PHP File Tree Demo 4.4.1 agenda 4

(1)

4.4. PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS, BERKELANJUTAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

4.4.1. Sub Agenda Peningkatan Investasi, Perdagangan Dan Pariwisata A. KONDISI UMUM

Salah satu sebab utama lambannya pemulihan ekonomi adalah buruknya kinerja investasi akibat adanya sejumlah permasalahan yang mengganggu setiap tahapan penyelenggaraan investasi. Kondisi tersebut telah menyebabkan turunnya minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan investasi, baik untuk melakukan kegiatan ekspansi usaha yang telah ada maupun untuk merintis investasi baru. Kondisi ini perlu ditangani secara cepat agar tidak menimbulkan dampak ekonomi yang lebih luas utamanya dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi yang saat ini lebih banyak didominasi oleh konsumsi daripada investasi atau ekspor. Hal ini digambarkan oleh perkembangan penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur pada Triwulan IV Tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp. 17,52 trilyun atau 25,54% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 68,62 tilyun menjadi Rp. 86,12 trilyun. Sektor perindustrian masih tetap memiliki pangsa pasar tertinggi yaitu sebesar Rp. 21,51 trilyun atau 31,95 %, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 18,15 trilyun atau 26,96 % dan sektor jasa-jasa sebesar Rp. 4,36 trilyun atau 6,48 %.

Kebijakan ekonomi yang diterapkan Pemerintah Jawa Timur pada tahun 2003-2008 antara lain diarahkan untuk membuka peluang investasi sektor swasta yang sebesar-besarnya. Namun dalam realisasinya hingga tahun 2005 kinerja investasi belum memberikan dampak sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian hukum dan kurang terjaminnya stabilitas politik dan keamanan yang selanjutnya berdampak pada belum optimalnya kinerja investasi karena angka realisasi sangat kecil dibandingkan dengan angka persetujuan, dan bahkan ancaman penutupan usaha dan relokasi pabrik sedang menjadi fenomena


(2)

perkembangan investasi di Jawa Timur. Disisi lain meskipun kinerja investasi belum optimal, namun secara sektoral pada tahun 2005 seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif.

Kondisi ekonomi makro Jawa Timur pada tahun 2005 menunjukan adanya pertumbuhan positif sebesar 5,84 %. Pertembuhan ekonomi Jawa Timur tersebut sedikit meningkat dibandingkan pada tahun 2004 yang hanya tumbuh sebesar 5,83 %. Pertumbuhan tersebut didorong oleh percepatan pertumbuhan di sebagian sektor, kecuali pertanian serta sektor konstruksi yang mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing tumbuh sebesar 3,16 % dan 3,48 %, sedangkan sektor-sektor yang mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan sebesar 4,61%, sektor listrik gas air bersih sebesar 6,72%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,15%. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di Jawa Timur terus berlangsung dan semakin baik.

Kinerja investasi dalam negeri yang tercermin dari peningkatan nilai persetujuan investasi PMDN di Jawa Timur tahun 2005 menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 5,52 trilyun mengalami peningkatan sebesar Rp. 1,46 trilyun atau 36,04 % dari periode yang sama tahun 2004. Sedangkan investasi dari luar negeri yang diindikasikan dari persetujuan investasi PMA di Jawa Timur tahun 2005 tercatat sebesar US$ 554,33 juta meningkat sebesar US$ 196,56 juta bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004 yang tercatat sebesar US$ 357,77 juta.

Total ekspor migas dan non migas Jawa Timur tahun 2005 sebesar US$ 7,11 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 14,86% dibandingkan dengan tahun 2004. Kenaikan nilai ekspor non migas tidak lepas dari peranan sektor industri yang menyumbang lebih dari 89%, urutan kedua ditempati sektor pertanian 10,41%, sektor pertambangan dan yang terkecil sektor lainnya 0,04%. Sedangkan volume ekspor non migas pada tahun 2005 mencapai 6,16 juta ton atau mengalami penurunan sebesar minus 8,53% dibandingkan dengan tahun 2004. Selanjutnya Kontribusi nilai ekspor non migas Jawa Timur terhadap realisasi nilai ekspor non migas nasional cukup


(3)

tinggi, pada tahun tahun 2004 sebesar 11,07%, sedangkan sampai dengan Desember 2005 sebesar 10,72%.

