PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD TERHADAP KEBIJAKAN PERDA No. 20 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN : Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah.

(1)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FPIPS: 1710/UN.40.2.2/PL/2013

PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD TERHADAPKEBIJAKAN PERDA No. 20 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN (StudiDeskriptif Pada

DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Ilegal di Sekolah)

SKRIPSI

Diajukan untuk MemenuhiSebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh: Erna Eprilianti

0906241

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Ilegal di Sekolah)

Oleh

Erna Eprilianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Erna Eprilianti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)


(4)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)


(5)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD TERHADAP KEBIJAKAN PERDA No. 20 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai

Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah

DPRD merupakan lembaga legislatif yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Salah satu pengawasan DPRD terhadap kebijakan yang telah dibuat dan dilakasanakan oleh eksekutif. Kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaran pendidikan memuat aturan-aturan yang semestinya dipatuhi oleh berbagai pihak. Tetapi, pada pelaksanaannya masih banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak jenis pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan, salah satunya pungutan liar di sekolah yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru, pungutan biasanya berupa pembelian LKS, seragam sekolah, les dan lain sebagainya. Disini DPRD sebagai wakil rakyat dituntut untuk melakukan pengawasan dan melakukan tindak lanjut dari pengawasan dengan menggunakan hak DPRD yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan dan hak mengadakan penyelidikan. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini antara lain: 1). Bagaimana mekanisme DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan? 2). Apa yang menjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan? 3). Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan? 4). Bagaimana upaya DPRD dalam mencegah terjadinya pelanggaran terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan,?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dimana penulis berusaha memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, mengaplikasikannya dan menginterpretasikannya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1). DPRD Kota Bandung melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan dengan cara langsung turun ke lapangan mengunjungi sekolah-sekolah dan menyerap berbagai masukan dan aspirasi dari masyarakat 2). Pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda tentang penyelenggaraan pendidikan sudah berjalan namun kurang optimal, ada beberapa hambatan yang mengakibatkan kurang optimalnya pengawasan yaitu masalah ketebatasan waktu yang dimiliki DPRD dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan. 3). DPRD menyikapi setiap masalah dalam pelaksanaan pengawasan terhadap Perda tentang penyelenggaraan pendidikan dengan melakukan rapat untuk mencari solusi dengan melibatkan LSM, melakukan kerjasama dengan pemerintah Kota Bandung, meningkatkan pengawasan 4). DPRD menyikapi terjadinya pelanggaran PPDB dan pungutan liar dengan menegur dinas pendidikan, mengusulkan anggaran lebih untuk pendidikan, mengadakan program bantuan siswa kurang mampu, mengadakan program penerimaan peserta didik jalur non akademis.


(6)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

MONITORING IMPLEMENTATION OF POLICY Government Area No. parliament. 20 OF 2002 ON THE IMPLEMENTATION OF EDUCATION (Descriptive Study In Bandung City Council Regarding Abuse of illegal levies in schools)

Parliament is a legislative body that has legislative functions , budget and oversight . One of the parliament oversight of the policy has been made and dilakasanakan by executives. Regulation No. Policy . 20 of 2002 on the delivery of education contains the rules that should be obeyed by all parties . However , in practice there are still many violations encountered in the administration of education . Many types of violations in the administration of education , one of which illegal charges made by individual school principals and teachers , usually in the form of purchase LKS levies , school uniforms , tutoring and so forth . Here the parliament as representatives of the people required to supervise and conduct follow-up monitoring by using the Parliament the right to raise the right questions , the right to request information and the right to conduct an investigation . Research questions in this study include: 1 ) . What is the mechanism Parliament in carrying out oversight functions to the Regulation No. policies . 20 of 2002 on the organization of education ? 2 ) . What are the barriers or obstacles in the implementation of the policy supervision of Council Regulation No.20 of 2002 on the organization of education ? 3 ) . How solutions to overcome barriers or obstacles in the implementation of the policy supervision of Council Regulation No. . 20 of 2002 on the organization of education ? 4 ) . How to Parliament in an effort to prevent the violation of Bylaw No. policy . 20 of 2002 on the provision of education , eg bribery offense in school ? . Research method used in this research is descriptive qualitative approach in which the writer is trying to solve an actual problem with collecting data , preparing , applying and interpreting them . The results revealed that : 1 ) . Bandung City Council to supervise Regulation No. policies . 20 of 2002 on the organization of education in a way straight down to the field visiting schools and absorb various inputs and aspirations of the community 2 ) . Monitoring the implementation of the Council Regulation on the implementation of education policy is already running but is less than optimal , there are several barriers that result in less than optimal control of the issue of shortage of time and lack of Council owned public participation in oversight . 3 ) . Parliament to address any problems in the implementation of the Regulation on supervision of education to conduct a meeting to find a solution by involving NGOs , in cooperation with the government of Bandung, improved control 4 ) . Parliament PPDB addressing violations and extortion by calling the education, proposes more budget for education , conduct programs help disadvantaged students , students held a reception program nonacademic track .


