PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.
No. Daftar: 253/UN: 40 FPEB.1.PL/2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di
SMK Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Oleh:
SHINTA KURNIA NIM. 0900445
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
ABSTRAK
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang)
Oleh:
Shinta Kurnia, 0900445
Skripsi ini dibimbing oleh:
Drs. H. A. Sobandi, M.Pd., M.Si dan Dr. Rasto, M.Pd.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi experimental design. Bentuk desain quasi eksperimen yang dipilih adalah nonequivalent control group design. Ada dua kelas yang dipilih secara sengaja, yaitu kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu kelas X AP1 dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu kelas X AP2. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah berupa tes (pre-test dan post-test) dan observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di kelas.
Hasil Penelitian menunjukan, kemampuan berpikir kritis siswa dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan besarnya gain dan rata-rata posttest kelas yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Atas dasar itulah peneliti merekomendasikan bahwa pembelajaran berbasis masalah hendaknya dilaksanakan di lingkungan sekolah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan komunikasi antar siswa dalam memecahkan masalah.
(3)
ABSTRACT
Application of Problem Based Learning (PBL) Model for Increasing Students’
Critical Thinking Ability
(Quasi-Experimental Study on Basic Competence in Giving Customer Service at SMK Negeri 2 Sumedang)
Created By:
Shinta Kurnia, 0900445
This Script is Guided By:
Drs. H. A. Sobandi, M.Pd., M.Si and Dr. Rasto, M.Pd.
A problem which is conducted in this study is a low students’critical thinking on basic competence in giving customer service at SMK Negeri 2 Sumedang.
This study is intended to find out critical thinking with using problem based learning (PBL) model on basic competence in giving customer service at SMK Negeri 2 Sumedang.
Research method which is conducted in this study is Quasy Experimental design, in form of non-equivalent control group design. There are two classes that are choosen on purpose. The first class is experiment class with using problem based learning model, the class is X AP1. The second class is control class with using numbered head together learning model, the class is X AP2. Data collection technique which is conducted in this study is tests (pre-test and post-test) and observation in order to observe learning activity in the classroom.
This study result is students’ critical thinking ability with using problem based learning model is higher than numbered head together learning model in basic competence giving customer service. There is an improvement of gain and average of post test score on experiment class with using problem based learning model. Referring to this research, researcher suggests that problem based learning should be conducted at school in order to increase students’ critical thinking ability and communication among students in problem solving.
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Model Problem Based Learning (PBL) ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Keunggulan Model Problem Based Learning (PBL)Error! Bookmark
not defined.
(5)
2.2.3 Manfaat Model Problem Based Learning (PBL)Error! Bookmark not
defined.
2.2.4 Tahapan Model Problem Based Learning (PBL)Error! Bookmark not
defined.
2.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)Error! Bookmark not defined.
2.4 Kemampuan Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Pengertian Berpikir ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Error! Bookmark not defined. 2.4.3 Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir KritisError! Bookmark not
defined.
2.4.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.6 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 UJi Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
(6)
3.6.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen... Error! Bookmark not defined. 3.6.4 Daya Pembeda Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7.1 Uji Normalitas... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7.3 Perhitungan N-Gain ... Error! Bookmark not defined. 3.7.4 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not
defined.
4.1 Profil Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 2 SumedangError! Bookmark not
defined.
4.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri 2 SumedangError! Bookmark not defined.
4.1.3 Identitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen... Error! Bookmark not defined. 4.2.4 Uji Daya Pembeda Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Deskripsi Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Uji Normalitas... Error! Bookmark not defined.
(7)
4.4.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Perhitungan N-Gain ... Error! Bookmark not defined. 4.4.4 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Administrasi Perkantoran (AP) merupakan salah satu kompetensi keahlian yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan kompetensi keahlian AP dalam Kurikulum SMK Tahun 2006 yaitu:
1. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dengan relasi, dengan memperhatikan norma dan lingkungan masyarakat;
2. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien;
3. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi tugas yang menjadi tanggungjawabnya;
4. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola surat/dokumen sesuai standar operasi dan prosedur untuk mendukung tugas pokok lembaga;
5. Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi sehingga diperoleh manfaat masing-masing pihak;
6. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan mengelola administrasi keuangan sehingga segala aspek keuangan dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh lulusan SMK program keahlian AP. Menurut Retno Tri Widiyanti, dkk. (2005:63) Kompetensi Dasar ini menuntut peserta didik mengetahui cara mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang peneliti lakukan beberapa waktu yang lalu, diperoleh nilai ulangan harian Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian
(9)
Dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Rekapitulasi nilai ulangan harian pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada peanggan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. 1
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian
Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Kelas KKM
Nilai Jumlah Persentase di Bawah KKM Persentase di Atas KKM < 80 80 – 90 > 90
1 X AP1 80 14 18 2 34 41% 59%
2 X AP2 80 17 15 1 33 52% 48%
Sumber : Data pra-penelitian yang diolah
Tabel 1. 2
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian
Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Kelas KKM
Nilai Jumlah Persentase di Bawah KKM Persentase di Atas KKM < 80 80 – 90 > 90
1 X AP1 80 16 12 5 33 48% 52%
2 X AP2 80 15 17 - 32 47% 53%
Sumber : Data pra-penelitian yang diolah
Tabel 1. 3
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian
Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Kelas KKM
Nilai Jumlah Persentase di Bawah KKM Persentase di Atas KKM < 80 80 – 90 > 90
1 X AP1 80 19 13 - 32 59% 41%
2 X AP2 80 17 13 4 34 50% 50%
Sumber : Data pra-penelitian yang diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan belum memenuhi
(10)
standar yang telah ditetapkan oleh sekolah yang disebut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 100%. KKM untuk kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang yaitu 80. Persentase rekapitulasi nilai ulangan harian siswa selama 3 tahun pelajaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. 1
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa belum memenuhi KKM 100%. Data tersebut dijadikan sebagai data awal yang diperoleh dari hasil nilai kelas X kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Sumedang.
Strategi yang dipilih oleh guru seharusnya mempersiapkan siswa agar dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata. Pembelajaran berpikir merupakan aspek strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian hasil yang terstandar.
2010/2011 2011/2012 2012/2013
AP 1 59 52 41
AP 2 48 53 50
P
er
se
n
tase
(%
(11)
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran di sekolah. Karena berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang melatih siswa berpikir lebih tinggi. Berpikir kritis dilatihkan agar siswa memiliki pemahaman seutuhnya baik konsep maupun proses berpikir itu sendiri untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Menurut Fisher (2009:13) Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan dan lai-lain. Berpikir kritis seharusnya menjadi salah satu pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa, karena berpikir kritis dibutuhkan dalam penerapan pengetahuan dan akan sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan siswa dalam menghadapi permasalahan kehidupan nyata.
Pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa membutuhkan suatu strategi yang mampu merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Selama ini proses pembelajaran di sekolah masih terperangkap pada pandangan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, selain itu cara pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh peran guru sebagai sumber pengetahuan serta metode ceramah sebagai pilihan utama startegi belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mayoritas proses belajar mengajar di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru.
(12)
Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam strategi, model, metode dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah adalah model Problem Based Learning disingkat PBL (Rusman, 2012:229). Model PBL merupakan pengembangan kurikulum dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Model PBL bertujuan agar siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri dengan menganalisis informasi yang diperoleh kemudian informasi tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri.
Model PBL dapat digunakan pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Karena menurut Retno, dkk. (2005:64) salah satu materi pokok pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan yaitu pengetahuan masalah pemasaran dan tantangannya. Sehingga siswa dituntut untuk mengumpulkan, mengelola, dan mengimplementasikan informasi untuk memecahkan masalah tersebut.
Model PBL dipandang cocok untuk menghadirkan suasana nyata di dalam proses pembelajaran. Trianto (2010:90) mengemukakan bahwa:
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
(13)
Model PBL mengarahkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang diharapkan dapat mengambil keputusan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan nyata pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Selain itu guru dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya.
Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang).
1.2 Identifikasi Masalah
Kemampuan berpikir kritis siswa yang kurang optimal merupakan inti permasalahan pada kajian penelitian ini khususnya pada kompetensi dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan di SMK Negeri 2 Sumedang. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat untuk diteliti. Adapun identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih yaitu sebagai berikut:
1. Sebagian siswa belum memenuhi KKM pada kompetensi dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan.
(14)
1.3 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) yaitu Apakah kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan Model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak terkait, dalam pengembangan ilmu pendidikan, serta memperluas wawasan yang
(15)
berkaitan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model Problem Based Learning (PBL).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat mengoptimalisasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, data, gejala dan peristiwa yang terjadi untuk ditarik kesimpulan secara objektif dan ilmiah.
b. Bagi program studi pendidikan manajemen perkantoran, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk memperoleh konsep baru mengenai model Problem Based Learning (PBL).
c. Bagi sekolah, penilitian ini diharapkan menjadi salah satu data ataupun rujukan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, melalui optimalisasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
d. Bagi khalayak umum, khususnya yang tertarik pada bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Penelitian ini mengenai penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada kompetensi dasar Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Sumedang. Objek penelitian untuk penelitian ini adalah siswa kelas X AP1 yang berjumlah 32 orang (kelas eksperimen) dan siswa kelas X AP2 yang berjumlah 34 orang (kelas kontrol) pada program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Sumedang tahun ajaran 2012/2013. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan.
3.2Metode Penelitian
Peter R. Senn dalam Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin (2011:2) menyebutkan metode sebagai suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Secara umum menurut Sugiyono (2011:3) “metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipakai untuk mengumpulkan data penelitian secara sistematis dan ilmiah. Metode penelitian
(17)
membantu peneliti dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti dengan tepat dan akurat.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental design. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama yaitu kelas eksperimen dan kelompok yang kedua yaitu kelas kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi pretest dan posttest yang sama. Perbedaannya adalah kelas eksperimen memperoleh perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada proses belajar mengajar. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) digunakan pada kelas kontrol dikarenakan model pembelajaran tersebut sudah dilakukan sebelumnya oleh guru pada program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Sumedang.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental design. Bentuk desain quasi eksperimen yang dipilih yaitu nonequivalent control group design. Rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Eksperimen : O1 X O2 E
Kontrol : O3 O4 K
Sumber: Sugiyono (2011:116) Keterangan :
O1 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen O2 : Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
(18)
O3 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol O4 : Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok kontrol X : Penerapan Model Problem Based Learning
E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol
3.4 Skenario Pembelajaran
Langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning (Kelas Eksperimen) dan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (Kelas Kontrol) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 1
Skenario Pembelajaran
Skenario Pembelajaran PBL Skenario Pembelajaran NHT
A.Tahap Persiapan
1. Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Guru menyiapkan materi yang
akan disampaikan.
3. Guru menyiapkan soal pretest dan postest.
A.Tahap Persiapan
1. Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Guru menyiapkan materi yang
akan disampaikan.
3. Guru menyiapkan soal pretest dan postest.
B. Tahap Pelaksanaan a) Pendahuluan
1. Guru mempersiapkan dan mengkondisikan kelas.
B.Tahap Pelaksanaan a) Pendahuluan
1. Guru mempersiapkan dan mengkondisikan kelas.
(19)
Skenario Pembelajaran PBL Skenario Pembelajaran NHT
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Guru memberikan apersepsi 4. Guru memberikan Motivasi :
Guru memberikan pretest kepada siswa secara individual.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
Guru menjelaskan sintaks model Problem Based Learning (PBL).
b)Kegiatan Inti
1. Guru memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa.
2. Guru mengorgaisasikan siswa ke dalam kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan.
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Guru memberikan apersepsi 4. Guru memberikan Motivasi :
Guru memberikan pretest kepada siswa secara individual.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
Guru menjelaskan sintaks model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
b)Kegiatan Inti
1. Penomoran (Numbering). Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
2. Mengajukan Pertanyaan (Questioning). Guru
mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
(20)
Skenario Pembelajaran PBL Skenario Pembelajaran NHT
3. Guru membantu investigasi mandiri dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, mencari penjelasan dan solusi permasalahan.
4. Guru memerintahkan kepada beberapa kelompok terpilih untuk mempresentasikan hasil penyelidikannya. 5. Guru menugaskan setiap
kelompok untuk membuat laporan tertulis.
6. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah.
3. Berpikir Bersama (Head Together). Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4. Menjawab (Answering). Guru
memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya.
C.Tahap Penutupan
1. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah disampaikan. 2. Guru memberikan postest kepada
C.Tahap Penutupan
1. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah disampaikan. 2. Guru memberikan postest kepada
(21)
Skenario Pembelajaran PBL Skenario Pembelajaran NHT
siswa secara individual. siswa secara individual.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menyusun dan menyiapkan instrumen untuk memperoleh data yang mendukung, yaitu tes dan lembar observasi.
a. Tes
Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan postest dengan karakteristik setiap soal yang sama baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa pada materi yang telah disampaikan.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat untuk mengukur tingkah laku siswa ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain lembar observasi dapat mengukur atau menilai proses pembelajaran. Tujuan lembar observasi adalah untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL yang dilakukan oleh guru serta aktivitas siswa saat pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat selama pembelajaran berlangsung.
(22)
3.6 Pengujian Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil tes setelah pembelajaran, selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji instrumen penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan. Sehingga hubungan-hubungan yang ada dalam masalah penelitian ini dapat dimengerti dan diuji.
3.6.1 UJi Validitas Instrumen
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Adapun rumus yang digunakan adalah Rumus Korelasi Product Moment dengan angka dasar, sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:213) Keterangan :
Rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan
x : Skors tiap items x y : Skors tiap items y
N : Jumlah responden uji coba
Sugiyono (2011:179) mengemukakan bahwa soal dianggap valid bila harga korelasi 0,30 bila harga korelasi berada di bawah 0,30 maka dapat
(23)
disimpulkan bahwa butir instrumen tidak valid. Sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin (2011:117) langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.
b) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.
c) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.
d) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada itu yang diperoleh untuk setiap respondennya untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.
Tabel 3. 2
Contoh Format Tabel Perhitungan Uji Validitas No.
Responden
Nomor Item Instrumen Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
e) Memberikan atau menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu.
f) Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing responden.
g) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir angket.
Tabel 3. 3
Contoh Format Tabel Perhitungan Korelasi No.
Responden X Y XY X
2
Y2
h) Membandingkan nilai korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.
i) Membuat kesimpulan dengan kriteria uji:
r hitung > r tabel, maka instrumen dinyatakan valid. r hitung r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.
(24)
Langkah berikutnya adalah penulis melakukan proses perhitungan dan pengolahan uji instrumen dengan menggunakan bantuan aplikasi program MS Excel 2007 menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, (2006:379) sebagai berikut:
a. Siapkan lembar kerja (worksheet) dan data yang akan diolah; b. Entry data tersebut pada lembar kerja (worksheet);
c. Lalu hitung rata-rata dengan AVERAGE, korelasi dengan CORREL, keterangan validitas dengan IF, jumlah bulir yang valid dan tidak valid dengan COUNTIF.
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2010:221) adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, Pengujian reliabilitas uji coba instrumen ini dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:223) Keterangan :
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
2 r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes 2 r1/21/2 : rxy
Dimana rxy :
(25)
Tabel 3. 4
Interprestasi derajat reliabilitas
Rentang Nilai Klasifikasi
0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,200-0,400 Derajat reliabilitas rendah
0.400-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,600-0,800 Derajat reliabilitas tinggi
0,800-1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi Sumber: Suharsimi Arikunto (2006:223)
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor terhadap instrumen yang telah diisi oleh responden. b. Buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang
diperoleh.
c. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden.
d. Menghitung kuadrat jumlah skor iterm yang diperoleh oleh masing-masing responden.
e. Menghitung varians masing-masing item dan varians total.
Tabel 3. 5
Contoh Format Tabel Perhitungan Varians dan Varians Total
No. Responden X X2
f. Menghitung koefisien Alfa
g. Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.
h. Membuat kesimpulan, jika nilai hitung r11 > r xy, maka instrumen dinyatakan reliabel
Hasil perhitungan r11 dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata α = 5 %. Kriteria adalah sebagai berikut:
Jika r hitung > r tabel, maka item pertanyaan dikatakan reliabel. Jika r hitung r tabel, maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.
Secara teknis pengujian reliabilitas di atas dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007.
(26)
3.6.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:100) Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
Sumber: Suharsimi Arikunto (2006:100) Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. 6
Tingkat kesukaran dan kriteria
No Rentang Nilai tingkat kesukaran Klasifikasi
1 0,70-1,00 Mudah
2 0,30-0,70 Sedang
3 0,00-0,30 Sukar
Sumber: Suharsimi Arikunto (2006:100)
3.6.4 Daya Pembeda Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:100) Seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(27)
Sumber: Suharsimi Arikunto (2006:100) Keterangan :
D : Indeks diskriminasi (daya pembeda)
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3. 7
Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 0,00-0,20 Jelek
2 0,20-0,40 Cukup
3 0,40-0,70 Baik
4 0,70-1,00 Baik Sekali
Sumber: Suharsimi Arikunto (2006:101)
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin (2011:158) adalah cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan
(28)
deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).
Maksud dari teknik analisis data adalah untuk mengolah data hasil eksperimen. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan.
3.7.1 Uji Normalitas
Peneliti menggunakan uji normalitas untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui karena berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode liliefors. Langkah-langkah uji normalitas dengan metode liliefors menurut Sambas Ali Muhidin (2010:93) sebagai berikut:
1. Susunlah data dari kecil ke besar
2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada table z 6. Menghitung theoritical proportion.
7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.
Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.
(29)
3.7.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Peneliti menggunakan uji homogenitas untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Pengujian homogenitas data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji F.
F = Sumber: Sugiyono (2011:275)
Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang (n1 - 1) dan dk penyebut (n2 – 1). Berdasarkan dk tersebut dan dengan mengambil taraf signifikan 5%, maka data dapat dikatakan memiliki varians yang homogen bila Fhitung lebih kecil dari Ftabel.
3.7.3 Perhitungan N-Gain
N-Gain adalah normalisasi gain, perhitungan N-gain dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa, pada standar kompetensi memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai
efek dari “treatment”. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah sebagai berikut:
G = – (Sugiyono, 2006:200)
(30)
Keterangan:
G = Gain skor ternormalisasi Sf = Skor Postest
Si = Skor Pretest 100 = Skor maksimal
Selanjutnya, perolehan normalisasi gain diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:
a. N-Gain tinggi: nilai (g) > 0.70
b. N-Gain sedang: 0.70 > (g) > 0.3
c. N-Gain rendah: nilai (g) < 0.3
3.7.4 Uji Hipotesis
Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:
1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian yang diajukan
2) Gunakan statistik uji yang tepat
3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan
5) Menentukan ρ (ρ-value)
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan bila ≠ , dapat digunakan uji t statistik
(31)
̅ ̅
√ [ ]
Sumber: Sugiyono (2013:197) Keterangan:
̅ : Rata-rata skor pretest kelas eksperimen. ̅ : Rata-rata skor pretest kelas kontrol.
: Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t lainnya.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima. b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak
Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah H0: Kemampuan berpikir kritis siswa dengan Model Problem Based
Learning (PBL) tidak lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
H1: Kemampuan berpikir kritis siswa dengan Model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
(32)
(33)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan (treatment), nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together.
5.2 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
a. Guru hendaknya mencoba menerapkan berbagai macam model pembelajaran dalam menyampaikan materi agar siswa tidak merasa bosan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b. Bagi pengajar yang belum menerapkan model Problem Based Learning maka ada baiknya mencoba menerapkan model tersebut untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
(34)
c. Bagi rekan mahasiswa khususnya program studi pendidikan manajemen perkantoran yang akan mengadakan penelitian tentang model-model pembelajaran, penulis menganjurkan untuk mencari variabel dan sampel penelitian yang lebih relevan, agar hasilnya lebih maksimal demi kemajuan mutu ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan manajemen perkantoran.
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arends, RI. (2008). Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
______ (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010 Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Cahyo. Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Yogyakarta: DIVA Press.
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
______ (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Hassoubah, Z.I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.
Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.
Ibrahim, M, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Izhab, Zaleha. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi PAIKEM. Jakarta: Pustakaraya.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Reflika Aditama
Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating. (2006). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
(36)
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective. Edisi keenam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta.
Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
______ (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
______ (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
______ (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Tim Administrasi Perkantoran SMK. (2005). Modul Administrasi Perkantoran 2A. Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
(1)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
̅ ̅
√ [ ]
Sumber: Sugiyono (2013:197) Keterangan:
̅ : Rata-rata skor pretest kelas eksperimen. ̅ : Rata-rata skor pretest kelas kontrol.
: Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t lainnya.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima. b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak
Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah H0: Kemampuan berpikir kritis siswa dengan Model Problem Based
Learning (PBL) tidak lebih tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
H1: Kemampuan berpikir kritis siswa dengan Model Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan model
(2)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(3)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah model Problem Based
Learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada kompetensi dasar memberikan pelayanan kepada pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan (treatment), nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together.
5.2 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
a. Guru hendaknya mencoba menerapkan berbagai macam model
pembelajaran dalam menyampaikan materi agar siswa tidak merasa bosan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b. Bagi pengajar yang belum menerapkan model Problem Based Learning maka ada baiknya mencoba menerapkan model tersebut untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
(4)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
c. Bagi rekan mahasiswa khususnya program studi pendidikan manajemen perkantoran yang akan mengadakan penelitian tentang model-model pembelajaran, penulis menganjurkan untuk mencari variabel dan sampel penelitian yang lebih relevan, agar hasilnya lebih maksimal demi kemajuan mutu ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan manajemen perkantoran.
(5)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arends, RI. (2008). Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
______ (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010 Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Cahyo. Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar
Teraktual dan Terpopuler. Yogyakarta: DIVA Press.
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
______ (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Hassoubah, Z.I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi
dan Latihan. Bandung: Nuansa.
Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.
Ibrahim, M, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Izhab, Zaleha. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi PAIKEM. Jakarta: Pustakaraya.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Reflika Aditama
Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating. (2006). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
(6)
Shinta Kurnia, 2013
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective. Edisi keenam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta.
Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
______ (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
______ (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
______ (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Tim Administrasi Perkantoran SMK. (2005). Modul Administrasi Perkantoran
2A. Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana