Strategi Pengembangan Agribisnis Dan Agroindustri Kelapa Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Padang Pariaman

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
KELAPA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

ANIFRIZA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan
Agribisnis dan Agroindustri Kelapa dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten
Padang Pariaman adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Anifriza
NRP A156140244

RINGKASAN
ANIFRIZA. Strategi Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Kelapa dalam
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Padang Pariaman. Dibimbing oleh SETIA
HADI dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kelapa merupakan komoditas unggulan sub sektor perkebunan di
Kabupaten Padang Pariaman yang tersebar hampir diseluruh kecamatan dengan
luas areal perkebunan 40.891 ha terdiri dari 23.768 ha Tanaman Menghasilkan,
5.005 ha Tanaman Belum Menghasilkan, 12.118 ha Tanaman Tidak
Menghasilkan, produksi 32.410 ton setara kopra yang diusahakan oleh 97.094 KK
Petani. Potensi kelapa yang ada seharusnya menjadi peluang Kabupaten Padang
Pariaman untuk meningkatkan produksi dan industri hilir melalui pengembangan
agribisnis dan agroindustri di pedesaan. Tumbuhnya industri pedesaan akan
menciptakan lapangan kerja baru di wilayah pedesaan, dan keinginan rakyat untuk
mencari pekerjaan ke kota semakin berkurang sehingga perekonomian
pedesaanpun akan meningkat dan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan perekonomian wilayah.
Tujuan penelitian ini adalah: (1). Menganalisis potensi pengembangan
kelapa dan kawasan yang representatif sebagai lokasi pengembangan industri hilir
kelapa (agroindustri) di Kabupaten Padang Pariaman; (2). Menganalisis tata niaga
dalam tiap tingkat produksi dan analisis kelayakan usaha pengolahan kelapa (3).
Mengetahui kelembagaan yang berperan dalam pengembangan agroindustri
kelapa dan (4). Merumuskan strategi pengembangan agroindustri kelapa dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Padang Pariaman.
Analisis potensi pengembangan kelapa dilakukan dengan menentukan
ketersediaan lahan yang bisa mendukung pengembangan luas areal kelapa yang
pada akhirnya akan mencukupi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan agroindustri
yang ada. Potensi lahan untuk ketersediaan lahan dilakukan dengan cara mencari
wilayah yang sesuai dan tersedia untuk perkebunan kelapa yaitu melalui evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa berdasarkan metode FAO (1976).
Ketersediaan lahan dilakukan dengan mengoverlay peta tutupan lahan, peta
kawasan hutan, dan peta pola ruang RTRW. Setelah itu dilakukan overlay dengan
peta kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa untuk mendapatkan lahan yang sesusi
dan berpotensi untuk pengembangan kelapa. Dari analisis diketahui lahan yang
sesui dan berpotensi untuk pengembangan kelapa adalah 19,13% dari total lahan
yang ada dan dapat meningkatkan kontribusi terhadap PDRB dari sub sektor

perkebunan sebanyak 46,44%.
Setelah didapatkan lahan sesuai dan berpotensi untuk pengembangan kelapa,
kemudian dilakukan penentuan hirarki wilayah. Prioritas lokasi untuk
pengembangan agroindustri didasarkan hirarki terbaik. Berdasarkan analisis
hirarki daerah yang tergolong hirarki terbaik ada 7 kecamatan yang diprioritaskan
menjadi lokasi pengembangan kegiatan agroindustri kelapa yaitu Kecamatan
Sungai Geringging, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kecamatan V Koto
Timur, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kecamatan Sungai Limau, Kecamatan
V Koto Kampung Dalam, Kecamatan Padang Sago. Selanjutnya dilakukan
analisis tata niaga kelapa dalam tiap tingkat produksi dan analisis usaha kegiatan
agroindustri.

Berdasarkan margin tata niaga, semakin panjang rantai pemasaran suatu
barang maka margin yang diterima petani juga akan semakin besar. Hasil finansial
pengolahan VCO menunjukkan bahwa pengolahan kelapa menjadi VCO
memberikan keuntungan yang sangat nyata dengan hasil NPV sebesar
Rp.220.648.813,92,-; IRR 82,60%; Net B/C Ratio sebesar 32,75 dan Payback
Period usaha 2 tahun 7 bulan, sedangkan analisis finansial pengolahan sabut
kelapa menunjukan bahwa NPV sebesar RP. 1.399.277.447,30,-; IRR sebesar
50,38%; Net B/C Ratio sebesar 3,29 dan Payback Period usaha 3 tahun 1 bulan.

Dari analisis finansial yang dilakukan diketahui pengolahan kelapa menjadi
produk turunannya sangat menguntungkan secara ekonomi.
Analisis terhadap kelembagaan yang cocok dalam pengelolaan agroindustri
kelapa dilakukan dengan metode AHP. Hasil yang didapatkan kelembagaan yang
cocok dalam pengelolaan kegiatan agro adalah Koperasi/Usaha Kecil Menengah
(UKM) milik masyarakat/petani kelapa. Kriteria yang sangat penting dalam
pengelolaan kelembagaan adalah sumberdaya manusia. Strategi pengembangan
agroindustri kelapa yang menjadi prioritas adalah mendirikan pabrik pengolahan
kelapa terpadu dengan skor 0.74.
Kata kunci: agroindustri, AHP, A’WOT, pengembangan wilayah.

SUMMARY
ANIFRIZA. Development Strategy of Agribusiness and Agro-Industry of
the Coconut in the Regional Development of Padang Pariaman Regency.
Supervised by SETIA HADI and DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Coconut is a leading commodity on the plantation sub sector in Padang
Parliament regency that were spread almost throughout the regency with a total
area of 40.891 ha comprising 23,768 ha plantation of productive plants, 5,005 ha
of pre-productive plants, the production of 32,410 tons of copra provided by
97,094 Farmers. The existing Oil potency should becoming an opportunity for

Padang Pariaman regency to increase the production and downstream industries
through the development of agribusiness and agro-industries in rural areas. The
growth of rural industries will create new jobs in rural areas, and decrease the
desire of the people to find jobs to the city, so the economic condition of the rural
area will increase and can contribute to the economic development of the region.
The purpose of this study are: (1) To analyze the poteency of oil
development and the suitable location for the downstream oil industry
development (agro-industry) in the district of Padang Pariaman; (2). To analyze
the trade system in every level of production and business feasibility analysis of
the coconut processing industry (3). To identify the institutional role in the
development of coconut oil agro-industry (4). To formulate strategies of palm
agro-industry development in the development of the district of Padang Pariaman.
Analysis of the potential for oil development is conducted by determining
the availability of sufficient land that can support the coconut planting
development that will ultimately meet the demand for raw materials for oil agroindustrial activities in the region. Potential land availability is determined by
finding the suitable and available area for palm plantations through the evaluation
of the suitability of land for coconut based on FAO method (1976). The
availability of land is identified by overlay of land cover maps, forest maps, and
RTRW (spatial arrangement plan) maps. After that identified by overlay with land
suitability for coconut maps for suitable and poteency land of oil development.

Potential Land for the development of the coconut is 19,13% of the total land area
of Padang Pariaman regency and can increase the contribution to the GDP from
plantation sub-sector as much as 46.44%.
Having obtained the availability of land for oil development then proceeded
into regional hierarchy determination. Based on analysis the best hierarchy then
appointed as priority locations for palm agro-industry development. From the
schallogram analysis obtained 7 districts at the 1st hierarchy to be directed into the
area of agro-industry activities development are district Sungai Geringging,
District 2 x 11 Six Lingkung, District V Koto Timur, District IV Koto Aur
Malintang, Sungai Limau, District V Koto Kampung in Sub Padang Sago. Further
analysis coconut trade system within each level of production and business
analysis activities of agro-industries.
Based on the margin trading system, the longer the chain of marketing a
product, the margin received by farmers will also increase. Financial results show
that the VCO processing oil processing into VCO provides a very significant

advantage with the results of the NPV of Rp.220.648.813,92, -; IRR is 82.60%;
Net B / C Ratio of 32.75 and a payback period of business of 2 years and 7
months, while the coconut coir processing financial analysis shows that the NPV
of RP.1,399,277,447.30, -; IRR of 50.38%; Net B / C ratio of 3.29 and a payback

period of business of 3 years and 1 month. Of the financial analysis it is noted that
oil processing into derived products are economically very profitable.
Analysis of institutional suitableility in the management of agro-oil
conducted by the method of AHP. The results indicated that the suitable
institutions in the management of agro activity is Cooperative / Small and
Medium Enterprises (SMEs) owned by the community / coconut farmers. The
very important criteria in the management of the institution is the human resources.
The Proirity on the palm agro-industry development strategy is to build integrated
coconut processing plant, which comes with a score of 0.74.

Key words : Agro-industry, AHP, A'WOT, regional development.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
KELAPA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

ANIFRIZA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:


Dr Ir Widiatmaka, DEA

Judul Tesis
Nama
NIM

: Strategi Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Kelapa
dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Padang Pariaman
: Anifriza
: A156140244

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Setia Hadi, MS
Ketua

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. Agr.
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 18 Februari 2016
27 Oktober 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai dengan
Oktober 2015 ini ialah Strategi Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri
Kelapa dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Padang Pariaman.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro,
M.Sc. Agr selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas segala motivasi,
arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga
penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Dr Ir Widiatmaka, DEA selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas
masukan dan sarannya.
3. Segenap dosen pengajar, asisten dan staf manajemen Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah IPB.
4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan
beasiswa yang diberikan kepada penulis.
5. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini serta izin melakukan
penelitian di lingkungan Pemda Kabupaten Padang Pariaman.
6. Rekan-rekan PWL kelas Bappenas maupun Reguler angkatan 2014 dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada Ayah, Ibunda,
Mertua, Suamiku Irwan Himawan, anakku Irene Faiza Janzabila dan Khaliqa
Alya Dzahin beserta seluruh keluarga, atas segala Do’a, dukungan, kasih sayang,
dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga
dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Bogor, Februari 2016

Anifriza
NRP. A. 156140244

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
4
5
5
5
7

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Komoditas Kelapa
Agribisnis dan Agroindustri Kelapa
Industri Hilir Kelapa
Analytical Hierachy Process (AHP)
Analisis A’WOT
Penelitian Terdahulu

8
8
8
10
11
12
13
14

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Analisis

16
16
16
18

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi Geografi
Iklim
Alokasi Penggunaan Lahan
Kawasan Rawan Bencana
Demografi
Kondisi Perekonomian Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi
Struktur Perekonomian Wilayah
Industri, Perdagangan dan Koperasi
Perkembangan Perkebunan Kelapa Rakyat di Kabupaten
Padang Pariaman

30
30
31
32
32
32
35
35
37
39
41

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Kelapa
Ketersediaan Lahan
Kesesuaian Lahan
Hirarki Perkembangan Wilayah
Prioritas Lokasi Pengembangan Agroindustri

42
42
42
42
47
48

Tata Niaga dan Kelayakan Usaha Pengolahan Kelapa
Tata Niaga Kelapa Butiran
Tata Niaga Produk Turunan Kelapa
Kelayakan Usaha Pengolahan Kelapa
Bentuk Kelembagaan dalam Pengelolaan Agroindustri Kelapa
Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa
Faktor Internal dan Eksternal
Pembobotan Unsur SWOT berdasarkan AHP
Penyusunan Strategi

51
52
53
56
62
63
63
66
68

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

72
72
73

DAFTAR PUSTAKA

73

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

78
102

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Jenis dan Sumber Data
17
Jenis dan Sumber Data, Teknik Analisis dan Output yang Diharapkan
19
Variabel yang Digunkan untuk Analisis Skalogram
21
Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
27
Tabel SWOT Penetapan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa
29
Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT
29
Urutan/Ranking Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa
Kabupaten Padang Pariaman
30
Data Iklim di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013
31
Alokasi Penggunaan Lahan di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013 32
Intensitas Kejadian Bencana di Kabupaten Padang Pariaman dari Tahun
2009 – 2013
33
Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Padang Pariaman
33
Data Kependudukan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009-2013
34
Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2013
35
Distribusi PDRB Kabupaten Padang Pariaman ADHK Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2009-2013
36
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Padang Pariaman ADHK
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013
38
Distribusi PDRB Kabupaten Padang Pariaman ADHB Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2009-2013
39
Unit Usaha Industri Kecil di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 20092013
40
Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2009-2013
40
Luas dan Produksi Tanaman Kelapa Menurut Kecamatan Tahun 2013
41
Luas Sebaran Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Kelapa
44
Luas dan Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Pada Masing Masing Kecamatan Menurut Faktor Pembatasnya
45
Hasil Analisis Skalogram
47
Matrik Hasil Analisis Kinerja Pasar Komoditi Kelapa Butiran di
Kabupaten Padang Pariaman
55
Matriks Hasil Analisis Kinerja Pasar VCO di Kabupaten
Padang Pariaman
56
Analisis Finansial Usaha Pengolahan Produk turunan Kelapa
60
Bobot Kriteria dan Alternatif dalam Penentuan Kelembagaan
yang Sesuai untuk Pengembangan Agroindustri Kelapa
62
Faktor Internal dan Eksternal dalam Pengembangan Agroindustri
Kelapa
64
Hasil Pembobotan Komponen SWOT
67
Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Kabupaten
Padang Pariaman
69

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kerangka Pemikiran Penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Diagram Alir Analisis Kesesuaian Lahan Kelapa
Hirarki Analisis A’WOT Pengembangan Agroindustri Kelapa
Grafik Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Grafik Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Padang Pariaman
dalam Kurun Waktu 2009-2013
Persentase Nilai PDRB per Subsektor Pertanian Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2009-2013
Peta Ketersedian Lahan kelapa di Kabupaten Padang Pariaman
Peta Wilayah yang Sesuai dan berpotensil untuk Pengembangan Kelapa
Peta Hirarki Wilayah Di Kabupaten Padang Pariaman
Peta Arahan Lokasi Pengembangan Agroindustri Kelapa
Saluran Tataniaga Kelapa di Kabupaten Padang Pariaman
Skema Saluran Tataniaga Serat Sabut Kelapa di Kabupaten Padang
Pariaman
Skema Saluran Tataniaga VCO di Kabupaten Padang Pariaman
Urutan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa di Kabupaten
Padang Pariaman

7
16
21
28
34
37
38
43
44
48
49
52
54
54
70

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Pohon Industri Kelapa
Kriteria Kesesuain Lahan untuk Tanaman Kelapa
Peta Penunjukan Kawasan Hutan Kabupaten Padang Pariaman
Peta RTRW Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2030
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Padang Pariaman
Peta Satuan Lahan (Land Unit) Kabupaten Padang Pariaman
Satuan Lahan untuk Kelapa
Analisis Kelayakan Finansial Serat Sabut Kelapa
Analisis Kelayakan Finansial VCO
Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Serat Sabut Kelapa
Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial VCO
Nilai Variabel yang digunakan dalam Analisis Skalogram
Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Kelembagaan Menggunakan
Software Expert Choiche 2000
14 Hasil Analisis Pembobotan Komponen SWOT Menggunakan
Software Expert Choiche 2000

79
80
81
82
83
84
85
93
94
95
96
97
100
101

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai
peranan strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan,
penopang pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara.
Pengembangan subsektor perkebunan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan,
pemerataan, dinamika ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
pedesaan dalam bentuk kegiatan agribisnis maupun agroindustri. Salah satu sektor
perkebunan yang perlu mendapatkan perhatian adalah kelapa. Pohon ini dapat
ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dari pulau Sumatera hingga Papua,
namun, pengembangan kelapa dirasakan belum optimal hingga saat ini (Anonimus,
2011).
Luas perkebunan kelapa di Indonesia saat ini mencapai 3,8 juta hektar (ha)
yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 3,7 juta ha; perkebunan milik
pemerintah seluas 4.669 ha; serta milik swasta seluas 66.189 ha. Selama 34 tahun,
luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun 1969 menjadi 3,8
juta hektar pada Tahun 2011 (Anonimus, 2011). Perkebunan kelapa yang ada di
Indonesia pada umumnya merupakan perkebunan rakyat (98%). Perkebunan
kelapa rakyat umumnya kondisinya sama yakni luas lahan yang sempit, dan
pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali, tidak berada pada skala komersial
dan dikelola secara tradisional (Deprin, 2010).
Produksi kelapa di Indonesia sebagian besar dipakai untuk memenuhi
kebutuhan domestik, sisanya diekspor dalam bentuk kelapa butir dan olahan.
Pengolahan kelapa juga masih berupa produk dasar seperti kopra yang memiliki
nilai tambah rendah. Industri pengolahan kelapa kurang berkembang karena kalah
bersaing dari kelapa sawit. Kelapa sawit jauh lebih produktif sehingga produknya
lebih murah dan bisa menguasai kebutuhan minyak nabati di dunia, namun,
sejumlah produk berbasis kelapa memiliki prospek karena sifatnya unik dan tidak
tergantikan produk sawit. Produk-produk berbasis kelapa yang memiliki prospek
diantaranya: coconut milk powder, coconut jam, liquid coconut milk, coco chips,
desiccated coconut, coconut pith, coconut vinegar, frozen coconut meat, nata de
coco, virgin oil, fresh coconut dan coconut water concentrate, sementara produkproduk berbasis kelapa lainnya yaitu minyak goreng dan coco chemicals harus
bersaing dengan produk yang sama berbasis kelapa sawit dan minyak kedele
(Anonimus, 2011).
Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia dengan
pangsa 31,2% dari total luas areal kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina
(pangsa 25,8%), disusul India (pangsa 16,0%), Sri Langka (pangsa 3,7%) dan
Thailand (pangsa 3,1%), namun demikian, dari segi produksi ternyata Indonesia
hanya menduduki posisi ke dua setelah Philipina. Ragam produk dan devisa yang
dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan Sri Lanka (Deptan, 2005).
Kelapa merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Padang Pariaman
yang tersebar hampir diseluruh kecamatan. Luas areal perkebunan kelapa adalah
40.891 ha dengan rincian 23.768 ha TM, 5.005 ha TBM, 12.117 ha tanaman tidak
menghasilkan, produksi 32.410 ton setara kopra, produktivitas 1,363 ton/ha yang

2

diusahakan oleh 97.094 KK petani (BPS Kabupaten Padang Pariaman, 2014).
Dari data terlihat bahwa masih ada potensi 5.005 ha (TBM) yang akan
menghasilkan, dan 12.117 ha yang perlu diremajakan, namun kelapa belum
memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,
karena kelapa dijual dalam bentuk produk primernya, padahal kelapa merupakan
tanaman yang mempunyai multi manfaat karena hampir semua bagian dari kelapa
dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Berdasarkan
kondisi tersebut, sebagai komoditi unggulan daerah maka tanaman kelapa harus
dikembangkan baik dari sisi on farm di perkebunan maupun diversifikasi off farm
pada pengolahan sehingga dapat meningkatkan daya saing kelapa dan produk
turunannya (Hastomo, 2013).
Potensi kelapa yang ada saat ini seharusnya menjadi peluang Kabupaten
Padang Pariaman untuk meningkatkan produksi dan industri hilir melalui
pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan. Pengembangan industri
pedesaan akan memperkecil kesenjangan antara kawasan perdesaan dengan
kawasan perkotaan. Selama ini masyarakat desa lebih tertarik untuk mencari
pekerjaan ke kota, karena semua pengolahan hasil pertanian dilakukan di kota.
Tumbuhnya industri pedesaan akan menciptakan lapangan kerja baru di wilayah
pedesaan, dan keinginan rakyat untuk mencari pekerjaan ke kota semakin
berkurang sehingga perekonomian pedesaanpun akan meningkat. Kelapa yang
dihasilkan petani tidak hanya dijual dalam bentuk produk primer tapi diolah
terlebih dahulu menjadi produk sekunder maupun tersier seperti VCO, minyak
kelapa, nata de coco, maupun produk lainnya seperti bio diesel, asap cair, sabun
kecantikan, pengolahan kayu menjadi bahan bangunan maupun furniture, arang
aktif, briket, dan lain sebagainya, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan perekonomian wilayah.
Perkebunan kelapa yang ada di Kabupaten Padang Pariaman merupakan
perkebunan rakyat, yang dikelola secara tradisional, rata-rata usianya sudah tua
sehingga produktivitasnya jauh dari produktivitas nasional yang rata-rata 6,0
ton/ha (UNDP dan ILO, 2013). Sebagian besar petani kelapa di Kabupaten
Padang Pariaman memiliki lahan kecil, hanya 3,2% dari petani kelapa yang
memiliki lahan di atas 6 ha, sedangkan kepemilikan kecil dari 3 ha mencapai
91,6%. Konsumsi kelapa masih didominasi untuk konsumsi sehari-hari (bahan
makanan). Diversifikasi produk kelapa masih belum maksimal, padahal dari
pengolahan kelapa dapat dihasilkan produk-produk lain yang bernilai ekonomi
tinggi (Bappeda Kabupaten Padang Pariaman, 2010).
Menurut Andri (2006), keterkaitan antara konsep agroindustri dan
pembangunan wilayah sangat penting keterkaitannya dalam penyediaan dan
penyaluran sarana produksi, penyediaan dana dan investasi, teknologi, serta
dukungan sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif. Pengembangan
agroindustri pada dasarnya diharapkan selain memacu pertumbuhan tingkat
ekonomi, juga sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan petani sehingga perumusan perencanaan pembangunan pertanian perlu
disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna,
sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas dapat menghasilkan output
yang optimal, yang pada akhirnya akan berdampak pada pembangunan wilayah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Da Silva, et al. (2009), yakni prospek
pertumbuhan pengolahan hasil pertanian dan pembangunan industri pertanian di

3

wilayah pedesaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
ketahanan pangan, dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
kemiskinan. Agroindustri memiliki efek multiplier yang tinggi dalam menciptakan
lapangan kerja dan peningkatan nilai produk. Dampak sosial ekonomi
pengembangan agroindustri kelapa diharapkan mampu menumbuhkan motivasi
petani di Kabupaten Padang Pariaman dalam usaha peningkatan produktivitas
usaha tani kelapa dan merangsang tumbuhnya industri pedesaan lainnya yang
pada akhirnya peningkatan kesejahteraan petani kelapa dapat tercapai, di samping
itu nilai tambah produksi wilayah akan meningkat, industrialisasi juga akan
mencegah berkembangnya pengangguran terdidik, dan mendorong mereka untuk
tetap berkerja dan berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya, sebagai pusatpusat pertumbuhan (Andri, 2006).
Menurut Supriyati dan Suryani (2006), kebijakan yang perlu ditempuh
dalam pembangunan pertanian jangka panjang adalah mewujudkan agroindustri
berbasis pertanian domestik, yaitu agroindustri skala kecil di pedesaan untuk
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, pengembangan agroindustri pedesaan diarahkan untuk : (a)
mengembangkan klaster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi
dengan sentra-sentra produksi, bahan baku, serta sarana penunjangnya, (b)
mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang
didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan (c)
mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk
meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Penerapan teknologi sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri.
Menurut Lakitan (2011), potensi kontribusi teknologi dalam kegiatan agroindustri
adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi produk, peningkatan daya
simpan/perpanjangan durasi ketersediaan produk, diversifikasi produk,
kemudahan distribusi produk, perbaikan kandungan dan komposisi gizi,
pengurangan limbah yang terbawa keluar lahan produksi, peningkatan kesempatan
kerja serta peningkatan kesejahteraan mayarakat.
Pengembangan agroindustri harus dilaksanakan bersama rakyat, dalam
artian diperlukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Mereka perlu
diberdayakan agar dapat mensejahterakan diri mereka sendiri. Pemberdayaan ini
dapat dilakukan melalui kelembagaan-kelembagaan petani seperti kelompok tani.
Mereka diberikan kebebasan untuk menentukan masa depan mereka sendiri dalam
hal ini pemerintah dapat berfungsi sebagai pembimbing dan tempat konsultasi
bagi mereka, sehingga pembangunan agroindustri ini benar-benar tumbuh dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hal ini dapat dilakukan dengan penyiapan
sumberdaya yang memiliki kapasitas sesuai dengan posisi dan fungsi mereka
masing-masing.
Peningkatkan daya saing produk dan memenuhi kebutuhan pasar akan
produk hasil pertanian dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian,
maka hasil pertanian diolah terlebih dahulu sebelum didistribusikan sehingga
lapangan kerja dan pendapatan petani akan meningkat. Hal ini selaras dengan
perubahan paradigma masyarakat kota saat ini yang lebih menyukai produk hasil
pertanian yang sudah terolah terlebih dahulu sehingga mudah dalam penyajiannya.
Oleh sebab itu, dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Padang
Pariaman untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang tangguh dan berdaya

4

saing berbasiskan agribisnis dan agroindustri maka perlu dilakukan penelitian
Strategi Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Kelapa dalam
Pengembagan Wilayah di Kabupaten Padang Pariaman. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan perencanaan
pembangunan di Kabupaten Padang Pariaman.

Perumusan Masalah
Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang menjadi unggulan di
Kabupaten Padang Pariaman, namun belum bisa memberikan penghidupan yang
layak terhadap petani. Hal ini disebabkan karena kelapa ini dijual dalam bentuk
produk primer (kelapa butiran). Nilai ekonomis kelapa dapat ditingkatkan dengan
diversifikasi kelapa melalui pengolahan industri hilir, dengan kata lain potensi
untuk menggunaan industri kelapa sebagai salah satu pendorong pertumbuhan
pengembangan wilayah, pengembangan agroindustri dan distribusi pendapatan
cukup terbuka.
Industri pengolahan kelapa, sebenarnya cukup banyak di Kabupaten
Padang Pariaman, mulai dari upaya pengolahan sabut kelapa, buah kelapa hingga
pengolahan air kelapa, akan tetapi tidak sepenuhnya memberikan harapan yang
lebih baik bagi petani kelapa untuk menikmati hasil yang diraihnya, untuk itu
diperlukan pengolahan hasil dan pasca panen yang lebih memadai. Hal ini dapat
dilakukan melalui agroindustri skala kecil dan menengah. Hasil produk yang
dihasilkan masih terkendala pemasaran dan penguasaan teknologi. Agroindustri
skala kecil ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang dihadapi petani untuk
menghasilkan produk olahan kelapa yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari kelapa. Peningkatan pendapatan petani
diharapkan mampu mengatasi akses modal dan penerapan teknologi petani kelapa
yang akan meningkatkan produktifitas kelapa itu sendiri, sehingga dapat
menjamin ketersediaan suplai bahan baku untuk agroindustri kelapa.
Pengembangan agroindustri kelapa skala Usaha Kecil dan Menengah yang
kuat dan layak didukung oleh pengembangan kelembagaan yang kuat dan
dukungan kebijakan dari pemerintah yang dirancang untuk memfasilitasi
partisipasi UKM, termasuk resi gudang, cluster bisnis, lembaga keuangan mikro,
taman teknologi, layanan pengembangan bisnis, kontrak pertanian, dan investasi
publik dalam transportasi dan infrastruktur ( Da Silva, et al., 2011). Hal ini sejalan
dengan pendapat Haris (2006), lambatnya perkembangan agroindustri khususnya
agroindustri skala kecil dan menengah disebabkan oleh kelemahan akses
permodalan, teknologi, sumberdaya manusia, informasi dan pasar, karena itulah,
pengembangan kelembagaan sangat diperlukan untuk mendukung UKM.
Kelembagaan yang kuat merupakan faktor kunci keberhasilan serangkaian
kegiatan atau aktivitas karena akan menjamin peningkatan pertumbuhan
produktifitas, peningkatan dayaserap tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan
petani pekebun, karena itu pemilihan dan pengkajian kelembagaan yang sesuai
untuk pengembangan agroindustri skala kecil dan menengah ini harus dilakukan
secara tepat (Syam, 2006). Kriteria utama dalam pemilihan teknologi agroindustri
yang tepat akan menempatkan dalam kemudahan operasi, perawatan dan

5

pemeliharaan. Pemilihan teknologi yang tidak tepat, akan berdampak pada
membengkaknya biaya pemeliharaan dan perbaikan.
Partisipasi semua stakeholder sangat dibutuhkan dalam pembangunan
supaya pembangunan dapat berjalan lebih baik. Partisipatsi masyarakat dalam hal
pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk menguatkan kapasitas
masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama yang lebih erat antar stakeholder
dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibutuhkan
masyarakat. Perencanaan partisipatif berbasis penguatan kelembagaan masyarakat
dalam hal ini adalah kelompok tani sangat mendukung terbentuknya good
governance.
Memperhatikan permasalahan di atas maka beberapa pertanyaan penelitian
yang perlu dikaji adalah :
1. Bagaimanakah potensi pengembangan kelapa dan dimanakah kawasan
representatif sebagai lokasi pengembangan industri hilir kelapa
(agroindustri) di Kabupaten Padang Pariaman?
2. Bagaimanakah tata niaga dalam tiap tingkat produksi dan analisis
kelayakan usaha pengolahan kelapa?
3. Bagaimanakah bentuk kelembagaan yang berperan dalam pengembangan
agroindustri kelapa?
4. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis dan agroindustri kelapa di
Kabupaten Padang Pariaman?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis potensi pengembangan kelapa dan kawasan yang representatif
sebagai lokasi pengembangan industri hilir kelapa (agroindustri) di Kabupaten
Padang Pariaman.
2. Menganalisis tata niaga dalam tiap tingkat produksi dan analisis kelayakan
usaha pengolahan kelapa.
3. Mengetahui kelembagaan yang berperan dalam pengembangan agroindustri
kelapa.
4. Merumuskan strategi pengembangan agribisnis dan agroindustri kelapa dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Padang Pariaman.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pengembangan
wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang difokuskan pada pengembangan
agroindustri.
Kerangka Pemikiran
Kelapa merupakan komoditi sub sektor perkebunan yang sangat penting di
Kabupaten Padang Pariaman dengan luas areal perkebunan 23.768 ha TM, 5.005
ha TBM. Potensi kelapa yang ada belum memberikan peningkatan nilai tambah

6

(added value) melalui peningkatan kesejahteraan petani kelapa, karena adanya
kendala pada sisi on farm, off farm, dan tata niaga kelapa yang dikuasai pedagang,
sehingga margin keuntungan hanya dinikmati oleh pedagang dan eksportir. Selain
itu kelembagaan yang mewadahi perkelapaan juga belum mewadahi petani kelapa
dengan baik. Banyak industri –industri pengolahan kelapa yang masih bersifat
perorangan yang belum berbentuk kelompok sehingga menyulitkan pemerintah
daerah untuk mendatanya dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan ini
dibutuhkan strategi pengembangan agroindustri kelapa dalam peningkatan nilai
tambah kelapa sebagai komoditi unggulan daerah yang mendukung
pengembangan wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Agroindustri kelapa
Kabupaten Padang Pariaman saat ini sulit berkembang karena kurangnya modal,
teknologi, jaringan pemasaran, mutu hasil pengolahan yang rendah dan
kelembagaan yang kurang kuat.
Untuk mendukung kegiatan agroindustri kelapa perlu didukung dengan
ketersediaan bahan baku industri. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk
menentukan wilayah yang potensial untuk pengembangan kelapa. Untuk
menentukan wilayah yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan kelapa dapat
dilakukan dengan cara mengoverlay peta administrasi, peta pola ruang RTRW,
peta penunjukkan kawasan hutan dan peta tutupan lahan. Hasil overlay merupakan
peta ketersediaan lahan untuk pengembangan kelapa. Untuk mengetahui lahan
yang sesuai dan berpotensi untuk pengembangan kelapa maka dilakukan evaluasi
kesesuaian lahan pada peta ketersediaan lahan tersebut dengan cara mengoverlay
peta ketersediaan lahan dengan peta jenis tanah Kabupaten Padang Pariaman.
Kriteria yang digunakan untuk kesesuaian lahan berdasarkan kriteria Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian Tahun 2011 menggunakan
analisis kesesuaian lahan metode FAO (1976).
Setelah didapatkan lahan yang sesuai dan berpotensi, dilanjutkan dengan
analisis Skalogram. Data yang digunakan untuk analisis skalogram adalah jumlah
fasilitas pendidikan, jumalh fasilitas kesehatan, jumlah fasilitas trasnportasi dan
pariwisata, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah fasilitas sosial, jumlah fasilitas
pertanian, jumlah fasilitas industri, listrik an air, jarak ke ibukota kabupaten dan
produksi kelapa. Analisis skalogram biasa digunakan untuk menentukan tingkat
perkembangan wilayah dimana semakin banyak sarana dan prasarana yang
dimiliki suatu wilayah dengan indeks hirarki terbaik, maka bersifat melayani
wilayah yang memiliki indek hirarki yang lebih rendah. Hasil analisis skalogram
digunakan sebagai penentuan wilayah yang menjadi prioritas pengembangan
kegiatan agroindustri berdasarkan hirarki terbaik.
Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui tata niaga dalam tiap
tingkat produksi dan analisis kelayakan usaha pada pengolahan kelapa, kemudian
dilakukan analisis terhadap kelembagaan yang berperan dalam pengembangan
agroindustri. Selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan agroindustri kelapa
dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Padang Pariaman. Atas dasar inilah
dibangun kerangka pikir penelitian seperti terlihat pada Gambar 1.

7

Tidak adanya nilai tambah produk bagi petani
Tataniaga kelapa yang tidak memihak petani
Pengelolaan yang belum terstuktur
Kurangnya dukungan permodalan, teknologi dan
informasi
Potensi pengembangan kelapa

Analisis pengembangan kelapa

Evaluasi
kesesuaian lahan

Penentuan
Hirarki

Lahan yang
sesuai dan
berpotensi
pengembangan
kelapa

Hirarki
terbaik

Kelayakan
usaha

Efisiensi lembaga
pemasaran

Kelayakan usaha
secara finansial

Arahan lokasi pengembangan
agroindustri

Rekomendasi
peningkatan
efisiensi pemasaran

Kelembagaan

Bentuk
kelembagaan

Strategi pengembangan
agroindustri di Kabupaten
Padang Pariaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penentuan studi kelayakan bisnis (agroindustri) hanya dilakukan
terhadap aspek teknis (ketersediaan lahan), aspek finansial dan aspek
kelembagaan dalam pelaksanaan suatu proyek pertanian, sedangkan aspek-aspek
lainnya tidak diteliti. Produk turunan kelapa yang dilakukan analisis terbatas pada
usaha pengolahan kelapa menjadi Virgin Coconut Oil, dan pengolahan sabut
menjadi serat sabut kelapa.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Pengembangan adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan ke arah yang
lebih baik dari keadaan sebelumnya ( Syam, et al., 2006). Pengembangan wilayah
pada dasarnya mempunyai tujuan agar suatu wilayah berkembang menuju tingkat
perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui
optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi, dan
terpadu melalui pendekatan yang bersifat terpadu dan komprehensif. Keterpaduan
mencakup bidang ilmu, sektoral, wilayah, dan hirarki pemerintahan.
Komprehensif terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
hidup (Djakapermana, 2010).
Penyusunan perencanaan pembangunan berbasis pengembangan wilayah
perlu keterpaduan sektoral, spasial serta keterpaduan antarpelaku pembangunan di
dalam dan antarwilayah dalam upaya mencapai pembangunan berimbang
(balanced development), dengan terpenuhinya potensi-potensi pembangunan
sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah maupun daerah yang
beragam sehingga dapat memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal bagi
masyarakat di seluruh wilayah. Untuk mencapai pembangunan berimbang,
paradigma pembangunan wilayah sekarang ini harus memenuhi tiga aspek penting
yaitu mencapai: (1) pertumbuhan (growth), (2) pemerataan (equity), (3)
keberlanjutan (sustainability) (Rustiadi, et al., 2011).
Pengembangan pedesaan seharusnya memegang posisi terpenting dalam
kebijakan pengembangan wilayah yang diformulasikan negara-negara Dunia
Ketiga seperti Indonesia karena sebagian besar dari penduduk Dunia Ketiga
tinggal diwilayah perdesaan, maka tidak mungkin fasilitasi proses self-sustain
tanpa fokus perdesaan. Target pengembangan perdesaan adalah mengenai
masyarakat desa yang sebagian besar adalah petani miskin dan melibatkan
program pengembangan yang komprehensif untuk meningkatkan produktifitas
dan kondisi kehidupannya, sedangkan pengembangan pertanian utamanya
menguatkan kapasitas produktif dari sektor pertanian yang dapat dilakukan
dengan pengembangan agribisnis dan agroindustri diwilayah pedesaan (Rustiadi,
et al., 2011).

Komoditas Kelapa
Tanaman kelapa dapat tumbuh dengan optimal pada daerah dengan curah
hujan 1.300 sampai dengan 2.300 mm per-tahun, namun tanaman tetap dapat
tumbuh meski curah hujan di daerah penanaman mencapai 3.800 mm per-tahun
asalkan drainase tanah baik. Angin berperan penting pada penyerbukan bunga
(untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi. Lama penyinaran minimum
kelapa adalah 120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila ternaungi,
pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terhambat. Kelapa tumbuh optimal
pada suhu 20-27 0C dan sangat peka pada suhu rendah. Pada suhu < 15 0C,
perubahan fisiologis dan morfologis akan terjadi pada tanaman kelapa. Kelapa

9

akan tumbuh dengan baik pada kelembaban (rH) bulanan rata-rata 70-80%, dan
rH minimumnya 65%. Bila rH udara rendah atau evapotranspirasi tinggi, tanaman
akan kekeringan dan buah jatuh lebih awal (sebelum masak), namun bila rH
terlalu tinggi hama dan penyakit tanaman akan mudah timbul. Tanaman kelapa
tumbuh optimal di dataran rendah atau pada ketinggian 0-450 m dpl. Pada
ketinggian 450-1000 m dpl kelapa akan berbuah lebih lambat, produksi sedikit,
serta kadar minyaknya rendah (Badiorah, 2013).
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan komoditas strategis yang memiliki
peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Demikian besar manfaat tanaman kelapa sehingga ada
yang menamakannya sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life) atau "pohon
yang amat menyenangkan" (a heaven tree)”. Kelapa selain dijuluki sebagai
"pohon kehidupan", juga menamakannya sebagai "pohon surga". Kelapa
merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia.
Manfaat tanaman kelapa tidak hanya terdapat pada daging kelapa yang bisa di
olah menjadi kopra, santan, minyak kelapa tetapi pada keseluruhan tanaman
kelapa tersebut (Hastomo, 2013).
Kelapa dan produk turunannya merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara,
di samping itu kelapa juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah
dan pengembangan agroindustri. Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai
2.700-4.500 kelapa butir yang setara 0,8-1,2 ton kopra/ha. Produktivitas ini masih
dapat ditingkatkan menjadi 6.750 butir atau setara 1,5 ton kopra. Selain itu,
potensi kayu kelapa yang dapat dihasilkan sebesar 200 juta m3. Berdasarkan
potensi tersebut maka pengembangan agribisnis kelapa, khususnya industri
pengolahan buah kelapa, diarahkan ke Propinsi Riau, Jambi dan Lampung di
wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur di wilayah Jawa,
Propinsi Kalimantan Barat di wilayah Kalimantan, dan Propinsi Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah di wilayah Sulawesi yang merupakan sentra penghasil
kelapa di Indonesia, sedangkan industri pengolahan kayu kelapa di NTB, NTT,
dan di sentra produksi lainnya (Deptan, 2005).
Produk-produk yang dapat dihasilkan dari buah kelapa dan banyak
diminati karena nilai ekonominya yang tinggi diantaranya adalah VCO, AC, CF,
CP, CC, serta oleokimia yang dapat menghasilkan asam lemak, metil ester, fatty
alkohol, fatty amine, fatty nitrogen, glyserol, dan lain-lainnya. Demikian pula
batang kelapa juga merupakan bahan baku industri untuk menghasilkan
perlengkapan rumah tangga (furniture) yang masih prospektif untuk
dikembangkan (Deptan, 2005).
Belakangan ini mulai dibuka penetrasi pasar aneka produk kelapa ke pasarpasar baru seperti negara-negara yang termasuk kelompok Asia Pasifik, Eropa
Timur dan negara-negara Timur Tengah. Permintaan pasar ekspor produk olahan
kelapa umumnya menunjukkan trend yang meningkat. Sebagai contoh, pangsa
pasar DC Indonesia terhadap ekspor DC dunia cenderung meningkat dalam lima
tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi pada arang aktif, sebaliknya
pangsa ekspor CCO mengalami penurunan. Situasi ini mengisyaratkan perlunya

10

mengarahkan pengembangan produk olahan pada produk-produk baru yang
permintaan pasarnya cenderung meningkat (demand driven) (Deprin, 2010).
Rendahnya produktivitas tanaman kelapa disebabkan masih dominannya
kebun yang dibangun dengan benih asalan, terutama perkebunan rakyat dan belum
banyaknya adopsi penggunaan tanaman klonal. Peningkatan produksi memerlukan
kerjasama semua pihak untuk meningkatkan kembali produksi dari kelapa tersebut,
hal ini dapat dilakukan melalui peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, penggunaan
bibit unggul yang berasal dari Blok Penghasil Tinggi, pemeliharaan dan
pemupukan.
Agribisnis dan Agroindustri Kelapa
Agribisnis adalah suatu bisnis yang berbasis usaha pertanian baik di sektor
hulu maupun sektor hilir. Pengembangan agribisnis kelapa berperan penting
dalam peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan petani. Kelapa saat
ini sangat berperan dalam perekonomian sebagai penyedia lapangan kerja, bahan
baku industri dalam negeri dan konsumsi langsung. Usaha tani kelapa kebanyakan
tidak terkait langsung dengan industri pengolahan, industri hilir, serta industri jasa
dan keuangan. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil mendistribusikan nilai
tambah, sehingga tidak dapat meningkatkan pendapatan petani (Damanik, 2007).
Menurut Austin (1992) dalam Syam, et al. (2006), agroindustri adalah
perusahaan yang mengolah bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Pengolahan meliputi transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau
kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusi. Agroindustri merupakan salah
satu pengembangan kawasan agropolitan dan merupakan bagian integral
pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan
produk primer ke produk olahan sehingga memberi nilai tambah terhadap produk
hasil pertanian. Pengembangan agroindustri adalah suatu pola perencanaan usaha
yang mampu mengintegrasikan sasaran dan kebijakan kearah yang lebih baik
untuk mendapatkan nilai tambah komoditi yang sebesar-besarnya (Syam, et al.,
2006).
Empat kekuatan strategi agroindustri menurut Austin (1992) dalam Syam,
et al., (2006) yang dapat dijadikan motor penggerak perekonomian suatu negara
adalah : (1) agroindustri merupakan pintu keluar bagi produk pertanian, artinya
produk pertanian memerlukan pengolahan sampai tingkat tertentu sehingga
meningkatkan nilai tambah; (2) agroindustri merupakan penunjang utama sektor
manufaktur, artinya sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal
industrialisasi dan agroindustri serta mempunyai kapasitas yang besar dalam
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi, dan pemasaran, serta
mengembangkan lembaga keuangan dan jasa; (3) agroindustri berperan dalam
menciptakan devisa negara, artinya produk pertanian mempunyai permintaan di
pasar dunia baik dalam bentuk bahan baku, setengah jadi, maupun produk jadi
sehingga perlu pengolahan sesuai permintaan konsumen; (4) agroindustri
mempunyai dimensi nutrisi, artinya agroindustri dapat menjadi pemasok
kebutuhan gizi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
Menurut Devaragan, et al., (1990), pembangunan Indonesia kini dan
kedepannya seharusnya mengarah pada era liberalisasi perdagangan yang ditandai
oleh adanya perubahan term of trade sehingga perdagangan lambat laut akan

11

kehilangan subsidi dan tarif, sebaliknya arus lalu lintas modal antarnegara
semakin meningkat sehingga menimbulkan foreign direct investment. Kondisi ini
dapat diatasi dengan mewujudkan efisiensi dalam proses produksi dan
memprioritaskan pengembangan agroindustri yang berbasis sumberdaya lokal,
bersinergi dan terintegrasi. Strategi pembangunan nasional harus menempatkan
agroindustri sebagai pilihan utama karena agroindustry dapat memicu percepatan
peningkatan kesempatan kerja, peningkatan ekspor, pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan, dan jaminan ketahanan pangan
nasional (Syam, et al., 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Rusastra, et al.,
(2005), peranan agroindustri sebagai suatu kegiatan ekonomi yang diharapkan
mampu menciptakan lapangan kerja masih sangat relevan dengan permasalahan
ketenagakerjaan saat ini, terutama beban sektor pertanian yang menyerap sekitar
46 persen dari total angkatan kerja dan adanya indikasi tingkat pengangguran
terbuka dan terselubung yang semakin meningkat.
Agroindustri sebagai penarik pembangunan sektor pertanian diharapkan
mampu berperan dalam menciptakan pasar bagi hasil – hasil pertanian melalui
berbagai produk olahannya. Agar agroindustri mampu berperan sebagai
penggerak utama, industrialisasi pedesaan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut yaitu : berlokasi dipedesaan, terintegrasi vertikal ke bawah, mempunyai
kaitan input-output yang besar dengan industri lainnya, dimiliki oleh penduduk
desa, padat tenaga kerja, tenaga kerja berasal dari desa, bahan baku merupakan
produk desa, dan produk yang dihasilkan terutama dikonsumsi oleh penduduk
desa. (Simatupang dan Purwoto (1990) dalam Supriyati dan Suryani (2006).
Menurut Syam, et al. (2006), karakteristik agroindustri yang ideal adalah
agroindustri yang bersifat resource-based industry. Strategi pengembangannya
didasarkan pada pendekatan wilayah potensi sumberdaya dengan tetap berpijak
pada konsep keunggulan komparatif dinamis dengan mengikutsertakan peran
pemerintah untuk mengarahkan keunggulan komparatif jangka panjang.

Industri Hilir Kelapa
Investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi, yang
sekaligus menjadi motor modernisasi pertanian. Sebagai produsen terbesar di
dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana
produksi (bibit, pupuk, pestisida, dll); proses produksi, pengolahan produk kelapa
(turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas
penunjangnya (keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dll). Daya saing
produk kelapa saat i