(7)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DPRD Sebagai Lembaga Legislatif ... 14

1. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ... 14

2. Hak dan Kewajiban DPRD ... 15

3. Tugas dan Wewenang DPRD ... 17

4. Fungsi-fungsi DPRD ... 18

B. Pengawasan DPRD ... 24

1. Pengertian Pengawasan ... 24

2. Jenis Pengawasan ... 25

3. Tujuan Pengawasan ... 27


(8)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Tindak lanjut pengawasan oleh DPRD ... 29

C. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan ... 31

1. Implementasi Kebijakan Publik ... 31

2. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan ... 34

3. Teknik-teknik Pengawasan Kebijakan ... 36

D. Peraturan Daerah ... 37

1. Pengertian Peraturan Daerah ... 37

2. Peranan Peraturan Daerah ... 39

3. Proses penyusunan Peraturan Daerah ... 40

4. Asas Pemebentukan Peraturan Daerah... 42

E. Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan ... 44

F. Rencana Anggaran Pendidikan ... 47

G. Penelitian Terdahulu ... 48

H. Kerangka Pikir ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 52

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 52

D. Definisi Operasional ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

G. Analis Data ... 61

H. Validitas Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 66

1. Gambaran Umum DPRD Kota Bandung Periode 2009-2014... 66

2. Kedudukan, Tugas Pokok Serta Hak dan Kewajiban ... 67

B. Profil Komisi D DPRD Kota Bandung... 73

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

1. Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan ... 75


(9)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Hambatan atau Kendala Dalam Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan ... 80 3. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala Dalam

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda

No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan ... 82 4. Upaya DPRD Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Terhadap Kebijakan Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Salah Satunya Pelanggaran Pungutan Liar Di Sekolah ... 83 D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 120 B. Saran ... 121

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran


(10)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di zaman modern seperti sekarang ini tidak akan terlepas dari permasalahan yang muncul salah satunya permasalahan tentang mahalnya biaya pendidikan dan hal ini tentunya menjadi beban bagi sebagian orang tua murid yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi putra-puterinya. Disamping itu, orang tua murid banyak yang mengeluh karena terdapat sekolah yang membebankan murid dengan biaya-biaya diluar perkiraan yang biasa disebut dengan pungutan liar. Pungutan liar banyak terjadi terutama dalam penerimaan siswa baru (PSB). Adapun yang mengatur tentang larangan pungutan biaya pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2011 pasal 4 yaitu:

1. Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak boleh melakukan pungutan:a) yang dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik; dan b) untuk kesejahteraan anggota komite sekolah atau lembaga representasi pemangku kepentingan sekolah.

2. Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat dilarang melakukan pungutan kepada peserta didik, orang tua, atau walinya yang tidak mampu secara ekonomis.

Pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan pendidikan dengan memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bantuan ini dimaksudkan untuk meringankan beban biaya sekolah terutama bagi masyarakat kurang mampu dan tentunya untuk mencegah terjadinya pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru. Menurut Wakil Ketua KPK M Jasin dalam

(http://tribunnews.com/kpk-bidik-pungutan-liar-kepala-sekolah-dan-guru.htm)

mengungkapkan bahwa:

Praktik pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru termasuk bagian dari tindak pidana korupsi. Pasalnya, setiap sekolah, terutama yang berstatus negeri, sudah mendapatkan dana BOS (Dana Bantuan Operasional) sekolah untuk kegiatan belajar dan mengajar.


(11)

Sehingga, jika ada praktik pungutan liar dengan alasan untuk kegiatan operasional sekolah yang tidak dicukupi oleh dana BOS, besar kemungkinan si oknum yang melakukan pungutan liar, telah menyelewengkan dana BOS itu sendiri. Oknum kepala sekolah dan guru yang melakukan pungutan liar diduga menyelewengkan dana BOS. berdasarkan aturan Pasal 12 c UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), perbuatan pungutan liar yang dilakukan oknum kepala sekolah dan guru, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi. Berdasarkan penjelasan diatas jelas bahwa jika terjadi pelanggaran pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru terhadap siswa, maka sangsi yang dikenakan cukup berat mengingat tindakan tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi dan dikategorikan sebagai gratifikasi. Lebih jelasnya terdapat dalam Peraturan Menteri No.60 Tahun 2011 pasal 2 disebutkan bahwa:

1. Biaya pendidikan pada sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah bersumber dari: a)anggaran pendapatan dan belanja negara; dan/atau b) anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2. Biaya pendidikan pada sekolah pelaksana program wajib belajar

menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sampai terpenuhinya SNP.

3. Pemenuhan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui bantuan operasional sekolah.

Dalam point ketiga jelas disebutkan bahwa bantuan operasional sekolah dilakukan untuk memenuhi pembiayaan dalam kegiatan operasional sekolah, jadi tidak ada alasan bagi pihak sekolah untuk melakukan pungutan terhadap murid dan orang tua murid. Menurut Ismoko Widjaya dan Oscar Ferri dalam (http://fokus.news.viva.co.id/news/read/322353-siswa-baru-target-pungli/)

menjelaskan bahwa :

Pemerintah sesungguhnya sudah menerbitkan peraturan yang melarang pungutan terhadap para siswa itu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, misalnya, sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan di Tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Peraturan itu diterbitkan 2 Januari 2012. Peraturan itu berlaku untuk semua jenis sekolah di semua daerah. Dari kategori Sekolah Berstandar Internasional (SBI), Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI),


(12)

maupun sekolah-sekolah berkategori lain di bawahnya. Dengan peraturan yang serinci itu, mestinya tidak ada celah bagi pungutan liar.

Selain diatur dalam Peraturan Menteri No.60 Tahun 2011 pelanggaran pungutan liar juga merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan syarat ketentuan dalam hal melakukan pungutan sebagaimana terdapat dalam peraturan Walikota Bandung No. 15 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan. Ini terdapat pada bagian kedua mengenai sumber pendanaan pendidikan pasal 88 ayat 2 yaitu:

Pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka memenuhi tanggung jawab peserta didik, orangtua, dan/atau walinya, serta wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. didasarkan pada perencanaan investasi dan/atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. b. Perencanaan investasi dan/atau operasi sebagaimana dimaksud pada

huruf a diumumkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan;

c. Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama satuan pendidikan;

d. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan terpisah dari dana yang diterima dari penyelenggara pendidikan; e. Tidak dipungut dari peserta didik atau orang tua/walinya yang tidak

mampu secara ekonomis;

f. Menerapkan sistem subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan pendidikan;

g. Digunakan sesuai dengan perencanaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

h. Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan;

i. Sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari total dana pungutan peserta didik atau orang tua/walinya digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan;

j. Tidak dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk kesejahteraan anggota komite sekolah/madrasah atau lembaga representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan;

k. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana diaudit oleh akuntan publik dan dilaporkan kepada menteri, sesuai ketentuan yang berlaku;

l. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana dipertanggung jawabkan oleh satuan pendidikan secara transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan terutama orang tua/wali peserta didik, dan penyelenggara satuan pendidikan.


(13)

Berdasarkan uraian diatas lebih spesifik pada point h disebutkan bahwa pungutan tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, akan tetapi kenyataannya momen penerimaan peserta didik baru dijadikan kesempatan oleh oknum untuk melakukan pungutan terhadap calon siswa.

Pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru ini telah melanggar PP nomor 47 tahun 2008, Peraturan Menteri Nomor 60 Tahun 2011, Perda nomor 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan dan peraturan walikota nomor 15 tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan. Pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru di sekolah di kota Bandung ini telah menyalahi peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah seperti yang tertuang dalam Peraturan daerah nomor 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan pada bagian ketujuh sumber daya pendidikan pasal 23 yaitu:

1) Pemerintah daerah atau Yayasan/badan penyelenggara satuan pendidikan persekolahan bersama masyarakat bertanggung jawab atas pembiayaan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pendidikan.

2) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBDdi luar belanja rutin, yang pelaksanaannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah

3) Komponen yang dibiayai meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kesejahteraantenaga kependidikan, penyelenggaraan pendidikan, bantuan bagi siswa tidakmampu, sarana prasarana dan proses belajar mengajar, yang mengacu pada peningkatan mutu pendidikan.

4) Penentuan besarnya biaya dari masyarakat untuk membantu penyelenggaraan pendidikan ditentukan berdasarkan musyawarah. Sumber pembiayaan lainnya dalam bentuk sumbangan, donatur dan sumber lain yang tidak mengikat atau kesepakatan antara sekolah dengan badan peranserta masyarakat atau Dewan Sekolah/ Komite Sekolah/ Majelis Madrasah.

5) Pengelolaan pembiayaan dalam penggunaannya sesuai dengan program, dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada masyarakat dan kepada pihak yang berkepentingan.

6) Satuan biaya dihitung berdasarkan biaya satuan persiswa pertahun atau biaya satuan persekolahan pertahun sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.

7) Setiap satuan pendidikan wajib menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) dengan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah dan pihak masyarakat atau Dewan Sekolah/ Komite Sekolah/Majelis Madrasah serta orangtua siswa.


(14)

8) Sumber-sumber pembiayaan dibukukan secara transparan dan akuntabel untuk kepentingan penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

Sebagaimana terdapat pada point lima dan delapan bahwa pengelolaan pembiayaan harus dipertanggungjawabkan secara transparan, ini dimaksudkan supaya tidak terjadi penyelewengan dana dan pungutan diluar kepentingan penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah, DPRD dan Dinas Pendidikan Kota Bandung terutama DPRD sebagai lembaga pengontrol bagi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Salah satu fungsi DPRD yaitu mealakukan pengawasan terhadap pengimplementasian kebijakan yang telah dibuat dan salah satunya kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain DPRD juga harus mengawasi jika terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum penyelenggara pendidikan serta meminta pertanggungjawaban kepada pihak yang terbukti bersalah melakukan pelanggaran dalam hal ini pelanggaran pungutan liar di Sekolah. Jika semua itu terlaksana maka DPRD telah melakukan tugas dan fungsi sesuai dengan kedudukannya. Suriakusumah dan Prayoga (2011:237) berpendapat bahwa:

Sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi maka lembaga Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala Daerah dan DPRD. Masing-masing lembaga menjalankan perannya sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya dalam sistem negara indonesia”.

Fungsi kontrol atau pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan peraturan daerah diharapkan mampu berperan secara optimal agar terwujud pemerintahan daerah yangbersih dan terbebas dari berbagai praktek yang berindikasi pada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Tugas dan wewenang DPRD melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah terdapat dalam pasal 42 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yaitu:

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah”.


(15)

Pengawasan yang dilakukan DPRD tidak terlepas dari dari fungsi legislasi, karena pada dasarnya yang menjadi objek pengawasan adalah menyangkut pelaksanaan dari perda itu sendiri dan pelaksanaan kebijakan publik yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah yang telah dibuat. Kemampuan, pengalaman yang banyak serta ilmu dan pengetahuan yang luas adalah faktor yang harus dimiliki oleh anggota DPRD sebagai penunjang dalam melaksanakan tugas, wewenang serta tanggung jawab anggota legislatif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Terdapat perbedaan fungsi antara pemerintah daerah dengan DPRD, fungsi implementasi kebijakan publik yang meliputi aspek pelayanan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat merupakan fungsi pemerintah daerah. Sedangkan fungsi-fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas kepala daerah merupakan fungsi DPRD sebagai lembaga legislatif.

