HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang Nicu RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI DI RUANG NICU
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
Nama: Citra Wulandari
NIM : J.210.080.020
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI
DI RUANG NICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Citra Wulandari.*
Siti Arifah, S.Kp, M.kes **
Vinami Yulian, S.Kep,Ns ***
Abstrak
Masalah nyeri pada bayi merupakan masalah yang kompleks sehingga
pengkajian nyeri pada bayi berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang
dewasa. Pengkajian nyeri pada bayi sering sulit dilakukan karena mereka tidak
mampu mengutarakan rasa nyeri dengan kata-kata, sehingga perawat harus
memiliki keterampilan yang spesifik khususnya dalam mengkaji nyeri pada bayi.
Namun sangat sulit untuk membedakan tangisan bayi yang disebabkan karena
rasa nyeri atau rasa takut, sehingga hal ini berdampak pada proses pengkajian
nyeri pada bayi. Peran pemberi perawatan pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk
menghilangkan nyeri. Peran perawat dalam mengkaji nyeri pada bayi yaitu
antisipasi, komprehensif dan berkelanjutan dalam penilaian variabel, mampu
membedakan antara cemas dan ekspresi nyeri pada bayi prematur, terus
berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, advokasi dan menerapkan
pengobatan yang tepat waktu serta efektif. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat
pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Penelitian ini
merupakan penelitian studi deskriptip korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang berada di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 18 orang, sedangkan teknik
sampling adalah total sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner
pengetahuan dan dokumentasi data demografi perawat. Teknik analisis data
menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tidak
terdapat hubungan antara umur perawat dengan pengetahuan tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, (2) terdapat hubungan antara masa kerja perawat dengan
pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin lama masa kerja maka
pengetahuan semakin baik, (3) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat
di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin tinggi pendidikan
perawat maka pengetahuannya semakin baik.
Kata kunci:
umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pengkajian nyeri
pada bayi.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS WITH
THE LEVEL OF KNOWLEDGE NURSE ABOUT PAIN ASSESSMENT IN
BABY AT NICU RSUD Dr. MOEWARDI OF SURAKARTA
Citra Wulandari.*
Siti Arifah S.Kp, M.kes **
Vinami Yulian S.Kep, Ns ***
Abstraction
The problem of pain in baby is a complex problem so that assessment pain in
baby is different from adult. Assessment on pain in baby are often hard to do
because they are unable to proposes painfull with the words, so that the nurses
must have specific skill especially in reviewing pain in a baby. But it very difficult
to distinguish a crying baby caused because painfull or fear, so, this is an impact
on the process for the assessment pain in a baby. The role of the giver
maintenance at handling of pain that is to identify, treat the cause of pain and
dispensing drugs for the relief of pain.. The role of nurses in the assessment of
pain in baby, namely anticipation, comprehensive and sustainable in the
assessment of variables, able to distinguish between anxious and premature
infant pain expression, continued to communicate with health care providers,
advocacy and implementing timely treatment and effective. The purpose of this
research is to know the relationship between demographic characteristics with
the level of knowledge nurse about pain assessment in baby. This research is
research study descriptive correlative with the approach of cross sectional.
Population research was all nurses who were in the NICU at Dr. Moewardi
Hospital of Surakarta which totaled 18 people, the sampling techniques is the
total sampling. Instrument research a questionnaire form of knowledge and
documentation data demographic nurse. The analysis of data use test rank
spearman. This research concluded that: (1) there was no relationship between
age of nurses with the knowledge of nurse about pain assessment in baby in the
NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, (2) there is relationship between
working time a nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in
the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the longer working time
and knowledge are getting better, ( 3 ) there is relationship between the level of
education nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in the
NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the higher education nurse
hence their knowledge is getting better
Key word:
age, time of working, education, knowledge, pain assessment in
baby.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan pengalaman
kortikal subjektif. Walaupun tidak
mungkin
bagi
bayi
untuk
menggambarkan
pengalaman
nyerinya, namun terkait bukti yang
baik dari respon fisiologik dan
perilaku bahwa mereka merespon
terhadap
nyeri
dan
hal
ini
menyebabkan
distres.
Nyeri
merupakan salah satu perhatian
utama dari orangtua terhadap bayi
mereka yang dirawat di perawatan
intensif atau menjalani prosedur
tertentu. Pada usia gestasi 30
minggu terbentuk mielisasi pada
jaras nyeri dan perkembangan
sinaps medula spinalis dengan
serabut-serabut sensorik pada janin,
maka bayi baru lahir dan bayi
preterm dapat merasakan nyeri
(Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Nyeri adalah suatu rasa yang
tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Menurut The International
Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri didefisinikan sebagai
pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan
jaringan
atau
potensial
akan
menyebabkan kerusakan jaringan
(Setiyohadi, 2007).
Pencegahan nyeri pada bayi
seharusnya menjadi tujuan utama
bagi perawat atau tenaga medis
lainnya, karena seringnya terpapar
oleh nyeri yang berulang atau terusmenerus
akan
berpotensi
mengakibatkan kerusakan yang
serius. kerusakan yang terjadi
termasuk
adanya
perubahan
sensitivitas nyeri (akan berakhir
pada masa remaja), kerusakan
syaraf
yang
permanen,
keabnormalan
pada
perilaku,
ketidakmampuan
pembelajaran.
Bayi yang beresiko tinggi mengalami
kerusakan dalam perkembangan
syaraf yaitu bayi yang lahir prematur
1
((American Academy of Pediatrics,
2006).
Pada
bayi
nyeri
dapat
diekspresikan melalui menangis atau
isyarat perilaku (Mc Caffrey &
Beebe, 1989 dikutip dari Wong,
2004). Pada umumnya bayi dapat
mengekspresikan rasa nyeri dengan
perubahan
perilaku
seperti
perubahan
ekspresi
wajah,
menangis, dan
posisi postural
tertentu
seperti;
menggeliat,
menyentak, dan menggapai-gapai
(American Academy of Pediatrics,
2006).
Masalah nyeri pada bayi
merupakan masalah yang kompleks
sehingga pengkajian nyeri pada bayi
berbeda dengan pengkajian nyeri
pada orang dewasa. Pengkajian
nyeri pada bayi sering sulit dilakukan
karena
mereka tidak
mampu
mengutarakan rasa nyeri dengan
kata-kata, sehingga perawat harus
memiliki keterampilan yang spesifik
khususnya dalam mengkaji nyeri
pada bayi. Namun sangat sulit untuk
membedakan tangisan bayi yang
disebabkan karena rasa nyeri atau
rasa takut, sehingga hal ini
berdampak pada proses pengkajian
nyeri pada bayi.
Menurut Smetlzer dan Bare
(2002) Peran pemberi perawatan
pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi,
mengobati
penyebab nyeri dan memberikan
obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri.
Perawat
tidak
hanya
berkolaborasi
dengan
tenaga
profesional kesehatan lain tetapi
juga memberikan intervensi pereda
nyeri,
mengevaluasi
efektivitas
intervensi dan bertindak sebagai
advokat pasien saat intervensi tidak
efektif. Adapun peran perawat dalam
mengkaji nyeri pada bayi yaitu
antisipasi,
komprehensif
dan
berkelanjutan
dalam
penilaian
variabel,
mampu
membedakan
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
antara cemas dan ekspresi nyeri
pada
bayi
prematur,
terus
berkomunikasi dengan penyedia
layanan kesehatan, advokasi dan
menerapkan pengobatan yang tepat
waktu serta efektif saat bayi rewel ;
cemas; dan nyeri, evaluasi proaktif
tentang
rencana
perawatan
(Gardner and Merenstein, 2002).
Pengetahuan perawat tentang
penilaian nyeri dan intervensi sangat
penting untuk management nyeri
yang efektif dan berkualitas dalam
perawatan pasien (Patricia, 2011).
Berbagai tekhnik pendekatan atau
alat ukur yang paling sering
digunakan untuk mengukur respon
nyeri pada bayi adalah CRIES, PRS,
NIPS, FLACC (Wilson, 2008).
Ilmu demografi merupakan
suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan
kependudukan
dengan
memanfaatkan data-data statistik
kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan
statitik data penduduk terutama
mengenai
perubahan
jumlah,
persebaran
dan
komposisi/strukturnya. Karakteristik
demografi terdiri dari umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan
masa bekerja seorang perawat
(Adioetomo, 2010).
Berdasarkan
pengalaman
peneliti tidak pernah menjumpai
perawat yang melakukan pengkajian
nyeri pada bayi. Nyeri pada bayi
masih sering terabaikan oleh tenaga
kesehatan. Pada penelitian ini untuk
mengetahui
pentingnya
pengetahuan
perawat
akan
pengkajian nyeri pada bayi maka
peneliti
ingin
mendeskripsikan
hubungan
antara
karakteristik
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat. Maka peneliti melakukan
penelitian di sebuah rumah sakit
yaitu RS Dr. Moewardi Surakarta di
ruang NICU yang khusus menangani
2
bayi dalam kondisi intensive. Oleh
karena itu penelitian ini bisa
memberikan
gambaran
yang
berguna
bagi
pelayanan
keperawatan di Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas perawat diharapkan memiliki
pengetahuan dan kompetensi dalam
melakukan tindakan khususnya
pengkajian rasa nyeri pada bayi.
Maka perlu diteliti oleh penulis suatu
permasalahan tentang “Hubungan
antara
Karakteristik
Demografi
dengan
Tingkat
Pengetahuan
Perawat tentang Pengkajian Nyeri
pada Bayi di Ruang NICU RS Dr.
Moewardi Surakarta “
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik
demografi
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi
Ruang NICU RS Dr. Moewardi
Surakarta.
