7 orang
dan menciptakan lingkungan rumah
(11.7%), sementara anak laki-laki
yang mendorong dan memfasilitasi
hanya
Setelah
perkembangan anak. Ibu tetap sebagai
dilakukan uji chi square didapatkan
pengasuh utama bagi anaknya, ada
nilai p = 0.133, yang artinya tidak ada
kemungkinan
hubungan
antara
jenis
pendidikannya akan memiliki dampak
kelamin
dengan
perkembangan
yang kuat pada perkembangan anak
4
orang
motorik halus.
(6.7%).
perbedaan
untuk
motorik
bahwa
memberikan
tingkat
(Najman, dkk, 1992; Giagazoglou,
2007). Dalam penelitian Christi, dkk
anak. Hal ini mungkin dikarenakan
(2013) menunjukkan ada hubungan
kurangnya
yang bermakna antara pengetahuan ibu
mendidik anak yang benar. Akhirnya,
tentang
anak-anak
stimulasi
dini
dengan
perkembangan motorik anak. Anak
kunci
yang
mempunyai
pengetahuan
yang
juga
dalam
dan
memainkan
pengalaman
ibu
dengan
mereka
kurang
tentang
dicontohkan oleh orang tuanya.
stimulasi dini akan berisiko labih besar
untuk
pengalaman
mengalami
dugaan
sendiri,
seperti
cara
peran
belajar
yang
Status bekerja ibu dianggap
merupakan salah satu faktor yang
keterlambatan perkembangan motorik
mempengaruhi perkembangan
anak
daripada
(Arimurti,
dkk,
anak
dengan
ibu
berpengetahuan baik.
2010;
Sitoresmi,
2015). Hasil penelitian ini (table 7)
Akan tetapi pada penelitian ini
responden paling banyak memiliki ibu
(table 6) sebagian besar responden
bekerja sebagai IRT yaitu sebesar 42
memiliki ibu berpendidikan SMA/
orang
SMK yaitu sebesar 32 responden
perkembangan motorik halus suspek
(53.3%),
sebesar 9 orang (15%), sementara ibu
namun
motorik
halus
sebesar
7
perkembangan
dinyatakan
respomden
suspek
(11.7%),
(70%)
dengan
hasil
yang bekerja sebagai buruh 2 orang
(3.3%),
PNS,
dan
ditemukan
SMP 3 orang (5%), SD 1 orang
perkembangan motorik halus suspek.
(1.7%), ibu yang tidak tamat SD
Sebagian besar ibu responden bekerja
dantingkat sarjana tidak ditemukan
sebagai IRT, yaitu bekerja di rumah,
responden dengan hasil perkembangan
bisa bersama dan mengasuh anaknya
motorik
(0%).
sendiri. Ibu memilki perran dalam
Berdasarkan uji chi square didapatkan
pemenuhan kebutuhan dasar anak yang
nilai p = 0.81, yang artinya tidak ada
akan berdampak bagi perkembangan
hubungan
ibu
anaknya. Berdasarkan uji chi square
dengan perkembangan motorik halus
didapatkan nilai p = 0.276, artinya
antara
suspek
pendidikan
dengan
tidak
sementara ibu yang berpendidikan
halus
(0%)
swasta
hasil
tidak ada hubungan antara pekerjaan
(10%) dengan hasil suspek, sedangkan
ibu dengan perkembangan motorik
anak
halus anak. Sesuai dengan penelitian
responden
Sitoresmi, dkk (2015) menyimpulkan
motorik halus normal, dan 5 responden
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
(8.3%) suspek pada perkembangan
signifikan pada perkembangan motorik
motorik halus.
anak antara ibu bekerja dan tidak
dengan
BBLR
(11.7%)
Berat
terdapat
7
perkembangan
badan
lahir
rendah
bekerja. Serupa dengan penelitian
dianggap sebagai faktor risiko yang
Ariyanti
(2010),
kuat
adanya
perbedaan
tidak
ditemukan
untuk
keterlambatan
perkembangan
perkembangan motorik (Chaves, dkk,
motorik halus pada anak, baik pada
2015). Bayi BBLR rentan terhadap
anak yang ibunya bekerja maupun
abnormal
tidak bekerja. Kesimpulan ini bersifar
koordinasi
definitif,
karena
sejumlah
komplikasi
perancu
seperti
faktor
faktor
tanda-tanda
dan
neurologis,
reflex,
neonatal
karena
yang
genetic,
menyebabkan perkembangan deficit
kuantitas dan intensita perhatian, kasih
motor dan penundaan pada anak yang
sayang, interakksi anak dan ibu,
menunjukkan gangguan motorik yang
stimulasi
faktor-faktor
akan mempengaruhi fungsi tangan dan
psikososial lainnya, mungkin menutupi
kinerja sekolah mereka (Nazi, 2012).
perbedaan
yang
Sesuai dengan penelitian Nazi (2012)
sesungguhnya terjadi pada anak balita
dengan judul hubungan riwayat berat
dari kedua kelompok tersebut.
badan
dini,
dan
perkembangan
lahir
rendah
dengan
motorik
halus.
Berdasarkan Berat badan lahir
perkembangan
hasil
dapat
Penelitian ini menggunakan metode
diketahui dari 60 responden yang
kohort prospektif dengan responden
dilahirkan dengan berat badan normal
sebanyak 32 anak, hasil penelitian ini
sebagian
telah menunjukkan bahwa terdapat
anak,
penelitian
besar
ini
memiliki
perkembangan motorik halus normal
perbedaan
yang
signifikan
antara
42 responden (70%), dan 6 responden
kelompok bayi BBLN dan BBLR,
yaitu keterampilan pada anak dengan
merupakan orang terdekat dengan
riwayat BBLR cenderung terhambat.
anak,
Nilai p yang diperoleh yaitu 0.007,
anggota keluarga lain dan kelompok
artinya ada hubungan antara riwayat
masyarakat
berat
tangga
badan
lahir
dengan
perkembangan motorik anak.
pengganti/
di
pengasuh
lingkungan
masing-masing
kehidupan
anak,
rumah
dan
sehari-hari.
dalam
Pemberian
Pada hasil penelitian ini (tabel
stimulasi ini bisa diberikan berbagai
8) setelah diuji chi square didapatkan
cara, seperti mengajak anak bermain,
nilai p = 0.02. Oleh karena nilai p <
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan,
0.05 artinya ada hubungan antara
tanpa paksaan dan tidak ada hukuman,
riwayat berat badan lahir dengan
menggunakan alat bantu/ permainan
perkembangan motorik halus. Di mana
yang sederhana dan aman. Kurangnya
nilai OR yang didapat yaitu sebesar 5
stimulasi
yang bermaksud anak dengan riwayat
penyimpangan tunbuh kembang anak
BBLR mempunyai risiko 5 kali lipat
bahkan
untuk
Berdasarkan pendapat Adolph, dkk,
masalah
keterlambatan
dapat
menyebabkan
gangguan
perkembangan motorik halus halus
(2007)
bahwa
pada anak usia 2-5 tahun di Posyandu
menunjukkan
Gonila Kartasura.
perkembangan
3
menetap.
tanda
untuk
keberhasilan
motorik
:
(1)
Namun demikian masih ada
melakakukan pergerakan, (2) perilaku
anak dengan riwayat berat badan lahir
yang tertanam dalam lingkungan fisik
normal yang perkembangan motorik
yang kaya dengan informasi sensorik,
halusnya suspek sebesar 6 orang
dan membutuhkan
(10%), hal ini mungkin disebabkan
tindakan
oleh
pengembangan motorik berdasarkan
berbagai
faktor
lain
yang
mempengaruhi diantaranya pemberian
stimulasi yang baik. Menurut Depkes
(2006) stimulasi tumbuh kembang
anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
yang
persepsi
efektif,
budaya dari pengasuhan.
dan
untuk
(3)
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara
riwayat berat badan lahir dengan
perkembangan motorik halus anak usia
2-5 tahun di Posyandu Gonilan
Kartasura.
Saran
1. Bagi Orang Tua
a. Untuk
semua
ibu
rutin
khususnya
ibu
hamil yang memiliki paritas
tinggi, jarak kehamilan dekat,
menderita
penyakit
sistemik,
dan pada kondisi sosial ekonomi
keluarga
kondisi
miskin,
janin
sehingga
dapat
selalu
dipantau dengan baik.
2. Bagi Posyandu
a. Memberikan
pelatihan
perkembangan motorik halus
pada anak-anak supaya di masa
mendatang tidak ada kendali
dalam hal gerakan motorik.
3. Bagi Masyarakat
a. Memperhatikan
dengan
berbagai
untuk
mencegah
komplikasi
pada
kehamilan seperti BBLR
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar diteliti faktor risiko lain yang
dapat mempengaruhi keterlambatan
perkembangan motorik halus
hamil
hendaknya memeriksakan ANC
secara
kehamilan
kesehatan
memeriksakan
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan puji dan
syukur kepeda Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmatNya dalam penyusunan
naskah
publikasi
ini.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada
dr.M. Shoim Dasuki, M.Kes selaku
pembimbing utama dan dr.Anika
Candrasari, M.Kes selaku pembimbing
pendamping dalam penelitian ini yang
senantiasa
membimbimg
dan
mengarahkan
penulis
dalam
mengerjakan penelitian. Terimakasih
kepada Posyandu Gonilan yang telah
memberikan
kesempatan
kepada
penulis untuk melakukan penelitian di
wilayah kerjanya. Dan kepada semua
pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan,
penulis
mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.
Daftar Pustaka
Adolph K.E., Robinsons S.R., 2007. Motor Development. New York University
(diakses taggal 18 Januari 2016)
Amarnath A., Jacob S., 2014. Low Birth Weight of Infants in Relation to Various
Bio-Social variable. International Journal of Advanced Researh. 2(5) : 309
Ariyanti A., 2010. Perbedaan Perkembangan Anak Balita pada Ibu Bekerja dan Ibu
Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver II. Thesis. Pp. 110
Chamidah A.N., 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkebangan Anak.
Jurnal Pendidikan Khusus. 5(2) : 84, 89, 92
Chaves R., Jone A.B., Games T., Souza M., Pareira S., dan Maia J., 2015. Efffects of
Individual and School-Level Characteristucs on A Child’s Gross Motor
Coordination Development. Int. J. Environ. Res. Public Health. 12 :8884
Christi A.Y., Syamlan R., dan Kusuma I.F., 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24
Bulan di Kecematan Mayang Kabupaten Jember. Atrikel Ilmiah. pp2
Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta :
Depkes RI.
Damanik S.M., 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI pp.11
Giagazoglou P., Kyparos A., Fotiadou E., dan Angelopoulou N., 2007. The Effect of
Residence Area and Mather’s Education and Motor Development of
Preschool Aged Children in Greece. Early child Development and Care.
177(5) : 480
Ginting T., 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu dalam Memantau
Perkembangan Motorik pada Batita (1-3 Tahun) di Dusun VIII Desa Kolam
Kec.Percut Sei Tuan medan Tahun 2012. Jurnal Darma Agung (diakses
tanggal 10 November 2015)
Gaul D., 2014. Fine Motor Skill Performance in Irish Children. DCU (diakses
tanggal 18 Januari 2016)
Hidayat A.A., 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan .
Jakarta : salemba Medika
Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2013. Mengenal Keterlambatan
Perkembangan Umum pada Anak (diakses tanggal 3 September 2015)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013. Jakarta : Kemenkes RI pp.87-88
Krisdiyanto E., Arwani, dan Purnomo, 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perkembangn Motorik Anak Usia 3-5 Tahun. Pp.2 (diakses tanggal
3 Seprember 2015)
Nazi S., 2012. Fine Motor Development of Low Birth Weight Infants at the Corrected
Aged of 8 to 12 Months. Iranian Rehabilitation Journal. 10(16) : 22
Pahlevanian A.A, dan Ahmadizadeh Z., 2014. Relationship between Gender and
Motor Skill in Preschoolers. Middle East J Rehabil Health. 1(1) :1
Qobadiyah T.P., Mustain, dan Maryanti, 2012. The Influence of Size Upper Arm
Circumference (LLA) Third Trimester Pregnant Women on the Birth Weight
Babies in BPS Sujamil jatinom Klaten. Jurnal Ilmu Kesehatan. 4(2)
Samara D., Sidarta N., Meidiana D., dan Noviyanti, 2012. Gender Impacts on Motor
Skill Perficiency-Physical Activity Reslahionship in Children. 31(3) : 193,
197
Sitoresmi, Kusnanto, dan Krisnana, 2015. Perkembangan Motorik Anak Toddler pada
Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekarja. Jurnal Pediomateranal. 3(1) : 66
Tazkiah M., Wahyuni C.U., dan Martini S., 2013. Determinan Epidemiologi Kejadian
BBLR pada daerah Endemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. 1(2) : 266
Vlachos F., Papadimitriou A., dan Bonoti F., 2014. An Investigantion of Age and
Gender Difference in Preschool Children’s Specific Motor Skill. European
Psychomotricity Journal. 6(1) : 16, 18
Zareian E., Saeedi F., dan Rabbani V., 2014. The Role of Birth Order and Birth
Weight in the Balance of Boys Aged 9-11 Years Old. Ann Appl Sport Sci. 2(2)
: 51-53
Zaveira, Ferdinand. 2008. Mengenali dan Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Jogjakarta : Katahati