Kedudukan Pemerintah Daerah (eksekutif) dan DPRD (legislatif) selaku penyelenggara pemerintahan daerah adalah sama. yang membedakannya adalah fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya. Semestinya hubungan antara pemerintah Daerah dengan DPRD tercipta kerjasama yang baik agar keduanya dapat mewujudkan pemerintahan daerah yang baik (good local governance). Tujuan terlaksananya pemerintahan yang baik dapat diwujudkan dengan pengimplementasian beberapa asas dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yaitu:

a) Adanya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan terhadap masyarakat.

b) Terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, bebas dari KKN (Korupsi,Kolusi dan Nepotisme).

c) Terselenggaranya pemerintahan yang lebih baik kepada masyarakat. d) Adanya partisipasi aktif dari masyarakat.

e) Adanya pengawasan yang intensif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Sebagaimana terdapat pada point terakhir bahwa pemerintahan yang baik dapat terlaksana dengan adanya pengawasan yang intensif oleh DPRD terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah, ini dikarenakan lembaga legislatif adalah


(16)

satu-satunya lembaga yang diberi wewenang untuk mengontrol atau mengawasi tindakan eksekutif atau pemerintah. Menurut pernyataan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung Teddy Rusmawan dalam (http://www.TEMPO.CO) mengakui banyak masalah pendidikan yang belum beres, diantaranya Bantuan Operasional Sekolah telat, persoalan guru honorer, dan penerimaan siswa baru.

Dari pernyataan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung tersebut dapat penulis simpulkan sementara bahwa pada dasarnya DPRD telah melaksanakan apa yang menjadi fungsinya yaitu pengawasan terhadap kebijakan tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Bandung. Salah satunya yaitu tentang pengimplementasian Peraturan Daerah No 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

Pengawasan yang dilakukan DPRD adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dapat memberikan manfaat bagi rakyat. Apabila ditemukan indikasi yang mengarah kepada hal negatif dan merugikan rakyat behkan Negara, maka DPRD memiliki wewenang untuk menanyakan bahkan menyatakan keberatannya kepada Pemerintah Daerah. DPRD memiliki wewenang untuk meminta Kepala Daerah menunda bahkan mencabut kebijakannya apabila kebijakan tersebut tidak bermanfaat atau bahkan merugikan masyarakat banyak. Terlebih apabila sampai menyerempet pada pelanggaran hukum, DPRD dapat meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Daerah. DPRD bahkan memiliki wewenang untuk memanggil pejabat daerah yang berwenang untuk dimintai keterangan apabila pejabat tersebut terindikasi melakukan penyimpangan dalam pelayanan masyarakat, dan apabila dari hasil penyelidikan diperoleh bukti maka DPRD dapat meminta Kepala Daerah untuk menindak pejabat yang terbukti melakukan pelanggaran tersebut.

Melihat bahwa DPRD memiliki fungsi sebagai lembaga pengontrol atau pengawas terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah, serta pendidikan merupakan hal penting sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang menyatakan bahwa “Manusia membutuhkan pendidikan dalam


(17)

kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Maka penulis merasa tertarik untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana DPRD sebagai lembaga legislatif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pemerintah berkenaan dengan Penyelenggaraan Pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UUSPN Pasal 1).

Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan sangatlah mendasar, karena pada dasarnya pendidikan adalah menjadikan manusia seutuhnya. Hal ini sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, maka daerah sebagai sebagai penyelenggara pemerintah otonom berhak membuat peraturan-peraturan daerah (Perda) yang bertujuan untuk memajukan daerahnya dalam hal pendidikan. Pemerintah Kota Bandung membuat Peraturan Daerah No 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus berpegang pada prinsip-prinsip, prinsip penyelenggaraan pendidikan kota Bandung tertuang pada Bab II Pasal 2 adalah sebagai berikut:


(18)

a) Obyektivitas, artinya bahwa penyelenggaraan dan kebijakan pendidikan didasarkan atas kesesuaian dengan tujuan pendidikan, dan jalur pendidikan, serta memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b) Transparansi, artinya pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus terbuka dan diketahui masyarakat luas termasuk orangtua dan peserta didik dengan tetap memperhatikan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c) Partisipasi, artinya pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus melibatkan dan memberdayakan masyarakat yaitu menumbuhkan prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat;

d) Akuntabilitas, artinya pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik menyangkut prosedur maupun hasilnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e) Kontinuitas, artinya pelaksanaan pendidikan harus berkelanjutan,

berdasarkan prinsip belajar sepanjang hayat;

f) Relevansi, artinya penyelenggaraan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat melalui kegiatan evaluasi dan pengembangan program pembaharuan pendidikan;

g) Berwawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia artinya setiap warga Negara mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan pada berbagai jenjang dan jalur pendidikan tanpa membedakan asal usul, agama, suku, ras, dan golongan.

Berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Peraturan daerah Nomor 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan bahwa Pemerintah Daerah menginginkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, terbuka, melibatkan masyarakat, bertanggung jawab, kontinyu, diamis serta kesempatan yang sama bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tentunya DPRD juga berhak mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi disekolah yang salah satunya sebagaimana diuraikan diatas mengenai pelanggaran pungutan liar disekolah. Pungutan liar yang marak terjadi disekolah tidak bisa dipandang sebelah mata karena praktik pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah dan guru telah menyalahi aturan.

Berdasarkan Latar Belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian penelitian yang berkaitan dengan pengawasan DPRD terhadap Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan khususnya dalam pengawasan terhadap pelanggaran pungutan liar di sekolah di Kota Bandung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka judul penelitian ini


(19)

adalah: PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD TERHADAP

KEBIJAKAN PERDA No. 20 TAHUN 2002 TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

B. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arah guna mencapai sasaran maka secara umum penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah DPRD melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan Pendidikan terutama dalam pengawasan terhadap pungutan liar disekolah. Sedangkan secara khusus penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme yang dilakukan DPRD dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan?

2. Apa yang menjadi hambatan dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan?

3. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan?

