(B. HUKUM) Pengembangan Aplikasi Metode Persidangan Semu dalam Pembelajaran Hukum Pers bagi Penegak Hukum.

(B. HUKUM)

Pengembangan Aplikasi Metode Persidangan Semu dalam Pembelajaran Hukum Pers bagi
Penegak Hukum
Kata kunci : metode, persidangan semu, hukum pers.
Rustamaji, Muhammad; Gunawati, Dewi
LPPM UNS, Penelitian, DP2M DIkti, Hibah Bersaing Lanjutan, 2012
Penelitian ini difokuskan untuk memeroleh sebuah metode persidangan semu dalam pembelajaran
hukum pers bagi peserta didik dan penegak hukum yang memberikan cara pandang berbeda dalam
realitas praktik penegakan hukum pers yang selama ini acapkali justru merobohkan pilar demokrasi.
Metode persidangan semu hukum pers bagi penegak hukum inilah yang coba digagas dalam kerangka
pemikiran penyelesaian sengketa pers yang tidak lagi mengkriminalisasi kegiatan jurnalistik dengan delik
penghinaan di dalam KUHP. Sebuah perancangan pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan
luaran berupa metode pembelajaran yang mencerahkan (teknologis-humanis) serta dilengkapi dengan
bahan ajar, maupun referensi berwujud buku yang berdaya guna bagi pendidikan hukum pers, baik bagi
mahasiswa, penegak hukum maupun insan pers.
Secara lebih sistematis, pengusulan aplikasi metode persidangan semu dalam pembelajaran hukum pers
bagi peserta didik dan penegak hukum pada penelitian lanjutan tahun ke dua ini, di setiap tahapnya
bertujuan sebagai berikut; (a) Mengidentifikasi faktor-faktor dominan tipikal penegakan hukum oleh
aparat dalam sengketa pers yang masih didominasi penerapan delik di dalam KUHP (b) Menemukan
kriteria tertentu dalam analisis perancangan aplikasi metode persidangan semu dalam pembelajaran

hukum pers bagi mahasiswa sebagai calon penegak hukum, maupun penegak hukum (polisi, penuntut
umum, advokat dan hakim) yang mencakup kriteria identifikasi tujuan perilaku penegak hukum berserta
pengukur penampilan berhukumnya, kriteria penentuan tujuan khusus berserta pengukur penampilan
khusus tersebut, kriteria pengidentifikasian tipe belajar dengan aplikasi metode persidangan semu
hukum pers, menentukan kondisi belajar, menentukan penyesuaian terhadap perbedaan individual, yang
kesemuanya bermuara pada dihasilkannya prototipe metode instruksional persidangan semu hukum
pers. (c) Mengadakan pengkajian terhadap sinkronisasi prototipe metode persidangan semu hukum pers
dengan praktik senyatanya penegak hukum.
Guna mencapai tujuan tersebut, pada penelitian tahun terakhir ini, digunakan metode partisipation
actions research. Pendekatan partisipatif dimaksud diwujudkan dalam studi induktif-deduktif yang
dilakukan terhadap faktor-faktor dominan yang memengaruhi suatu tipikal pembelajaran, dengan
menggunakan metode peradilan semu pers dan analisisnya sebagai tindak lanjut studi pendahuluan di
tahun pertama. Studi induktif-deduktif juga dimaksudkan guna menemukan kriteria-kriteria tertentu
dalam analisis perancangan metode persidangan semu dalam pembelajaran hukum pers bagi peserta
didik dan aparat penegak hukum yang mencakup kriteria identifikasi tujuan perilaku beserta pengukur
penampilannya, kriteria penentuan tujuan khusus beserta pengukur penampilan khusus tersebut,
kriteria pengidentifikasian tipe belajar, menentukan kondisi belajar, menentukan persesuaian terhadap
perbedaan individual, yang kesemuannya bermuara pada dihasilkannya metode persidangan semu
hukum pers dalam penentuan bentuk kegiatan instruksional. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk
melakukan pengkajian terhadap sinkronisasi prototipe metode pembelajaran persidangan semu hukum

pers dengan praktik beracara aparat penegak hukum.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan tiga poin penting dalam kajian dimaksud, yaitu 1).Faktor
dominan yang memengaruhi tipikal penegakan hukum oleh aparat dalam sengketa pers sejatinya terdiri
atas dominannya penerapan delik penghinaan dalam KUHP sebagai jerat hukum bagi insan pers, dan
tidak dipahaminya kekhasan penyelesaian sengketa pers dalam alur penyelesaian perkara pers
sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang pers; 2). Kekhasan penyelesaian perkara pers terletak
pada keberadaan pengajuan hak jawab, pengaduan kepada Dewan Pers, hingga terbitnya rekomendasai
dari Dewan Pers yang mendahului proses litigatif; 3).Ketidaksinkronan prototipe metode pembelajaran
persidangan semu dengan kenyataan penegakkan hukum lebih disebabkan pada desain pembelajaran
satu arah dan permasalahan instruksional yang sejatinya dapat diurai dengan jalan kolaboratif.