Produk ekspor non migas Jawa Timur telah tersebar ke 223 negara tujuan ekspor. Sekitar 67,74% disumbang dari 10 negara tujuan utama yang mendatangkan devisa US$ 5,03 milyar. Adapun 10 (sepuluh) negara tujuan utama tersebut yaitu Jepang; Amerika serikat; Malaysia; Republik Rakyat Cina; Australia; Thailand; Singapura; Taiwan; Belgia; Korea Selatan. Dari kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut Jepang memberikan share terbesar yaitu US$ 1,37 milyar atau 18,38% terhadap total ekspor Jawa Timur. Selanjutnya berturut-turut diikuti Amerika serikat 15,03%; Malaysia 6,48%; Republik Rakyat Cina 5,97%; Australia 5,26%; Thailand 4,82%; Singapura 3,54%; Taiwan 3,14%; Belgia 2,78%; Korea Selatan 2,34%.

Sedangkan 10 (sepuluh) kelompok produk ekspor utamanya (HS 2 digit) yaitu Pengolahan Kayu; Pulp & Kertas; Pengolahan tembaga timah, dll; Makanan dan Minuman; Besi baja mesin-mesin & Otomotif; Kimia Dasar; Tekstil; Udang; Kulit / produk kulit & sepatu/alas kaki; dan Pengolahan karet. Kesepuluh kelompok tersebut telah memberikan kontribusi sebesar 72,87% terhadap total ekspor non migas Jawa Timur dan kelompok Pengolahan kayu masih tetap paling besar nilainya sedangkan yang terkecil nilainya adalah kelompok Pengolahan Karet.

Kemudian kinerja impor non migas pada Tahun 2005 nilainya mencapai US$ 5,22 Milyar atau meningkat 7,66% dibanding periode yang sama tahun 2004, sedangkan volumenya mencapai 10,22 juta ton atau mengalami peningkatan 0,21% bila dibanding periode yang sama tahun 2004.

Sedangkan 10 (sepuluh) kelompok produk utama impor non migas yaitu besi baja, mesin-mesin dan otomotif; kimia dasar; makanan & minuman; makanan ternak; pulp dan kertas; tekstil; barang-barang kimia lainnya; pengolahan aluminium; biji lainnya dan rokok. Sektor industri memberikan kontribusi yang paling dominan yaitu sebesar 78,05% terhadap total impor non migas Jawa Timur kemudian diikuti pertanian dan pertambangan serta sektor lainnya. Dari 10 (sepuluh) kelompok komoditi impor non migas utama


(4)

kelompok besi baja, mesin dan otomotif masih tetap paling besar nilainya 29,73% sedangkan yang terkecil nilainya adalah kelompok rokok 2,3%. Perkembangan neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang cukup berfluktuatif, dimana tahun 2004 mengalami surplus sebesar US$ 1,34 milyar. Sedangkan neraca perdagangan sampai dengan Desember tahun 2005 telah mencapai surplus sebesar US$ 1,90 milyar.

Perkembangan kinerja Pariwisata Jawa Timur tahun 2005 secara umum menujukkan pertumbuhan positif. Devisa yang diperoleh tahun 2005 sebesar US $ 97.590.000,00 mengalami kenaikan sekitar 13,15 % dibanding periode yang sama tahun 2004. Kenaikan perolehan devisa tersebut dipengaruhi adanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, rata-rata lama tinggal dan pengeluaran wisatawan mancanegara selama berada di Jawa Timur. Wisatawan mancanegara yang melalui bandara Juanda tahun 2005 tercatat 87.271 kunjungan atau mengalami kenaikan 4,29 % dibanding periode yang sama tahun 2004, rata-rata lama tinggal wisatawan manca negara tahun 2004 sekitar 5,66 hari menjadi 7,05 hari pada tahun 2005, sedangkan pengeluaran atau uang yang dibelanjakan wisatawan mancanegara tahun 2004 sekitar US $ 80,38 perorang perhari menjadi sekitar US $ 95,80 perorang perhari pada tahun 2005.

Sementara itu jumlah wisatawan nusantara yang menggunakan jasa akomodasi (menginap) pada tahun 2004 sebesar 3.584.880 orang dan tahun 2005 diprediksi sekitar 3.909.761 orang, kunjungan wisatawan nusantara di obyek dan daya tarik wisata pada tahun 2004 sebesar 21.276.893 dan tahun 2005 diprediksi mencapai 23.274.503 orang.

Secara umum pada saat ini prasarana Pariwisata telah tersedia di Jawa Timur diantaranya Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, Energi listrik, Telekomunikasi dan lain-lain. Sarana wisata yang tersedia antara lain akomodasi sebanyak 1.167 unit dengan kapasitas 31.032 kamar yang terdiri hotel bintang 67 unit 7.848 kamar, hotel melati 689 unit 21.263 kamar, pondok wisata 410 unit 1.894 kamar, penginapan remaja 1 unit 27 kamar,


(5)

sedangkan restoran 18 unit 6.156 kursi, rumah makan 1.555 unit 73.783 kursi, usaha perjalanan wisata (biro, cabang dan agen perjalanan) sebanyak 276 unit.

Tenaga kerja yang terserap pada usaha pariwisata (akomodasi, restoran/rumah makan, usaha perjalanan wisata, pengelola obyek wisata, rekreasi dan hiburan umum) sampai dengan tahun 2005 tercatat 188.209 orang.

Terkait dengan kebijakan publik pada saat ini sedang diupayakan kebijakan yang memudahkan pelaku usaha pariwisata mudah melakukan investasi kepariwisataan.

Berkaitan dengan alternatif pembiayaan pembangunan, saat ini sedang disusun beberapa bisnis plan yang diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor agar berminat melakukan investasi di Jawa Timur sehingga investasi usaha pariwisata bergairah kembali.

B. SASARAN TAHUN 2007

Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi, perdagangan dan pariwisata pada tahun 2007 adalah :

1. Meningkatnya nilai persetujuan investasi; 2. Optimalisasi pelayanan satu atap;

3. Terselenggaranya pertemuan pengusaha besar, sedang dan kecil; 4. Tercapainya prediksi kebutuhan investasi untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi secara bertahap yang tercermin dari indikator kinerja ICOR tahun 2007 sebesar 4,8 %;

5. Meningkatnya nilai ekspor non migas Jawa Timur;

6. Terkendalinya impor non migas Jawa Timur dalam rangka menjaga keseimbangan neraca perdagangan dan pemberdayaan produk dalam negeri;

7. Meningkatnya pelayanan publik dan perlindungan konsumen; 8. Berkembangnya pasar lelang hasil pertanian;


(6)

10. Menjadikan ekspor sebagai andalan pertumbuhan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah serta peningkatan devisa;

11. Perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang sesuai guna mendukung struktur demografi pariwisata ;

12. Mewujudkan kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ;

13. Mendukung penyediaan sarana dan prasaran (infrastruktur) untuk mengembangkan dunia usaha pariwisata ;

14. Melakukan inisiasi terhadap alternatif pembiayaan penguatan usaha pariwisata ;

15. Mendukung penguatan kelembagaan yang mengelola usaha pariwisata;

16. Terciptanya penataan dan pengembangan wilayah Pariwisata Jawa Timur yang selaras dan terpadu serta berwawasan lingkungan ; meningkatnya kuantitas dan kualitas produk pariwisata yang memiliki daya saing;

18. Sasaran lain yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas SDM pariwisata, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata, meningkatnya fungsi kelembagaan pariwisata dan meningkatnya kerjasama promosi.

C. ARAH KEBIJAKAN

Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi, perdagangan dan pariwisata, arah kebijakan tahun 2007, mencakup antara lain :

1. Percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan produktivitas melalui pengembangan ekonomi kerakyatan, penguatan unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi :

a. Diarahkan untuk mengatasi masalah pengagguran dan kemiskinan melalui kebijakan investasi, perdagangan, industri, peningkatan efisisensi dan produktivitas di sektor pertanian,


(7)

perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, pengembangan koperasi dan UKM serta pariwisata ;

b. Diarahkan pada penciptaan ekonomi terpadu, pengembangan wilayah strategis, pemantapan wilayah perbatasan antar daerah.

2. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan hukum terutama berkenaan dengan kepentingan untuk menghormati kontrak usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik di bidang investasi;

3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota guna merumuskan reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing dengan meningkatkan peran dan fungsi Dewan Konseling sesui SK Gub Nomor 188/52/Kpts/013/2005;

5. Melakukan debirokrasi dalam pelayanan perijinan investasi dan pengelolaan aktifitas ekspor impor melalui penyederhanaan sistem dan prosedur melalui pelayanan satu atap/satu pintu;

6. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan;

7. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor;

8. Peningkatan fasilitasi perdagangan melalui penyederhanaan prosedur ekspor-impor, penyederhanaan sistem tata niaga untuk komoditi strategis dan komoditi yang tidak memerlukan pengawasan serta perkuatan kapasitas lembaga uji mutu produk ekspor-impor;


(8)

9. Optimalisasi sarana penunjang perdagangan internasional melalui pemberdayaan lembaga-lembaga pelatihan dan promosi ekspor daerah seperti P3ED;

10. Penguatan pasar dalam negeri;

11. Perkuatan lembaga standarisasi, kalibrasi dan sertifikasi;

12. Pengembangan prasarana distribusi tingkat regional dan sarana penunjang perdagangan melalui pengembangan jaringan informasi produksi, pasar dan peningkatan kegiatan pasar lelang ;

13. Peningkatan efektifitas pelaksanaan perlindungan konsumen, terwujudnya tertib niaga dan perkuatan sistim pengawasan barang beredar dan jasa ;

14. Menciptakan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata seperti usaha kawasan pariwisata, usaha jasa MICE, usaha sarana wisata tirta, usaha jasa informasi dan konsultan pariwisata ;

15. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah berkembang, bersumber pada potensi yang belum berkembang dan bersumber pada potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya ;

16. Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata dan diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing serta memenuhi rasa aman dan nyaman di tiap-tiap Kabupaten/Kota agar tercipta ragam koridor pariwisata lintas Kabupaten/Kota ;

17. Diversifikasi dan peningkatan mutu produk usaha jasa pariwisata untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga memiliki daya saing dan mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global;

18. Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien serta menggalang peranserta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga


(9)

dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis ;

19. Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang memiliki standarisasi, sertifikasi, akreditasi dan rekognasi ;

20. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata melalui penggalangan bentuk-bentuk kemitraan usaha antar skala mikro kecil-menengah dengan skala besar (PIR) serta menempatkan sektor ekonomi kerakyatan dalam pengembangan pariwisata ;

21. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ; 22. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk

pengembangan dunia pariwisata ;

23. Penguatan kelembagaan pada institusi yang mengelola kepariwisataan.

D. MATRIK PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2007 (Terlampir).


(1)

kelompok besi baja, mesin dan otomotif masih tetap paling besar nilainya 29,73% sedangkan yang terkecil nilainya adalah kelompok rokok 2,3%.

Perkembangan neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang cukup berfluktuatif, dimana tahun 2004 mengalami surplus sebesar US$ 1,34 milyar. Sedangkan neraca perdagangan sampai dengan Desember tahun 2005 telah mencapai surplus sebesar US$ 1,90 milyar.

Perkembangan kinerja Pariwisata Jawa Timur tahun 2005 secara umum menujukkan pertumbuhan positif. Devisa yang diperoleh tahun 2005 sebesar US $ 97.590.000,00 mengalami kenaikan sekitar 13,15 % dibanding periode yang sama tahun 2004. Kenaikan perolehan devisa tersebut dipengaruhi adanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, rata-rata lama tinggal dan pengeluaran wisatawan mancanegara selama berada di Jawa Timur. Wisatawan mancanegara yang melalui bandara Juanda tahun 2005 tercatat 87.271 kunjungan atau mengalami kenaikan 4,29 % dibanding periode yang sama tahun 2004, rata-rata lama tinggal wisatawan manca negara tahun 2004 sekitar 5,66 hari menjadi 7,05 hari pada tahun 2005, sedangkan pengeluaran atau uang yang dibelanjakan wisatawan mancanegara tahun 2004 sekitar US $ 80,38 perorang perhari menjadi sekitar US $ 95,80 perorang perhari pada tahun 2005.

Sementara itu jumlah wisatawan nusantara yang menggunakan jasa akomodasi (menginap) pada tahun 2004 sebesar 3.584.880 orang dan tahun 2005 diprediksi sekitar 3.909.761 orang, kunjungan wisatawan nusantara di obyek dan daya tarik wisata pada tahun 2004 sebesar 21.276.893 dan tahun 2005 diprediksi mencapai 23.274.503 orang.

Secara umum pada saat ini prasarana Pariwisata telah tersedia di Jawa Timur diantaranya Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, Energi listrik, Telekomunikasi dan lain-lain. Sarana wisata yang tersedia antara lain akomodasi sebanyak 1.167 unit dengan kapasitas 31.032 kamar yang terdiri hotel bintang 67 unit 7.848 kamar, hotel melati 689 unit 21.263 kamar, pondok wisata 410 unit 1.894 kamar, penginapan remaja 1 unit 27 kamar,


(2)

sedangkan restoran 18 unit 6.156 kursi, rumah makan 1.555 unit 73.783 kursi, usaha perjalanan wisata (biro, cabang dan agen perjalanan) sebanyak 276 unit.

Tenaga kerja yang terserap pada usaha pariwisata (akomodasi, restoran/rumah makan, usaha perjalanan wisata, pengelola obyek wisata, rekreasi dan hiburan umum) sampai dengan tahun 2005 tercatat 188.209 orang.

Terkait dengan kebijakan publik pada saat ini sedang diupayakan kebijakan yang memudahkan pelaku usaha pariwisata mudah melakukan investasi kepariwisataan.

Berkaitan dengan alternatif pembiayaan pembangunan, saat ini sedang disusun beberapa bisnis plan yang diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor agar berminat melakukan investasi di Jawa Timur sehingga investasi usaha pariwisata bergairah kembali.

B. SASARAN TAHUN 2007

Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi, perdagangan dan pariwisata pada tahun 2007 adalah :

1. Meningkatnya nilai persetujuan investasi; 2. Optimalisasi pelayanan satu atap;

3. Terselenggaranya pertemuan pengusaha besar, sedang dan kecil; 4. Tercapainya prediksi kebutuhan investasi untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi secara bertahap yang tercermin dari indikator kinerja ICOR tahun 2007 sebesar 4,8 %;

5. Meningkatnya nilai ekspor non migas Jawa Timur;

6. Terkendalinya impor non migas Jawa Timur dalam rangka menjaga keseimbangan neraca perdagangan dan pemberdayaan produk dalam negeri;

7. Meningkatnya pelayanan publik dan perlindungan konsumen; 8. Berkembangnya pasar lelang hasil pertanian;


(3)

10. Menjadikan ekspor sebagai andalan pertumbuhan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah serta peningkatan devisa;

11. Perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang sesuai guna mendukung struktur demografi pariwisata ;

12. Mewujudkan kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ;

13. Mendukung penyediaan sarana dan prasaran (infrastruktur) untuk mengembangkan dunia usaha pariwisata ;

14. Melakukan inisiasi terhadap alternatif pembiayaan penguatan usaha pariwisata ;

15. Mendukung penguatan kelembagaan yang mengelola usaha pariwisata;

16. Terciptanya penataan dan pengembangan wilayah Pariwisata Jawa Timur yang selaras dan terpadu serta berwawasan lingkungan ; meningkatnya kuantitas dan kualitas produk pariwisata yang memiliki daya saing;

18. Sasaran lain yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas SDM pariwisata, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata, meningkatnya fungsi kelembagaan pariwisata dan meningkatnya kerjasama promosi.

C. ARAH KEBIJAKAN

Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi, perdagangan dan pariwisata, arah kebijakan tahun 2007, mencakup antara lain :

1. Percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan produktivitas melalui pengembangan ekonomi kerakyatan, penguatan unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi :

a. Diarahkan untuk mengatasi masalah pengagguran dan kemiskinan melalui kebijakan investasi, perdagangan, industri, peningkatan efisisensi dan produktivitas di sektor pertanian,


(4)

perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, pengembangan koperasi dan UKM serta pariwisata ;

b. Diarahkan pada penciptaan ekonomi terpadu, pengembangan wilayah strategis, pemantapan wilayah perbatasan antar daerah.

2. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan hukum terutama berkenaan dengan kepentingan untuk menghormati kontrak usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik di bidang investasi;

3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota guna merumuskan reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing dengan meningkatkan peran dan fungsi Dewan Konseling sesui SK Gub Nomor 188/52/Kpts/013/2005;

5. Melakukan debirokrasi dalam pelayanan perijinan investasi dan pengelolaan aktifitas ekspor impor melalui penyederhanaan sistem dan prosedur melalui pelayanan satu atap/satu pintu;

6. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan;

7. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor;

8. Peningkatan fasilitasi perdagangan melalui penyederhanaan prosedur ekspor-impor, penyederhanaan sistem tata niaga untuk komoditi strategis dan komoditi yang tidak memerlukan pengawasan serta perkuatan kapasitas lembaga uji mutu produk


(5)

9. Optimalisasi sarana penunjang perdagangan internasional melalui pemberdayaan lembaga-lembaga pelatihan dan promosi ekspor daerah seperti P3ED;

10. Penguatan pasar dalam negeri;

11. Perkuatan lembaga standarisasi, kalibrasi dan sertifikasi;

12. Pengembangan prasarana distribusi tingkat regional dan sarana penunjang perdagangan melalui pengembangan jaringan informasi produksi, pasar dan peningkatan kegiatan pasar lelang ;

13. Peningkatan efektifitas pelaksanaan perlindungan konsumen, terwujudnya tertib niaga dan perkuatan sistim pengawasan barang beredar dan jasa ;

14. Menciptakan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata seperti usaha kawasan pariwisata, usaha jasa MICE, usaha sarana wisata tirta, usaha jasa informasi dan konsultan pariwisata ;

15. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah berkembang, bersumber pada potensi yang belum berkembang dan bersumber pada potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya ;

16. Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata dan diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing serta memenuhi rasa aman dan nyaman di tiap-tiap Kabupaten/Kota agar tercipta ragam koridor pariwisata lintas Kabupaten/Kota ;

17. Diversifikasi dan peningkatan mutu produk usaha jasa pariwisata untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga memiliki daya saing dan mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global;

18. Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien serta menggalang peranserta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga


(6)

dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis ;

19. Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang memiliki standarisasi, sertifikasi, akreditasi dan rekognasi ;

20. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata melalui penggalangan bentuk-bentuk kemitraan usaha antar skala mikro kecil-menengah dengan skala besar (PIR) serta menempatkan sektor ekonomi kerakyatan dalam pengembangan pariwisata ;

21. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ; 22. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk

pengembangan dunia pariwisata ;

23. Penguatan kelembagaan pada institusi yang mengelola kepariwisataan.

D. MATRIK PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN DAN RENCANA