4. Bagaimana upaya DPRD dalam mencegah terjadinya pelanggaran terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyeleggaraan pendidikan, salah satunya pelanggaran pungutan liar disekolah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana DPRD melaksanakan fungsi pengawasan terhadap Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan dalam pengawasan terhadap


(20)

pelanggaran pungutan liar di sekolah di Kota Bandung. Sedangkan yang menjadi tujuan khusus penulis yaitu mendeskripsikan:

1. Mekanisme yang dilakukan DPRD dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan?

2. Hambatan DPRD dalam melaksanakan pengawasan terhadap implementasi kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan

3. Solusi dalam mengatasai hambatan dalam pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan Pendidikan.

4. Upaya DPRD dalam mencegah terjadinya pelanggaran terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyeleggaraan pendidikan, salah satunya pelanggaran pungutan liar disekolah.

D. Manfaat Penelitian

Setiap Penelitian yang dilakukan pasti mempunyai maksud dan tujuan yang dapat berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain. Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan jurusan atau bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk mengembangkan disiplin ilmu politik dan mata kuliah sistem pemerintahan daerah khususnya dan pengembangan keilmuan pendidikan kewarganegaraan yang selama ini penulis tekuni.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya kepada guru PKn.


(21)

sebagai bahan literature bagi yang berminat dalam masalah yang penulis bahas.

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu sebagai motivasi bagi semua pihak supaya tidak apatis terhadap fungsi pengawasan DPRD terhadap peraturan daerah yang dibuat pemerintah, dengan pelaksanaan fungsi pengawasan diharapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dapat terkontrol, berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi rakyat.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Judul

Lembar Pengesahan Pengujian Lembar Pengesahan Pembimbing

Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah Kata Pengantar

Ucapan Terima Kasih Abstrak

Daftar Isi Daftar Gambar Bab I Pendahuluan Bab II Kajian Pustaka Bab III Metode Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab V Kesimpulan dan Saran


(22)

Lampiran-lampiran Riwayat Hidup


(23)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian, yang dicirikan oleh adanya unsur-unsur sepertipelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini adalah Kantor DPRD Kota Bandung. Sementara itu, yang menjadi pertimbangan dasar dipilihnya DPRD Kota Bandung tersebut sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian ini, dikarenakan DPRD Kota Bandung memiliki kinerja yang cukup baik dalam menjalankan fungsi pengawasan.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai subjek penelitian, S. Nasution (1992:32) menjelaskan bahwa “subjek penelitian yaitu sumber yang dapat memberi informasi, dipilih secara purposif dan pertalian dengan tujuan tertentu”. Oleh sebab itu yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. Drs. Katmadja selaku Sekertasis Komisi D DPRD Kota Bandung, hal ini didasarkan pada bidang yang menjadi konsentrasinya di Komisi D yaitu bidang pendidikan.

b. Anggota Komisi D DPRD yaitu Yosep Sapul Akbar, S.Ag., Hj. Win Bastiah Darwini, Drs. Tatang Suratis, Deni Rudiana. Hal ini didasarkan bahwa Anggota Komisi D DPRD adalah sebagai pihak yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan pelaksanaan pengawasan terhadap kebijakan Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan pendidikan.

c. Guru, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa Guru merupakan unsur penting yang terdapat dalam penyelenggaraan pendidikan.

d. Orang Tua Siswa, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa setiap penyelenggaraan pendidikan melibatkan orang tua siswa.


(24)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang ada terjadi” di dalamnya.

Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberiakan informasi secara purposif dan bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini senada dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sample hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi.Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lajim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka subjek penelitian yang akan diteliti ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah serta tujuan penelitian. Tujuan peneliti yakni untuk mengetahui sejauh mana DPRD Kota Bandung dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan pendidikan.Penentuan sampel dianggap telah memadai jika telah sampai pada ketentuan atau batas informasi yang ingin diperolehseperti yang dikemukakan oleh Nasution (1998:32-33) bahwa:

Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.

Dari apa yang telah diungkapkan di atas, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.


(25)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam pengumpulan data, responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian berdasarkan lokasi penelitian dan sumber data yang dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel. Sukmadinata, (2010:52) menjelaskan bahwa:

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Desain penelitian ini dibuat berdasarkan fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti melihat beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda tentang penyelenggaraan pendidikan.Masalah yang ditemukan berdasarkan wawancara dan observasi yaitu permasalahan internal yang berasal dari anggota DPRD sendiri danpermasalahan eksternal yang dating dari masyarakat.

Penelitian terhadap permasalahan yang ada kemudian diformulasikan dan difokuskan dalam sebuah fokus penelitian. Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di lapangan dengan berbekal teori yang sudah dipelajari. Setelah diperoleh data, maka data di klasifikasikan, di olah dan di analisis. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Nasution (1996:3) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,


(26)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berinteraksidengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.Dalam pendekatan kualitatif, proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Lebih lanjut menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4), metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Penelitian kualitatif berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang kala perlu juga melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Moleong (2010:6) mengemukakan pengertian penelitian kualitatif, sebagai berikut :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara horistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang pengawasan DPRD terhadap kebijakan peraturan daerah no. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan membutuhkan data yang aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya.Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Menurut Sukmadinata (2010:52),


(27)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

“metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosifis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Mendasarkan diri pada pengertian tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Suharsirni Arikunto (1993:25) bahwa:

Apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa bamyak, sejauh mana dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa.

Menurut Sukardi (2004:57) “metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretrasi objek sesuai dengan apa adanya”. Selain itu, Sukardi (2004:157) mengatakan bahwa :

Penelitian deskriptif merupakan penelitiandi mana pengumpulan data untuk mengetespertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Menurut Surakhmad (1998:140), metode penelitian deskriptif secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan fenonema sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang diteliti.


(28)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana DPRD melaksanaan fungsi pengawasan terhadap kebijakan peraturan daerah No 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan serta untuk mengetahui sejauh mana DPRD berperan dalam mengatasi pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan.

D. Definisi Operasional

Menurut Nazir, (1988:152) Definisi operasional adalah “suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut”.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan dengan judul “Pelaksanaan Pengawasan DPRD terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan” (Studi deskriptif pada DPRD Kota Bandung mengenai pelanggaran pungutan liar di Sekolah), agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini yaitu:

1. Pelaksanaan Pengawasan DPRD adalah suatu kegiatan yang dilakukan

DPRD dalam menjalankan salah satu fungsi yang dimiliki yaitu fungsi pengawasan. DPRD berperan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang di tetapkan oleh Pemerintah Daerah. Fungsi ini berperan untuk menjamin agar kepentingan masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi karena dengan adanya pengawasan DPRD dapat diketahui apakah kebijakan tersebut telah memuaskan masyarakat atau sebaliknya, dengan demikian dapat diketahui kebijakan yang akan dilanjutkan, direvisi bahkan dicabut. Pengawasan yang dilaksanakan DPRD merupakan pengawasan Legislatif (wasleg), yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Perwakilan Rakyat baik di tingkat


(29)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DPR maupun DPRD. Pengawasan ini merupakan pengawasan politik (waspol). Dalam menjalankan pengawasan, DPRD dapat melakukan Pengawasan dengan dua cara:

a. Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inspeksi dan pemeriksaan.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan mengadakan pemantauan dan pengkajian laporan dari pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

2. Perda No. 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan adalah

peraturan daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah dan DPRD tentang penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung. Maksud dan tujuan dibentuknya Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan adalah agar pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian merupakan acuan peneliti dalam melakukan penelitian. Satori (2007:9) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena yang diteliti”.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengandibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi.Pendapat lain dikemukakan Satori (2007:10) yang mengatakan bahwa:

Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrumen yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk


(30)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan observasi dan wawancara mendalam, dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden.Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan pengalamannya di lapangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, hal ini karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009:309) yaitu:

Gambar 3.1

Macam-macam teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, (2009:309)

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang fungsi pengawasan DPRD terhadap kebijakan peraturan daerah tentang penyelenggaraan pendidikan. Satori (2007:44) berpendapat bahwa:

Wawancara

Observasi Macam-macam

teknik

pengumpulan data

Dokumentasi

Triangulasi/ Gabungan


(31)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa wawancara dilakukan melalui proses tanya-jawab lisan secara langsung. Senada dengan pendapat Satori, pendapat serupa diungkapkan Moleong (2007:186) bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja.

Berdasarkan hal ini, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Adapun langkah-langkah wawancara yang dikemukakan Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2009:322) yaitu:

a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c. Mengawali atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara

e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

f. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh Dalam hal ini, pewawancara harus penuh perhatian terhadap apa yang diungkapkan, berusaha bertanya secara rinci kepada responden, menghindari


(32)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pertanyaan yang kemungkinan hanya dijawab "ya" atau "tidak", dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sebingga pertanyaan/proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution (2003:114-115), yaitu:

Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam fikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara semistruktur dilakukan dengan tanya jawab dengan responden penelitian yaitu anggota komisi D DPRD Kota Bandung. Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD terhadap kebijakan peraturan daerah tentang penyelenggaraan pendidikan.

2. Studi Dokumentasi

Moleong dalam (Satori, 2007:90) mengatakan bahwa dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources), sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data. Secara harafiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian yang sudah lampau.

Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif seringkali diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara.Akan tetapi ada pula data yang bersumber dari dokumen dan seringkali data dokumen kurang dimanfaatkan. Arikunto (1998:236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari datamengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi.


(33)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial. E (2009: 79) mengungkapkan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya.

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan karena sangat bermanfaat. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat dan menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata (2010:221) yang mengungkapkan bahwa: “studi documenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi dokumentasi pada arsip DPRD Kota Bandung yang berisikan data-data tentang profil anggota Dewan, alat kelengkapan DPRD, produk hukum yang dibuat DPRD sertadokumentasi berupa foto kegiatan pengawasan.

3. Studi Literatur

Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau dtieliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian. Pada tahapan ini, peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.


(34)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Peneliti mendapatkan referensi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Endang Mubarok pada tahun 2008 tentangPengawasan DPRD Terhadap Implementasi Kebijakan Perda No. 11 Tahun 2005 Tentang K3 (Studi Deskriptif Analitis Pada DPRD Kota Bandung).

G. Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan, maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengelolaan data dan analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi litelatur. Analisis data merupakan rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mengatur, mengurutkan , mengelompokkan sehingga memperoleh temuan-temuan yang di dapat selama penelitian. Dalam hal analisis data kualitatif, Bodgan (dalam Sugiyono, 2009:334) menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti menguraikannya ke dalam bentuk tertulis dan dirangkum ke dalam bentuk tulisan. Sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan penelitian selanjutnya. Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2009:335) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi”.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(35)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono, (2009:337) mengemukakan bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Terdapat beberapa tahapan aktivitas dalam melakukan analisis data pada penelitian kualitatif, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Data Display(Penyajian Data)

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Conclusion drawing/verification.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:345) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan yang di dapat masih bersifat sementara, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti sejak awal, tetapi mungkin juga tidak dapat menjawab rumusan masalah, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Dalam


(36)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penelitian kualitatif, kesimpulan diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Berikut adalah skema mengenai komponen-komponen analisis data Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:338)

Gambar 3.2 Model interaktif dalam analisis data Miles and Huberman Sumber: Sugiyono, 2009:338

H. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti memperpanjang masa observasi di DPRD Kota

Data collection

Data Reduction

Conclusions :drawing/verifying

Data display


(37)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bandung karena peneliti harus menambah data dari narasumber/informan guna keprluan penelitian.

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan peraturan daerah nomor 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan 3. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data-data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh anggota dewan yang satu dengan anggota dewan lainnya dan informan lain yang dapat mendukung penelitianguna memperoleh kebenaran informasi yang diinginkan.

4. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

6. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar


(38)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.


(39)

Erna Eprilianti, 2013

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar di sekolah)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada DPRD Kota Bandung tentang “Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan” (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran

Pungutan Liar Di Sekolah), penulis memperoleh beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan bahan rujukan, pertimbangan maupun dalam upaya pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:

1. Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perda tentang penyelenggaraan pendidikan telah berjalan, pengawasan dilakukan dengan memantau langsung ke sekolah-sekolah dan melakukan rapat kerja, akan tetapi pengawasan masih belum optimal, ini dibuktikan bahwa masih ditemui pelanggaran-pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan seperti pelanggaran pada saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan pungutan-pungutan liar di sekolah. Hal ini menunjukan belum optimalnya komitmen politik DPRD terhadap pengawasan dalam penyelenggaraan pendidikan.

2. DPRD Kota Bandung dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan dilakukan setiap triwulan, tetapi DPRD menghadapi beberapa hambatan dan kendala, hambatan yag pertama mengenai masalah waktu karena selain melaksanakan pengawasan bidang pendidikan, DPRD terutama Komisi D harus menjalankan pengawasan di bidang lain. Hambatan yang kedua yaitu tidak dibahasnya rencana program dan anggaran di Komisi D menjadi hambatan terbesar DPRD dalam menjalankan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan, dan hambatan yang ketiga yaitu tersumbatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada DPRD Kota Bandung tentang “Pelaksanaan Pengawasan DPRD Terhadap Kebijakan Perda No. 20 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan” (Studi Deskriptif Pada DPRD Kota Bandung Mengenai Pelanggaran Pungutan Liar Di Sekolah), penulis memperoleh beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan bahan rujukan, pertimbangan maupun dalam upaya pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:

1. Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perda tentang penyelenggaraan pendidikan telah berjalan, pengawasan dilakukan dengan memantau langsung ke sekolah-sekolah dan melakukan rapat kerja, akan tetapi pengawasan masih belum optimal, ini dibuktikan bahwa masih ditemui pelanggaran-pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan seperti pelanggaran pada saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan pungutan-pungutan liar di sekolah. Hal ini menunjukan belum optimalnya komitmen politik DPRD terhadap pengawasan dalam penyelenggaraan pendidikan.

2. DPRD Kota Bandung dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan dilakukan setiap triwulan, tetapi DPRD menghadapi beberapa hambatan dan kendala, hambatan yag pertama mengenai masalah waktu karena selain melaksanakan pengawasan bidang pendidikan, DPRD terutama Komisi D harus menjalankan pengawasan di bidang lain. Hambatan yang kedua yaitu tidak dibahasnya rencana program dan anggaran di Komisi D menjadi hambatan terbesar DPRD dalam menjalankan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan, dan hambatan yang ketiga yaitu tersumbatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan.


(2)

121

3. Solusi DPRD mengatasi hambatan-hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pengawasan terhadap kebijakan Perda No. 20 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan, melakukan pertemuan atau rapat untuk mencari solusi dengan mengajak LSM, melakukan pendekatan kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan pendidikan serta meningkatkan pengawasan DPRD.

4. Upaya DPRD dalam mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran pungutan liar di Sekolah, menyikapinya dengan mengecek kinerja kepala sekolah dengan melakukan rapat kerja, menegur dan memanggil kepala dinas pendidikan, mengusulkan anggaran untuk hal-hal yang merupakan alat pungutan seperti LKS, maka DPRD merencanakan anggaran untuk LKS, membuat program-program bantuan bagi siswa kurang mampu (BOKU). Faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pungutan liar karena tidak ada pengaduan secara formal kepada DPRD, DPRD hanya menegur dan meminta keterangan pada dinas pendidikan tanpa adanya tindak lanjut pemberian sanksi. Ini disebabkan karena DPRD tidak pernah mendapat bukti konkrit mengenai pelanggaran pungutan liar, Tidak adanya sanksi tegas bagi para pelaku pelanggaran pungutan liar di sekolah, Sebagian orang tua siswa menganggap pungutan merupakan hal lumrah karena menganggap untuk kepentingan pendidikan anaknya, terdapat indikasi bahwa ada kerjasama antara kepala sekolah atau pihaksekolah dengan komite sekolah terkait pungutan liar.

B. SARAN

Berikut ini beberapa saran dari penulis sebagai bahan perhatian dan masukan bagi DPRD Kota Bandung dengan harapan supaya DPRD dapat menjalankan pengawasannya secara optimal dan lebih efektif Karenafungsi yang DPRD miliki bukan hanya fungsi sebagai pembuat kebijakan dan perumusan anggaran, tetapi ada fungsi yang lebih penting yaitu melakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dan di implementasikan.


(3)

122

1. Saran untuk DPRD Kota Bandung

Aspirasi yang datang dari berbagai pihak harus segaera dicarikan solusinya baik berupa aduan, keluhan maupun saran untuk perbaikan penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung. Dalam rangka penguatan peran DPRD di bidang pengawasan, sebaiknya DPRD secara institusional melakukan peningkatkan kemampuan dan pengetahuan, konsepsional dan operasional tentang pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan. Guna memudahkan fungsi pengawasan yang bersifat kebijakan, sebaiknya DPRD memakai tenaga ahli yang memiliki kemampuan di masing-masing bidang yang bertugas melakukan pengkajian guna memberikan input. Tenaga ahli ini dapat diambil dari perguruan tinggi yang memang ahli dibidangnya Dengan menggunakan hasil kajian itu diharapkan DPRD tidak salah dalam mengambil kebijakan. 2. Saran untuk Dinas Pendidikan Kota Bandung

Dinas Pendidikan Kota Bandung harus lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada oknum sekolah yang terbukti melakukan pelanggaran dalam penyelenggaraan pendidikan. Misalnya dengan memberikan sanksi mutasi atau sanksi lainnya yang dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku supaya pendidikan di Kota Bandung lebih baik lagi kedepannya.

3. Saran untuk Orang tua siswa

Orang tua siswa harus meningkatkan kepekaan terhadap indikasi-indikasi pelanggaran yang dilakukan oknum sekolah, sebaiknya jika orang tua siswa mengetahui tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan oknum sekolah segera laporkan atau adukan kepada Komisi D DPRD Kota Bandung supaya dapat ditindak lanjuti sesuai dengan mekanisme pengawasan DPRD.

4. Saran untuk peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam mewujudkan Good Governance. Hal yang menjadi peritmbangan penelitian tersebut kerena pengawasan legislatif merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdullah, Rojali. (2005), Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Desa Secara Langsung, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta. Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi

Aksara.

_________, .1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Boboy, Max. (1994), DPR RI Dalam Perspektif Sejarah dan Tata Negara, Jakarta: Sinar Harapan.

Budiardjo, Miriam. (1985), Fungsi Lembaga Legislatif di Indonesia, Jakarta: CV Rajawali.

_______________, (1989), Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Busroh, Abu Daud. (2010), Ilmu Negara, Jakarta: Bumi Aksara.

Danial, E. Dan Wasriah. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia.

Djojosoekarto, Agung. 2004. Dinamika dan Kapasitas DPRD Dalam Tata Pemerintahan Demokratis. Buku 1 Sekretariat Nasional ADEKSI bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stiftung, Jakarta.

Hadjon, P.M. (1987), Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu.

Islamy, Irfan. (1994), Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bina Aksara

Kansil, C.S.T. & Christine Kansil. (2008), Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

LAN (Lembaga Administrasi Negara). (1997), Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

LGSP. (2009), Pengawasan DPRD Terhadap Pelayanan Publik – Panduan Untuk DPRD. LGSP, Jakarta

Lubis. M. Solly, (1983), Landasan dan Tekhnik Perundang-undangan, Bandung: PT Alumni.

Marbun, B.N, (1994), DPRD: Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Jakarta: Erlangga.

Misdyanti & Kartasaportra, R.G. (1990), Peranan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan Peraturan Daerah, Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisirevisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1992. Teknik Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

________,. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitataif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

_________. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitataif. Bandung: Tarsito. Nazir, moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sanit, Arbi. (1985), Perwakilan Politik di Indonesia, Jakarta: Rajawali

Satori, Djam’an. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (matakuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Shane, 1984. Arti Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soemantri, Sri, (1992), Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana syaodih. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suriakusumah dan prayoga, (2011). Sistem Pemerintahan Daerah, Bandung: Lab. PKn UPI Bandung.

Wasistiono, Sadu & Yonatan W. (2009), Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Bandung: Fokusmedia.

Widodo,Joko. (2008). Analisis Kebijakan Publik:Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

____________. 2001. Good Governance, Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi. Insan Cendekia. Surabaya.

Dokumen, Skripsi dan undang-undang

Undang- Undang Dasar 1945

Departemen Pendidikan Nasional (2007). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20. Tahun 2003. Jakarta:Depdiknas.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2011

Peraturan Walikota Bandung No. 15 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan

Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR

DPR DPD DPRD, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2006.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. Kahar, Yunelita. 2005. Fungsi DPRD dalam Pengawasan Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah di Kota Padang Panjang. Tesis. Program 17 Pascasarjana, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Diterbitkan


(6)

Mubarok Endang. (2008). Pengawasan DPRD Terhadap Implementasi Kebijakan Perda No. 11 Tahun 2005 Tentang K3(Studi Deskriptif Analitis Pada DPRD Kota Bandung). Skripsi Sarjana Pada Jurusan PKn FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Website

Hanafiah, Ali, (2011), Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Jurnal. [online]. Tersedia di http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/PENGAWASAN.DPRD-Jurnal.2011.pdf

Ismoko Widjaya, Oscar Ferri.(2012). Pungutan Liar di Sekolah, Bagaimana

solusinya? [online]. Tersedia di

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/322353-siswa-baru-target-pungli Fitwi Luthfiyah, (2012). Permasalahan Pendidikan Masa Kini, [online]. Tersedia

di http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/xmlrpc.php?rsd

Kartiwa, A., 2006. Implementasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Rangka Mewujudkan “good governance”. Pusat Informasi Proses Legislasi Indonesia, [online]. Tersedia di www.parlemen.net.

Setyadi, Bambang (2007) Kajian Terhadap Kebijakan-Kebijakan Dalam Perda Dalam Rangka Mendorong Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. [online] Tersedia di: http://undang-undang-indonesia.com/forum/index.php

TEMPO.CO,Bandung./08/2012).

Iesdepedia (2013) Implemtasi Kebijakan Publik.[online] Tersedia di: http://iesdepedia.com/blog/2013/01/16/implementasi-kebijakan-publik/ Baban Gandapurnama (2013). Anggaran Infrastruktur & Pendidikan Bandung

Lebih Besar di 2013. [online] Tersedia di: http://news.detik.com/read/2013/01/01/141438/2130587/486/anggaran-infrastruktur-pendidikan-bandung-lebih-besar-di-2013?

M. Jasin (2012), KPK Bidik Pungutan Liar, .[online] Tersedia di: