PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KESIAPAN BELAJAR, PELAKSANAAN PRAKERIN DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS XI: PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 1 JATIBARANG, KABUPATEN IN

(1)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Pembatasan Masalah ... 8

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 10

1.7. Kerangka Berpikir ... 11

1.8. Asumsi Penelitian ... 18

1.9. Definisi Operasional ... 19

1.10. Hipotesis ... 23

1.11. Metode Penelitian ... 24

1.12. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pendidikan Kejuruan ... 26

2.2. Konsep tentang Peserta Didik ... 46

2.3. Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ... 55

2.4. Motivasi Berprestasi ... 72

2.5. Kesiapan Belajar Siswa ... 78


(2)

3.2. Metode Penelitian ... 95

3.3. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ... 97

3.4. Populasi dan Sampel ... 102

3.5. Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data ... 106

3.6. Pengolahan Data Penelitian ... 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 122

4.2. Pembahasan ... 160

4.3. Rangkuman Hasil Penelitian ... 177

4.4. Matriks Penelitian ... 178

BAB VI PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 181

5.2. Implikasi ... 182

5.3. Rekomendasi ... 183


(3)

No Tabel Nama Tabel Hal

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Level Kualifikasi Teknik Otomotif ... 56

Tabel 2.2 Kompetensi Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan ... 59

Tabel 2.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Bidang Otomotif ... 63

Tabel 2.4 Orientasi Perubahan Pendidikan Kejuruan ... 71

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 101

Tabel 3.2 Rekapitulasi Jumlah Responden ... 103

Tabel 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 106

Tabel 3.4 Skala Likert ... 107

Tabel 3.5 Kisi-kisi Penelitian ... 109

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas ... 112

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 114

Tabel 3.8 Kriteria Harga Koefisien Korelasi ... 118

Tabel 4.1 Perhitungan Statistik Dasar X ... 123

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi X ... 124

Tabel 4.3 Prosentase Berdasar Indikator Variabel X ... 125

Tabel 4.4 Perhitungan Satatistik Dasar Y1 ... 126

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Y1 ... 127

Tabel 4.6 Prosentase Berdasar Indikator Variabel Y1 ... 128

Tabel 4.7 Perhitungan Statistik Dasar Y2 ... 129

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Y2 ... 130

Tabel 4.9 Prosentase Berdasar Indikator Variabel Y2 ... 131

Tabel 4.10 Perhitungan Statistik Dasar Z ... 132

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Z ... 133

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas ... 134

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 135

Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi ... 135

Tabel 4.15 Uji Signifikansi dan Linearitas X dengan Y1 ... 138

Tabel 4.16 Uji Signifikansi dan Linearitas X dengan Y2 ... 142


(4)

Tabel 4.19 Uji Signifikansi korelasi parsial Y1Y2Z ... 160 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Penelitian ... 177 Tabel 4.21 Matriks Penelitian ... 178


(5)

No. Nama Gambar Hal

Gambar 3.1 Diagram Keterkaitan antar Variabel ... 117

Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Variabel X ... 124

Gambar 4.2 Histogram Tiap Indikator Variabel X ... 125

Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Variabel Y1 ... 127

Gambar 4.4 Histogram Tiap Indikator Y1 ... 128

Gambar 4.5 Histogram Frekuensi Variabel Y2 ... 130

Gambar 4.6 Histogram Tiap Indikator Variabel Y2 ... 131

Gambar 4.7 Histogram Frekuensi Variabel Z ... 133

Gambar 4.8 Diagram Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 136

Gambar 4.9 Persamaan Garis Regresi X terhadap Y1 ... 139

Gambar 4.10 Persamaan Garis Regresi X terhadap Y2 ... 143

Gambar 4.11 Persamaan Garis Regresi Y1 terhadap Z ... 147

Gambar 4.12 Persamaan Garis Regresi Y2 terhadap Z ... 152


(6)

No. Nama Lampiran Hal

Lamp. 1 Instrumen Penelitian ... 191

Lamp. 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X ... 195

Lamp. 2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y1 ... 198

Lamp. 2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y2 ... 200

Lamp. 2.3 Instrumen Penelitian Sesudah Uji Validasi ... 204

Lamp. 3 Data Penelitian Variabel X ... 208

Lamp. 3.1 Data Penelitian Variabel Y1 ... 211

Lamp. 3.2 Data Penelitian Variabel Y2 ... 214

Lamp. 3.3 Data Penelitian Variabel Z ... 217

Lamp. 4 Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 218

Lamp. 4.1 Hasil Transformasi Data... 219

Lamp. 4.2 Rekap Data Interval ... 221

Lamp. 5 Uji Normalitas Variabel X ... 223

Lamp. 5.1 Uji Normalitas Variabel Y1 ... 224

Lamp. 5.2 Uji Normalitas Variabel Y2 ... 225

Lamp. 5.3 Uji Normalitas Variabel Z ... 226

Lamp. 6 Tabel Bantu Perhitungan Variabel X dan Y1 ... 227

Lamp. 6.1 Tabel Bantu Perhitungan Variabel X dan Y2 ... 229

Lamp. 6.2 Tabel Bantu Perhitungan Variabel Y1 dan Z ... 231

Lamp. 6.3 Tabel Bantu Perhitungan Variabel Y2 dan Z ... 233

Lamp. 6.4 Tabel Bantu Perhitungan Koefisien Regresi Ganda ... 235

Lamp. 6.5 Contoh Tabel Bantu Anava Variabel Y1 dan Z ... 237

Lamp. 7 Struktur Kurikulum TKR SMK N 1 Jatibarang ... 239 Lamp. 8 Program Kerja Prakerin

Lamp. 9 Perijinan


(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Belajar Siswa, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI”. Tesis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan dan Kejuruan. Dalam proses penulisan tesis ini, penulis memperoleh banyak pengalaman dan pengayaan materi khususnya dalam Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Pembahasan dalam tesis ini dibagi dalam lima bab, yaitu : Bab Pertama, membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab Kedua, membahas kajian teoritis yang terkait dengan motivasi berprestasi, kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran teknik kendaraan ringan. Bab Ketiga, membahas metodologi penelitian. Bab Keempat, berisi tentang analisis pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. Bab Kelima, berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini, baik isi maupun kaidah penulisan masih banyak sekali terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran konstruktif dari semua pihak guna memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada, sehingga tesis ini dapat memenuhi kualitas, baik dari segi keilmuan dan metodologinya.

Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, dan semoga Allah SWT. memberi pahala atas segala amal baik yang telah diberikan.

Bandung, Juli 2011


(8)

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas perkenan Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakeri, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif TKR Kelas XI di SMK N 1 Jatibarang” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin megucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Janulis P. Purba, M.Pd, selaku pembimbing I yang dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Dadang Hidayat, M.Pd, selaku pembimbing II yang juga dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Dr. Danny Meirawan, M.Pd, selaku Ketua Progran Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan menyelesaikan tesis.

4. Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UPI Bandung.

5. Prof. Fuad Abdul Hamied, Ph.D, selaku Direktur SPs UPI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di SPs UPI Bandung.

6. Prof. Dr.H. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Asisten Direktur I yang telah membantu dengan memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama menempuh perkuliahan di program studi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis menempuh perkuliahan, semoga amal baik Bapak dan Ibu mendapat balasan dari Allah SWT.

8. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, melalui Kepala Bidang Pendidikan Menengah yang telah memberikan dan kesempatan dan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(9)

mempermudah penulis dalam melakukan penelitian sampai dengan selesai.

10. Bapak dan Ibu Guru SMK beserta seluruh siswa program keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK N 1 Jatibarang yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

11. Istri tercinta, Yunita Lusiani, S.Sos yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan, serta setia menemani dengan penuh kesabaran selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pasca Sarja Universitas Pendidikan Indonesia.

12. Ibunda tercinta Hj. Enih Suaenih yang telah memberikan kasih sayang, bimbingan dan mengarahkan penulis agar menjadi manusia yang teguh, kuat, dan menjadi jati dirinya sendiri, atas didikan beliau juga penulis sampai mengikuti pendidikan sampai saat ini, sembah sujud penulis sampaikan kepada beliau semoga mendapat ridho dan barokah dari Allah SWT. Begitu juga kepada Ibu Mertua yang telah mendo’akan dan memberikan kasih sayang kepada penulis dalam mengarungi kehidupan.

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa S2 PTK Universitas Pendidikan Indonesia kelas Indramayu Angkatan 2009/2010, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang melimpah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian studi dan penulisan tesis ini. Amin.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kejuruan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 dijelaskan bahwa : “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”. Sebagai tindak lanjut dari implementasi Undang-Undang di atas, maka perlu dikembangkan suatu bentuk pendidikan kejuruan yang memiliki kualifikasi lulusan sesuai dengan kebutuhan pasar dunia kerja. Lembaga pendidikan kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Depdiknas bertujuan untuk :

1. menyiapkan siswa-siswi untuk memasuki lapangan pekerjaan serta mengembangkan sikap profesional;

2. menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi, dan mampu mengembangkan diri;

3. menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri dan/atau untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang;

4. menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Dalam tujuan Sekolah Menengah Kejuruan tersebut di atas dikemukakan bahwa siswa SMK disiapkan oleh lembaga pendidikan untuk dapat menjadi produkif yang terampil dalam mengisi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Kompetensi lulusan SMK mengacu pada standar kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Permintaan tenaga kerja kompeten dan profesional seiring


(11)

dengan pesatnya perkembangan industrialisasi mutlak diperlukan. Oleh karena itu sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang kejuruan seperti sekolah menengah kejuruan sudah selayaknya mempersiapkan lulusannya agar memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajarinya dan selalu berupaya mengembangkan program-program yang mengandung nilai-nilai akademis, profesional dan sikap yang tinggi serta menjaga interaksi pembelajaran tidak dilaksanakan secara verbalistik, sehingga para lulusannya siap dan mampu menerapkan keahliannya sesuai bidang profesinya (Kep.Mendikbud No. 36/U/1993, pasal 1).

Keberhasilan pendidikan kejuruan tidak hanya tergantung pada pendidik yang selalu dituntut dapat mengajar secara profesional saja, melainkan peran aktif siswa di dalam proses belajar juga sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan. Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, merupakan bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan persiapan siswa dalam belajar yang baik pula. Persiapan siswa dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar. Menurut Djamarah (2002:35) “kesiapan untuk belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik, tetapi juga diartikan dalam arti psikis dan materiil”. Kesiapan fisik misalnya kondisi badan yang sehat dan bugar. Kesiapan psikis misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi instrinsik. Kesiapan materiil misalnya ada bahan yang dipelajari


(12)

atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, modul dan job sheet untuk pembelajaran praktek. Kesiapan siswa dalam belajar merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan diri siswa akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Faktor internal lain yang memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran adalah adanya motivasi berprestasi dari siswa. Uno (2007:3) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Dalam pembelajaran peran motivasi berprestasi ini berperan penting dalam menunjang keberhasilan, seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cenderung akan melakukan berbagai upaya untuk dapat menguasai bidang yang dipelajarinya, sehingga peran motivasi berprestasi menjadi penting bagi siswa SMK dalam mempersiapkan proses belajar ataupun dalam pelaksanaan prakerin sehingga akan berimplikasi pada pencapaian kompetensi produktif yang dipelajarinya sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

Sedangkan dari faktor eksternal yang menunjang keberhasilan penguasaan kompetensi keahlian di SMK salah satunya adalah program praktek kerja industri. Program pembelajaran di industri ini akan mengantarkan siswanya mengenal jenis pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Dalam


(13)

desain pembelajaran pendidikan kejuruan menurut Charless Prosser (Djojonegoro, 1998) perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti bekerja

2. Efektif jika tugas-tugas diklat dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu.

3. Efektif jika melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti di Du/Di

4. Efektif jika setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan ketrampilannya pada tingkat yang paling tinggi.

Sehingga untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan bekal pengalaman industri melalui program prakerin. Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119). Agar tujuan prakerin betul-betul tepat sasaran, maka diperlukan pemetaan yang matang antara kompetensi di sekolah dikaitkan dengan kompetensi di dunia kerja, pemetaan dunia industri yang betul-betul sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipelajari siswa, program monitoring dan evaluasi yang terencana dan terarah. Selain program prakerin faktor eksternal yang juga mempengaruhi adalah : layanan pembelajaran, fasilitas sekolah, lingkungan, dan faktor keluarga.

Dalam kenyataannya tidak semua siswa SMK maupun lembaga pendidikan kejuruan mampu melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah


(14)

disebutkan di atas, termasuk yang penulis jumpai di SMK Negeri 1 Jatibarang. Kondisi-kondisi tersebut bisa dilihat dari beberapa fakta terkait dengan kondisi motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan pelaksanaan praktek kerja industri dalam hubungannya dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran teknik kendaraan ringan.

Dilihat dari faktor internal siswa, yaitu kesiapan belajar dan motivasi berprestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran produktif juga dirasakan oleh penulis masih belum merata. Kondisi ini bisa dilihat dari keadaan siswa yang belum memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran baik dari faktor fisik, psikis maupun materiil. Dilihat dari faktor fisik maupun psikis masih terdapat siswa yang kurang siap dalam mengikuti pelajaran, hal ini bisa dilihat dari prilaku siswa yang datang terlambat, mengantuk, lesu, kurang konsentrasi, dan kurang serius dalam mengikuti pembelajaran produktif, serta masih bergurau di workshop dalam mengikuti pembelajaran praktek, sehingga hal ini bisa merugikan siswa itu sendiri. Dalam hal persiapan secara materiil juga masih ditemui beberapa siswa yang tidak mempersiapkan bahan pelajaran atau modul, tidak membuat dan mempelajari job sheet, dalam membuat tugas mengambil jalan pintas dengan menyalin hasil pekerjaan temannya, sehingga hal ini akan menghambat kelancaran dalam pembelajaran praktek. Dalam hal motivasi berprestasi dorongan dari dalam diri siswa untuk berusaha menguasai pembelajaran praktik dan memperoleh hasil yang lebih baik juga dirasakan belum merata, dalam artian masih ada beberapa siswa yang belum memiliki hasrat atau keinginan kuat untuk belajar dan menjadi lebih baik, tanggung jawab


(15)

terhadap penyelesaian tugas dan praktek masih kurang, dan ada beberapa siswa yang memilih kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan karena mengikuti teman-temannya.

Sedangkan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) kendala yang masih dijumpai adalah dalam pengiriman siswa ke industri tanpa dilakukan secara bersama dengan industri melalui jaringan kerjasama yang mengikat dan kajian kurikulum yang lebih mendalam. Manajemen sekolah perlu mempertimbangkan kembali program praktek kerja industri melalui prakerin dengan melakukan kajian antara kompetensi di sekolah disesuaikan dengan dunia kerja melalui pemetaan industri, sehingga para siswa bisa melaksanakan prakerin yang sesuai dengan bidang keahliannya. Dari diri siswa sendiri dalam melaksanakan kegiatan prakerin masih belum optimal, masih terdapat siswa yang kurang serius dalam melaksanakan prakerin, mencari tempat prakerin yang kurang sesuai dengan kompetensinya, dan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain karena kurang disiplin dan kurang konsisten.

Kendala-kendala di atas dapat berimplikasi baik secara langsung atau tidak langsung pada penguasaan kompetensi produktif teknik kendaraan ringan sebagai syarat mutlak memasuki dunia kerja khususnya dalam bidang otomotif dan berimbas pada rendahnya keterserapan lulusan di industri yang sesuai bidangnya. Melihat kondisi tersebut perlu adanya kajian atau penelitian secara teoritis dan mendalam tentang efektifitas penguasaan kompetensi bidang keahlian dalam mempersiapkan lulusan yang siap kerja atau siap latih, sehingga dapat memberikan gambaran kepada pihak pengelola SMK khususnya yang membuka


(16)

bidang keahlian teknik kendaraan ringan tentang pentingnya penguasaan kompetensi bidang keahlian bagi para siswanya, dan memerlukan suatu analisis yang cermat dalam hal pengaruh kesiapan belajar siswa, prakerin, dan motivasi berprestasi sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan serta sikap kerja yang baik sesuai bidang keahliannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Adanya faktor internal siswa yang mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya adalah kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan motivasi berprestasi. Faktor kesiapan belajar dan motivasi berprestasi ini dirasakan masih kurang optimal dalam pelaksanaannya.

2. Kurangnya jalinan kerjasama dengan dunia industri dan dunia usaha yang relevan, khususnya dalam menangani masalah pembelajaran di industri secara terencana dan terprogram melalui prakerin.

3. Layanan pembelajaran kepada seluruh siswa yang masih belum merata. 4. Adanya faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas pembelajaran,

diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

5. Masih rendahnya mutu tamatan, yang berakibat pada rendahnya keterserapan di industri.

6. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi, khususnya dalam bidang praktek juga perlu mendapat peningkatan.


(17)

1.3. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan maka tidak semua masalah yang teridentifikasi akan diteliti. Untuk itu penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian yang terkait dengan peran motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kesiapan belajar siswa dan pelaksanaan praktek kerja industri di hubungkan dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan di SMK Negeri 1 Jatibarang. Sebagai variabel bebasnya adalah motivasi berprestasi yang dinyatakan dengan X, kesiapan belajar dinyatakan dengan Y1, dan pelaksanaan prakerin sebagai Y2, sedangkan variabel terikatnya adalah pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan (TKR) kelas XI sebagai Z.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah pokok yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI di SMK Negeri 1 Jatibarang ?

Masalah pokok ini kemudian dijabarkan dalam spesifikasi rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar siswa?

2. Bagaimanakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap pelaksanaan praktek kerja industri?


(18)

3. Bagaimanakah pengaruh kesiapan belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

4. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

5. Bagaimanakah pengaruh secara bersama-sama kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendefinisikan bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR bagi siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Jatibarang.

2. Mengungkap dan mendeskripsikan tentang motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin dalam upaya pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif, khususnya kelas XI.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin dalam upaya pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI di SMK Negeri 1 Jatibarang.


(19)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori mengenai pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan di SMK Negeri 1 Jatibarang. Dari sini akan menjadi acuan bagi penyelenggara pendidikan untuk menentukan sikap dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Sekolah

Memberikan gambaran kepada sekolah yang dalam hal ini SMK Negeri 1 Jatibarang tentang peran motivasi berprestasi terhadap kesiapan siswa, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi produktif sesuai bidangnya, sehingga bisa dilakukan upaya-upaya konkrit dari pihak sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi siswa.

b. Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan SPs UPI

Melalui penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi Prodi PTK SPs UPI dalam bidang penelitian terkait dengan peran motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar siswa dan pelaksanaan prakerin dalam kaitannya dengan pencapaian kompetensi mata


(20)

pelajaran produktif TKR bagi siswa SMK dan semoga bisa menjadi pijakan untuk penelitian lebih lanjut dengan kajian yang sama.

c. Peneliti

Penelitian ini memberikan makna dalam mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian bidang pendidikan dan sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dalam tugas sehari-hari sehingga bisa memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya dilingkungan tempat peneliti bekerja. 1.7. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran didukung oleh beberapa unsur atau komponen yang saling berhubungan. Menurut Bloom (Tangyong, 1996: 50) perubahan sikap perilaku, serta perolehan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran dipengaruhi oleh tiga hal, yakni :

(a) affective entry characteristics, sebagai bagian yang melekat pada diri siswa yang dibawa dari lingkungan keluarga.

(b) cognitive entry behaviors, merupakan bagian dari latar belakang keluarga atau jenjang pendidikan sebelumnya, dan

(c) kualitas pembelajaran.

Proses pembelajaran menyangkut interaksi antara program pendidikan/kurikulum; guru yang memberikan layanan pembelajaran; bimbingan dan evaluasi; sarana-prasarana; biaya pendidikan; manajemen dan dukungan masyarakat; serta siswa sebagai komponen masukan.


(21)

Program Tenaga Sarana Biaya Manajemen Pendidikan/ Kependidikan dan Prasarana

Perangkat kurikulum

input Output

(siswa) (Hasil)

Masukan dari masyarakat

Gb. 1.1 Model Teoritik Kerangka Berpikir Penelitian Sumber: A.J. Romiszowski (Tangyong, 1996: 51)

Tangyong (1996: 52) menyatakan bahwa jika lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dilakukan secara terencana dan tematik, maka upaya pengembangan SDM yang berkualitas akan terpenuhi. Pencapaian kualitas harus ditunjang juga oleh program pendidikan/kurikulum dan perangkatnya, tenaga pendidikan yang profesional dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, sarana-prasarana yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, manajemen pendidikan yang efektif dan efisien, serta peran dunia usaha, dunia industri, dan masyarakat yang optimal. Sedangkan Yuniarsih dalam bukunya (2002: 55) memberikan batasan layanan pembelajaran juga mencakup layanan pembelajaran dan pendidikan, pemberian motivasi, bantuan mengatasi kesulitan, serta pelayanan dalam bidang pelatihan keterampilan.

Berdasarkan pengertian di atas maka proses pembelajaran yang dalam penelitian ini adalah untuk menguasai mata pelajaran kompetensi produktif mata pelajaran teknik kendaraan ringan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datangnya dari internal siswa itu sendiri. Faktor internal dari siswa yang


(22)

mempengaruhi proses pembelajaran seperti: kemampuan awal, bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah: layanan pembelajaran, perangkat kurikulum, sarana prasarana, manajemen sekolah dan pembiayaan, lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan khususnya SMK adanya pengenalan dan keterkaitan dengan dunia usaha/industri melalui praktek kerja industri.

Keterkaitan Antar Variabel

1. Keterkaitan antara motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin.

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dirumuskan sebagai suatu kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Manusia pada hakekatnya memiliki kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan yang lain, hal ini dikemukakan oleh David Mc. Clelland (Thoha, 2008: 235). Jadi secara umum motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Berdasar pengertian di atas maka diharapkan dengan memiliki motivasi berprestasi akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam belajar menjadi lebih baik dan dalam melaksanakan kegiatan prakerin bisa lebih optimal dan


(23)

berkualitas, yang pada akhirnya akan membantu siswa dalam pencapaian bidang kompetensi yang diinginkan sebagai bekal memasuki dunia kerja dalam hal ini adalah kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan.

2. Keterkaitan antara kesiapan belajar siswa dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

Soemanto dalam (Sanusi, 2005:22) menyatakan bahwa kesiapan merupakan ketersediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Slameto (1995:61) mengemukakan bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar bagi seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu. Lebih lanjut Slameto (1995:113) menyebutkan bahwa:

“Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk member respon”

Kondisi individu mencakup setidaknya tiga aspek, yaitu: a. Kondisi fisik, mental dan emosional;

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan;

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang dipelajari. Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar sehingga memperoleh suatu hasil yang baik pula. Kesiapan ini akan menjadi salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran berbasis kompetensi, mengingat dalam rancangan pembelajaran kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. Kesiapan siswa adalah kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan, khususnya dalam hal penguasaan mata pelajaran


(24)

produktif atau kompetensi keahliannya. Kesiapan belajar ini mencakup 3 faktor, yaitu: faktor fisik, psikis, dan materiil. Faktor Fisik meliputi kondisi siswa dalam hal kesehatan dan kebugaran siswa, faktor psikis disini meliputi hasrat belajar, konsentrasi, dan motivasi intrinsik. Sedangkan faktor materiil berupa kesiapan siswa dalam mempelajari bahan ajar, modul, tugas mandiri, dan job sheet yang terkait dengan pembelajaran praktek.

Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi prestasi belajar siswa. Jika faktor kesiapan dalam belajar ini benar-benar dilaksanakan oleh siswa, maka hasil dari proses pembelajaran untuk menguasai kompetensi keahliannya akan lebih baik dan lebih optimal, sehingga akan memudahkan siswa dalam memasuki bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang kompetensinya.

3. Keterkaitan antara pelaksanaan prakerin dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

Salah satu tujuan SMK adalah mempersiapkan para siswanya untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mampu bersikap profesional, maka untuk membekali hal tersebut dibutuhkan kompetensi yang memadai saat memasuki dunia kerja, sehingga dalam mendesain program pendidikan/perangkat kurikulum harus berpihak kepada kenyataan yang ada dilapangan/dunia kerja, maka peran dunia industri sangat dibutuhkan dalam memberikan wawasan dan gambaran tentang kompetensi yang ada di lapangan kerja dikaitkan dengan


(25)

kurikulum di sekolah. Untuk itu Siswa perlu diberi pembelajaran yang terkait dengan dunia industri melalui program prakerin.

Praktek Kerja Industri yang dioperasionalkan di sekolah menengah kejuruan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu. (Pakpahan, 1994:7). Sedangkan menurut Djojonegoro, (2001:30) menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan praktek kerja industri di SMK merupakan suatu bentuk program pengembangan sumber daya manusia. Sekolah Menengah Kejuruan dengan mengintegrasikan pendidikan dan latihan secara terpadu sehingga akan menghasilkan insan yang kompeten dan memiliki produktivitas yang tinggi di bidangnya masing-masing”.

Dari beberapa definisi teori di atas menunjukkan bahwa Praktek Kerja Industri (Prakerin) dan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dan di industri, dimana siswa terlebih dahulu mendapatkan materi pembelajaran di sekolah (School based learning) dan keterampilan praktek di industri atau tempat kerja (Work based learning). Pembelajaran berbasis sekolah dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah dan pembelajaran berbasis di tempat kerja dilaksanakan oleh pembimbing di industri. Wolf (Bukit, 1977:79) menyatakan kedua kegiatan pendidikan tersebut sebagai: “two places of learning of equal value and the same standart are combined together to form a system”.


(26)

Pada kenyataannya pelaksanaan prakerin yang diterapkan di sekolah menengah kejuruan berbeda dengan konsep PSG karena prakerin bersifat memperkenalkan dunia industri atau dunia kerja kepada siswa, sehingga siswa mendapatkan gambaran tentang perbedaan antara belajar di sekolah dengan kenyataan yang ada di dunia kerja. Disamping itu siswa juga mengetahui jenis lapangan pekerjaan yang ada, sikap dan etos kerja di industri, disiplin kerja, dan jenis pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja/industri, sehingga kesesuaian tempat kerja dan jenis pekerjaan yang ada di Du/Di sangat berperan dalam peningkatan kompetensi produktif yang harus dimiliki siswa.

Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK. Dengan melaksanakan program prakerin, maka peserta didik diharapkan dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya.

Berdasarkan model teoritik berpikir diatas, maka secara operasional kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :

Variabel X Variabel Y Variabel Z

Diagram 1.1. Diagram hubungan antar variabel 1. Kesiapan belajar

2. Pelaksanaan prakerin

Pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif

TKR kelas XI Motivasi berprestasi


(27)

1.8. Asumsi Penelitian

1. Motivasi berprestasi akan menjadi daya dorong bagi siswa untuk mampu berbuat lebih baik terhadap apa yang dikerjakannya, jadi dengan adanya motivasi berprestasi maka akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam belajar menjadi lebih baik dan pelaksanaan prakerin menjadi lebih berkualitas. Dari pemahaman tersebut maka motivasi berprestasi akan meningkatkan kualitas kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan dalam melaksanakan kegiatan prakerin.

2. Penguasaan kompetensi mata pelajaran produktif di SMK salah satunya ditentukan oleh kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kesiapan ini sebagai salah satu kekuatan internal siswa, jadi dengan memiliki kesiapan belajar yang baik maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya akan lebih baik.

3. Pembelajaran di SMK harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri. Kedua pengalaman belajar baik di sekolah maupun di industri kedudukannya adalah untuk saling memperjelas (Bukit, 1997: 252). Sedangkan Barlow (Meirawan, 1996: 41) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan direncanakan dalam kerja sama yang erat dengan industri, sehingga program prakerin dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang berharga bagi siswa dalam menguasai kompetensi produktifnya.


(28)

1.9. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam pengertian perlu dijelaskan tentang pengertian dan batasan tentang ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu :

1. Motivasi Berprestasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan dalam bentuk perbuatan ke arah yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan sebuah kepuasan. Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

2. Kesiapan Belajar Siswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 935) menyebutkan bahwa kata menyiapkan artinya mengadakan sesuatu untuk; atau mengatur segala sesuatu untuk. Kesiapan adalah sesuatu yang sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan apapun bisa teratasi dengan lancar, sehingga memperoleh suatu hasil yang baik pula. Siswa dalam konteks ini adalah peserta didik yang menempuh


(29)

jenjang pendidikan pada jalur formal yang dalam penelitian ini adalah siswa SMK. Kesiapan siswa dalam pengertian ini adalah kesiapan siswa dalam belajar yang merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan diri siswa ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan yaitu penguasaan bidang kompetensi kejuruan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Kesiapan siswa disini menurut Djamarah (2002:35) meliputi kesiapan belajar siswa dilihat dari faktor fisik, psikis, maupun materiil. Ketiga faktor ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Pelaksanaan prakerin.

Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan prakerin merupakan bagian dari program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK. Dengan prakerin peserta didik dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya.

Praktek kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron


(30)

program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994: 7). Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119).

Kenyataannya prakerin berbeda dengan PSG, menurut Depdiknas dalam materi pelatihan KTSP 2009 menyatakan bahwa prakerin merupakan program pembelajaran yang harus dilakukan setiap peserta didik di dunia kerja untuk memperkenalkan lebih dini dunia kerja kepada peserta didik sebagai bagian pengalaman kerjanya. Diharapkan melalui program prakerin siswa mengenal tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di lapangan, sikap dan etos kerja, disiplin kerja, dan jenis pekerjaan yang ada di industri, sehingga siswa bisa memahami perbedaan antara belajar di sekolah dengan kenyataan yang ada di Dunia Kerja/Industri melalui pembelajaran di Industri (prakerin). Pelaksanaan prakerin bukan sekedar penempatan siswa pada industri dan mendapatkan pengalaman bekerja, namun diharapkan sekolah dapat menyediakan kebutuhan industri akan sumber daya yang memiliki keterampilan dasar sebagai modal awal bagi siswa untuk dapat dilibatkan dalam pengalaman kerja dan berinteraksi dengan karyawan lainnya.


(31)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui belajar langsung oleh siswa yang dilaksanakan di industri untuk memperoleh pengalaman bekerja. Lingkup yang akan dijadikan acuan dalam penelitian terkait dengan program prakerin meliputi tahap perencanaan dan persiapan, kesesuaian institusi pasangan dengan bidang kompetensi yang dipelajari, analisis pencapaian kompetensi hasil belajar di sekolah dan dunia kerja, tahap pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

4. Pencapaian kompetensi produktif teknik kendaraan ringan.

Struktur kurikulum di SMK terdiri dari mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif. Pencapaian kormpetensi produktif dalam pengertian ini terkait dengan penguasaan keterampilan yang akan digunakan dalam memenuhi kompetensi kerja. Mata pelajaran produktif untuk program keahlian teknik kendaraan ringan mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). Sebagai acuan untuk mengetahui tingkat penguasaan mata pelajaran produktif diambil dari nilai uji kompetensi produktif siswa kelas XI TKR.

1.10. Hipotesis

1. Hipotesis Penelitian.

Berdasarkan kerangka berpikir pada paparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :


(32)

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar siswa

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan signifikan motivasi berprestasi terhadap pelaksanaan prakerin

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan kesiapan belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama kesiapan belajar siswa dan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

2. Hipotesis Statistik. 1. H0 : ρ xy1 = 0

Ha : ρ xy1 > 0 2. H0 : ρ xy2 = 0 Ha : ρ xy2 > 0 3. H0 : ρ y1z = 0 Ha : ρ y1 z > 0 4. H0 : ρ y2z = 0 Ha : ρ y2z > 0 5. H0 : ρ y1y2z = 0 Ha : ρ y1y2z > 0


(33)

Keterangan :

• H0 : ρ x.y = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

• Ha : ρ x.y > 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

1.11. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dan berdasar tingkat ekspalanasinya adalah penelitian assosiatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapa n belajar dan pelaksanaan prakerin dalam pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI.

Lokasi penelitian adalah di Jatibarang, kabupaten Indramayu, populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKR SMK N 1 Jatibarang. Instrumen yang digunakan adalah berupa angket atau kuesioner, untuk menjaring data persepsi tentang motivasi berprestasi (X), kesiapan belajar (Y1), pelaksanaan prakerin (Y2). Sedangkan untuk varibel terikat (dependen variable) yaitu pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan menggunakan data nilai uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI.

Pengujian instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Jenis teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik inferensial, yaitu teknik statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan data sebagaimana adanya dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut : melakukan persiapan dan pengecekan data yang terkumpul , melakukan tabulasi data (mendeskripsikan


(34)

data), membuat bobot nilai terhadap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel, melakukan pengolahan data sesuai dengan pendekatan penelitian, melakukan uji persyaratan terhadap pendekatan penelitian, dan melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan korelasi product moment untuk menentukan koefisien determinasi antar variabel terikat dengan variabel bebas.

1.12. Sistematika Pembahasan Masalah

Pembahasan masalah dalam kajian tesis ini terdiri lima bab yaitu :

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, asumsi penelitian, paradigma penelitian, definisi operasional, hipotesis, serta sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang kajian teoritis yang digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian mencakup tentang pendidikan kejuruan, konsep peserta didik, kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan, motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan praktek kerja industri.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang terkait dengan obyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, variabel penelitian dan operasionalisasi variabel, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data penelitian.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V membahas tentang merupakan bab penutup yang membahas tentang kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang masalah yang kemudian ditentukan rumusan masalah yang mendasari penelitian ini, inti kajiannya adalah tentang pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan. Perspektif yang penulis gunakan untuk mengkaji masalah pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI adalah dari motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan pelaksanaan prakerin. Dengan demikian penelitian ini meliputi empat variabel penelitian yaitu: motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI teknik kendaraan ringan. Guna kepentingan penyederhanaan analisis data, maka masing-masing variabel diberikan simbol sebagai berikut: motivasi berprestasi dengan simbol X, kesiapan belajar dengan simbol Y1, pelaksanaan prakerin dengan simbol Y2, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan dengan simbol Z.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey pada siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jatibarang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan dan memiliki langkah-langkah sistematis .


(36)

Sugiyono (2010: 3) menyatakan bahwa “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah dalam pengertian diatas berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang bersifat spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dimana menurut Kerlinger dalam (Riduwan 2010: 49) mengemukakan bahwa:

“Penelitian suvey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstrukutur dan sejenisnya.

Penelitian ini jika dilihat dari tingkat eksplanasinya maka termasuk jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2010: 11).


(37)

3.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini bersumber dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Variasi nilai dari konsep disebut variabel yang dalam setiap penelitian selalu didefinisikan atau dibatasi pengertiannya secara operasional. Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian kongkrit dari setiap variabel, sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

Sebagaimana telah disebutkan, terdapat empat variabel utama yang diamati dalam penelitian ini. Keempat variabel tersebut secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Motivasi Berprestasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan dalam bentuk perbuatan ke arah yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan sebuah kepuasan. Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai tantangan, menerima tanggung jawab


(38)

pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

2. Kesiapan Belajar Siswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 935) menyebutkan bahwa kata menyiapkan artinya mengadakan sesuatu untuk; atau mengatur segala sesuatu untuk. Kesiapan adalah sesuatu yang sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan apapun bisa teratasi dengan lancar, sehingga memperoleh suatu hasil yang baik pula. Siswa dalam konteks ini adalah peserta didik yang menempuh jenjang pendidikan pada jalur formal yang dalam penelitian ini adalah siswa SMK. Kesiapan siswa dalam pengertian ini adalah kesiapan siswa dalam belajar yang merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan dari siswa ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan yaitu pencapaian bidang kompetensi kejuruan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Kesiapan belajar disini menurut Djamarah (2002:35) meliputi kesiapan belajar siswa dilihat dari faktor fisik, psikis, maupun materiil. Ketiga faktor ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Pelaksanaan Praktek kerja industri.

Praktek kerja industri merupakan salah satu bagian dari implementasi pembelajaran berbasis kerja (Work-based learning) yang bisa dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Proses pembelajaran berbasis kerja


(39)

adalah suatu proses untuk mengenali dan menerapkan pengetahuan yang membentuk bagian-bagian atau semua kualifikasi pendidikan dalam program kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha/industri di dalam menciptakan kesempatan pembelajaran di tempat kerja. Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119). Praktek kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program pencapaian keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994: 7). Menurut Depdiknas dalam materi pelatihan KTSP 2009 menyatakan bahwa prakerin merupakan program pembelajaran yang harus dilakukan setiap peserta didik di dunia kerja untuk memperkenalkan lebih dini dunia kerja kepada peserta didik sebagai bagian pengalaman kerjanya.

Pelaksanaan prakerin bukan sekedar penempatan siswa pada industri dan mendapatkan pengalaman bekerja, namun diharapkan sekolah dapat menyediakan kebutuhan industri akan sumber daya yang memiliki keterampilan dasar sebagai modal awal bagi siswa untuk dapat dilibatkan dalam pengalaman kerja dan berinteraksi dengan karyawan lainnya. Karena itu perjanjian kerjasama antara sekolah dan industri seharusnya


(40)

mencakup kemampuan siswa untuk dapat bekerja dan membantu perusahaan dalam meningkatkan produksinya.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui belajar langsung oleh siswa yang dilaksanakan di industri untuk memperoleh keahlian profesional tertentu. Lingkup yang akan dijadikan acuan dalam penelitian terkait dengan program prakerin meliputi tahap perencanaan dan persiapan, kesesuaian institusi pasangan dengan bidang kompetensi yang dipelajari, analisis pencapaian kompetensi hasil belajar di sekolah dan dunia kerja, tahap pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

4. Pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan. Struktur kurikulum di SMK terdiri dari mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif. Pencapaian kompetensi produktif adalah pencapaian dalam bidang produktif yang akan terkait dengan keterampilan yang akan digunakan dalam memenuhi kompetensi kerja. Mata pelajaran produktif untuk program keahlian teknik kendaraan ringan mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). Sebagai acuan untuk mengetahui tingkat pencapaian mata pelajaran produktif dalam penelitian ini adalah dilihat dari nilai pelajaran kompetensi produktif siswa kelas XI. Adapun yang termasuk kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI adalah: sistem pemindah tenaga


(41)

(kopling, transmisi, dan gardan), sistem bahan bakar, kelistrikan otomotif, sistem pendingin dan sistem baterai.

Dalam Operasional Variabel tersebut secara mendetail dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel

No Variabel Penelitian Indikator/Sub Indikator

1 Motivasi Berprestasi

1.1. Berusaha unggul

1.2. Menyelesaikan tugas dengan baik 1.3. Rasional dalam meraih keberhasilan 1.4. Menyukai tantangan

1.5. Menerima tanggung jawab untuk sukses

1.6. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah

2 Kesiapan Belajar

1.1. Kesiapan fisik 1.1.1. Kesehatan 1.1.2. Kebugaran 1.2. Kesiapan psikis

1.2.1. Hasrat/minat

1.2.2. Keseriusan/kesungguhan belajar

1.2.3. Kedisiplinan belajar 1.2.4. Motivasi intrinsik 1.3. Kesiapan materiil

1.3.1. Bahan ajar (modul/buku/job sheet)

1.3.2. Pakaian dan perlengkapan kerja

3 Pelaksanaan Prakerin

3.1. Tahap Persiapan 3.1.1. Sosialisasi dan

pengadministrasian

3.1.2. Pemetaan dan kerjasama dengan Du/Di

3.2. Tahap Pelaksanaan

3.2.1. Pembekalan dan

pembimbingan

3.2.2. Jadwal dan kegiatan di Industri

3.2.3. Kesesuaian Du/Di dengan kompetensi sekolah


(42)

3.2.4. Kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi di sekolah

3.2.5. Etos kerja dan motivasi 3.2.6. Umpan balik

3.3. Tahap Monitoring dan Evaluasi 3.3.1. Monitoring

3.3.2. Evaluasi dan tindak lanjut 4 Pencapaian kompetensi

mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan

4.1. Nilai rata-rata uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI TKR.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Sugiyono (2010: 117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Sudjana (1996: 16) menyatakan bahwa “Populasi merupakan totalitas dari semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan subyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah generalisasi dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Jatibarang dengan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan pada Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu


(43)

sebesar 344 orang, namun yang layak dijadikan responden dalam penelitian ini hanya 115 orang dari kelas XI Teknik Kendaraan Ringan dengan pertimbangan:

(1) Siswa tersebut memenuhi kriteria dalam pengisian instrumen variabel kesiapan siswa dan motivasi, mengingat seluruh siswa tersebut masih menuntut pelajaran di SMK Negeri 1 Jatibarang.

(2) Seluruh siswa tersebut telah melaksanakan praktek kerja industri

(3) Telah mengikuti pendidikan sejak semester satu di SMK Negeri 1 Jatibarang sehingga telah memiliki kelengkapan hasil belajar berupa nilai kompetensi.

Adapun rekapitulasi jumlah siswa SMK Negeri 1 Jatibarang yang menjadi anggota populasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rekapitulasi Jumlah Responden SMK N 1 Jatibarang. Unit

Pendidikan

Kompetensi

Keahlian Angkatan Kelas

Jumlah Siswa SMK N 1

Jatibarang

Teknik Kendaraan

Ringan 2009/2010

XI TKR 1 27

XI TKR 2 33

XI TKR 3 27

XI TKR 4 28

Jumlah 115

3.4.2 Sampel

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi. Apabila populasi berjumlah besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sugiyono (2010: 118)


(44)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel merupakan wakil dari populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data. Dari keseluruhan karakteristik yang ada pada siswa maka yang diteliti adalah tentang motivasi berprestasi siswa, kesiapan belajar, sikap dan perilaku siswa waktu melaksanakan kegiatan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI.

Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa sampel dalam suatu penelitian muncul disebabkan dua hal, yaitu:

1) Peneliti bermaksud mereduksi obyek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.

2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam obyek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Oleh karena sampel akan mewakili populasi, maka sampel harus representatif disamping itu peneliti harus mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karakteristik populasi dalam sampel. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991: 135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple randon sampling. Teknik simple random sampling adalah cara pengambilan


(45)

sampel dari anggota populasi secara acak dan tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Riduwan, 2010: 58).

Dari jumlah populasi sebesar 116 orang, maka jumlah siswa yang dijadikan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat (1998: 82) sebagai berikut:sebagai berikut:

n =

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi

Dalam penentuan sampel ini penulis menggunakan estimasi penyimpangan terhadap populasi sebesar 5%, dengan demikian penetapan banyaknya sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

n =

.

= 90 (responden).

Sesudah mendapatkan jumlah sampel sebanyak 90 orang, maka selanjutnya menentukan sampel untuk masing-masing kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nk = x N

Keterangan:

Nk = Jumlah sampel setiap kelas Pk = Jumlah populasi setiap kelas


(46)

P = Jumlah populasi keseluruhan N = Jumlah sampel keseluruhan

Sehingga didapat jumlah sampel untuk setiap kelas adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Kelas Populasi (Orang) Sampel (Orang)

1 XI TKR 1 27 21

2 XI TKR 2 33 26

3 XI TKR 3 27 21

4 XI TKR 4 28 22

Total Keseluruhan 115 90

3.5 Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data 3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi (data) mengenai variabel-variabel dalam penelitian serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan meliputi:

a. Data variabel bebas motivasi berprestasi (X), kesiapan belajar (Y1), dan praktek kerja industri (Y2).

b. Data variabel terikat berupa pencapaian kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (Z).

Untuk memperoleh data yang sah guna menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan alat pengumpul data yang terdiri dari:

3.5.1.1 Kuesioner (Angket)

Kuesioner (Angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan


(47)

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi berprestasi, kesiapan siswa, dan pelaksanaan praktek kerja industri. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah:

• Variabel motivasi berprestasi: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

• Variabel kesiapan belajar: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert

• Variabel pelaksanaan prakerin: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert

Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Tabel Skala Likert.

No Pernyataan Statemen/Skor

Positif Negatif

1 Sangat Setuju/Selalu/Sangat Positif 5 1

2 Setuju/Sering/Positif 4 2

3 Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral 3 3

4 Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah/Negatif 2 4 5 Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat


(48)

Berkaitan dengan ini Riduwan (2010: 86) mengatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.” Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel penelitian, sehingga diperoleh tingkat validitas dan realibilitas yang diperlukan, maka peneliti mengembangkan berdasarkan batasan dari variabel penelitian yang selanjutnya ditentukan indikator-indikatornya.

3.5.1.2 Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku dan data-data yang relevan. Menjaring data variabel pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan adalah menggunakan studi dokumentasi terhadap nilai uji kompetensi siswa kelas XI Teknik kendaraan Ringan.

3.5.2 Kisi-Kisi Penelitian

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang dijelaskan pada bab 1, terdapat dua kategori variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya terdiri dari: motivasi berprestasi (X), kesiapan belajar (Y1), dan pelaksanaan prakerin (Y2), sedangkan variabel terikatnya adalah pencapaian kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (Z). Keempat variabel tersebut kemudian dikembangkan kedalam kisi-kisi penelitian yang terdiri dari variabel/sub variabel, indikator dan sub indikator. Berdasar deskripsi tersebut


(49)

selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pernyataan atau pertanyaan.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penelitian No Variabel

Penelitian Indikator/Sub Indikator Nomor

1 Motivasi Berprestasi

1.1. Berusaha unggul 1,2,3,8,28

1.2. Menyelesaikan tugas dengan

baik 5,7,9,10,11,14,22

1.3. Rasional dalam meraih

keberhasilan 4,6,12,13,29

1.4. Menyukai tantangan 15,16,17,18

1.5. Menerima tanggung jawab

untuk sukses 19,20,21,23

1.6. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah

24,25,26,27

2 Kesiapan Belajar

2.1. Kesiapan fisik

2.1.1. Kesehatan 1,2

2.1.2. Kebugaran 3,11

2.2. Kesiapan psikis

2.2.1. Hasrat/minat 6,7,18,28,29

2.2.2. Keseriusan/kesungguhan

belajar 4,9,10,19,24,26

2.2.3. Kedisiplinan belajar 5,12,13,14 2.2.4. Motivasi intrinsik 17,25 2.3. Kesiapan materiil

2.3.1. Bahan ajar

(modul/buku/job sheet) 8,15,16,20,23 2.3.2. Pakaian dan perlengkapan

kerja 21,22,27

3 Pelaksanaan Prakerin

3.1. Tahap Persiapan 3.1.1. Sosialisasi dan

pengadministrasian 1,4,6

3.1.2. Pemetaan dan kerjasama

dengan Du/Di 5,8

3.2. Tahap Pelaksanaan 3.2.1. Pembekalan dan

pembimbingan 3,7,10

3.2.2. Jadwal dan kegiatan di

Industri 11,13,15,18,21

3.2.3. Kesesuaian Du/Di dengan


(50)

3.2.4. Kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi di sekolah

14,19,23,24 3.2.5. Etos kerja dan motivasi 16,17,22

3.2.6. Umpan balik 220,23,26,28

3.3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

3.3.1. Monitoring 25,27

3.3.2. Evaluasi dan tindak lanjut 29,30 4 Pencapaian

kompetensi mata pelajaran produktif TKR

4.1. Nilai rata-rata uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI TKR.

Nilai rata-rata uji kompetensi kelas

XI

3.5.3 Tahap Uji Coba Alat Pengumpul Data (Angket)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, maka dilakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang mungkin terjadi, sehingga dengan uji coba instrumen pengumpul data ini tingkat validitas dan reliabilitasnya dapat diketahui. Dalam rangka uji coba instrumen yang berupa kuesioner, penulis melakukannya terhadap 30 orang siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK PUI Jatibarang yang diambil secara acak dan tidak menggunakan siswa yang akan dijadikan sebagai responden .

Langkah-langkah uji coba angket dilaksanakan sebagai berikut:

1. Butir instrumen atau pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat kesesuaian dengan indikator yang ada.

2. Butir instrumen dikonsultasikan dengan pembimbing apakah telah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel penelitian

3. Uji coba dilakukan terhadap kelompok siswa yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti


(51)

4. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

3.5.3.1. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2010: 173) menyatakan bahwa ”Instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Arikunto (1995: 63) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Oleh karena itu sebelum instrumen tersebut digunakan sehingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen, dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Adapun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung koefisien korelasi product momen atau r hitung (rxy) sebagai berikut:

r

xy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

dimana:

rxy = Koefisien Korelasi ∑X = Jumlah skor item


(1)

e)

Sekolah perlu memperhatikan dan melengkapi sarana yang bisa

membantu kesiapan belajar siswa, diantaranya: kelengkapan buku paket,

modul, atau jobsheet.

f)

Sekolah perlu membuat peraturan atau tata tertib yang jelas dan disertai

penghargaan dan sanksi yang mendidik agar mengarahkan siswa untuk

disiplin dan siap secara fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

g)

Dalam pelaksanaan prakerin sekolah perlu mempelajari kembali tentang

pelaksanaan prakerin yang sudah berjalan dan melakukan evaluasi secara

berkala, supaya ada peningkatan dalam setiap tahunnya, termasuk

menentukan model yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran

industri, apakah melalui program prakerin, PSG, atau teaching factory.

h)

Peran pembimbing dalam kegiatan prakerin perlu lebih dioptimalkan

kembali, terutama pada saat melakukan monitoring dan evaluasi setelah

pelaksanaan prakerin, upaya yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah

antara lain dengan memberikan lembar monitoring yang harus ditanda

tangani oleh pihak Du/Di sebagai bukti fisik, dan membuat lembar

evaluasi kegiatan.

i)

Sekolah perlu melakukan kerjasama yang lebih intensif dengan Du/Di

yang sesuai bidang kompetensi dengan melakukan kajian kurikulum

yang lebih mendalam termasuk model pembelajarannya, sehingga bisa

memberikan nilai lebih kepada siswa dalam membantu meningkatkan

kompetensi siswa.


(2)

2.

Untuk Siswa

a)

Agar memahami pentingnya motivasi berprestasi sebagai daya dorong

dari dalam untuk sukses, sehingga bisa diterapkan dalam kegiatan belajar

dan bisa mempengaruhi rekan-rekannya untuk menjadi lebih baik

b)

Agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melakukan persiapan

baik secara fisik, psikis, ataupun materiilnya.

c)

Agar dalam melaksanakan kegiatan prakerin dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh

dan

mempunyai

target

agar

prakerin

bisa

meningkatkan kemampuan dalam bidang produktif.

d)

Bagi siswa yang sudah melaksanakan prakerin, maka hasil dari kegiatan

prakerin yang positif agar betul-betul bisa diterapkan dan diteruskan di

lingkungan sekolah.


(3)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Akdon dan Sahlan, Hadi (2005).

Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi

dan Manajemen.

Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, Suharsimi (1995),

Manajemen Penelitian,

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (1998).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Bailey T, et al. (2004)

Working Knowledge: Work-Based Learning and Education Reform.

New York: Routledge Falmer.

Blank, W.E. (1982).

Handbook For Developing Competency Based Training Programs

. New

Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Block, J.H. (1971).

Mastery learning : Theory and Practice

. New York : Holt. Rinehart and

Wiston. Inc.

Bukit, Masriam (1997)

Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum.

Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Burhanuddin dan Furqon.

Pengembangan Model Sekolah Efektif.

[Online]. Tersedia:

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/burhanuddin-furqon.htm. [24 Desember 2005].

Buttler F, Coit, (1972),

Instructional SystemDevelopment for Vocational and Technical

Training, Educational Technology Publications Inc, New Jersey:

Englewood Cliffs.

Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982).

Vocational Education : Concept and Operations

.

California : Wads Worth Publishing Company.

Cronbach, I.J. 1954.

Educational Psychology.

New York: Harcourt, Brace and World.

--- (2003).

Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Teknik Mekanik Otomotif

. Jakarta

: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, (2003).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999),

Kamus Besar Bahas Indonesia

. Edisi Kedua.

Balai Pustaka.

Depdiknas, (2003),

Pedoman Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (SMK)

. Jakarta: DPMK

Departemen Pendidikan Nasional. (2004).

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program

Keahlian Tata Busana

. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.


(4)

Dimyati dan Mudjiono (2002),

Belajar dan Pembelajaran

, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Direktorat Dikmenjur (2002)

Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia

Bandung:

Rosdakarya,

Direktorat Dikmenjur (2006)

Buku Kurikulum SMK Edisi 2006.

Jakarta: DPMK

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002).

Sejarah Pendidikan Teknik dan

Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif

. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaeful B (2002)

Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru

. Usaha Nasional, Jakarta

Djojonegoro, W. (1998).

Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah

Kejuruan

. Jakarta.

Djohar, A. (2003).

Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah

Kejuruan

. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Direktorat Dikmenjur (2004),

Buku 2 Kurikulum Teknik Mekanik Otomotif Edisi 2004

,

___________, Jakarta

Elida Prayitno. 1989.

Motivasi dalam Belajar

. Jakarta: Depdikbud.

Evarinayanti. (2002).

Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training)

. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional.

Finch, C.R dan Crunkilton, J.R (1984)

Curriculum Development in Vocational and Technical

Education: Planning, Content and Implementation.

Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Fudyartanto, Ki RBS. 2002.

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Yogyakarta: Global

Pustaka Ilmu.

Gunarsa, Singgih D (1991).

Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta: PT. BPK

Gunung Mulia.

Hasan, Iqbal. (2002).

Metode Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hamalik, Oemar (2004)

Proses Belajar Mengajar

, Jakarta: PT Bumi Aksara

Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001).

Competency Based

Training

. West Java Institutional Development Project.

Kerlinger, Fred N (1973)

Foundation of Behavioral Research, Second Edition

, New York: Holt,

Reinhart and Wilson Inc.


(5)

Mc. Clelland, David (1996)

Achievement Motivati.

New York: Irvington Publisher. Inc.

Meirawan, D. (1996).

Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program Pembelajaran di

SMK Dengan Kebutuhan Industri

. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP

Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyasa, E. (2004),

Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2005).

Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK

. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1991).

Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis.

Bandung: Jemmars.

Nolker, H dan Schoenfeldt (1983)

Pendidikan Kejuruan, Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan.

Terjemahan dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia

Pakpahan, J (1994)

Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah

Menengah Kejuruan,

Jakarta: Ditdikmenjur.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional

Nomor

22.

Terdapat

di

[On

line]

http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5)

Poerwadarminta, WJS (1991).

Kamus Umum Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmat, Jalaluddin (1998).

Metode Penelitian Komunikasi.

Bandung: Rosda Karya

Reksoatmodjo, T.N (2009).

Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan.

Bandung: Refika

Aditama.

Riduwan, (2010).

Metode dan Teknik Menyusun Tesis.

Bandung: Alfabeta.

Rivai, A. (1995).

Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan Kompetensi)

. Bandung :

Technical Education Development Centre.

Sanusi (2005).

Kesiapan Guru dalam Proses Pembelajaran.

FPTK UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Santrock, Jhon W. (2008).

Human Development (Psikologi Perkembangan),

Terjemahan A.K.

Anwar, 2008. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.M. (1986).

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Radjawali.

Siregar, Evaline dan Nara, Hartini (2010),

Teori Belajar dan Pembelajaran

. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia.


(6)

Soemanto, Wasty (1998)

Psikologi Pendidikan,

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soenarto (2005)

Kerjasama Kemitraan yang Kuat dan Sinergis Sekolah Menengah Kejuruan ,

DU/DI dan Lembaga Pendidikan dalam Meningkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Lulusan di Era Global.

Tidak diterbitkan.

Subino (1988).

Alat-Alat Pengumpul Data Berupa Kuesioner dan Wawancara Sampai dengan

Skala dari Berbagai Pakar.

Bandung: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan

Sudjana (1996)

Metode Statistika

. Tarsito, Bandung.

Sugiyono (2010)

Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2001).

Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek

. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2004).

Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.

Bandung: Yayasan

Kesuma Karya

Surachmad, Winarno (1994).

Pengantar Penelitian Ilmiah

. Bandung: Tarsito

Syamsu Yusuf LN. (2000).

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Rosda

Karya

Tangyong, A.F. (1996).

Pengembangan Pendidikan, Pelaksanaan Kurikulum 1994

, Jurnal

Ilmiah. Kajian Dikbud, (007), 39-70.

Thoha, Miftah. (2008).

Perilaku Organisasi

. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Uno, B. Hamzah (2010)

Teori Motivasi dan Pengukurannya

, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia (2009)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung

Usman, H. dan Akbar, Purnomo S.A.(2006),

Pengantar Statistika,

Yogyakarta: Bumi Aksara

Utami Munandar, 1999.

Kreatifitas dan Keberbakatan

. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Yuniarsih, Tjutju. (2002).

Efektifitas Layanan Pembelajaran dalam Menunjang Pembentukan

Kemampuan Profesional Kependidikan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia. Manajerial Jurnal Manajemen dan

Sistem Informasi.

1, (1), 54-65.