PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PUISI SECARA LISAN KREATIF PRODUKTIF BERBASIS TRADISI PELISANAN MACAPAT MALANGAN PADA SISWA SMP KOTA MALANG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… v

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……….……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……….………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ..……….. 9

1.3 Tujuan Penelitian ……… 13

1.4. Manfaat Penelitian ………. 15

1.5 Asumsi Penelitian ………... 16

1.6 Paradigma Penelitian ……….. 16

1.7 Penjelasan Istilah ……….……….. 18

BAB II PEMBELAJARAN MEMBACA PUISI DAN POTENSI TRADISI PELISANAN MACAPAT DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN INDONESIA 2.1 Seni Tradisi dalam Konteks Sosial Masyarakatnya ………. 21

2.2 Seni Macapat ………. 23

2.3 Hakikat Pendidikan dan Paradigma Baru Pendidikan Indonesia ……… 33

2.3.1 Hakikat Pendidikan …..………. 33


(2)

2.4 Pendidikan Sastra di Sekolah ………. 45

2.4.1 Kurikulum Pendidikan Sastra ………. 46

2.4.2 Komponen Pembelajaran Membaca Puisi ……….. 52

2.5 Puisi dan Membaca Puisi sebagai Karya Kreatif …………... 56

2.5.1 Definisi Puisi ……… 56

2.5.2 Membaca Puisi secara Lisan dalam Konteks Keterampilan Berbahasa ……… 59

2.5.3 Membaca Puisi sebagai Kegiatan Berekspresi Sastra …… 63

2.5.4 Pengembangan Kemampuan Kreatif ………. 69

2.6 Model Pembelajaran ……….. 78

2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran ………. 79

2.6.2 Komponen Model Pembelajaran ……… 82

2.6.3 Kategori Model Pembelajaran ……… 83

2.6.4 Pembelajaran Kreatif Produktif .………. 81

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain dan Pendekatan Penelitian ………. 89

3.2 Prosedur Penelitian ………….………... 90

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 98

3.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ……… 98

3.4 Teknik Analisis Data ………. 100

3.4.1 Teknik Analisis Data pada Tahap Pendahuluan …………. 100

3.4.2 Teknik Analisis Data pada Tahap Pengembangan ………. 101


(3)

BAB IV TRADISI PELISANAN MACAPAT MALANGAN

4.1 Deskripsi dan Analisis Data ……….. 103 4.1.1 Fenomena Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………... 105 4.1.1.1 Sejarah Singkat Tradisi Pelisanan Macapat Malangan …. 105 4.1.1.2 Teks Cerita dalam Tradisi Pelisanan Macapat Malangan 110 4.1.1.3 Struktur Penyajian ……… 121 4.1.1.4 Peran-peran dalam Tradisi Pelisanan Macapat Malangan 130 4.1.1.5 Struktur Panggung ……… 136 4.1.1.6 Perlengkapan Pertunjukan ……… 139 4.1.1.7 Makna Tradisi Pelisanan Macapat bagi Masyarakatnya ... 142 4.1.2 Aspek-aspek Tradisi Pelisanan Macapat Malangan sebagai

Potensi bagi Pengembangan Membaca Puisi secara Lisan .. 144 4.2 Hasil Analisis Data ……….. 150 4.2.1 Fenomena Tradisi pelisanan Macapat malangan ………… 150 a. Sejarah Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………… 150 b. Teks Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ……… 151 c. Struktur Penyajian ………. 152 d. Peran-peran dalam Tradisi Pelisanan Macapat

Malangan ……… 152

e. Struktur Panggung 153

f. Perlengkapan Pertunjukan ………... 153 g. Makna Tradisi Pelisanan Macapat bagi Masyarakatnya.. 154 4.2.2 Aspek-Aspek Tradisi Pelisanan Macapat Malangan yang

Berpotensi bagi Pengembangan Membaca Puisi Secara Lisan ………

154

4.3 Pembahasan ……….. 156

4.3.1 Tradisi Pelisanan Macapat Malangan sebagai Entitas

Budaya ……… 156

4.3.2 Model Adopsi Potensi Tradisi Pelisanan Macapat


(4)

BAB V TRADISI PELISANAN MACAPAT MALANGAN

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PUISI

5.1 Kondisi Pembelajaran Membaca Puisi yang Berlangsung

Selama Ini ……….. 166

5.1.1 Deskripsi dan Analisis Data ……… 166

5.1.1.1 Strategi Pembelajaran ……….. 166

5.1.1.2 Potensi Sekolah bagi Pengembangan Pembelajaran ……. 175

5.1.2 Hasil Analisis ………... 181

5.1.3 Pembahasan 182 5.2 Pengembangan Model (Hipotetik) Pembelajaran Membaca Puisi Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………. 187

5.2.1 Rancangan Model Pembelajaran ……… 188

5.2.2 Perangkat Pembelajaran ……….. 197

5.3 Implementasi Model Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan …... 212

5.3.1 Deskripsi dan Analisis Data ……… 212

5.3.1.1 Proses Pembelajaran ………. 212

a. Tahap Orientasi ……… 213

b. Tahap Eksplorasi ……….. 218

c. Tahap Interpretasi & Inkubasi ……….. 220

d. Tahap Kreasi ……… 223

e. Tahap Ekspresi & Evalusasi ………. 231

5.3.1.2 Capaian Hasil Pembelajaran ………. 241

a. Dampak Instruksional ………... 241


(5)

5.3.2 Hasil Analisis Data ……….. 264 5.3.2.1 Proses Pembelajaran dengan Model yang Dikembangkan 264 5.3.2.2 Capaian Hasil Pembelajaran ………. 266

5.3.3 Pembahasan ………. 269

5.4 Model (Final) Pembelajaran Membaca Puisi secara Lisan Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat

Malangan ………

274 5.4.1 Ikhtisar Model ……….. 274 5.4.2 Rancangan Model Setelah Perbaikan …..……… 281

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan ……….. 293

6.2 Rekomendasi ……… 300

DAPTAR PUSTAKA UUUUUUUUUUUUUUUU 303

LAMPIRAN UUUUUUUUUUUUUUUUUUU 307

BIODATA PENULIS UUUUUUUUUUUUUUU.. 465

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian ……… 309 2. Kisi-kisi Instrumen ……….. 312 3. Panduan Wawancara Pelaku Seni Tradisi Macapat Malangan ………… 316 4. Panduan Wawancara Masyarakat Umum ……… 317


(6)

6. Angket Guru ……… 325

7. Pedoman Wawancara dengan Guru ………. 332

8. Panduan Observasi Model pada PBM I ……… 333

9. Panduan Observasi Model pada PBM II ………. 335

10.Panduan Observasi Model pada PBM III ……… 337

11.Panduan observasi Aktivitas Kelompok ………. 339

12.Instrumen Penilaian Proses ………. 341

13.Instrumen Penilaian Hasil ……….. 342

14.Korpus Data Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ……… 344

15.Korpus Data Pembelajaran Membaca Puisi Selama Ini ………. 354

16.Hasil Angket Siswa ………. 356

17.Hasil Angket Guru ……….. 360

18.Korpus Data Implementasi Model ……….. 363

19.Catatan Observasi Implementasi Model ………. 366

20.Nilai Membaca Puisi per Aspek Siswa SMP A ……….. 376

21.Nilai Membaca Puisi per Aspek Siswa SMP B ….………. 378

22.Nilai Membaca Puisi per Aspek Siswa SMP C ….……… 380

23.Kategori Capaian Hasil Pembelajaran Membaca Puisi secara Lisan KPB-TRAPEMAMA ……….. 382

24.Model Konseptual Pembelajaran Pembelajaran Membaca Puisi secara Lisan KPB-TRAPEMAMA ……….………. 384

25.Buku Panduan Guru ………. 395

26.Buku Panduan siswa ……… 434


(7)

28.Riwayat Hidup Penulis ………. 465

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Muatan Konseptual Pembelajaran Membaca Puisi Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………...

17 Gambar 1.2 Kerangka Desain Penelitian ………. 18 Gambar 2.1 Sistem Pendidikan ……… 38 Gambar 2.2 Integrasi Empat Fungsi Dasar dalam Kreativitas …………. 70 Gambar 2.3 Kerangka Sistem Pengembangan Model Pembelajaran …... 88 Gambar 3.1 Alur Tahapan Penelitian ………. 91 Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian Tahap Pendahuluan …………... 94 Gambar 3.3 Kerangka Pikir Penelitian Tahap Pengembangan ………… 95 Gambar 3.4 Kerangka Pikir Penelitian Tahap Pengujian ………. 97 Gambar 3.5 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif …… 100 Gambar 3.6 Kerangka Pikir Penelitian ………. 102 Gambar 4.1 Peta wilayah Malang Raya ………... 104 Gambar 4.2 Transkrip Layang Ambyak dalam huruf Jawa ……….. 111 Gambar 4.3 Pak Parlan, dalang macapat dari Dusun Glagahdowo,

Tumpang Kab. Malang ………. 132 Gambar 4.4 Pak Jono, Pemain gender dari kelompok tradisi moco

Dusun Glagahdowo, Tumpang Kab. Malang ………... 135 Gambar 4.5 Denah Struktur Panggung dalam Pola Ruang Empat

Persegi Panjang Horizontal ……….. 137 Gambar 4.6 Denah Struktur Panggung dalam Pola Ruang Empat


(8)

Gambar 4.7 Formasi pemain skala lengkapdi atas panggung ………….. 138 Gambar 4.8 Formasi pemain skala minimal di atas panggung ………… 138 Gambar 4.9 Seperangkat Perlengkapan Dalang Macapat ………... 140 Gambar 4.10 Buku sumber cerita dalam tradisi moco dengan huruf Jawa 141 Gambar 4.11 Perlengkapan Musik Pengiring Pertunjukan Moco ……….. 142 Gambar 5.1 Tahapan Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif Produktif

Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ……… 191 Gambar 5.2 Desain Model Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan … 194 Gambar 5.3 Desain Perencanaan Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan … 195 Gambar 5.4 Desain Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan … 196 Gambar 5.5 Desain Evaluasi Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan … 197 Gambar 5.6 Format Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran

Membaca Puisi Kreatif Produktif Berbasis Tradisi

Pelisanan Macapat Malangan ………... 207 Gambar 5.7 Format Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca

Puisi Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat

Malangan ………. 210

Gambar 5.8 Pembelajaran tahap ORIENTASI. Penyampaian materi dengan menggunakan media LCD , power point, dan

materi contoh membaca puisi pada umumnya ………. 215 Gambar 5.9 Siswa memanfaatkan fasilitas internet siswa untuk

menelusur bahan puisi ……….. 216 Gambar 5.10 Pemanfaatan ruang sederhana (beralas karpet plastik) bagi

pelaksanaan pembelajaran 221

Gambar 5.11 Ceretan-coretan pada naskah, bentuk rencana pembacaan 222 Gambar 5.12 Uji coba pembacaan dalam tahap kreasi. Satu siswa


(9)

melakukan uji coba dan teman lain (kelompok)

memberikan koreksi/evaluasi ………... 224 Gambar 5.13 Latihan tembang macapat melalui HP untuk ditirukan dan

diimplementasikan dalam pembacaan puisi ………. 227 Gambar 5.14 Latihan formasi pembacaan pada tahap kreasi di luar jam

sekolah ……… 228

Gambar 5.15 Guru memberikan masukan dan evaluasi dalam latihan

bersama yang diinisiasi siswa ………. 229 Gambar 5.16 Penyiapan tempat penyajian hasil karya membaca puisi

dalam pembelajaran ……… 230 Gambar 5.17 Bentuk sajian seni baca puisi di kelas oleh siswa dalam

pembelajaran membaca puisi kretif produktif berbasis

tradisi pelisanan macapat Malangan ……… 233 Gambar 5.18 Peralatan sederhana yang digunakan untuk memberi

ilustrasi pembacaan puisi dalam pembelajaran di kelas ….. 235 Gambar 5.19 Sajian seni baca puisi berbentuk pementasan oleh siswa

dalam pembelajaran membaca puisi kretif produktif

berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan ………. 238 Gambar 5.20 Kreativitas siswa dalam hal kostum membaca pusi ……… 261 Gambar 5.21 Tahapan Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif Produktif

Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan (setelah

perbaikan) ………. 277

Gambar 5.22 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Pembelajaran

Membaca Puisi KPB-TRAPEMAMA ………. 280 Gambar 5.23 Rancangan Model Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan

(setelah perbaikan) ………... 281 Gambar 5.24 Rancangan Perencanaan Pembelajaran Membaca Puisi

Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan …

282 Gambar 5.25 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Puisi

Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat

Malangan (setelah perbaikan) ………... 283 Gambar 5.26 Rancangan Evaluasi Pembelajaran Membaca Puisi Kreatif


(10)

Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan

(setelah perbaikan) ………... 284 .

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metrum Macapat ………... 29 Tabel 2.2 Aspek-aspek Pembacaan Puisi secara Lisan ………... 66 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 96 Tabel 4.1 Persebaran Metrum dan Jumlah Bait (Pada) dalam Layang

Yusuf ………... 118

Tabel 5.1 Metode Pembelajaran yang Umumnya Digunakan Menurut

Siswa ………. 168

Tabel 5.2 Pembelajaran Membaca Puisi yang Pernah Dialami Siswa

Selama Ini ………. 169

Tabel 5.3 Kesulitas yang Dialami Guru dalam Pembelajaran Membaca

Puisi ……… 172

Tabel 5.4 Sikap Siswa sebagai Potensi bagi Pengembangan

Pembelajaran Membaca Puisi ……… 176 Tabel 5.5 Sikap Positif Siswa Terkait dengan Ketradisian ………. 178 Tabel 5.6 Acuan Penskoran Penilaian Proses Pembelajaran Membaca

Puisi Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………...

208 Tabel 5.7 Acuan Penskoran Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca

Puisi Kreatif Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………..

211 Tabel 5.8 Capaian Hasil Belajar Aspek Kemampuan Vokal …………. 243 Tabel 5.9 Capaian Hasil Belajar Aspek Kemampuan Irama/Intonasi … 245


(11)

Tabel 5.10 Capaian Hasil Belajar Aspek Kemampuan Ekspresi & Gerak 248 Tabel 5.11 Capaian Hasil Belajar Aspek Kemampuan Penghayatan ….. 250 Tabel 5.12 Capaian Hasil Belajar Aspek Kemampuan Kreativitas ……. 253

Tabel 5.13 Capaian Hasil Belajar Membaca Puisi Kreatif Produktif

Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan ………. 256 Tabel 5.14 Capaian Kompetensi Membaca Puisi dalam Konteks


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya. Kenyataan demikian pada dasarnya menggambarkan adanya kekuatan yang dapat dimanfaatkan bagi kelangsungan dan kejayaan hidup bangsa Indonesia, terutama di tengah percaturan kehidupan global. Dengan kekuatan tradisi, bangsa Indonesia akan tumbuh menjadikan bangsa yang berkarakter. Dalam konteks ini, Sedyawati (2008:18) menguraikan sebagai berikut.

Yang global itu adalah sistem dalam sektor-sektor kehidupan tertentu saja, yaitu khususnya sistem perdagangan dan moneter antarbangsa, sistem jaringan komunikasi sedunia, serta sistem diplomatik dan pergaulan antarbangsa. Selebihnya, masing-masing bangsa tetap harus merawat dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, demi jatidiri, kebanggaan nasional, serta kelestarian keanekaragaman kehidupan itu sendiri.

Sebagai milik masyarakat, setiap kebudayaan pada dasarnya berada dalam entitas dan dinamika perkembangan yang berbeda-beda. Artinya, dari waktu ke waktu kebudayaan mengalami perubahan seiring dengan perubahan lingkungan alam dan lingkungan sosial masyarakatnya. Oleh karena itu, bentuk “pengawetan” budaya merupakan hal yang bertentangan dengan hakikat kebudayaan itu sendiri. Dalam konteks pengembangan jati diri suatu bangsa, yang penting dilakukan adalah bentuk pelestarian dinamis. Artinya, perubahan dan perkembangan


(13)

kebudayaan yang terjadi tidak tercerabut dari akar kebudayaan (tradisi) bangsa. Dengan mengambil contoh kasus pada seni pertunjukan, Bandem & Murgiyanto (1996:18) mengemukakan sebagai berikut.

Kita memang harus berlatih dan memahami bentuk-bentuk teater daerah milik Indonesia sendiri. Akan tetapi, dengan masuknya pengaruh teater Barat, kita tidak boleh puas hanya dengan menirunya. Segala sesuatu akan berubah, tumbuh, dan berkembang. Tergantung pada kemampuan kita untuk mengambil yang terbaik dari keduanya dan memadukannya sesuai dengan kebutuhan ekspresi kita, sesuatu yang baru akan lahir menjadi jati diri Indonesia, sesuai dengan perkembangan zaman.