LANDASAN TEORI
Pengetahuan
Pengetahuan perawat adalah
pengetahuan yang didapat dari dua
sumber yaitu dari hasil pengalaman
paktik dan dari hasil penelitian atau
teori.
Namun,
pengalaman
dibutuhkan
untuk
generasi
pengetahuan
keperawatan
dan
bahwa kedua tipe pengetahuan
tersebut (pengalaman dan teori)
dibutuhkan untuk merawat pasien
secara efektif. Perawat tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan namun
juga membutuhkan kemampuan
untuk menerapkan dalam praktik
dan butuh untuk menjadi ‘pelaku
yang berpengetahuan’ (Hall, 2005).
Pengetahuan kesehatan adalah
mencakup semua yang diketahui
oleh seseorang terkait dengan sehat
dan
sakit
atau
kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan Perawat
Menurut
Santoso
dan
Mubarak (2006) faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan
adalah :
1. Pendidikan
Makin
tinggi
pendidikan
seseorang
makin
mudah
menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan
yang
dimiliki.
Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan
menghambat
perkembangan
sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan.
Perawat
dengan
tingkat
pendidikan
sarjana
atau
diatasnya
memiliki
skor
pengetahuan
lebih
tinggi
dibanding dengan perawat yang
tingkat pendidikannya diploma.
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah
yang mebosankan, berulang dan
banyak tantangan.
Berdasarkan
penelitian
pengetahuan seseorang akan
bertambah dengan bekerja. Hal
ini dikarenakan saat bekerja
dapat
berbagi
pengetahuan
dengan rekan kerja lainnya,
seperti mengadakan organisasi
dan kerja tim (Alhammad, dkk,
2009).
3. Umur
Umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun.
Berdasarkan
hasil
studi
menunjukkan bahwa orang yang
berumur
lebih
tua
pengalamannya lebih banyak
dan merasa lebih layak untuk
memberikan ide-ide baru untuk
perkembangan
pekerjaan,
sedangkan yang berumur lebih
3
muda
memiliki
sedikit
pengalaman dalam pekerjaan
mereka dan cenderung takut
untuk
mengambil
resiko
(Alhammad, dkk, 2009). Menurut
Wang dan Tsai (2009) Usia dan
senioritas tidak berkaitan dengan
pengetahuan perawat itu sendiri
khususnya tentang penanganan
nyeri pada bayi.
Konsep nyeri
Nyeri merupakan suatu yang
sangat tidak menyenangkan dan
merupakan sensasi yang sangat
personal yang tidak dapat dibagi
dengan orang lain. Nyeri dapat
memenuhi
pikiran
seseorang,
mengarahkan semua aktivitas, dan
mengubah kehidupan seseorang.
Namun nyeri adalah konsep yang
sulit untuk dikomunikasikan oleh
seorang klien. Seorang perawat
tidak dapat merasa ataupun melihat
nyeri yang dialami klien (kozier,
2010).
Nyeri pada bayi merupakan
persepsi kompleks yang melibatkan
interaksi saraf yang mengirimkan
impuls atau rangsangan yang
ditimbilkan
karena
adanya
kerusakan jaringan (Burns, 2004).
Menurut
The
International
Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri pada bayi didefisinikan
sebagai pengalaman sensorik dan
emosional
yang
tidak
menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau
potensial
akan
menyebabkan
kerusakan jaringan (Setiyohadi,
2007).
Penyebab Nyeri pada Bayi
1) Iskemia jaringan
2) Spasme otot
3) Trauma lahir
4) Lingkungan yang berbahaya
5) Pembedahan
6) Injeksi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
7) Terpasang ventilasi mekanik
8) ETT suction
9) Sirkumsisi
10) Kateterisasi
(Retta, 2005)
Jenis Nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri yang timbul segera setelah
rangsangan dan hilang setelah
penyembuhan.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang menetap selama
lebih dari 3 bulan walaupun
proses penyembuhan seudah
selesai.
Mekanisme Nyeri pada Bayi
Proses nyeri mulai stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxious
sampai
terjadinya
pengalaman
subyektif nyeri adalah suatu seri
kejadian elektrik dan kimia yang bisa
dikelompokkan menjadi 4 proses,
yaitu:
transduksi,
transmisi,
modulasi, dan persepsi.
Secara singkat mekanisme
nyeri
dimulai
dari
stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxious
pada jaringan, yang kemudian akan
mengakibatkan stimulasi nociceptor
dan stimulus noxious tersebut akan
dirubah menjadi potensial aksi.
Proses ini disebut transduksi atau
aktivasi
receptor.
Selanjutnya
potensial
aksi
tersebut
akan
ditransmisikan
menuju
neuron
susunan
saraf
pusat
yang
berhubungan dengan nyeri. Tahap
pertama transmisi adalah konduksi
impuls dari neuron aferen primer ke
kornu dorsalis medula spinalis, pada
kornu dorsalis ini neuron aferen
primer nersinap dengan neuron
susunan saraf pusat. Dari sini
jaringan neuron tersebut akan naik
ke atas medula spinalis menuju
batang
otak
dan
talamus.
Selanjutnya terjadi hubungan timbal
balik antara talamus dan pusat-pusat
4
yang lebih tinggi di otak yang
mengurusi respons persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan
nyeri.
Tetapi
rangsangan
nosiseptifptif
tidak
selalu
menimbulkan persepsi nyeri dan
sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi
tanpa
stimulasi
nosiseptifptif.
Terdapat proses modulasi sinyal
yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut, tempat modulasi
sinyal yang paling diketahui adalah
pada kornu dorsalis medula spinalis.
Proses terakhir adalah persepsi,
dimana pesan nyeri di relai menuju
ke
otak
dan
menghasilkan
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan (Setiyohadi, 2007).
Respon Nyeri pada Bayi
Menurut
Lissauer
dan
fanaroff (2009) bahwa respon nyeri
pada bayi pada umumnya dapat
dinilai secara klinis berdasarkan :
1. Respon fisiologik : denyut
jantung meningkat, perubahan
laju pernapasan, penurunan
saturasi oksigen, perubahan
warna/sianosis, tekanan darah
meningkat, keringat pada telapak
tangan.
2. Respon perilaku : ekspresi wajah
meringis,
tubuh menggeliat,
menangis, tubuh kaku, tangan
mencengkram,
wajah
kemerahan, ekstremitas fleksi,
gelisah.
3. Respon
metabolik
:
hiperglikemia,
asidosis
metabolik,
hormon
stres
misalnya kortisol, glukosa darah,
laktat.
Peran Perawat dalam Mengurangi
Nyeri pada Bayi
1. Merubah lingkungan bayi seperti
mengurangi kebisingan
dan
aktivitas berlebih.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
2. Memberikan dot atau empeng
dapat membantu mengurangi
nyeri bayi yang sedang dirawat.
3. Meninabobokan bayi.
4. Melakukan
distraksi
seperti
menggunakan musik, suara yang
menenangkan, atau bernyanyi
dapat mengalihkan perhatian
bayi terhadap rasa nyeri.
5. Memijat atau mengelus-ngelus
bayi dapat merilekskan otot dan
syaraf yang mengirim sinyal
nyeri menuju otak.
6. Memberikan
sesuatu
yang
hangat atau dingin seperti
handuk hangat atau kantung es
pada
area
luka
dapat
mengurangi
nyeri
akibat
inflamasi atau luka pada otot.
(Children’s Hospital and Clinic of
Minnesota)
Peran Perawat dalam Penanganan
Nyeri pada Bayi
1. Mengkaji nyeri
a. Perawat menggunakan alat
ukur pengkajian nyeri yang
tepat dan baku
b. Perawat mampu mengetahui
perbedaan dalam kategori
nyeri (akut dan kronis)
c. Perawat mampu mengetahui
sumber nyeri yang banyak
berpotensi (neurologi,
muscular, skeletal, visceral)
d. Perawat mengkaji pola nyeri
pasien, termasuk
pengalaman nyeri; metodemetode nyeri; pengaruh
budaya; dan bagaimana
individu menangani nyerinya.
2. Intervensi dalam Pengobatan
Farmakologi dan Nonfarmakologi
a. Perawat mampu mengetahui
intervensi farmakologi
mengenai opioid, non-opioid,
dan terapi obat (dosis, efek
samping, pengaruh obat, dll)
5
b. Perawat mampu mengetahui
pengobatan non-farmakologi
dalam penanganan nyeri bayi
(digendong, diberi dot,
ditimang, dll)
(Board of Nursing, 2001).
Demografi
Ilmu demografi merupakan
suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan
kependudukan
dengan
memanfaatkan data-data statistik
kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan
statitik data penduduk terutama
mengenai
perubahan
jumlah,
persebaran
dan
komposisi/strukturnya. Perubahanperubahan tersebut dipengaruhi oleh
perubahan
pada
komponenkomponen
utama
pertumbuhan
penduduk, yaitu fertilitas, mortalitas,
dan migrasi, yang menyebabkan
perubahan pada jumlah, srtuktur,
dan persebaran penduduk. Faktorfaktor karakteristik demografi terdiri
dari umur, tingkat pendidikan, masa
bekerja (Adioetomo, 2010).
Penilaian Skala Nyeri Bayi
Beberapa
instrumen
pengkajian yang dapat dilakukan
dalam pengkajian nyeri pada bayi.
1) CRIES (crying, requires oxygen
saturation, increased vital signs,
expression, sleeplessness)
2) PRS (Pain Rating Scale)
3) NIPS (Neonatal/Infant Pain
Scale)
4) FLACC (Face Legs Activity Cry
Consolability)
Hipotesis
Adakah
hubungan
antara
karakteristik
demografi
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi?
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
METODELOGI PENELITIAN
6
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Rancangan Penelitian
Analisis Univariat
Penelitian ini menggunakan metode
studi deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Metode
deskriptif yaitu metode penelitian
bentuk analisis yang menyampaikan
sebaran atau distribusi dalam bentuk
frekuensi, yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi
ataupun bentuk diagram ataupun
dalam bentuk narasi (Riwidikdo,
2010).
Deskriptif
korelasional
bertujuan
mengungkapkan
hubungan korelatif antar variabel
(Nursalam, 2003)
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang berada di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang berjumlah 18 orang.
Penelitian ini mengambil sampel
dengan teknik total sampling yaitu
pengambilan sampel dengan cara
mengambil seluruh sampel yang
diteliti.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur
berupa kuesioner pengetahuan dan
data demografi perawat.
Analisis Data
Pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
yang
digunakan untuk mencari hubungan
dua variabel. Dalam penelitian ini
menggunakan uji Rank Spearman
dan di olah menggunakan progam
SPSS 15,00.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden menurut
Tingkat Umur
N
Umur
Frek
%
o
Responden
1. 20 – 30 tahun
1
6
2. 31 – 45 tahun
16
89
3. > 45 tahun
1
6
Jumlah
18
100
Berdasarkan tabel 1 nampak
bahwa sebagian besar responden
memiliki umur 31-45 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (89%) dan
sisanya 1 responden (6%) berusia
20-30 tahun dan 1 responden (6%)
berusia lebih dari 45 tahun.
Data statistik berupa tendensi
sentral umur responden diketahui
bahwa umur terendah responden
adalah 28 tahun, umur tertinggi 46
tahun, rata-rata 36,3 tahun, dan
standar deviasi 4,76.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Masa Kerja
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden menurut Masa
Kerja
Masa
N
Kerja
Frek
%
o
Responde
n
1.
5 - 10
tahun
8
44
2.
11 – 20
tahun
10
56
Jumlah
18
100
Berdasarkan
tabel
2
menunjukkan distribusi tertinggi
responden adalah bekerja antara 11-
7
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
20 tahun yaitu sebanyak 10
responden (56%) dan sisanya 8
responden (44%) memiliki lama
kerja antara 5-10 tahun.
Data statistik berupa tendensi
sentral masa kerja responden
diketahui
bahwa
masa
kerja
terendah
terendah
responden
adalah 5 tahun, tertinggi 17 tahun,
rata-rata 11,72 tahun, dan standar
deviasi 3,34.
responden (33%), dan kurang
sebanyak 5 responden (28%).
Tendensi
sentral
skor
pengetahuan
diperoleh
skor
terendah 13, tertinggi 21, rata-rata
16,72 tahun, dan standar deviasi
2,72. Berdasarkan skor rata-rata
maka prosentase skor jawaban
responden adalah 66,9%, sehingga
dikategorikan pengetahuan cukup.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Pendidikan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Responden menurut
Pendidikan
N
Pendidikan
Frek
%
o
Responden
1. Rendah (DIII)
10
56
2.
Tinggi (S1)
8
44
Jumlah
18
100
Analisis Bivariat
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Rank
Spearman
Berdasarkan
tabel
3
menunjukkan
bahwa
tingkat
pendidikan
tertinggi
responden
adalah pendidikan rendah yaitu DIII
Keperawatan
sebanyak
10
responden (56%) dan sisanya 8
responden (44%) berpendidikan S1
Keperawatan.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Pengetahuan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Responden Menurut
Pengetahuan
N
o
1.
2.
3.
Pengetahua
n
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Frek
%
5
7
6
18
28
39
33
100
Berdasarkan tabel 4 nampak
bahwa distribusi tertinggi tingkat
pengetahuan responden adalah
cukup yaitu sebanyak 7 responden
(39%), selanjutnya baik sebanyak 6
N
o
1.
2.
3.
Hubungan
Umur dengan
pengetahuan
Masa
kerja
dengan
pengetahuan
Pendidikan
dengan
pengetahuan
rhit
p-v
0,222
0,37
6
0,641
0,00
4
0,504
0,03
3
Berdasarkan ringkasan hasil
uji Rank Spearman tersebut, maka
dapat
diinterpretasikan
sebagai
berikut:
1. Hasil uji korelasi Rank Spearman
umur
dengan
pengetahuan
diperoleh nilai rhitung sebesar
0,222 dengan nilai signifikansi
(p-value) 0,376. Karena nilai pvalue lebih besar dari 0,05
(0,376 > 0,05) maka keputusan
uji adalah H0 diterima, sehingga
disimpulkan
tidak
terdapat
hubungan antara umur dengan
tingkat pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Hasil uji korelasi Rank Spearman
masa kerja dengan pengetahuan
diperoleh nilai rhitung sebesar
0,641 dengan nilai signifikansi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
(p-value) 0,004. Karena nilai pvalue lebih kecil dari 0,05 (0,004
< 0,05) maka keputusan uji
adalah H0 ditolak, sehingga
disimpulkan terdapat hubungan
yang kuat antara masa kerja
dengan tingkat pengetahuan
perawat tentang pengkajian nyeri
pada bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
3. Hasil uji korelasi Rank Spearman
tingkat
pendidikan
dengan
pengetahuan diperoleh nilai rhitung
sebesar 0,504 dengan nilai
signifikansi
(p-value)
0,033.
Karena nilai p-value lebih kecil
dari 0,05 (0,033 < 0,05) maka
keputusan uji adalah H0 ditolak,
sehingga disimpulkan terdapat
hubungan yang sedang antara
tingkat
pendidikan
dengan
tingkat pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Pembahasan
Gambaran Umur Responden
Hasil analisis menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki umur 31-45 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (89%).
Kondisi ini disebabkan sebagian
besar perawat di NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta merupakan
perawat yang telah memiliki lama
kerja di atas 5 tahun hingga 20
tahun.
Gambaran Masa Kerja Responden
Hasil analisis data diperoleh
data
bahwa
sebagian
besar
responden memiliki masa kerja
antara 11-20 tahun yaitu sebanyak
10 responden (56%). Masa kerja
responden berhubungan dengan
lamanya seseorang berkecimpung
8
dalam satu bidang yang sama.
Semakin
lama
kerja,
maka
pengalaman yang dimiliki oleh
seseorang
akan
bertambah.
Berdasarkan
pengalaman
yang
diperolehnya
tersebut,
maka
pengetahuannya akan bertambah.
Gambaran Tingkat Pendidikan
Responden
Tingkat
pendidikan
responden menunjukkan sebagian
besar adalah DIII Keperawatan
sebanyak 10 responden (56%).
Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia (PPNI) menata jenis dan
jenjang pendidikan keperawatan
menurut
Undang-Undang
(UU)
20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Seorang
perawat
profesional (RN) lulusan SLTA harus
menempuh pendidikan akademik S1
Keperawatan dan Profesi Ners.
Tetapi bila ingin menjadi perawat
vokasional atau primary nurse dapat
mengambil
D3
Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Berdasarkan kategori
tingkat pendidikan keperawatan,
maka rata-rata responden masih
tergolong pada perawat primare
nurse.
Gambaran
Pengetahuan
Responden
Tingkat
pengetahuan
responden menunjukan sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup yaitu sebanyak 7
responden
(39%).
Tingkat
pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh berbagai hal, antara lain tingkat
pendidikan, pengalaman, budaya
dan lingkungan sosial. Dalam
penelitian ini menunjukkan sebagian
besar responden memiliki tingkat
pengetahuan dalam kategori cukup
dan baik, namun ada pula 5
responden
(28%)
memiliki
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
pengetahuan yang kurang tentang
pengkajian nyeri pada bayi.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi adanya perawat
yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang tersebut antara lain belum
pernah adanya suatu pelatihan atau
kursus tentang pengjian nyeri pada
bayi yang diberikan pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Sedangkan perawat yang
tingkat pengetahuannya baik dan
cukup tentang pengkajian nyeri pada
bayi sebagian besar diperoleh dari
informasi dalam membaca bukubuku keperawatan terbaru dan
informasi dari rekan-rekan sesama
perawat.
Hasil studi menunjukkan
bahwa pelatihan diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan yang
lebih baik seperti menambah jumlah
dan
tingkat
pengetahuan,
keterampilan
dan
kemampuan
seseorang. Pengetahuan dan atau
keterampilan
diperoleh
untuk
konteks pekerjaan dengan tujuan
untuk
meningkatkan
kinerja
pekerjaan mereka dari waktu ke
waktu (Hawjeng, 2010).
Analisis Bivariat
Hubungan
umur
dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi
Hasil analisis rank spearman
diperoleh kesimpulan tidak terdapat
hubungan yang signifikan umur
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat tentang pengkajian nyeri
pada bayi pada perawat di ruang
NICU
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Penelitian
ini
tidak
menunjukkan adanya hubungan
antara umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi. Umur
perawat
berhubungan
dengan
9
tingkat pengalaman yang dimiliki
oleh perawat terhadap sesuatu hal,
salah satunya tentang pengkajian
nyeri pada bayi. Pengalaman yang
dimiliki oleh perawat seharusnya
menjadi bahan atau masukan bagi
peningkatan pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi.
Namun dalam penelitian ini ternyata
tidak
menunjukkan
adanya
hubungan umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi.
Beberapa
hal
yang
menyebabkan
tidak
adanya
hubungan umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi antara
lain kurangnya pemberian informasi
tentang pengkajian nyeri pada bayi
kepada perawat, baik dalam bentuk
pendidikan kesehatan, seminar,
work shop, dan pelatihan. Faktor lain
yang menyebabkan tidak adanya
hubungan umur perawat dengan
pengkajian nyeri pada bayi adalah
rendahnya
penggunaan
atau
pengkajian nyeri pada bayi yang
dilakukan oleh perawat pada ruang
NICU
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Analisis
serupa
mengungkapkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat di ruang ICU
dengan
usia
mereka
dalam
penanganan nyeri pada bayi. Usia
dan senioritas tidak berkaitan
dengan pengetahuan perawat itu
sendiri tentang penanganan nyeri
(Wang dan Tsai, 2009).
