PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS BIBIT POHON HUTAN YANG DIINOKULASI ENDOMIKORIZA DARI HPPB UNAND PADA TANAH LAHAN BEKAS TAMBANG SEMEN PADANG.

PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS BIBIT POHON HUTAN YANG
DIINOKULASI ENDOMIKORIZA DARI HPPB UNAND PADA TANAH
LAHAN BEKAS TAMBANG SEMEN PADANG

SKRIPSI SARJANA BIOLOGI

Oleh :
NURUL ALIFAH
0910423114

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

ABSTRAK

Penelitian tentang pertumbuhan beberapa jenis bibit pohon hutan yang diinokulasi
endomikoriza dari HPPB UNAND pada tanah lahan bekas tambang Semen Padang
telah dilakukan dari bulan Juni 2013 sampai November 2013 di Rumah kaca dan
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang. Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan,
sebagai Petak Utama adalah jenis bibit tanaman hutan yaitu (A1) Swietenia
mahagoni (L.) Jacq., (A2) Shorea sp., (A3) Pterospermum javanicum Jungh. dan
(A4) Alstonia scholaris (L.) R.Br., dan sebagai Anak Petak adalah jenis media tanam
yaitu (B1) tanah hutan, (B2) tanah tambang tanpa inokulan endomikoriza dan (B3)
tanah tambang diberi inokulan endomikoriza. Hasil penelitian ini menunjukkan
pemberian inokulan endomikoriza memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan
diameter batang dan pertambahan jumlah daun selama 12 minggu pengamatan.
Tanaman A. scholaris memberikan respon terbaik pada media tanah tambang tanpa
inokulasi. Sedangkan pertumbuhan tanaman A.scholaris pada media tanah tambang
dengan pemberian inokulan endomikoriza cenderung lebih rendah. Pemberian
inokulan endomikoriza mempengaruhi persentase derajat infeksi hingga 76,66%
dengan kriteria sangat tinggi dan tingkat ketergantungan (Mycorrhizal dependency)
kurang pada tanaman P. javanicum, cukup pada tanaman S. mahagoni dan A.
sholaris, tinggi pada tanaman Shorea sp.
Kata kunci : Endomikoriza, Bibit pohon hutan, Tambang semen

ABSTRACT


The study about the growth of several types of forest tree seedlings inoculated with
endomycorrhiza from HPPB UNAND on mined land soil Padang Cement has been
done on June 2013 to November 2013 in the green house and Laboratory of Plant
Physiology, Departement of Biology, Mathematics and Natural Science Faculty,
Andalas University, Padang. The study used Split Plot Design with 12 treatments and
3 replications, as the main plot was the type of forest plant seeds: (A1) Swietenia
mahagoni (L.) Jacq., (A2) Shorea sp., (A3) Pterospermum javanicum Jungh. and
(A4) Alstonia scholaris (L) R.Br., and as the sub plot was kind of growing medium:
(B1) top soil, (B2) land mines soil without inoculant of endomycorrhiza and (B3)
land mines with inoculant of endomycorrhiza. The results of the study indicated that
giving of inoculant of endomycorrhiza significantly increased in plant height but not
significantly increased the number of stem diameter and leaf during 12 weeks of
observation. A. scholaris shown the best growth response on the mine soil medium
without inoculation, while A. scholaris on land mines soil medium with inoculant of
endomycorrhiza tend to be lower. Giving inoculant of endomycorrhiza affected the
percentage degree of infection up to 76.66% with very high criteria and level of
dependency (Mycorrhizal Dependency) P. javanicum with less criteria, S. mahagoni
and A.sholaris with medium criteria, and Shorea sp. with high criteria.
Keywords: Endomycorrhiza, Forest tree seedlings, cement mined


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri semen merupakan salah satu sektor yang berperan penting bagi
perekonomian Indonesia (Asmarahman, 2008). Kegiatan pertambangan terbesar di
Sumatera Barat adalah tambang batu kapur di Bukit Karang Putih yang merupakan
bahan baku pembuatan semen milik PT Semen Padang yang terletak di Kelurahan
Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kotamadya Padang. Penambangan batu
kapur di Bukit Karang Putih dilakukan dengan menggunakan bahan peledak dan
tahap-tahap penambangan mulai dari pengupasan lapisan kerak dari batu Bukit
Karang Putih sehingga di peroleh lapisan batu kapur sampai memperkecil ukuran
material sesuai kebutuhan dan pengiriman material ke silo penyimpanan (Okti,
2008).
Kegiatan dalam proses pertambangan sangat mempengaruhi kondisi lahan
dan menyebabkan kerusakan yang signifikan terutama kerusakan pada lapisan tanah
atas (top soil) yang memiliki banyak unsur hara (Margarettha, 2007). Berdasarkan
Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) PT Semen Padang yang disetujui pada tahun 1990
oleh Departemen Perindustrian, di ketahui bahwa untuk memenuhi kapasitas

produksi sebesar 4.230.000 ton/tahun eksploitasi bahan baku akan menimbulkan
dampak penting bagi lingkungan antara lain terbentuknya lahan terbuka tanpa
vegetasi seluas 67 Ha di lokasi penambangan dan kehilangan tanah bagian atas
sebanyak 92 m3 (Mufhendris, 2005), untuk saat ini produksi PT Semen Padang telah
mencapai 6.522.006 ton pada tahun 2012 (PT Semen Padang, 2013).
Lahan yang mengalami degradasi karena aktivitas pertambangan bahan baku
semen menimbulkan banyak kendala pada upaya revegetasi lahan karena tingkat

kesuburan lahan yang rendah, lahan berupa hamparan tanah kapur (CaO), silica
(SiO2), aluminium oksida (Al2O3), pasir besi (Fe2O3), gips dan tanah liat, lahan
miskin unsur hara, pH tinggi dan bakteri pengurai tidak ada sehingga tumbuhan sulit
untuk tumbuh di lahan bekas tambang semen tersebut dan hanya akan menjadi lahan
tidur yang tidak termanfaatkan (Asmarahman, 2008). Kondisi ini juga menyebabkan
areal bekas pertambangan sulit di tumbuhi oleh vegetasi karena tidak terpenuhinya
unsur-unsur yang mendukung pertumbuhan tanaman (Margarettha, 2009).
Untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup tanaman pada
lahan bekas tambang semen diperlukan teknik silvikultur yang tepat, pemilihan jenis
tanaman yang cocok, input energi yang tinggi seperti saturasi fosfat, pemupukan
yang lengkap dan manajemen bahan organik. Namun teknik-teknik tersebut
memerlukan biaya yang tinggi untuk membangun kembali lahan tersebut menjadi

lahan yang produktif dan tidak jarang memberikan dampak negatif dikemudian hari,
misalnya dampak penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak
lingkungan dan tanah (Asmarahman, 2008). Alternatif yang dapat dilakukan yaitu
berupa

pendekatan

secara

bioteknologi

dengan

memanfaatkan

potensi

mikroorganisme yang mampu memperbaiki struktur tanah dan berperan dalam siklus
hara salah satunya yaitu Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).
Penggunaan


FMA

menjadi

strategi

yang

menguntungkan

karena

penyebarannya lebih luas dan mempunyai kemampuan berasosiasi yang tinggi, yaitu
mencapai 90% jenis tanaman bersasosiasi dengan mikoriza (Cruz, Ishii dan Kadoya,
2000). FMA mampu menarik perhatian para peneliti lingkungan dan biologis karena
cendawan ini dapat membantu tanaman dalam meningkatkan kualitas dan
produktivitas tanaman terutama bagi tanaman yang di tanam pada lahan-lahan
marginal yang kurang subur atau areal bekas tambang (Delvian, 2006).


Jenis tanaman yang digunakan untuk revegetasi harus sesuai dengan lahan
pasca penambangan dan mampu berasosiasi dengan mikoriza. Pada umumnya
tanaman yang digunakan untuk revegetasi adalah tanaman jenis pohon dan tanaman
jenis fast growing spesies (FGS) karena tanaman ini mampu menstabilkan dan
memperbaiki kondisi tanah (Ardanari, 2011). Beberapa tanaman yang termasuk jenis
FGS antara lain Alstonia scholaris (Mahfudz, Dyan dan Fiani, 2006), Shorea sp
(Adman, Hendrarto dan Sasongko, 2012). Tanaman jenis pohon yang juga mampu
berasosiasi dengan mikoriza dan mampu beradaptasi pada lahan kritis adalah
Swietenia mahagoni (Joker, 2001; Herdina, 2012) dan Pterospermum javanicum
(Contesa, 2012; Heryati, Kosasih dan Bogidarmanti, 2007).
Adapun penelitian tentang mikoriza yang telah dilakukan untuk rehabilitasi
lahan yaitu pada beberapa tanaman kehutanan untuk revegetasi lahan bekas tambang
batubara (Herdina, 2012), tanaman fast growing species dalam pembangunan HTI
dan rehabilitasi lahan kritis (Ardanari, 2011), pertumbuhan pulai darat di lahan bekas
tambang batubara ( Waluyo dan Ulfa, 2006), dan studi status FMA di areal
rehabilitasi lahan pasca tambang nikel (Setiadi dan Setiawan, 2011). Pada penelitian
ini digunakan isolat FMA hasil isolasi dari rhizosfer Pternandra ecinata Jack yang
merupakan salah satu tumbuhan pionir di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi
(HPPB) dan telah terbukti mampu memicu pertumbuhan beberapa tanaman
kehutanan seperti Alstonia scholaris (L.) R. Br. dan Pterospermum javanicum dalam

waktu pengamatan 12 minggu (Contesa, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui tanaman yang dapat digunakan
sebagai tanaman revegetasi lahan bekas tambang semen padang maka dilakukan
penelitian dengan judul “Pertumbuhan beberapa jenis bibit pohon hutan yang
diinokulasi endomikoriza dari HPPB pada tanah lahan bekas tambang semen
padang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang penelitian maka dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana pertumbuhan beberapa jenis bibit pohon hutan yang di tanam pada media
tanah lahan bekas tambang Semen Padang Indarung dengan pemberian FMA dari
HPPB?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Mengetahui pertumbuhan beberapa jenis bibit pohon hutan yang di tanam pada
media tanah lahan bekas tambang Semen Padang Indarung dengan pemberian FMA

dari HPPB.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis bibit pohon
hutan yang mampu berasosiasi dengan FMA dan kompatibel untuk di tanam pada
lahan bekas tambang Semen Padang Indarung.

1.5 Hipotesa

Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah :
Pertumbuhan beberapa jenis bibit pohon hutan yang ditanam pada media tanah lahan
bekas Tambang Semen Padang Indarung dapat meningkat dengan pemberian
inokulan FMA dari HPPB.