Macapat malangan sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya bangsa Indonesia diyakini mengandung nilai yang memberi andil dalam pembangunan watak/karakter, baik pada masyarakat yang hidup pada masa lalu, sekarang, maupun generasi masa yang akan datang. Dalam konteks kehidupan sekarang dan masa depan inilah nilai-nilai positif dalam tradisi macapat malangan penting untuk dipertautkan dan dijadikan potensi dalam peristiwa pendidikan. Salah satunya adalah dalam pembelajaran sastra di sekolah, khususnya terkait dengan pengembangan kompetensi membaca puisi secara lisan. Bagaimanapun, tradisi macapat sebagai karya budaya tentu memiliki nilai kearifan yang bermanfaat dan berkemungkinan menjadi solusi bagi kehidupan manusia. Hal demikian sekaligus dimaksudkan sebagai upaya pengembangan kualitas pembelajaran sastra di sekolah.

Pembelajaran sastra di sekolah diakui memiliki peran penting dan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan nasional secara utuh. Namun demikian, kenyataan yang kurang menggembirakan masih manjadi sorotan atas


(14)

3

pendidikan sastra di sekolah. Sejumlah sorotan di antaranya dikaitkan dengan fenomena mutakhir yang menunjukkan gejala kemerosotan moral dan kenakalan remaja/siswa. Padahal dalam ukuran ideal, Moody (Endraswara, 2005:56-57) mengatakan bahwa karya sastra dapat memberikan pengertian yang dalam tentang manusia.

Apa yang disampaikan Moody tersebut merupakan sebuah nilai positif atas karya sastra. Namun demikian, hal tersebut tidak akan terjadi bila karya sastra itu tidak terkelola dengan baik. Misalnya, dalam sebuah pembelajaran, karya satra tidak akan mampu memberikan apa-apa jika tidak dilibatkan sebagai materi dalam sebuah pembelajaran yang baik. Maksudnya adalah proses pembelajaran yang ditempuh harus mampu mengeksplorasi makna.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mustakim (2001) menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra di sekolah baru sebatas pemahaman literer, belum menyentuh kemampuan inferensial, evaluatif, dan apresiatif. Hal ini tidak lepas dari kenyataan umum pembelajaran sastra di sekolah yang masih berada pada sekitar pembicaraan tentang sastra, menghafal karya, dan pelaksanaan pembelajarannya dengan ceramah.

Menyikapi persoalan demikian, kajian dan pemikiran yang terkait dengan pembelajaran sastra di sekolah harus terus dilakukan. Misalnya dengan mengarah pada pembelajaran sastra yang kreatif dan inovatif. Ditambah dengan memer-hatikan kondisi sosio-kultural bangsa Indonesia, pembelajaran tersebut harus menghadirkan makna positif keindonesiaan (beragam kultur dan terjaga jati dirinya). Dengan perspektif ini, pembelajaran sastra akan benar-benar “mendidik”.


(15)

Artinya, mampu mengolah aspek kamanusiaan siswa, yang sekaligus mengokohkan jati dirinya sebagai manusia Indonesia. Hal demikian dimaksudkan untuk mengurai dan menemukan solusi menuju pembelajaran sastra di sekolah sebagaimana yang diharapkan.

Terdapat hal penting yang harus dijadikan acuan dasar dalam pengembangan pendidikan, yaitu meliputi acuan filosofis, acuan nilai kultural, dan acuan lingkungan strategis. Acuan filosofis, secara mendasar pendidikan harus memiliki karakteristik (1) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban; (2) mendukung desiminasi nilai keunggulan, (3) mengembangkan nilai-nilai demokratis, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan; dan (4) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral. Acuan nilai kultural, bagi masyarakat nilai kultural memiliki kedudukan sangat penting karena menjadi acuan perilaku dan rujukan dalam penataan aspek legal, termasuk penataan pendidikan. Acuan lingkungan strategis, ini meliputi lingkungan nasional maupun global. Pendidikan dituntut untuk mampu membantu bangsa keluar dari krisis, yang selanjutnya mendudukkannya sejajar dengan bangsa lain dalam percaturan kehidupan global (Jalal & Supriadi, Ed.; 2001:6–7).

Dengan memerhatikan hal di atas maka upaya pengembangan bidang pendidikan (pembelajaran sastra) yang memerhatikan konteks keindonesiaan mutakhir menjadi sangat penting, di antaranya adalah dengan mengeksplorasi nilai-nilai kreatif (selama ini cenderung kognitif) dan kultural bangsa Indonesia. Lebih lanjut, dengan eksplorasi nilai-nilai kreatif dan kultural tersebut, pendidikan


(16)

5

di Indonesia benar-benar mampu mengembangkan segenap potensi anak secara maksimal dan sekaligus mempersiapkan anak didik untuk survive dalam kehidupan di masa depan tanpa menanggalkan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Nilai kreatif menyangkut kemampuan seseorang dalam memanfaatkan pikiran dan potensi lainnya dalam suatu hal. Orang kreatif tidak sekedar berpikir, tetapi ia melakukannya secara maksimal dan sungguh-sungguh. Oleh karenanya, kegiatan kreatif umumnya disertai dengan menghasilkan sesuatu yang baru. Sebagaimana diuraikan oleh Wycoff (2004:43–44) bahwa kreativitas merupakan kemampuan melihat hal-hal yang juga dilihat orang lain di sekitar kita, tetapi membuat keterkaitan-keterkaitan yang tak terpikirkan oleh orang lain. Kreativitas mengarah kepada makna positif, baru, lebih baik. Orang yang kreatif akan mampu membawa makna atau tujuan baru dalam tugas-tugas, menemukan penggunaan baru, memberikan nilai tambah.

Dalam hal yang sama, Semiawan (2002:60) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan sebuah integrasi yang mencakup empat fungsi dasar, yang meliputi (1) berpikir rasional, (2) perkembangan emosional atau perasaan pada tingkat tinggi, (3) perkembangan bakat khusus atau penginderaan cipta talen dalam kehidupan mental dan fisik, (4) kesadaran tingkat tinggi yang menghasilkan imajinasi, fantasi, dan pendobrakan ambang kesadaran atau ketaksadaran. Di sini, kreativitas selalu mencakup interpretasi keseluruhan kehidupan berpikir, merasa, mengindera, dan intuisi yang terjadi secara menyatu.


(17)

Berkaitan dengan upaya (penelitian) pengembangan model pembelajaran sastra dengan menekankan aspek kreativitas, telah dilakukan penelitian oleh Sunaryo (2007) dengan judul “Analisis Teoretik Pembelajaran Sastra Berbasis Kreatif-Produktif sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Sastra di Perguruan Tinggi LPTK”. Penelitian tersebut dapat diposisikan sebagai penelitian pendahuluan karena mengekplorasi secara teoretis dan konseptual pembelajaran sastra berbasis kreatif-produktif itu. Bila dikaitkan dengan penelitian (disertasi) yang hendak dikembangkan ini, terdapat persoalan substansial yang belum dikembangkan dalam penelitian pendahuluan tersebut, yaitu aspek tradisi pelisanan macapat, pembelajaran membaca puisi secara lisan, dan konteks sasaran persekolahan (SMP) yang tentu saja memiliki karakter dan kompleksitas tersendiri.

Dipilihnya konteks sasaran SMP karena siswa SMP berada pada rentang usia pertumbuhan untuk mengenal dan memantapkan jati diri dan karakter. Santrock (2007:41–42) mengutarakan bahwa secara psikologis biasanya perkembangan anak dideskripsikan berdasarkan periode-periode perkembangan. Periode ini meliputi masa bayi (infancy), usia balita (early childhood), periode sekolah dasar (middle and late childhood), masa remaja (adolescence), masa dewasa awal (early adulthood), masa dewasa (adult). Keseluruhan perkembangan yang terjadi senantiasa dibentuk secara bersama-sama dan saling berinteraksi antara proses biologis, kognitif, dan sosioemosional.

Mengenai anak seusia siswa SMP, Santrock (2007:41–42) menjelaskan bahwa pada masa remaja (usia 12 – 18 tahun), anak mulai mengalami perubahan


(18)

7

fisik yang cepat dan menunjukkan individu yang semakin bebas dan mencari jati diri. Pemikiran mereka menjadi semakin abstrak, logis, dan idealistis.

Secara lebih konkret, beberapa karakter pokok anak usia SMP adalah: (1) dari segi cara berpikir, ia mulai kritis; (2) secara emosi, ia masih labil dan perlu bimbingan, (3) secara sosial, ia mulai masuk pada pergaulan yang lebih luas dan untuk itu diperlukan keterampilan sosial; (4) secara moral, ia mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka (http://jagad-ilmu.blogspot. com/2009/08/karakteristik-anak-usia-smp-remaja).

Kondisi perkembangan anak seusia siswa SMP sebagaimana dipaparkan di atas menunjukkan masa strategis untuk menyiapkan diri anak bagi kehidupan di masa depan. Dengan memerhatikan potensi pemikirannya, anak usia SMP ini mulai dapat mengkritisi kenyataan untuk membangun nilai-nilai ideal, termasuk di dalamnya mengenai kenyatan sosiokultural Indonesia mutakhir.

Selanjutnya, terkait dengan usaha pengembangan model pembelajaran dengan memerhatikan nilai kultural, terdapat penelitian disertasi yang dilakukan oleh Zulaeha (2008) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial bagi Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif dalam Konteks Multikultural pada Siswa SMP”. Penelitian Zulaeha ini memiliki fokus persoalan menulis kreatif yang meliputi menulis buku harian, surat pribadi, dan menarasikan teks wawancara. Secara pokok hasil penelitian Zulaeha menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri sosial dalam konteks multikultural dapat dikembangkan secara efektif bagi peningkatan kemampuan menulis kreatif.


(19)

Memperbandingkan dengan penelitain di atas, penelitian disertasi yang hendak dikembangkan (dilakukan) ini memiliki kekhasan, yaitu: (1) bertumpu pada model pembelajaran “kreatif-produktif”, yang mengarah pada penekanan sebuah pembelajaran yang mampu mengeksplorasi daya kreativitas pembelajar; (2) terkait dengan pembelajaran (keterampilan) bersastra lisan, yaitu membaca puisi (poetry reading) secara lisan; dan (3) bertumpu pada pemanfaatan kekayaan tradisi macapat sebagai kekuatan kultural bangsa Indonesia.

Hal demikian dipandang strategis karena penelitian ini diharapkan mampu mengurai sebagian persoalan pembelajaran sastra pada siswa (tingkat sekolah), khususnya SMP. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan kenyataan umum mengenai keterampilan bersastra siswa dan guru bahasa Indonesia (yang mencakup juga bidang sastra), serta kompetensi bersastra siswa SMP. Secara umum, kenyataan pembelajaran di sekolah belum mampu mengekplorasi kreativitas siswa dan guru masih memiliki persoalan dalam hal kemampuan/keterampilan membaca sastra (membaca puisi). Dengan demikian, pembelajaran sastra di sekolah belum dapat mencapai hasil dan makna sebagaimana yang diharapkan.

Selain itu, pemanfaatan dan pengekplorasian nilai tradisi/budaya bangsa akan berimplikasi pada (1) pemantapan dan pengokohan dasar-dasar kebudayaan pada siswa; dan (2) manfaat bagi pendokumentasian, pelestarian, hingga pemertahanan dan penegasan atas “hak milik” budaya bangsa Indonesia. Sebagaimana fenomena mutakhir menunjukkan adanya kerisauan atas


(20)

9

kecenderungan tergerusnya budaya bangsa Indonesia oleh budaya asing dan klaim kepemilikan oleh bangsa lain atas sejumlah karya budaya bangsa Indonesia.

Memerhatikan persoalan sebagaimana diuraikan di atas, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran sastra, termasuk di dalamnya membaca puisi secara lisan, menjadi hal yang sangat penting dan harus terus dilakukan. Salah satu di antaranya adalah dengan eksplorasi nilai-nilai budaya bangsa, dalam hal ini adalah tradisi pelisanan macapat malangan, bagi pengembangan pembelajaran membaca puisi secara lisandi sekolah.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Terdapat dua hal utama yang menjadi pusat perhatian penelitian ini, yaitu macapat malangan dan model pembelajaran. Gambaran kedua hal tersebut adalah sebagaimana berikut.

Pertama, macapat malangan. Sebagai sesuatu yang telah mentradisi, macapat malangan memiliki sejarah dan aspek-aspek kemasyarakatan yang melingkupinya. Seperti halnya karya tradisi pada umumnya, macapat biasanya berkembang secara turun temurun dan pembelajarannya berlangsung secara alamiah melalui kegiatan macapatan. Dalam konteks ini, Endraswara (2010:139) mengutarakan sebagai berikut.

Macapatan adalah lantunan tembang macapat yang biasanya membaca teks-teks klasik. Karya-karya pujangga yang tertulis, banyak menyimpan makna ajaran moral, dilantunkan dalam macapatan. Kegiatan ini kadang-kadang lebih menekankan performance olah vokal. Yang dipentingkan adalah lantunan suara, sehingga muncul pula aneka cengkok macapat.


(21)

Memerhatikan uraian Endraswara tersebut, selanjutnya dapat dipahami bahwa dalam persoalan macapatan terdapat aspek-aspek yang berkaitan dengan sumber materi macapat, nilai, bentuk pertunjukan macapatan, dan performance

olah vokal (cengkok). Aspek-aspek tersebut lebih lanjut dapat menjadi tolok ukur bagi penentuan ciri khas macapat suatu daerah, yang sekaligus membedakannya dari daerah lain. Keseluruhan aspek tersebut (teks, nonteks, dan nilai) secara bersama-sama menjadi gambaran fenomena sebuah tradisi macapat.

Kedua, model pembelajaran. Persoalan pembelajaran senantiasa tidak dapat dilepaskan dari hal-hal yang terkait dengan berbagai perangkat dan prosedur. Masing-masing harus memenuhi kriteria keterdukungan pembelajaran; dan dalam konteks keseluruhan merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Mengenai model pembelajaran, Joyce dan Weil dalam buku Models of Teaching

(2000) memberikan gambaran bahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur pokok yang meliputi (1) sintak: tahap-tahap kegiatan, (2) sistem sosial: situasi dan norma yang diberlakukan, (3) prinsip reaksi: bagaimana guru melihat dan memperlakukan siswa, (4) sistem pendukung: sarana, bahan, alat yang diperlukan, dan (5) dampak instruksional dan pengiring: hasil belajar sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan, dan hasil belajar lainnya yang diperolah melalui proses.

Apa yang dimaksudkan oleh Joyce dan Weil mengenai kelima unsur pokok (komponen) model pembelajaran tersebut harus dipahami sebagai sebuah kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya.


(22)

11

Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran sebuah model yang utuh perlu diungkap informasi dan penjelasan yang menyeluruh dan komprehensif.

Dalam implementasinya, suatu model pembelajaran akan menampakkan adanya penekanan pada suatu hal yang menjadi orientasinya. Dengan berorientasi pada harkat manusia dan bagaimana manusia belajar, Joice dan Weil (2000:14) menguraikan adanya empat kelompok model, yaitu (1) kelompok model yang menekankan pada aspek sosial atau the social family, (2) kelompok model yang menekankan pada aspek pengolahan informasi atau the information processing family, (3) kelompok model yang menekankan pada aspek personal atau the personal family, dan (4) kelompok model yang menekankan pada aspek sistem perilaku atau the behavioral system family.

Penekanan atau orientasi yang dikembangkan pada masing-masing kelompok model tersebut akan membawa implikasi pada proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini dapat berkaitan dengan sasaran, suasana, dan aktivitas pembelajaran. Dalam konteks ini, guru sebagai perancang dan pengembang pembelajaran harus mampu menetapkan dan mengembangkan pembelajaran yang baik dan tepat bagi pencapaian kompetensi yang diharapkan.

Dengan memerhatikan paradigma pendidikan yang berkembang di Indonesia dewasa ini, kedua persoalan tersebut, yaitu tradisi macapat malangan dan model pembelajaran, selanjutnya hendak dikaji dan dikolaborasikan dalam kerangka pembelajaran yang mampu mengeksplorasi dan memberi ruang kepada siswa untuk berkreasi dan sekaligus berproduksi. Dalam konteks penelitian ini adalah membangun kompetensi membaca puisi secara lisan pada siswa Sekolah


(23)

Menengah Pertama (SMP) di Kota Malang. Jika dibangun dalam sebuah model pembelajaran, maka model tersebut adalah model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan atau dapat disebut secara singkat dengan nama model membaca puisi secara lisan KPB-TRAPEMAMA.

Berdasarkan pemikiran demikian, permasalahan pokok yang menjadi perhatian penelitian disertasi ini adalah “bagaimanakah model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan di SMP Kota Malang?” Selanjutnya, untuk memberikan arah kerja penelitian ini, permasalahan penelitian dirinci kedalam rumusan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah fenomena tradisi pelisanan macapat malangan dalam konteks sosial masyarakatnya?

a. Bagaimanakah aspek-aspek ketradisian (sejarah singkat, sumber materi, nilai, bentuk pertunjukan, dan titilaras atau cengkok macapat Malangan? b. Hal apa sajakah yang terdapat dalam tradisi pelisanan macapat Malangan

yang berpotensi untuk diimplementasikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran membaca puisi secara lisan?

2) Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca puisi secara lisan yang selama ini berlangsung di sekolah menengah pertama di Kota Malang? a. Bagaimanakah strategi pembelajaran yang ditempuh?

b. Potensi sekolah yang dapat dikembangkan bagi pembelajaran membaca puisi secara lisan?


(24)

13

3) Bagaimanakah rancangan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP di Kota Malang?

4) Bagaimanakah penjelasan penerapan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP di Kota Malang?

a. Bagaimanakah penjelasan mengenai proses dan suasana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan?

b. Bagaimanakah penjelasan mengenai capaian hasil (dampak instruksional dan dampak pengiring) penerapan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP di Kota Malang?

5) Bagaimanakah penjelasan temuan penelitian pengembangan model pembe-lajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan jika dikaji dari teori model pembelajaran dan teori membaca puisi yang sementara ini ada?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan sebagaimana rumusan di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah menemukan atau menghasilkan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan pada siswa SMP di Kota Malang. Untuk sampai


(25)

pada penemuan model pembelajaran sebagaimana dimaksud, tujuan umum tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan khusus sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan fenomena tradisi pelisanan macapat malangan dalam konteks sosial masyarakatnya, yang meliputi:

a. aspek ketradisian: sejarah singkat, sumber materi, nilai, bentuk pertunjukan, dan titilaras (cengkok) macapat malangan;

b. hal-hal yang terdapat dalam tradisi pelisanan macapat Malangan yang berpotensi untuk diimplementasikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran membaca puisi secara lisan.

2) Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca puisi secara lisan yang selama ini berlangsung di sekolah menengah pertama di Kota Malang, yang meliputi:

a. strategi pembelajaran yang ditempuh;

b. potensi sekolah yang dapat dikembangkan bagi pembelajaran membaca puisi secara lisan.

3) Menghasilkan rancangan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan pada siswa SMP di Kota Malang.

4) Menghasilkan penjelasan mengenai implementasi/penerapan model pembela-jaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan pada siswa SMP di Kota Malang, yang meliputi:


(26)

15

a. proses dan suasana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan;

b. capaian hasil (dampak instruksional dan dampak pengiring) penerapan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan pada siswa SMP di Kota Malang.

5) Menghasilkan penjelasan atas temuan penelitian pengembangan model pembe-lajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan jika dikaji dari teori model pembelajaran dan teori membaca puisi yang sementara ini ada.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan menghasilkan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP. Model dikembangkan dengan berpegang pada landasan-landasan konseptual dan kenyataan empiris di sekolah setingkat SMP. Dalam kerangka yang lebih luas, penelitian pengembangan ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.

Secara teoretis, penelitian pengembangan model ini mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan teori pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran membaca puisi secara lisan, yaitu berupa prinsip-prinsip atau


(27)

dalil-dalil mengenai pembelajaran sastra secara kreatif dengan memanfaatkan kekuatan budaya berupa tradisi pelisanan macapat Malangan. Adapun secara praktis, penelitian pengembangan ini diharapkan mampu (1) meningkatkan wawasan dan kompetensi guru bagi keterdukungan pembelajaran sastra di sekolah-sekolah, (2) meningkatkan mutu pembelajaran sastra (khususnya membaca puisi secara lisan) di SMP, dan (3) memberikan model kepada guru untuk berkreasi yang berakar pada tradisi.

1.5 Asumsi Penelitian

Terdapat sejumlah asumsi yang mendasari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1) Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam hal membaca puisi secara lisan. 2) Kekayaan dan kekuatan nilai tradisi merupakan potensi yang tidak dapat

diabaikan dalam konteks keindonesiaan.

3) Keterlibatan kreativitas siswa dan guru dalam peristiwa pembelajaran mampu menguatkan dan memaksimalkan hasil belajar.

1.6 Paradigma Penelitian

Secara paradigmatik, muatan konseptual pembelajaran membaca puisi secara kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan dapat digambarkan sebagai berikut.


(28)

17

Selanjutnya, kerangka desain penelitian disertasi ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Muatan Konseptual Pembelajaran Membaca Puisi Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan

Pembelajaran membaca puisi secara lisan

Kebermaknaan hasil belajar

Tradisi pelisanan macapat Malangan

Pembelajaran membaca puiji

jecara lijan kreatif produktif

berbajij tradiji pelijanan macapat


(29)

1.7 Penjelasan Istilah

Untuk mengarah pada kesamaan persepsi terkait dengan konsep atau istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dipandang perlu dirumuskan definisi operasional atas istilah-istilah berikut.

1) Tradisi Pelisanan

F E N O M E N A Kenyataan Kegiatan PBM Sastra di SMP

Teori/Paradigma pendidikan dan keterampilan membaca puisi Tradisi pelisan-an macapat Malangan P en g em b an g an p em b el aj ar an m em b ac a p u is i se ca ra l is an k re at if -p ro d u k ti f b er b as is t ra d is i p el is an an m ac ap at M al an g an DE- SA-IN MO-DEL IM P L E M E N T A S I Temuan penelitian Temuan penelitian Pembe-lajaran BPKP berbasis TPM • K es im p u la n • R ek o m en d as i


(30)

19

Tradisi pelisanan merupakan adat atau kebiasaan yang telah berlangsung secara turun temurun mengenai aktivitas melisankan sesuatu dengan berbagai bentuk dan konteksnya. Dalam konteks penelitian ini, sesuatu yang dimaksudkan adalah macapat (puisi Jawa).

2) Macapat Malangan

Macapat malangan merupakan jenis tembang atau puisi Jawa yang berkembang di daerah Malang, Jawa Timur. Dalam konteks wilayah edar macapat dan variasinya, macapat ini merupakan gaya khas (gagrak) Malang. Oleh karenanya disebut macapat malangan.

3) Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan

Basis berarti asas atau dasar. Berbasis berarti menggunakan sesuatu sebagai basis, asas, atau dasar. Sesuatu dalam konteks penelitian ini adalah tradisi pelisanan macapat malangan. Dengan demikian, berbasis tradisi pelisanan macapat malangan berarti menggunakan tradisi pelisanan macapat malangan untuk suatu keperluan. Keperluan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif produktif pada siswa SMP di Kota Malang.

4) Pengembangan

Pengembangan dimaksudkan sebagai usaha menciptakan atau menjadikan sesuatu menjadi lebih berkembang. Dalam konteks penelitian ini, penciptaan


(31)

atau pengembangan atas sesuatu tersebut adalah mengenai model pembelajaran membaca puisi secara lisan .

5) Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu format yang merepresentasikan sistem belajar dan mengajar secara komprehensif yang diterapkan dalam kegiatan persekolahan untuk mencapai suatu kompetensi.

6) Membaca Puisi secara Lisan

Membaca puisi secara lisan dimaksudkan sebagai kegiatan membaca teks puisi yang dilakukan secara lisan atau nyaring (oral reading atau reading aload). Dalam kerangka berkesenian, kegiatan membaca puisi secara lisan ini tergolong jenis karya pertunjukan (performance), dan biasa disebut “membaca puisi” atau “baca puisi” saja, tanpa tambahan/keterangan secara lisan. Dengan demikian, membaca puisi secara lisan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kegiatan membaca puisi yang memerhatikan kaidah-kaidah pelisanan dan karya kesenian.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunaka pendekatan mixed methods research, yaitu menggabungkan pendekatankualitatif dan kuantitatif sebagaimana dijelaskan Creswell (2008:551–596); Brannen (2005:9–55); Teddlie & Tashakkori (2009:263–284). Hal ini dimaksudkan untuk mampu menjangkau dan mengolah semua data atau informasi hingga diperoleh penjelasan secara komprehensif. Penggunaan pendekatan kualitatif terutama dilakukan pada tahap awal, yaitu melalui metode naturalistik untuk melakukan analisis persoalan, kebutuhan, dan potensi bagi pengembangan pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan (membaca puisi secara lisan KPB-TRAPEMAMA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Malang. Adapun pendekatan kuantitatif digunakan terutama dalam tahap pengukuran keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan dalam mencapai kompetensi membaca puisi secara lisan siswa.

Penelitian ini pada dasarnya bentuk penelitian pengembangan. Berdasarkan pengertian dan karakteristik yang terkandung dalam penelitian pengembangan dan dengan memperhatikan sifat khas dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, maka penelitian disertasi ini berupaya menghasilkan suatu produk berupa model pembelajaran membaca puisi secara


(33)

lisan KPB-TRAPEMAMA berdasarkan kondisi dan potensi nyata di Sekolah Menengah Pertama di Kota Malang.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah (tahap) penelitian pengembangan. Berdasarkan penjelasan Borg & Gall (2003), Bogdan & Biklen (2002:225); dan Sukmadinata (2005:182–190), secara esensial penelitian pengembangan memiliki tiga tahapan pokok, yaitu (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan, dan (3) pengujian.

Yang menjadi catatan mengenai langkah-langkah penelitian pengembangan ini adalah bahwa langkah-langkah yang ditawarkan Borg & Gall berawal dari model pengembangan yang berbasis industri untuk menghasilkan produk baru yang berkualitas (Borg & Gall, 2003:269). Hal demikian tentu berbeda karakteristik dan kompleksitasnya dengan pengembangan kualitas pembelajaran yang melibatkan subjek berupa manusia. Misalnya mengenai waktu/kesempatan, kesanggupan, dan ketersediaan subjek penelitian.

Selanjutnya, karena penelitian ini berkaitan dengan peristiwa pembelajaran, maka esensi tiga tahap pengembangan tersebut (studi pendahuluan, pengembangan, pengujian) dilaksanakan dengan bertumpu pada prinsip dan langkah-langkah pengembangan rancangan pembelajaran model ADDIE sebagaimana dijelaskan oleh McGriff (2003) dan Prawiradilaga (2007:21). Langkah-langkah model ADDIE tercermin sebagaimana singkatan namanya, yaitu A = analysis (analisis), D = design (perancangan), D = development (pengem-bangan), I = implementation (penerapan/pelaksanaan), dan E = evaluation


(34)

91

(evaluasi). Langkah analisis merupakan kegiatan mengidentifikasi persoalan, kebutuhan, potensi, dan kondisi. Langkah perancangan adalah membuat rancangan mengenai rumusan kompetensi dan strategi. Langkah pengembangan adalah mengembangkan materi ajar, media, dan perangkat pembelajaran lainnya. Langkah penerapan/pelaksanaan) adalah melaksanakan pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Langkah evaluasi adalah menilai program pembelajaran dan melakukan perbaikan.

Dengan mengolaborasikan pengembangan model ADDIE dengan substansi pengembangan model sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya tahapan dan jenis kegiatan yang ditempuh dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur Tahapan Penelitian

MODEL FINAL REVISI PENGUJIAN Implmmmn-tation Pelaksa-naan pembela-jaran & penilaian Evaluation PENGEMBANGANAN Dmsign &Dmvmlopmmnt MODEL HIPOTETIK

• Diskusi

• Curah pendapat

• Validasi pakar

STUDI PENDAHULUAN Analysis Studi kepusta-kaan (Teori, hasil penelitian, terdahulu) Studi lapangan (naturalisti k inkuiri)


(35)

Prosedur yang digunakan dalam penelitian disertasi ini mengikuti alur sebagaimana gambar 3.1 di atas. Secara rinci, pelaksanaan langkah-langkah ketiga tahapan yang menjadi prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Tahap Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan baik melalui kepustakaan maupun penelitian lapangan dengan kajian empirik. Studi pendahuluan ini dilakukan terlebih dahulu dengan studi literatur, yaitu dengan mengkaji kepustakaan berkenaan dengan teori, konsep dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk mendukung studi pendahuluan di lapangan. Literatur yang dikaji adalah yang berhubungan dengan kajian tentang esensi pendidikan, pendidikan sastra, pembelajaran kreatif dan inovatif, keterampilan membaca puisi secara lisan, seni tradisi macapat, teori pembelajaran dan model-model pembelajaran yang pernah ada dan dikembangkan, baik yang berasal dari buku referensi, hasil penelitian, maupun jurnal ilmiah, serta aspek-aspek kurikulum yang terkait dengan bahasan membaca puisi. Adapun kajian empirik dilakukan dengan studi lapangan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi berkenaan dengan fenomena pembelajaran dan tradisi pelisanan macapat malangan. Selain itu juga dilakukan penjajagan dengan menggunakan angket untuk memperoleh informasi awal terkait dengan kenyataan pembelajaran sastra (membaca puisi secara lisan) di sekolah. Penyebaran angket dilakukan pada 135 siswa (kembali 131) di kelas VII, VIII, IX di tiga sekolah dengan masing-masing sekolah 45 angket. Dari informasi awal yang diperoleh melalui angket


(36)

93

ini selanjutnya dilakukan pendalaman lebih lanjut melalui wawancara, observasi.

Dari studi literatur dan lapangan diperoleh konsep-konsep teoretik dan data empirik. Konsep-konsep teoretik akan mengarahkan pembentukan harapan-harapan dan citra pembelajaran membaca puisi secara lisan yang ideal. Adapun data empirik akan menyediakan informasi/gambaran mengenai tradisi pelisanan macapat malangan dan pembelajaran membaca puisi di sekolah beserta potensi sumber daya (manusia, sosial, alam) yang harus dikelola secara positif bagi pembelajaran membaca puisi. Kedua jenis data ini selanjutnya dibawa dan dijadikan bahan dalam tahap pengembangan.

Dalam tahap pendahuluan ini juga dilakukan pengkajian puisi yang dijadikan materi atau bahan teks puisi yang dibacakan. Puisi ini diperoleh dari berbagai sumber dengan kriteria utamanya meliputi (1) isi bersifat edukatif, (2) keragaman tema dan suasana, (3) tingkat keterbacaan bagi siswa kelas VII, dan (4) memiliki potensi untuk dibacalisankan.

Secara ringkas, kegiatan penelitian tahap pendahuluan ini dapat diskema-kan sebagai berikut.


(37)

2) Tahap Pengembangan Model

Tahap pengembangan dilakukan dengan bahan dasar informasi yang diperoleh pada tahap studi pendahuluan. Kegiatan yang ditempuh dalam tahap pengembangan ini adalah melakukan kajian kritis analitis dan komprehensif terhadap segenap informasi/data. Kajian kritis analitis dilakukan dengan melibatkan pakar pembelajaran, pembimbing disertasi, guru, praktisi seni baca puisi dan macapat, serta peneliti. Pelibatan pihak-pihak ini dilakukan dalam bentuk diskusi terbatas ataupun diskusi bersama. Penekanan intensitas tahap

Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian Tahap Pendahuluan

DATA

Observasi

Wawancara

Angket

Dokumentasi Kondisi

pembelajaran BI, khususnya membaca puisi secara lisan

Membaca puisi secara lisan:

• Kognitif

• Apresiasi

• Ekspresi

Tradisi pelisanan macapat Malangan:

• Teks

• Nonteks


(38)

95

pengembangan ini adalah pada evaluasi dan validasi dari pembimbing disertasi. Keseluruhan diskusi diarahkan pada terbangunnya model pembelajaran yang berpijak pada paradigma baru pendidikan Indonesia. Dari sini selanjutnya kegiatan berlanjut dengan pengembangan perangkat pembelajaran, materi, dan media.

Secara ringkas, kegiatan penelitian tahap pengembangan ini dapat diske-makan sebagai berikut.

MODEL HIPOTETIK Pembelajaran Membaca Puisi KPB-TRAPEMAMA

(Kreatif-Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan

Macapat Malangan) KAJIAN ANALI-TIS KRITIS •Lands. Filosofis, didaktis-motodis •Perangkat pembelajar an, media. Pembim-bing, Pakar, Guru Praktisi, Peneliti

Paradigma baru pendidikan Indonesia

Konstruktivistik, kolaboratif, kooparatif, partisipatif, bangun jati diri, berakar budaya bangsa. Data/informasi

• Kondisi PBM sastra • Tradisi PMM • Kompetensi MPL


(39)

3) Tahap Pengujian Model

Tahap pengujian pada dasarnya merupakan tahap pengimplementasian. Tahap ini sekaligus digunakan untuk menguji efektivitas model hipotetik. Dari uji efektivitas ini diharapkan diperoleh pula informasi pencapaian hasil belajar (dampak kurikuler dan pengiring), baik yang kategori baik/positif maupun kurang/negatif. Khusus mengenai kompetensi (unjuk kerja) membaca puisi, penilaian dilaksanakan dengan sistem penjurian yang melibatkan tiga orang (1 orang guru dan 2 orang praktisi). Sistem penjurian ini dilakukan dengan maksud untuk menjaga objektivitas penilaian. Instrumen yang digunakan dalam penjurian berupa rubrik penilaian membaca puisi secara lisan yang uji validitasnya dilakukan secara rasional, yaitu dengan mengonsultasikan dan mendiskusikannya dengan pakar membaca puisi yang sekaligus juga orang yang biasa bertindak sebagai juri dalam lomba baca puisi.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran

No. Sekolah Waktu pembelajaran (tatapmuka)

I II III

1 SMPN 3 Malang 29-03-11 05-04-11 12-04-11 2 SMPN 7 Malang 01-04-11 08-04-11 15-04-11 3 SMPN 11 Malang 30-03-11 06-04-11 13-04-11

Selanjutnya, agar informasi hasil uji efektivitas ini lebih bermakna bagi usaha pengembangan model, maka selanjutnya ditelusuri keterkaitannya dengan perangkat pembelajaran yang digunakan maupun proses pembelajaran yang dilaksanakan. Langkah ini dimaksudkan terutama untuk mendapatkan


(40)

97

penjelasan atas persoalan yang muncul dan selanjutnya dilakukan revisi atau penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam tahap ini juga dilakukan pemantauan dan pencatatan fenomena pembelajaran. Dengan cara ini akan diperoleh rekam jejak pembelajaran yang sewaktu-waktu diperlukan untuk menemukan penjelasan atas persoalan yang muncul terkait dengan hasil penilaian hasil belajar.

Pengujian efektivitas model hipotetik tersebut dilakukan di tiga sekolah di Kota Malang, yaitu SMPN 3, SMPN 7, SMPN 11. Selanjutnya, kegiatan penelitian tahap pengujian ini dapat di skemakan sebagai berikut.

Gambar 3.4 Kerangka Pikir Penelitian Tahap Pengujian

MODEL (FINAL)

Pembelajaran Membaca Puisi KPB-TRAPEMAMA (Kreatif-Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat

Malangan)

IMPLEMEN-TASI MODEL HIPOTETIK

• PBM

• Materi • Media

Assesment Capaian hasil pembelajaran

Evaluasi & Revisi


(41)

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Malang yang ditentukan secara purposive berdasarkan keragaman kategori sekolah menurut lokasi, rerata nilai seleksi masuk, animo dan pengakuan masyarakat. Sekolah-sekolah tersebut meliputi SMPN 3, SMPN 7, dan SMPN 11. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan aspek kurikulum, hal-hal teknis dan kondisi di lapangan, subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII sejumlah 132 siswa (SMPN 3 = 32 siswa; SMPN 7 = 40 siswa; SMPN 11 = 40 siswa).

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Untuk data kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun untuk data kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket (pada studi penjajagan) dan tes unjuk kerja pada akhir pembelajaran.

Instrumen kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) peneliti, sebagai instrumen utama penelitian, dikarenakan peneliti memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi subjek penelitian, peka terhadap situasi sosial yang sedang terjadi selama proses penelitian, dan mampu berimprovisasi dalam menggali informasi dari subjek; (2) pedoman wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (interview guide) berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan setiap pertanyaan berkembang ke arah yang lebih spesifik; (3) catatan lapangan


(42)

99

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data di lapangan; (4) alat perekam (perekam recorder dan handycam) sebagai alat bantu merekam hasil observasi di lapangan, dan (5) pedoman peniliaian unjuk kerja membaca puisi untuk juri. Dalam operasionalnya, penggunaan instrumen pengumpul data tersebut disesuaikan dengan fokus yang dikaji dalam penelitian ini.

Untuk sampai pada hasil penelitian yang terpercaya, data penelitian ini telah diupayakan mencapai kriteria keabsahannya, yaitu dengan uji keterpercayaan dan kebenaran, uji kemungkinan dapat diterapkan pada situasi lain, uji keandalan. Uji keterpercayaan dan kebenaran (credibility) dilakukan dengan: (1) perpanjangan kehadiran peneliti, terutama terkait dengan data tradisi pelisanan macapat malangan; (2) pengamatan terus menerus, terutama pada proses pembelajaran; (3) triangulasi: metode, sumber; (4) analisis kasus negatif, dan (5) diskusi dengan teman sejawat. Uji kemungkinan dapat diterapkan pada situasi lain

(transferability) dilakukan dengan menjaga kecermatan dan kelengkapan data, sehingga diperoleh gambaran konteks yang memadai. Uji keandalan

(dependability) yaitu dengan menjaga proses penelitian terlaksana dengan cukup hati-hati, mantap mengonseptualisasikan rencana penelitian, pengumpulan data, dan menginterpretasikannya. Untuk ini dilakukan dependability audit, yang dilakukan oleh independen auditor untuk me-review aktivitas peneliti. Dalam konteks penelitian disertasi ini auditor tersebut para dosen pembimbing (promotor, ko-promotor, dan anggota).


(43)

3.5 Teknik Analisis Data

Sebagaimana diuraikan di depan mengenai prosedur penelitian, uraian teknik analisis data akan meliputi tahap pendahuluan, pengembangan, dan pengujian.

3.5.1 Teknik Analisis Data pada Tahap Pendahuluan

Teknik analisis data yang digunakan dalam studi pendahuluan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis ini dilakukan secara berulang-ulang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagaimana fokus penelitian. Analisis ini dilakukan sepanjang kegiatan penelitian dilakukan dengan model analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1992:16–18), yang meliputi empat komponen: (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan, dan (4) verifikasi. Keempat komponen tersebut dilakukan secara simultan. Artinya analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang susul-menyusul.

Gambar 3.5 Komponen-komponen Analisis Data

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(44)

101

3.5.2 Teknik Analisis Data pada Tahap Pengembangan

Analisis data pada tahap pengembangan dilakukan secara kualitatif dengan menitikberatkan pada pembahasan secara komprehensif atas segala data dan informasi yang ada sehinga terbangun sebuah abstraksi model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat malangan pada siswa SMP Kota Malang beserta perangkat pembelajarannya.

Untuk memperoleh hasil yang komprehensif, dalam tahap pengembangan ini selalu diupayakan sinergi dan kolaborasi antara pakar (pembimbing), peneliti, guru, dan siswa.

3.5.3 Teknik Analisis Data pada Tahap Pengujian

Teknik analisis data pada tahap pengujian ini meliputi kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan berkaitan dengan uji efektivitas model yang diterapkan dengan melihat capaian kuantitatif (nilai) siswa dalam konteks kriteria kemampuan minimal (KKM) atau disebut juga dengan istilah standar kompetensi minimal (SKM). Adapun teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis fenomena proses pembelajaran dan capaian kualitatif berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta berbagai hubungan relasional antara capaian kuantitatif, kualitatif, dan proses pembelajaran guna diperoleh penjelasan secara komprehensif, terutama mengenai aspek-aspek positif dan negatifnya, serta bentuk-bentuk perbaikan (revisi) yang harus dilakukan. Dari rangkaian kerja analisis pada tahap pengujian ini pada akhirnya diperoleh ‘bentuk


(45)

baru’ model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP di Kota Malang.

Selanjutnya, dengan memperhatikan langkah-langkah penelitian

sebagaimana dipaparkan sebelumnya, maka kerangka pikir penelitian ini secara lengkap dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.6 Kerangka Pikir Penelitian

IMPLE-MENTASI MODEL HIPOTETIK • PBM • Materi • Media Asesment Capaian hasil pembelajar an Evalu-asi & Revisi MODEL PBP KPB-TRAPEMAMA MODEL HIPOTE-TIK PMPsLKPb TPM KAJIAN ANALITIS KRITIS •Lands. Filosofis, didaktis-motodis •Perangkat pembelajar an, materi, media. Pembim-bing, Pakar, Guru Praktisi, Peneliti Paradigma baru pendi-dikan Indonesia . Observasi Wawancara Angket Dokumentasi Kondisi pembelajar an BI, khususnya membaca puisi secara lisan Kompetensi membaca puisi secara lisan: • Kognitif • Apresiasi • Ekspresi Tradisi pelisanan macapat Malangan: • Teks • Nonteks • Nilai


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Altenbernd, Lynn & Lislie L. Lewis. 1970. A Handbook for the Study of Poetry.

London: Collier-MacMillan Ltd.

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru

Bandem, I Made & Sal Murgiyanto. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. 1992. Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and Bacon.

Borg, R.W. & Gall M.D. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh Edition. Longman.

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles, An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman Inc.

Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research(Third Edition). New Jersey: Pearson Education Inc.

Depdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat P2TK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Depdiknas. 2007. Panduan Pengisian Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Seko-lah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SekoSeko-lah Menengah Pertama

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa: Macam, Bentuk, dan Nilainya. Jakarta: Penaku

Fenstermachter, Gary D. & Jonas F. Soltis. 2004. Approaches to Teaching, Thinking about Education Series. New York: Teacher College Press.


(47)

Haryono, Edi (Ed.). 2004. Ketika Rendra Baca Sajak, Kumpulan Artikel. Yogyakarta: Kepel Ptrss.

Husin, Kamarudin Hj. & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz. 2004. Pedagogi: Asas Pendidikan. Kuala Lumpur:Kayazano Enterprise

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastyra Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

Jalal, Fasli & Dedi Supriadi (Ed.). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching; Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Malaon, Tuti Indra, dkk. 1986. Menengok Tradisi, Sebuah Alternatif bagi Teater Modern. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta & Lembaga Studi dan Riset Mahabodhi Indonesia.

McGriff, S.J. 2003. Instructional Design Models. [Online]. Available at: http://edci660-fall08.wikispaces.com/file/view/ISDmodels.pdf

Mustakim. 2001. “Penerapan Strategi Aktivitas Terbimbing dalam Pengajaran Prosa Narasi untuk Pengembangan Berpikir Tinggi di Kelas V Madrasah Ibtidiyah”. Jurnal Ilmu Pendidikan LPTK & ISPI, Edisi Februari 2001, Jilid 8 No.1.

Mustopo & Sumantri. 1993. Nyinau Tembang Macapat. Malang: Seksi Kebudayaan Kendepdikbud Kota Malang

Naim, Ngainun & Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarya: Ar-Ruzz Mesia.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi, Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Prawiradilaga, D.W. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: UNJ-Kencana

Predana Media Group.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rani, A., dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayumedia Publishing.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies, Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(48)

305

Reid, Gavin. 2010. Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. Jakarta: Indeks.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:

Diponegoro.

Samsubur. 2011. Makna Filosofis Tembang Macapat. [Online] Tersedia di: http://majalahhinduraditya.blogspot.com/2011/12/makna-filosofis-tembang-macapat.html. [30 Januari 2012]

Sandi, J.A. Tanpa Tahun. Kisah Walisanga. Materi Siaran Macapat RRI Malang Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saondi, Ondi & Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.

Sedyawati, Edi. 2008. Ke-Indonesia-an dalam Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Semiawan, Conny R., dkk. 2002. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Rosda.

Soeharianto. 1981. Pengantar Apreslasi Puisi. Surakarta: Widyaduta.

Soekamto, Tuti & Udin Saripudin W. 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo

Stanislavski, Stantin. 2008. Membangun Tokoh, Terjemahan. Jakarta: KP Gramedia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nata Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: SPs UPI dan Remaja Rosdakarya.

Sunaryo, Hari. 2005. Membaca Ekspresif: Keterampilan Menghidupkan Teks Sastra. Malang: UMM Press.


(49)

Sunaryo, Hari. 2007. “Analisis Teoretik Pembelajaran Sastra Berbasis Kreatif-Produktif sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Sastra di Perguruan Tinggi LPTK”. Fundamental Research, DP2M Dikti

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.

Teddlie, Charles & Abbas Tashakkori. 2009. Foundations of Mixed Methods Research, Integrating Quantitative and Qualitative Approaches in The Social and Behavioral Sciences. California: Sage Publications, Inc.

Teeuw, A. 1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Tilaar, H.A. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Magelang: Tera Indonesia.

Tirtarahardja, Umar & S.L. La Silo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Uno, Hamzah B. 2010. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wycoff, Joyce. 2004. Menjadi Super-kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran (terjemahan). Bandung: Kaifa.

Zintz, Miles V. 1980. The Reading Process. The Teacher and Learner. (Third edition). Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Zulaeha, Ida. 2008. “Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial bagi Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif dalam Konteks Multikultural pada Siswa SMP”. Disertasi UPI

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.


(50)

(1)

102

baru’ model pembelajaran membaca puisi secara lisan kreatif-produktif berbasis tradisi pelisanan macapat Malangan pada siswa SMP di Kota Malang.

Selanjutnya, dengan memperhatikan langkah-langkah penelitian

sebagaimana dipaparkan sebelumnya, maka kerangka pikir penelitian ini secara lengkap dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.6 Kerangka Pikir Penelitian

IMPLE-MENTASI MODEL HIPOTETIK • PBM • Materi • Media Asesment Capaian hasil pembelajar an Evalu-asi & Revisi MODEL PBP KPB-TRAPEMAMA MODEL HIPOTE-TIK PMPsLKPb TPM KAJIAN ANALITIS KRITIS •Lands. Filosofis, didaktis-motodis •Perangkat pembelajar an, materi, media. Pembim-bing, Pakar, Guru Praktisi, Peneliti Paradigma baru pendi-dikan Indonesia . Observasi Wawancara Angket Dokumentasi Kondisi pembelajar an BI, khususnya membaca puisi secara lisan Kompetensi membaca puisi secara lisan: • Kognitif • Apresiasi • Ekspresi Tradisi pelisanan macapat Malangan: • Teks • Nonteks • Nilai


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Altenbernd, Lynn & Lislie L. Lewis. 1970. A Handbook for the Study of Poetry.

London: Collier-MacMillan Ltd.

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru

Bandem, I Made & Sal Murgiyanto. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. 1992. Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and Bacon.

Borg, R.W. & Gall M.D. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh

Edition. Longman.

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles, An Interactive Approach to

Language Pedagogy. New York: Longman Inc.

Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitatif Research(Third Edition). New Jersey:

Pearson Education Inc.

Depdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat P2TK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Depdiknas. 2007. Panduan Pengisian Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Seko-lah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SekoSeko-lah Menengah Pertama

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa: Macam, Bentuk, dan Nilainya. Jakarta: Penaku

Fenstermachter, Gary D. & Jonas F. Soltis. 2004. Approaches to Teaching,


(3)

304

Haryono, Edi (Ed.). 2004. Ketika Rendra Baca Sajak, Kumpulan Artikel. Yogyakarta: Kepel Ptrss.

Husin, Kamarudin Hj. & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz. 2004. Pedagogi: Asas

Pendidikan. Kuala Lumpur:Kayazano Enterprise

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastyra

Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

Jalal, Fasli & Dedi Supriadi (Ed.). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching; Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Malaon, Tuti Indra, dkk. 1986. Menengok Tradisi, Sebuah Alternatif bagi Teater

Modern. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta & Lembaga Studi dan Riset

Mahabodhi Indonesia.

McGriff, S.J. 2003. Instructional Design Models. [Online]. Available at: http://edci660-fall08.wikispaces.com/file/view/ISDmodels.pdf

Mustakim. 2001. “Penerapan Strategi Aktivitas Terbimbing dalam Pengajaran Prosa Narasi untuk Pengembangan Berpikir Tinggi di Kelas V Madrasah Ibtidiyah”. Jurnal Ilmu Pendidikan LPTK & ISPI, Edisi Februari 2001, Jilid 8 No.1.

Mustopo & Sumantri. 1993. Nyinau Tembang Macapat. Malang: Seksi Kebudayaan Kendepdikbud Kota Malang

Naim, Ngainun & Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep dan

Aplikasi. Yogyakarya: Ar-Ruzz Mesia.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi, Analisis Strata Norma dan

Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Prawiradilaga, D.W. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: UNJ-Kencana Predana Media Group.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rani, A., dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayumedia Publishing.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies, Representasi Fiksi dan


(4)

Reid, Gavin. 2010. Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. Jakarta: Indeks.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:

Diponegoro.

Samsubur. 2011. Makna Filosofis Tembang Macapat. [Online] Tersedia di: http://majalahhinduraditya.blogspot.com/2011/12/makna-filosofis-tembang-macapat.html. [30 Januari 2012]

Sandi, J.A. Tanpa Tahun. Kisah Walisanga. Materi Siaran Macapat RRI Malang Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saondi, Ondi & Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.

Sedyawati, Edi. 2008. Ke-Indonesia-an dalam Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Semiawan, Conny R., dkk. 2002. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Rosda.

Soeharianto. 1981. Pengantar Apreslasi Puisi. Surakarta: Widyaduta.

Soekamto, Tuti & Udin Saripudin W. 1996. Teori Belajar dan Model-model

Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo

Stanislavski, Stantin. 2008. Membangun Tokoh, Terjemahan. Jakarta: KP Gramedia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nata Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: SPs UPI dan Remaja Rosdakarya.

Sunaryo, Hari. 2005. Membaca Ekspresif: Keterampilan Menghidupkan Teks


(5)

306

Sunaryo, Hari. 2007. “Analisis Teoretik Pembelajaran Sastra Berbasis Kreatif-Produktif sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Sastra di Perguruan Tinggi LPTK”. Fundamental Research, DP2M Dikti

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.

Teddlie, Charles & Abbas Tashakkori. 2009. Foundations of Mixed Methods Research, Integrating Quantitative and Qualitative Approaches in The

Social and Behavioral Sciences. California: Sage Publications, Inc.

Teeuw, A. 1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Tilaar, H.A. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Magelang: Tera Indonesia.

Tirtarahardja, Umar & S.L. La Silo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Uno, Hamzah B. 2010. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wycoff, Joyce. 2004. Menjadi Super-kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran

(terjemahan). Bandung: Kaifa.

Zintz, Miles V. 1980. The Reading Process. The Teacher and Learner. (Third

edition). Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Zulaeha, Ida. 2008. “Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial bagi Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif dalam Konteks Multikultural pada Siswa SMP”. Disertasi UPI

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori –


(6)