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Marlies (2000) dengan hasil
penelitian bahwa ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan
pengetahuan
perawat
tentang
program monitoring nyeri.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Hubungan masa kerja dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi
Hasil uji Rank Spearman
diperoleh
kesimpulan
bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan tingkat
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada
perawat di ruang NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya hubungan
lama masa kerja perawat dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri
pada
bayi.
Penelitian
menunjukkan semakin lama masa
kerja
perawat,
maka
tingkat
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri semakin baik.
Masa kerja yang dimiliki oleh
perawat
berkaitan
dengan
banyaknya pengalaman yang dimiliki
oleh
perawat
terhadap
suatu
ketrampilan tertentu. Masa kerja
juga berhubungan dengan frekuensi
dan lama interaksi perawat satu
dengan perawat lainnya. Selama
interaksi tersebut, seringkali terjadi
pertukaran informasi, khususnya
tentang
keperawatan.
Adanya
interaksi dan pertukaran informasi
tersebut secara tidak langsung
mampu meningkatkan pengetahuan
perawat, salah satunya tentang
pengkajian nyeri pada bayi. Hal
tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh Alhammad, dkk (2009) yang
menyatakan bahwa orang yang
pengalaman lebih banyak dan
merasa
lebih
layak
untuk
memberikan ide-ide baru untuk
perkembangan
pekerjaan,
sedangkan yang berumur lebih
muda memiliki sedikit pengalaman
dalam pekerjaan mereka dan
cenderung takut untuk mengambil
resiko.
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Gomes
(2010)
yang
10
menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja di ICU
dengan
pengetahuan
perawat
tentang pedoman pencegahan VAP
(Ventilator Associated Pneumonia).
Hubungan tingkat pendidikan
dengan pengetahuan tentang
pengkajian nyeri pada bayi
Hasil uji Rank Spearman
diperoleh
kesimpulan
bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada
perawat di ruang NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Tingkat pendidikan perawat
berkaitan
dengan
banyaknya
pengetahuan keperawatan yang
diperolehnya. Persatuan Perawat
Nasional
Indonesia
(PPNI)
menyebutkan bahwa pendidikan S1
Keperawatan,
peserta
didik
diarahkan untuk mengembangkan
keilmuan
keperawatan
dan
mengembangkan
manajemen
keperawatan.
Sedangkan
pada
pendidikan
DIII
keperawatan,
peserta didik lebih diarahkan kepada
kemampuan
atau
skil
dalam
keperawatan.
Perbedaan
fokus
pendidikan tersebut memungkinkan
mahasiswa
S1
Keperawatan
memiliki tingkat pengetahuan yang
lebih baik dibandingkan mahasiswa
DIII keperawatan.
Menurut Smart (2005) dari
hasil survey didapatkan bahwa
perawat dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dan bekerja pada area
khusus seperti di ruang ICU lebih
konsisten dalam penanganan nyeri.
Hal ini mendukung teori bahwa
setelah lulus dari pendidikan formal
dan meningkatnya pengetahuan
dapat meningkatkan penanganan
nyeri pada bayi dan anak.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Wang dan Tsai
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
(2009) didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan
skor
pengetahuan
perawat dengan pendidikan formal
keperawatan.
Perawat
dengan
tingkat pendidikan sarjana atau
diatasnya
memiliki
skor
pengetahuan lebih tinggi dibanding
dengan perawat yang tingkat
pendidikannya diploma.
penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Messmer
(2009)
yang
menyatakan
bahwa
Hasil
menunjukkan tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan dan sikap berlatih
perawat
mengenai
manajemen
nyeri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Umur perawat di ruang NICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
sebagian besar berumur 31-45
tahun.
2. Masa kerja perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar 11-20
tahun.
3. Tingkat Pendidikan di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar adalah
DIII Keperawatan.
4. Pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar adalah
cukup.
5. Tidak terdapat hubungan umur
perawat dengan pengetahuan
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
6. Terdapat hubungan masa kerja
perawat dengan pengetahuan
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
11
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, dimana semakin lama
masa kerja maka pengetahuan
semakin baik
7. Terdapat
hubungan
tingkat
pendidikan
perawat
dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta,
dimana
semakin
tinggi pendidikan perawat maka
pengetahuannya semakin baik.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Manajemen
rumah
sakit
hendaknya
mengupayakan
pemberian pendidikan kesehatan
kepada
perawat
misalnya
dengan kegiatan seminar, work
shop, dan pelatihan untuk
meningkatkan
pengetahuan
perawat dalam dunia kesehatan
yang semakin maju.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil
penelitian
dapat
menjadikan
acuan
bahwa
pengetahuan
yang
baik
berpengaruh
terhadap
kepatuhan perawat. Untuk itu
institusi pendidikan keperawatan
hendaknya membekali siswanya
dengan
ilmu
keperawatan
sebaik-baiknya,
sehingga
mampu
menopang tugas
mereka dalam kerja mereka.
3. Bagi Perawat
Perawat
hendaknya
meningkatkan
pengetahuan
mereka dengan
mengikuti
kegiatan-kegiatan pembelajaran
seperti
pelatihan,
seminar,
workshop dan lain-lain. Selain itu
perawat perlu meningkatkan
pendidikan mereka dari D3
menjadi sarjana (S1) sehingga
pengetahuan dan ketrampilan
mereka lebih meningkat.
4. Bagi Peneliti
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Peneliti
menyarankan
hendaknya ada tindak lanjut dari
hasil penelitian yang dilakukan,
misal
memberikan
penkes
kepada para perawat khususnya
di ruang KBRT dan NICU RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, S.M. (2010). Dasardasar Demografi. Jakarta:
Salemba 4
Alhammad, Fawwaz,dkk. (2009).
Knowledge Sharing in the
Jordanian
Universities.
Journal
of
Knowledge
Management Practice, Vol.
10, No. 3.
American Academy of Pediatrics,
(2006).
Prevention
and
Management of pain in the
Neonate:
An
Update.
http://pediatrics.aappublicatio
ns.org/content/118/5/2231.ful
l.html
Board of Nursing. (2001). Pain
Management
Nursing
Role/Core Competency a
Guide for Nurses.
Burns, C.E, et all. (2004). Pediatric
Primary Care: A Handbook
for Nurse Practitioners (3rd
Ed). Saunders: Missouri
Gardner, L & Merenstein, G. (2002).
Hand Book of Neonatal
Intensive Care. Mosby.
Gomes, Viviana P.R. (2010).
Knowledge Of Intensive Care
Nurses On Evidence Based
Guidelines For Prevention Of
Ventilator Associated
Pneumonia. Johannesburg
Hall,
12
Angela. (2005, Nov 29).
Definising
Nursing
Knowledge. Nursing Times.
Hawjeng Chou, Yi-Hsuan lee,
Purnomo H.P. (2010). The
Influences
Transfer
of
Training on Relationship
Between
Knowledge
Characteristic
of
Work
Design Model and Outcomes.
International
Journal
of
Innovation, Management and
Technology, Vol 1, no. 2,
June 2010, ISSN: 2010-0248.
Kozier, barbara. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik
(Edisi
7
Volume
2)
(Wahyuningsih, penerjemah).
Jakarta: EGC.
Lissauer, T and Fanaroff, A. (2009).
At a Glance Neonatologi.
EMS.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu
Perilaku Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Marlies, E.J. (2000). A Pain
Monitoring
Progran
for
Nurses: Effects on Nurse’s
Pain Knowledge and Attitude.
Journal
of
Pain
And
Syimptom
Management,
2000;19:457-467.
Messmer, Sherry. (2009). Pain
Management:
Knowledge
And Attitudes Of Senior
Nursing
Students
And
Practicing
Registered
Nurses.
http://udini.proquest.com/vie
w/pain-managementknowledge-andpqid:1949552471/
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Nursalam. (2003). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pain in Infants. (2007). Children’s
Hospital
and
Clinic
of
Minnesota.
Patricia, J. “ Management Nyeri:
Penilaian
Pengetahuan
Perawat Bedah “. Medsurg
Keperawatan.
FindArticles.com. 29 April
2011.
Retta, Christine. (2005). Neonatal
Pain.
Clinical
Videoconferencing Network.
Riwidikdo,
Handoko.
(2010).
Statistika
Kesehatan.
Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Santoso, Bambang dan Mubarak,
Wahit. (2006). Buku Ajar
Keperawatan
Komunitas.
Jakarta: Sagung Seto.
Setiyohadi, Bambang, dkk. (2007).
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: FKUI.
Smart, Sue. (2005). Post Operative
Pain
Management
Knowledge and Attitude of
Paediatric Nurses. Victoria
University of Wellington.
Smeltzer dan bare. (2002). Buku
Ajar keperawatan MedikalBedah (Edisi 8) (Agung, dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Wang, Hsiang-Ling dan Tsai, YunFang. (2010). Journal of
clinical nursing, 19,31883196.
13
Wilson, David & Hockenberry.
(2008). Clinical manual of
pediatric nursing (7th ed).
Mosby.
Wong, D. L. (2004). Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik (Edisi
4)
(Monica
Ester,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Citra Wulandari: Mahasiswa S1
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura
** Siti Arifah S.Kp, M.kes: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
*** Vinami Yulian S.Kep, Ns:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura
DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI DI RUANG NICU
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
Nama: Citra Wulandari
NIM : J.210.080.020
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI
DI RUANG NICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Citra Wulandari.*
Siti Arifah, S.Kp, M.kes **
Vinami Yulian, S.Kep,Ns ***
Abstrak
Masalah nyeri pada bayi merupakan masalah yang kompleks sehingga
pengkajian nyeri pada bayi berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang
dewasa. Pengkajian nyeri pada bayi sering sulit dilakukan karena mereka tidak
mampu mengutarakan rasa nyeri dengan kata-kata, sehingga perawat harus
memiliki keterampilan yang spesifik khususnya dalam mengkaji nyeri pada bayi.
