Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

ABSTRAK
Randy Say Jovita Rambe*
Rosnidar Sembiring**
Zulkifli Sembiring***
Perkawinan tidak hanya menyatukan seorang pria dan wanita dalam sebuah
rumah/keluarga, Perkawinan selalu membawa konsekuensi hukum baik bagi isteri
maupun suami yang berdampak kepada anak dan harta perkawinan setelah
timbulnya masalah perkawinan. Konsekuensi ini timbul setelah perceraian itu
terjadi oleh sebab itu ada akibat yang akan di tanggung oleh suami dan istri.
Permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu siapakah yang
memiliki hak pemeliharaan terhadap seorang anak akibat putusnya perkawinan
karena perceraian, bagaimana Pembagian harta bersama di dalam UUPK,
bagaimana peranan pengadilan dalam menyelesaikan Persoalan Yang Timbul
Sebagai Akibat Putusnya Perkawinan Karena Perceraian.
Dalam penulisan skripsi ini. Metode penulisan yang digunakan adalah
kombinasi penelitian hukum normatif dan hukum sosiologi, penelitian hukum
normatif merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen. Penelitian hukum
sosiologi adalah penelitian hukum yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hukum dijalankan pada prakteknya. Sedangkan sifat penelitian ini adalah
desktiptif analistis, maksudnya adalah penelitian yang menggungkapkan suatu
peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pertama, bahwa
pemeliharaan anak tersebut pada umumnya jatuh kepada ibunya dan pengadilan
agama dalam memutuskan hak pemeliharaan itu juga jatuh kepada ibunya. Kedua,
pembagian harta perkawinan diatur menurut hukumnya masing-masing,
pemecahan pembagian harta perkawinan berdasarkan hukum agama maka
pembagiannya setengah-setengah. Ketiga, Peranan pengadilan dalam
menyelesaikan masalah yang timbul akibat adanya perceraian, menurut ketentuan
Undang-Undang 1 Tahun 1974 adalah mutlak. Alasan Undang-Undang, setiap
perceraian itu harus dilakukan di depan persidangan, hal ini sesuai dengan fungsi
dari peradilan itu sendiri yaitu untuk menyelesaikan setiap persoalan hukum yang
tidak mampu diselesaikan oleh para pihak namun yang harus diperhatikan dalam
masalah ini adalah pengadilan baru dapat campur tangan setelah adanya
pemintaan dari para pihak.
Kata Kunci : Perceraian, anak dan harta, Pengadilan
*)
**)
***)

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

viii
Universitas Sumatera Utara