STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI.

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan
untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012),
sektor ini akan berperan dalam penyediaan pangan, bioenergi, bahan baku
industri (pangan, pakan, biofarmaka, biomaterial), kesempatan usaha, penyedia
lapangan kerja, dan pengelolaan lingkungan hidup. Sektor pertanian terbagi
menjadi lima subsektor, yaitu : subsektor tanaman pangan, subsektor
perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor
kehutanan.
Tabel 1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 di Jawa Tengah tahun 2011 – 2013 (Juta Rupiah)
PDRB

Lapangan Usaha
1.

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan
d. Kehutanan
e. Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan,
Hotel

dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Jasa-jasa

Total PDRB

2011
35 399 800,56
24 559 128,85
3 276 056,48
4 905 554,99
652 913,15
2 006 147,09
2 193 964,23
65 439 443,00
1 711 200,96
11 753 387,92
43 159 132,59


2012
36 712 340,43
25 427 512,90
3 411 458,95
5 107 200,13
645 799,07
2 120 369,38
2 355 848,88
69 012 495,82
1 820 436,99
12 573 964,87
46 719 025,28

2013
35 513 957,62
25 777 283,67
3 559 549,75
5 391 172,08
647 386,14

2 138 565,98
2 504 980,10
73 092 337,30
1 973 195,73
13 449 631,46
50 209 544,03

10 645 260,49
7 503 725,18
20 464 202,99

11 486 122,63
8 206 252,08
21 961 937,06

12 238 463,10
9 073 225,04
23 044 405,96

198 270 117,92


198 270 117,92

198 270 117,92

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2014
Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah
subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
yang memberikan kontribusi pada PDRB Provinsi Jawa Tengah. Sebagai salah
satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan
mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Jawa Tengah.

1

2

Sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu ujung tombak
kebangkitan perekonomian di Indonesia yang belum pulih dari krisis. Menurut
Saragih (2003), agribisnis akan tampil menjadi tulang punggung pembangunan
ekonomi nasional. Agribisnis mampu mengakomodasikan tuntutan agar

perekonomian nasional terus bertumbuh dan sekaligus memenuhi prinsip
kerakyatan, keberlanjutan dan pemerataan baik antar individu maupun antar
daerah. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembangunan sistem dan usaha
agribisnis dipandang sebagai bentuk pendekatan yang paling tepat bagi
pembangunan ekonomi nasional.
Kelapa kopyor merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
prospek yang cerah untuk dikembangkan
daerah

karena

mempunyai

keunggulan

sebagai komoditas spesifik

kompetitif

dibanding


kelapa

normal. Selain itu, buah kopyor juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.
Permintaan konsumen terhadap buah kopyor selalu tidak terpenuhi, karena
terbatasnya produksi buahnya. Berdasarkan hal di atas, agribisnis kelapa
kopyor saat ini menjadi sangat menjanjikan bagi petani (Balitka, 2010).
Kelapa kopyor merupakan salah satu di antara kelapa unik yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, namun demikian jumlah tanaman dan
produksi kelapa unik ini masih terbatas, sehingga harga jualnya relatif mahal,
di pasaran bisa ditemui dengan kisaran harga antara Rp 20.000 – Rp
30.000/butir, berarti 10 kali lebih mahal dibanding harga buah kelapa normal
(Balitka, 2010).
Penyebaran

tanaman kelapa kopyor di Indonesia meliputi Kabupaten

Pati (Jawa Tengah), Jember (Jawa Timur), dan di Kabupaten Lampung
Selatan. Tanaman kelapa kopyor yang menyebar di daerah – daerah tersebut
merupakan tanaman kelapa kopyor alami heterozigot yang telah dikembangkan

oleh petani sejak puluhan tahun yang lalu. Melalui teknologi kultur embryo
telah dikembangkan juga kelapa kopyor homozigot oleh Balai Bioteknologi
Perkebunan, PT. RPN Bogor, Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado dan
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (Maskromo et al., 2011).

3

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi kelapa
kopyor, salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi kelapa kopyor
adalah Kabupaten Pati. Berikut data produksi kelapa kopyor di Kabupaten Pati
menurut Jawa Tengah Dalam Angka 2010 – 2014 yang disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Data Produksi Kelapa Kopyor di Jawa Tengah Tahun 2009-2013
No

Kabupaten

1

Pati


2

Kudus

2009
974.654

Produksi (Butir)
2011
2010
2012
846.647
795.359
911.739

0

0

0


5.153

2013
883.350
9.950

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2010 - 2014
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui hasil produksi kelapa kopyor di
Kabupaten Pati pada tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuatif, hasil
produksi di Kabupaten Pati pada tahun 2013 sebesar 883.350 butir. Produksi
kelapa kopyor di Kabupaten Pati merupakan hasil produksi terbesar dibanding
Kabupaten Kudus. Hal ini menandakan bahwa kelapa kopyor di Kabupaten
Pati memberi kontribusi yang besar dan berpotensi untuk diolah lebih lanjut
agar memiliki nilai tambah yang lebih dari produk yang belum diolah.
Secara

ekonomi,

kontribusi


komoditas

kelapa

kopyor

terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten Pati bisa diandalkan. Dengan potensi
produksi berkisar 850.000-900.000 butir per tahun, diperkirakan perputaran
ekonomi dari komoditas kelapa kopyor ini menjanjikan dengan semakin
banyaknya permintaan akan produk kelapa kopyor dari berbagai daerah
(BPS, 2013).
Pengembangan kelapa kopyor harus dilakukan. Karena kelapa kopyor di
Kabupaten Pati merupakan komoditas unggulan lokal sehingga harus didorong
pengembangannya agar dapat bersaing dengan daerah lain yang juga
memproduksi kelapa kopyor. Tanaman ini menyebar di sepuluh Kecamatan di
Pati Jawa Tengah yaitu Kecamatan Pati, Gembong, Gunungwungkal, Cluwak,
Trangkil, Tlogowungu, Wedarijaksa dan tiga Kecamatan yang memiliki areal
lahan terluas dan produksi terbanyak yaitu Kecamatan Dukuhseti, Tayu,
Margoyoso.

4

Kelapa kopyor di Kabupaten Pati memiliki potensi untuk dikembangkan
karena memiliki produksi yang tinggi dan menjadi salah satu produk unggulan
lokal. Melihat potensi tersebut, saat ini usaha kelapa kopyor menjadi salah satu
sumber penghasilan bagi masyarakat di Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Tayu,
dan Kecamatan Margoyoso. Kelapa kopyor selain memiliki potensi, juga
memiliki permasalahan dalam pengembanganya. Permasalahan yang dihadapi
dalam pengembangan kelapa kopyor, berupa adanya serangan hama Oryctes
rhinoceros (kumbang badak) yang merugikan tanaman, fluktuasi harga dan
belum ada agroindustri pengolahan kelapa kopyor. Oleh karena itu peneliti
melakukan penelitian dengan tujuan untuk memberi rekomendasi strategi
pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati.

B. Rumusan Masalah
Kelapa kopyor merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi, namun
sampai saat ini jarang dikembangkan sebagai komoditas andalan secara luas.
Hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usahatani kelapa kopyor adalah
serangan hama penyakit yang umumnya menyerang tanaman kelapa kopyor,
adanya fluktuasi harga yang tidak menentu setiap saat, keterbatasan modal
dalam menambah luas area lahan, produksi kelapa kopyor yang masih kurang
dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Sebagian besar petani kelapa
kopyor hanya berkiprah di bidang usaha tani tingkat produsen (on-farm)
dengan nilai tambah atau keuntungan yang relatif kecil. Petani belum
mengenal dan mengetahui pasar sehingga posisi tawar mereka sangat lemah.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan upaya untuk
mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati melalui strategi
pengembangan yang tepat diterapkan di agribisnis kelapa kopyor Kabupaten
Pati, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, menanggulangi serangan
hama, dapat menaikkan nilai jual kelapa kopyor dan meningkatkan potensi
serapan pasar di dalam negeri dan internasional, sehingga dapat menjadi
kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan
dan penyediaan lapangan kerja di Kabupaten Pati.

5

Upaya pengembangan sistem agribisnis kelapa kopyor merupakan satu
kesatuam upaya kegiatan-kegiatan, mulai dari subsistem sarana produksi,
subsistem usahatani, subsistem pengolahan dan pemasaran, dan subsistem jasa
(organisasi). Agar tujuan dapat tercapai dengan baik secara kuantitas dan
kualitas, maka diperlukan adanya pengembangan agribisnis yang baik.
Kegiatan-kegiatan usaha dalam sistem agribisnis memiliki kekuatan dan
peluang, tetapi juga dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa
kelemahan maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting di
identifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pengembangan
agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati?
2. Apa saja faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan ancaman) bagi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di
Kabupaten Pati?
3. Alternatif strategi apa saja yang memungkinkan untuk diterapkan dalam
pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati?
4. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis
kelapa kopyor di Kabupaten Pati?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sistem agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati.
2. Mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan ancaman) bagi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di
Kabupaten Pati.
3. Merumuskan alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan
dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati.
4. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan
agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati.

6

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Pati, penelitian ini berguna sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan,
khususnya yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis kelapa kopyor
di Kabupaten Pati.
3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah
pengetahuan mengenai strategi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di
Kabupaten Pati.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pembanding untuk melakukan penelitian sejenis.