Namun sangat sulit untuk membedakan tangisan bayi yang disebabkan karena
rasa nyeri atau rasa takut, sehingga hal ini berdampak pada proses pengkajian
nyeri pada bayi. Peran pemberi perawatan pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk
menghilangkan nyeri. Peran perawat dalam mengkaji nyeri pada bayi yaitu
antisipasi, komprehensif dan berkelanjutan dalam penilaian variabel, mampu
membedakan antara cemas dan ekspresi nyeri pada bayi prematur, terus
berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, advokasi dan menerapkan
pengobatan yang tepat waktu serta efektif. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat
pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. Penelitian ini
merupakan penelitian studi deskriptip korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang berada di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 18 orang, sedangkan teknik
sampling adalah total sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner
pengetahuan dan dokumentasi data demografi perawat. Teknik analisis data
menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tidak
terdapat hubungan antara umur perawat dengan pengetahuan tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, (2) terdapat hubungan antara masa kerja perawat dengan
pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat di ruang NICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin lama masa kerja maka
pengetahuan semakin baik, (3) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
perawat dengan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada bayi pada perawat
di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimana semakin tinggi pendidikan
perawat maka pengetahuannya semakin baik.
Kata kunci:
umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pengkajian nyeri
pada bayi.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS WITH
THE LEVEL OF KNOWLEDGE NURSE ABOUT PAIN ASSESSMENT IN
BABY AT NICU RSUD Dr. MOEWARDI OF SURAKARTA
Citra Wulandari.*
Siti Arifah S.Kp, M.kes **
Vinami Yulian S.Kep, Ns ***
Abstraction
The problem of pain in baby is a complex problem so that assessment pain in
baby is different from adult. Assessment on pain in baby are often hard to do
because they are unable to proposes painfull with the words, so that the nurses
must have specific skill especially in reviewing pain in a baby. But it very difficult
to distinguish a crying baby caused because painfull or fear, so, this is an impact
on the process for the assessment pain in a baby. The role of the giver
maintenance at handling of pain that is to identify, treat the cause of pain and
dispensing drugs for the relief of pain.. The role of nurses in the assessment of
pain in baby, namely anticipation, comprehensive and sustainable in the
assessment of variables, able to distinguish between anxious and premature
infant pain expression, continued to communicate with health care providers,
advocacy and implementing timely treatment and effective. The purpose of this
research is to know the relationship between demographic characteristics with
the level of knowledge nurse about pain assessment in baby. This research is
research study descriptive correlative with the approach of cross sectional.
Population research was all nurses who were in the NICU at Dr. Moewardi
Hospital of Surakarta which totaled 18 people, the sampling techniques is the
total sampling. Instrument research a questionnaire form of knowledge and
documentation data demographic nurse. The analysis of data use test rank
spearman. This research concluded that: (1) there was no relationship between
age of nurses with the knowledge of nurse about pain assessment in baby in the
NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, (2) there is relationship between
working time a nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in
the NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the longer working time
and knowledge are getting better, ( 3 ) there is relationship between the level of
education nurse with knowledge of nurse about pain assessment in baby in the
NICU at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta, where the higher education nurse
hence their knowledge is getting better
Key word:
age, time of working, education, knowledge, pain assessment in
baby.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan pengalaman
kortikal subjektif. Walaupun tidak
mungkin
bagi
bayi
untuk
menggambarkan
pengalaman
nyerinya, namun terkait bukti yang
baik dari respon fisiologik dan
perilaku bahwa mereka merespon
terhadap
nyeri
dan
hal
ini
menyebabkan
distres.
Nyeri
merupakan salah satu perhatian
utama dari orangtua terhadap bayi
mereka yang dirawat di perawatan
intensif atau menjalani prosedur
tertentu. Pada usia gestasi 30
minggu terbentuk mielisasi pada
jaras nyeri dan perkembangan
sinaps medula spinalis dengan
serabut-serabut sensorik pada janin,
maka bayi baru lahir dan bayi
preterm dapat merasakan nyeri
(Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Nyeri adalah suatu rasa yang
tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Menurut The International
Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri didefisinikan sebagai
pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan
jaringan
atau
potensial
akan
menyebabkan kerusakan jaringan
(Setiyohadi, 2007).
Pencegahan nyeri pada bayi
seharusnya menjadi tujuan utama
bagi perawat atau tenaga medis
lainnya, karena seringnya terpapar
oleh nyeri yang berulang atau terusmenerus
akan
berpotensi
mengakibatkan kerusakan yang
serius. kerusakan yang terjadi
termasuk
adanya
perubahan
sensitivitas nyeri (akan berakhir
pada masa remaja), kerusakan
syaraf
yang
permanen,
keabnormalan
pada
perilaku,
ketidakmampuan
pembelajaran.
Bayi yang beresiko tinggi mengalami
kerusakan dalam perkembangan
syaraf yaitu bayi yang lahir prematur
1
((American Academy of Pediatrics,
2006).
Pada
bayi
nyeri
dapat
diekspresikan melalui menangis atau
isyarat perilaku (Mc Caffrey &
Beebe, 1989 dikutip dari Wong,
2004). Pada umumnya bayi dapat
mengekspresikan rasa nyeri dengan
perubahan
perilaku
seperti
perubahan
ekspresi
wajah,
menangis, dan
posisi postural
tertentu
seperti;
menggeliat,
menyentak, dan menggapai-gapai
(American Academy of Pediatrics,
2006).
Masalah nyeri pada bayi
merupakan masalah yang kompleks
sehingga pengkajian nyeri pada bayi
berbeda dengan pengkajian nyeri
pada orang dewasa. Pengkajian
nyeri pada bayi sering sulit dilakukan
karena
mereka tidak
mampu
mengutarakan rasa nyeri dengan
kata-kata, sehingga perawat harus
memiliki keterampilan yang spesifik
khususnya dalam mengkaji nyeri
pada bayi. Namun sangat sulit untuk
membedakan tangisan bayi yang
disebabkan karena rasa nyeri atau
rasa takut, sehingga hal ini
berdampak pada proses pengkajian
nyeri pada bayi.
Menurut Smetlzer dan Bare
(2002) Peran pemberi perawatan
pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi,
mengobati
penyebab nyeri dan memberikan
obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri.
Perawat
tidak
hanya
berkolaborasi
dengan
tenaga
profesional kesehatan lain tetapi
juga memberikan intervensi pereda
nyeri,
mengevaluasi
efektivitas
intervensi dan bertindak sebagai
advokat pasien saat intervensi tidak
efektif. Adapun peran perawat dalam
mengkaji nyeri pada bayi yaitu
antisipasi,
komprehensif
dan
berkelanjutan
dalam
penilaian
variabel,
mampu
membedakan
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
antara cemas dan ekspresi nyeri
pada
bayi
prematur,
terus
berkomunikasi dengan penyedia
layanan kesehatan, advokasi dan
menerapkan pengobatan yang tepat
waktu serta efektif saat bayi rewel ;
cemas; dan nyeri, evaluasi proaktif
tentang
rencana
perawatan
(Gardner and Merenstein, 2002).
Pengetahuan perawat tentang
penilaian nyeri dan intervensi sangat
penting untuk management nyeri
yang efektif dan berkualitas dalam
perawatan pasien (Patricia, 2011).
Berbagai tekhnik pendekatan atau
alat ukur yang paling sering
digunakan untuk mengukur respon
nyeri pada bayi adalah CRIES, PRS,
NIPS, FLACC (Wilson, 2008).
Ilmu demografi merupakan
suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan
kependudukan
dengan
memanfaatkan data-data statistik
kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan
statitik data penduduk terutama
mengenai
perubahan
jumlah,
persebaran
dan
komposisi/strukturnya. Karakteristik
demografi terdiri dari umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan
masa bekerja seorang perawat
(Adioetomo, 2010).
Berdasarkan
pengalaman
peneliti tidak pernah menjumpai
perawat yang melakukan pengkajian
nyeri pada bayi. Nyeri pada bayi
masih sering terabaikan oleh tenaga
kesehatan. Pada penelitian ini untuk
mengetahui
pentingnya
pengetahuan
perawat
akan
pengkajian nyeri pada bayi maka
peneliti
ingin
mendeskripsikan
hubungan
antara
karakteristik
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat. Maka peneliti melakukan
penelitian di sebuah rumah sakit
yaitu RS Dr. Moewardi Surakarta di
ruang NICU yang khusus menangani
2
bayi dalam kondisi intensive. Oleh
karena itu penelitian ini bisa
memberikan
gambaran
yang
berguna
bagi
pelayanan
keperawatan di Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas perawat diharapkan memiliki
pengetahuan dan kompetensi dalam
melakukan tindakan khususnya
pengkajian rasa nyeri pada bayi.
Maka perlu diteliti oleh penulis suatu
permasalahan tentang “Hubungan
antara
Karakteristik
Demografi
dengan
Tingkat
Pengetahuan
Perawat tentang Pengkajian Nyeri
pada Bayi di Ruang NICU RS Dr.
Moewardi Surakarta “
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik
demografi
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi
Ruang NICU RS Dr. Moewardi
Surakarta.
LANDASAN TEORI
Pengetahuan
Pengetahuan perawat adalah
pengetahuan yang didapat dari dua
sumber yaitu dari hasil pengalaman
paktik dan dari hasil penelitian atau
teori.
Namun,
pengalaman
dibutuhkan
untuk
generasi
pengetahuan
keperawatan
dan
bahwa kedua tipe pengetahuan
tersebut (pengalaman dan teori)
dibutuhkan untuk merawat pasien
secara efektif. Perawat tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan namun
juga membutuhkan kemampuan
untuk menerapkan dalam praktik
dan butuh untuk menjadi ‘pelaku
yang berpengetahuan’ (Hall, 2005).
Pengetahuan kesehatan adalah
mencakup semua yang diketahui
oleh seseorang terkait dengan sehat
dan
sakit
atau
kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan Perawat
Menurut
Santoso
dan
Mubarak (2006) faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan
adalah :
1. Pendidikan
Makin
tinggi
pendidikan
seseorang
makin
mudah
menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan
yang
dimiliki.
Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan
menghambat
perkembangan
sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan.
Perawat
dengan
tingkat
pendidikan
sarjana
atau
diatasnya
memiliki
skor
pengetahuan
lebih
tinggi
dibanding dengan perawat yang
tingkat pendidikannya diploma.
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah
yang mebosankan, berulang dan
banyak tantangan.
Berdasarkan
penelitian
pengetahuan seseorang akan
bertambah dengan bekerja. Hal
ini dikarenakan saat bekerja
dapat
berbagi
pengetahuan
dengan rekan kerja lainnya,
seperti mengadakan organisasi
dan kerja tim (Alhammad, dkk,
2009).
3. Umur
Umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun.
Berdasarkan
hasil
studi
menunjukkan bahwa orang yang
berumur
lebih
tua
pengalamannya lebih banyak
dan merasa lebih layak untuk
memberikan ide-ide baru untuk
perkembangan
pekerjaan,
sedangkan yang berumur lebih
3
muda
memiliki
sedikit
pengalaman dalam pekerjaan
mereka dan cenderung takut
untuk
mengambil
resiko
(Alhammad, dkk, 2009). Menurut
Wang dan Tsai (2009) Usia dan
senioritas tidak berkaitan dengan
pengetahuan perawat itu sendiri
khususnya tentang penanganan
nyeri pada bayi.
Konsep nyeri
Nyeri merupakan suatu yang
sangat tidak menyenangkan dan
merupakan sensasi yang sangat
personal yang tidak dapat dibagi
dengan orang lain. Nyeri dapat
memenuhi
pikiran
seseorang,
mengarahkan semua aktivitas, dan
mengubah kehidupan seseorang.
Namun nyeri adalah konsep yang
sulit untuk dikomunikasikan oleh
seorang klien. Seorang perawat
tidak dapat merasa ataupun melihat
nyeri yang dialami klien (kozier,
2010).
Nyeri pada bayi merupakan
persepsi kompleks yang melibatkan
interaksi saraf yang mengirimkan
impuls atau rangsangan yang
ditimbilkan
karena
adanya
kerusakan jaringan (Burns, 2004).
Menurut
The
International
Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri pada bayi didefisinikan
sebagai pengalaman sensorik dan
emosional
yang
tidak
menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau
potensial
akan
menyebabkan
kerusakan jaringan (Setiyohadi,
2007).
Penyebab Nyeri pada Bayi
1) Iskemia jaringan
2) Spasme otot
3) Trauma lahir
4) Lingkungan yang berbahaya
5) Pembedahan
6) Injeksi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
7) Terpasang ventilasi mekanik
8) ETT suction
9) Sirkumsisi
10) Kateterisasi
(Retta, 2005)
Jenis Nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri yang timbul segera setelah
rangsangan dan hilang setelah
penyembuhan.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang menetap selama
lebih dari 3 bulan walaupun
proses penyembuhan seudah
selesai.
Mekanisme Nyeri pada Bayi
Proses nyeri mulai stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxious
sampai
terjadinya
pengalaman
subyektif nyeri adalah suatu seri
kejadian elektrik dan kimia yang bisa
dikelompokkan menjadi 4 proses,
yaitu:
transduksi,
transmisi,
modulasi, dan persepsi.
Secara singkat mekanisme
nyeri
dimulai
dari
stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxious
pada jaringan, yang kemudian akan
mengakibatkan stimulasi nociceptor
dan stimulus noxious tersebut akan
dirubah menjadi potensial aksi.
Proses ini disebut transduksi atau
aktivasi
receptor.
Selanjutnya
potensial
aksi
tersebut
akan
ditransmisikan
menuju
neuron
susunan
saraf
pusat
yang
berhubungan dengan nyeri. Tahap
pertama transmisi adalah konduksi
impuls dari neuron aferen primer ke
kornu dorsalis medula spinalis, pada
kornu dorsalis ini neuron aferen
primer nersinap dengan neuron
susunan saraf pusat. Dari sini
jaringan neuron tersebut akan naik
ke atas medula spinalis menuju
batang
otak
dan
talamus.
Selanjutnya terjadi hubungan timbal
balik antara talamus dan pusat-pusat
4
yang lebih tinggi di otak yang
mengurusi respons persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan
nyeri.
Tetapi
rangsangan
nosiseptifptif
tidak
selalu
menimbulkan persepsi nyeri dan
sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi
tanpa
stimulasi
nosiseptifptif.
Terdapat proses modulasi sinyal
yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut, tempat modulasi
sinyal yang paling diketahui adalah
pada kornu dorsalis medula spinalis.
Proses terakhir adalah persepsi,
dimana pesan nyeri di relai menuju
ke
otak
dan
menghasilkan
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan (Setiyohadi, 2007).
Respon Nyeri pada Bayi
Menurut
Lissauer
dan
fanaroff (2009) bahwa respon nyeri
pada bayi pada umumnya dapat
dinilai secara klinis berdasarkan :
1. Respon fisiologik : denyut
jantung meningkat, perubahan
laju pernapasan, penurunan
saturasi oksigen, perubahan
warna/sianosis, tekanan darah
meningkat, keringat pada telapak
tangan.
2. Respon perilaku : ekspresi wajah
meringis,
tubuh menggeliat,
menangis, tubuh kaku, tangan
mencengkram,
wajah
kemerahan, ekstremitas fleksi,
gelisah.
3. Respon
metabolik
:
hiperglikemia,
asidosis
metabolik,
hormon
stres
misalnya kortisol, glukosa darah,
laktat.
Peran Perawat dalam Mengurangi
Nyeri pada Bayi
1. Merubah lingkungan bayi seperti
mengurangi kebisingan
dan
aktivitas berlebih.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
2. Memberikan dot atau empeng
dapat membantu mengurangi
nyeri bayi yang sedang dirawat.
3. Meninabobokan bayi.
4. Melakukan
distraksi
seperti
menggunakan musik, suara yang
menenangkan, atau bernyanyi
dapat mengalihkan perhatian
bayi terhadap rasa nyeri.
5. Memijat atau mengelus-ngelus
bayi dapat merilekskan otot dan
syaraf yang mengirim sinyal
nyeri menuju otak.
6. Memberikan
sesuatu
yang
hangat atau dingin seperti
handuk hangat atau kantung es
pada
area
luka
dapat
mengurangi
nyeri
akibat
inflamasi atau luka pada otot.
(Children’s Hospital and Clinic of
Minnesota)
Peran Perawat dalam Penanganan
Nyeri pada Bayi
1. Mengkaji nyeri
a. Perawat menggunakan alat
ukur pengkajian nyeri yang
tepat dan baku
b. Perawat mampu mengetahui
perbedaan dalam kategori
nyeri (akut dan kronis)
c. Perawat mampu mengetahui
sumber nyeri yang banyak
berpotensi (neurologi,
muscular, skeletal, visceral)
d. Perawat mengkaji pola nyeri
pasien, termasuk
pengalaman nyeri; metodemetode nyeri; pengaruh
budaya; dan bagaimana
individu menangani nyerinya.
2. Intervensi dalam Pengobatan
Farmakologi dan Nonfarmakologi
a. Perawat mampu mengetahui
intervensi farmakologi
mengenai opioid, non-opioid,
dan terapi obat (dosis, efek
samping, pengaruh obat, dll)
5
b. Perawat mampu mengetahui
pengobatan non-farmakologi
dalam penanganan nyeri bayi
(digendong, diberi dot,
ditimang, dll)
(Board of Nursing, 2001).
Demografi
Ilmu demografi merupakan
suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan
kependudukan
dengan
memanfaatkan data-data statistik
kependudukan serta perhitunganperhitungan secara matematis dan
statitik data penduduk terutama
mengenai
perubahan
jumlah,
persebaran
dan
komposisi/strukturnya. Perubahanperubahan tersebut dipengaruhi oleh
perubahan
pada
komponenkomponen
utama
pertumbuhan
penduduk, yaitu fertilitas, mortalitas,
dan migrasi, yang menyebabkan
perubahan pada jumlah, srtuktur,
dan persebaran penduduk. Faktorfaktor karakteristik demografi terdiri
dari umur, tingkat pendidikan, masa
bekerja (Adioetomo, 2010).
Penilaian Skala Nyeri Bayi
Beberapa
instrumen
pengkajian yang dapat dilakukan
dalam pengkajian nyeri pada bayi.
1) CRIES (crying, requires oxygen
saturation, increased vital signs,
expression, sleeplessness)
2) PRS (Pain Rating Scale)
3) NIPS (Neonatal/Infant Pain
Scale)
4) FLACC (Face Legs Activity Cry
Consolability)
Hipotesis
Adakah
hubungan
antara
karakteristik
demografi
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi?
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
METODELOGI PENELITIAN
6
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Rancangan Penelitian
Analisis Univariat
Penelitian ini menggunakan metode
studi deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Metode
deskriptif yaitu metode penelitian
bentuk analisis yang menyampaikan
sebaran atau distribusi dalam bentuk
frekuensi, yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi
ataupun bentuk diagram ataupun
dalam bentuk narasi (Riwidikdo,
2010).
Deskriptif
korelasional
bertujuan
mengungkapkan
hubungan korelatif antar variabel
(Nursalam, 2003)
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang berada di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang berjumlah 18 orang.
Penelitian ini mengambil sampel
dengan teknik total sampling yaitu
pengambilan sampel dengan cara
mengambil seluruh sampel yang
diteliti.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur
berupa kuesioner pengetahuan dan
data demografi perawat.
Analisis Data
Pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
yang
digunakan untuk mencari hubungan
dua variabel. Dalam penelitian ini
menggunakan uji Rank Spearman
dan di olah menggunakan progam
SPSS 15,00.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden menurut
Tingkat Umur
N
Umur
Frek
%
o
Responden
1. 20 – 30 tahun
1
6
2. 31 – 45 tahun
16
89
3. > 45 tahun
1
6
Jumlah
18
100
Berdasarkan tabel 1 nampak
bahwa sebagian besar responden
memiliki umur 31-45 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (89%) dan
sisanya 1 responden (6%) berusia
20-30 tahun dan 1 responden (6%)
berusia lebih dari 45 tahun.
Data statistik berupa tendensi
sentral umur responden diketahui
bahwa umur terendah responden
adalah 28 tahun, umur tertinggi 46
tahun, rata-rata 36,3 tahun, dan
standar deviasi 4,76.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Masa Kerja
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden menurut Masa
Kerja
Masa
N
Kerja
Frek
%
o
Responde
n
1.
5 - 10
tahun
8
44
2.
11 – 20
tahun
10
56
Jumlah
18
100
Berdasarkan
tabel
2
menunjukkan distribusi tertinggi
responden adalah bekerja antara 11-
7
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
20 tahun yaitu sebanyak 10
responden (56%) dan sisanya 8
responden (44%) memiliki lama
kerja antara 5-10 tahun.
Data statistik berupa tendensi
sentral masa kerja responden
diketahui
bahwa
masa
kerja
terendah
terendah
responden
adalah 5 tahun, tertinggi 17 tahun,
rata-rata 11,72 tahun, dan standar
deviasi 3,34.
responden (33%), dan kurang
sebanyak 5 responden (28%).
Tendensi
sentral
skor
pengetahuan
diperoleh
skor
terendah 13, tertinggi 21, rata-rata
16,72 tahun, dan standar deviasi
2,72. Berdasarkan skor rata-rata
maka prosentase skor jawaban
responden adalah 66,9%, sehingga
dikategorikan pengetahuan cukup.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Pendidikan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Responden menurut
Pendidikan
N
Pendidikan
Frek
%
o
Responden
1. Rendah (DIII)
10
56
2.
Tinggi (S1)
8
44
Jumlah
18
100
Analisis Bivariat
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Rank
Spearman
Berdasarkan
tabel
3
menunjukkan
bahwa
tingkat
pendidikan
tertinggi
responden
adalah pendidikan rendah yaitu DIII
Keperawatan
sebanyak
10
responden (56%) dan sisanya 8
responden (44%) berpendidikan S1
Keperawatan.
Distribusi Frekuensi Responden
menurut Pengetahuan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Responden Menurut
Pengetahuan
N
o
1.
2.
3.
Pengetahua
n
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Frek
%
5
7
6
18
28
39
33
100
Berdasarkan tabel 4 nampak
bahwa distribusi tertinggi tingkat
pengetahuan responden adalah
cukup yaitu sebanyak 7 responden
(39%), selanjutnya baik sebanyak 6
N
o
1.
2.
3.
Hubungan
Umur dengan
pengetahuan
Masa
kerja
dengan
pengetahuan
Pendidikan
dengan
pengetahuan
rhit
p-v
0,222
0,37
6
0,641
0,00
4
0,504
0,03
3
Berdasarkan ringkasan hasil
uji Rank Spearman tersebut, maka
dapat
diinterpretasikan
sebagai
berikut:
1. Hasil uji korelasi Rank Spearman
umur
dengan
pengetahuan
diperoleh nilai rhitung sebesar
0,222 dengan nilai signifikansi
(p-value) 0,376. Karena nilai pvalue lebih besar dari 0,05
(0,376 > 0,05) maka keputusan
uji adalah H0 diterima, sehingga
disimpulkan
tidak
terdapat
hubungan antara umur dengan
tingkat pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Hasil uji korelasi Rank Spearman
masa kerja dengan pengetahuan
diperoleh nilai rhitung sebesar
0,641 dengan nilai signifikansi
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
(p-value) 0,004. Karena nilai pvalue lebih kecil dari 0,05 (0,004
< 0,05) maka keputusan uji
adalah H0 ditolak, sehingga
disimpulkan terdapat hubungan
yang kuat antara masa kerja
dengan tingkat pengetahuan
perawat tentang pengkajian nyeri
pada bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
3. Hasil uji korelasi Rank Spearman
tingkat
pendidikan
dengan
pengetahuan diperoleh nilai rhitung
sebesar 0,504 dengan nilai
signifikansi
(p-value)
0,033.
Karena nilai p-value lebih kecil
dari 0,05 (0,033 < 0,05) maka
keputusan uji adalah H0 ditolak,
sehingga disimpulkan terdapat
hubungan yang sedang antara
tingkat
pendidikan
dengan
tingkat pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Pembahasan
Gambaran Umur Responden
Hasil analisis menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki umur 31-45 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (89%).
Kondisi ini disebabkan sebagian
besar perawat di NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta merupakan
perawat yang telah memiliki lama
kerja di atas 5 tahun hingga 20
tahun.
Gambaran Masa Kerja Responden
Hasil analisis data diperoleh
data
bahwa
sebagian
besar
responden memiliki masa kerja
antara 11-20 tahun yaitu sebanyak
10 responden (56%). Masa kerja
responden berhubungan dengan
lamanya seseorang berkecimpung
8
dalam satu bidang yang sama.
Semakin
lama
kerja,
maka
pengalaman yang dimiliki oleh
seseorang
akan
bertambah.
Berdasarkan
pengalaman
yang
diperolehnya
tersebut,
maka
pengetahuannya akan bertambah.
Gambaran Tingkat Pendidikan
Responden
Tingkat
pendidikan
responden menunjukkan sebagian
besar adalah DIII Keperawatan
sebanyak 10 responden (56%).
Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia (PPNI) menata jenis dan
jenjang pendidikan keperawatan
menurut
Undang-Undang
(UU)
20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Seorang
perawat
profesional (RN) lulusan SLTA harus
menempuh pendidikan akademik S1
Keperawatan dan Profesi Ners.
Tetapi bila ingin menjadi perawat
vokasional atau primary nurse dapat
mengambil
D3
Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Berdasarkan kategori
tingkat pendidikan keperawatan,
maka rata-rata responden masih
tergolong pada perawat primare
nurse.
Gambaran
Pengetahuan
Responden
Tingkat
pengetahuan
responden menunjukan sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup yaitu sebanyak 7
responden
(39%).
Tingkat
pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh berbagai hal, antara lain tingkat
pendidikan, pengalaman, budaya
dan lingkungan sosial. Dalam
penelitian ini menunjukkan sebagian
besar responden memiliki tingkat
pengetahuan dalam kategori cukup
dan baik, namun ada pula 5
responden
(28%)
memiliki
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
pengetahuan yang kurang tentang
pengkajian nyeri pada bayi.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi adanya perawat
yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang tersebut antara lain belum
pernah adanya suatu pelatihan atau
kursus tentang pengjian nyeri pada
bayi yang diberikan pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Sedangkan perawat yang
tingkat pengetahuannya baik dan
cukup tentang pengkajian nyeri pada
bayi sebagian besar diperoleh dari
informasi dalam membaca bukubuku keperawatan terbaru dan
informasi dari rekan-rekan sesama
perawat.
Hasil studi menunjukkan
bahwa pelatihan diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan yang
lebih baik seperti menambah jumlah
dan
tingkat
pengetahuan,
keterampilan
dan
kemampuan
seseorang. Pengetahuan dan atau
keterampilan
diperoleh
untuk
konteks pekerjaan dengan tujuan
untuk
meningkatkan
kinerja
pekerjaan mereka dari waktu ke
waktu (Hawjeng, 2010).
Analisis Bivariat
Hubungan
umur
dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi
Hasil analisis rank spearman
diperoleh kesimpulan tidak terdapat
hubungan yang signifikan umur
dengan
tingkat
pengetahuan
perawat tentang pengkajian nyeri
pada bayi pada perawat di ruang
NICU
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Penelitian
ini
tidak
menunjukkan adanya hubungan
antara umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi. Umur
perawat
berhubungan
dengan
9
tingkat pengalaman yang dimiliki
oleh perawat terhadap sesuatu hal,
salah satunya tentang pengkajian
nyeri pada bayi. Pengalaman yang
dimiliki oleh perawat seharusnya
menjadi bahan atau masukan bagi
peningkatan pengetahuan perawat
tentang pengkajian nyeri pada bayi.
Namun dalam penelitian ini ternyata
tidak
menunjukkan
adanya
hubungan umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi.
Beberapa
hal
yang
menyebabkan
tidak
adanya
hubungan umur perawat dengan
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi antara
lain kurangnya pemberian informasi
tentang pengkajian nyeri pada bayi
kepada perawat, baik dalam bentuk
pendidikan kesehatan, seminar,
work shop, dan pelatihan. Faktor lain
yang menyebabkan tidak adanya
hubungan umur perawat dengan
pengkajian nyeri pada bayi adalah
rendahnya
penggunaan
atau
pengkajian nyeri pada bayi yang
dilakukan oleh perawat pada ruang
NICU
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Analisis
serupa
mengungkapkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat di ruang ICU
dengan
usia
mereka
dalam
penanganan nyeri pada bayi. Usia
dan senioritas tidak berkaitan
dengan pengetahuan perawat itu
sendiri tentang penanganan nyeri
(Wang dan Tsai, 2009).
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Marlies (2000) dengan hasil
penelitian bahwa ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan
pengetahuan
perawat
tentang
program monitoring nyeri.
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Hubungan masa kerja dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi
Hasil uji Rank Spearman
diperoleh
kesimpulan
bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan tingkat
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada
perawat di ruang NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya hubungan
lama masa kerja perawat dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri
pada
bayi.
Penelitian
menunjukkan semakin lama masa
kerja
perawat,
maka
tingkat
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri semakin baik.
Masa kerja yang dimiliki oleh
perawat
berkaitan
dengan
banyaknya pengalaman yang dimiliki
oleh
perawat
terhadap
suatu
ketrampilan tertentu. Masa kerja
juga berhubungan dengan frekuensi
dan lama interaksi perawat satu
dengan perawat lainnya. Selama
interaksi tersebut, seringkali terjadi
pertukaran informasi, khususnya
tentang
keperawatan.
Adanya
interaksi dan pertukaran informasi
tersebut secara tidak langsung
mampu meningkatkan pengetahuan
perawat, salah satunya tentang
pengkajian nyeri pada bayi. Hal
tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh Alhammad, dkk (2009) yang
menyatakan bahwa orang yang
pengalaman lebih banyak dan
merasa
lebih
layak
untuk
memberikan ide-ide baru untuk
perkembangan
pekerjaan,
sedangkan yang berumur lebih
muda memiliki sedikit pengalaman
dalam pekerjaan mereka dan
cenderung takut untuk mengambil
resiko.
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Gomes
(2010)
yang
10
menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja di ICU
dengan
pengetahuan
perawat
tentang pedoman pencegahan VAP
(Ventilator Associated Pneumonia).
Hubungan tingkat pendidikan
dengan pengetahuan tentang
pengkajian nyeri pada bayi
Hasil uji Rank Spearman
diperoleh
kesimpulan
bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan
perawat
tentang
pengkajian nyeri pada bayi pada
perawat di ruang NICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Tingkat pendidikan perawat
berkaitan
dengan
banyaknya
pengetahuan keperawatan yang
diperolehnya. Persatuan Perawat
Nasional
Indonesia
(PPNI)
menyebutkan bahwa pendidikan S1
Keperawatan,
peserta
didik
diarahkan untuk mengembangkan
keilmuan
keperawatan
dan
mengembangkan
manajemen
keperawatan.
Sedangkan
pada
pendidikan
DIII
keperawatan,
peserta didik lebih diarahkan kepada
kemampuan
atau
skil
dalam
keperawatan.
Perbedaan
fokus
pendidikan tersebut memungkinkan
mahasiswa
S1
Keperawatan
memiliki tingkat pengetahuan yang
lebih baik dibandingkan mahasiswa
DIII keperawatan.
Menurut Smart (2005) dari
hasil survey didapatkan bahwa
perawat dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dan bekerja pada area
khusus seperti di ruang ICU lebih
konsisten dalam penanganan nyeri.
Hal ini mendukung teori bahwa
setelah lulus dari pendidikan formal
dan meningkatnya pengetahuan
dapat meningkatkan penanganan
nyeri pada bayi dan anak.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Wang dan Tsai
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
(2009) didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan
skor
pengetahuan
perawat dengan pendidikan formal
keperawatan.
Perawat
dengan
tingkat pendidikan sarjana atau
diatasnya
memiliki
skor
pengetahuan lebih tinggi dibanding
dengan perawat yang tingkat
pendidikannya diploma.
penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Messmer
(2009)
yang
menyatakan
bahwa
Hasil
menunjukkan tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan dan sikap berlatih
perawat
mengenai
manajemen
nyeri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Umur perawat di ruang NICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
sebagian besar berumur 31-45
tahun.
2. Masa kerja perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar 11-20
tahun.
3. Tingkat Pendidikan di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar adalah
DIII Keperawatan.
4. Pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta sebagian besar adalah
cukup.
5. Tidak terdapat hubungan umur
perawat dengan pengetahuan
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
6. Terdapat hubungan masa kerja
perawat dengan pengetahuan
tentang pengkajian nyeri pada
bayi pada perawat di ruang
11
NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, dimana semakin lama
masa kerja maka pengetahuan
semakin baik
7. Terdapat
hubungan
tingkat
pendidikan
perawat
dengan
pengetahuan tentang pengkajian
nyeri pada bayi pada perawat di
ruang NICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta,
dimana
semakin
tinggi pendidikan perawat maka
pengetahuannya semakin baik.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Manajemen
rumah
sakit
hendaknya
mengupayakan
pemberian pendidikan kesehatan
kepada
perawat
misalnya
dengan kegiatan seminar, work
shop, dan pelatihan untuk
meningkatkan
pengetahuan
perawat dalam dunia kesehatan
yang semakin maju.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil
penelitian
dapat
menjadikan
acuan
bahwa
pengetahuan
yang
baik
berpengaruh
terhadap
kepatuhan perawat. Untuk itu
institusi pendidikan keperawatan
hendaknya membekali siswanya
dengan
ilmu
keperawatan
sebaik-baiknya,
sehingga
mampu
menopang tugas
mereka dalam kerja mereka.
3. Bagi Perawat
Perawat
hendaknya
meningkatkan
pengetahuan
mereka dengan
mengikuti
kegiatan-kegiatan pembelajaran
seperti
pelatihan,
seminar,
workshop dan lain-lain. Selain itu
perawat perlu meningkatkan
pendidikan mereka dari D3
menjadi sarjana (S1) sehingga
pengetahuan dan ketrampilan
mereka lebih meningkat.
4. Bagi Peneliti
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Peneliti
menyarankan
hendaknya ada tindak lanjut dari
hasil penelitian yang dilakukan,
misal
memberikan
penkes
kepada para perawat khususnya
di ruang KBRT dan NICU RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, S.M. (2010). Dasardasar Demografi. Jakarta:
Salemba 4
Alhammad, Fawwaz,dkk. (2009).
Knowledge Sharing in the
Jordanian
Universities.
Journal
of
Knowledge
Management Practice, Vol.
10, No. 3.
American Academy of Pediatrics,
(2006).
Prevention
and
Management of pain in the
Neonate:
An
Update.
http://pediatrics.aappublicatio
ns.org/content/118/5/2231.ful
l.html
Board of Nursing. (2001). Pain
Management
Nursing
Role/Core Competency a
Guide for Nurses.
Burns, C.E, et all. (2004). Pediatric
Primary Care: A Handbook
for Nurse Practitioners (3rd
Ed). Saunders: Missouri
Gardner, L & Merenstein, G. (2002).
Hand Book of Neonatal
Intensive Care. Mosby.
Gomes, Viviana P.R. (2010).
Knowledge Of Intensive Care
Nurses On Evidence Based
Guidelines For Prevention Of
Ventilator Associated
Pneumonia. Johannesburg
Hall,
12
Angela. (2005, Nov 29).
Definising
Nursing
Knowledge. Nursing Times.
Hawjeng Chou, Yi-Hsuan lee,
Purnomo H.P. (2010). The
Influences
Transfer
of
Training on Relationship
Between
Knowledge
Characteristic
of
Work
Design Model and Outcomes.
International
Journal
of
Innovation, Management and
Technology, Vol 1, no. 2,
June 2010, ISSN: 2010-0248.
Kozier, barbara. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik
(Edisi
7
Volume
2)
(Wahyuningsih, penerjemah).
Jakarta: EGC.
Lissauer, T and Fanaroff, A. (2009).
At a Glance Neonatologi.
EMS.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu
Perilaku Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Marlies, E.J. (2000). A Pain
Monitoring
Progran
for
Nurses: Effects on Nurse’s
Pain Knowledge and Attitude.
Journal
of
Pain
And
Syimptom
Management,
2000;19:457-467.
Messmer, Sherry. (2009). Pain
Management:
Knowledge
And Attitudes Of Senior
Nursing
Students
And
Practicing
Registered
Nurses.
http://udini.proquest.com/vie
w/pain-managementknowledge-andpqid:1949552471/
Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Pengkajian Nyeri Pada Bayi Di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Citra Wulandari)
Nursalam. (2003). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pain in Infants. (2007). Children’s
Hospital
and
Clinic
of
Minnesota.
Patricia, J. “ Management Nyeri:
Penilaian
Pengetahuan
Perawat Bedah “. Medsurg
Keperawatan.
FindArticles.com. 29 April
2011.
Retta, Christine. (2005). Neonatal
Pain.
Clinical
Videoconferencing Network.
Riwidikdo,
Handoko.
(2010).
Statistika
Kesehatan.
Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Santoso, Bambang dan Mubarak,
Wahit. (2006). Buku Ajar
Keperawatan
Komunitas.
Jakarta: Sagung Seto.
Setiyohadi, Bambang, dkk. (2007).
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: FKUI.
Smart, Sue. (2005). Post Operative
Pain
Management
Knowledge and Attitude of
Paediatric Nurses. Victoria
University of Wellington.
Smeltzer dan bare. (2002). Buku
Ajar keperawatan MedikalBedah (Edisi 8) (Agung, dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Wang, Hsiang-Ling dan Tsai, YunFang. (2010). Journal of
clinical nursing, 19,31883196.
13
Wilson, David & Hockenberry.
(2008). Clinical manual of
pediatric nursing (7th ed).
Mosby.
Wong, D. L. (2004). Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik (Edisi
4)
(Monica
Ester,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Citra Wulandari: Mahasiswa S1
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura
** Siti Arifah S.Kp, M.kes: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
*** Vinami Yulian S.Kep, Ns:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura