PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA MEDAN).

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK

SEBAGAI AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI

UNDANG – UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Medan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

OLEH

Deby Soraya Nasution

308111023

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

iv ABSTRAK

Deby Soraya Nasution. Nim. 308111023. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Akibat Perceraian Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974” (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Medan).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang pengetahuan hukum yang demikian kompleks secara lebih mendalam dan sistematik umumnya, khususnya perihal akibat dari perceraian pasangan suami istri, akibat mana tertuju pada kehidupan anak – anaknya sebagai seorang bapak dan ibu.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif Kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara angket dan wawancara dan teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini Metode Library Research dan Metode Field

Research.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berperkara di Pengadilan Agama Medan dan sampel yang digunakan sampel sebanyak 40 kasus perceraian dengan agenda perkara adhonah (hak asuh anak setelah terjadi perceraian) dari masyarakat yang berperkara di Pengadilan Agama Medan, yang ditetapkan dengan acak sederhana (Random Sampling).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dengan menggunakan rumus tabel frekuensi dapat diketahui bahwa adanya perlindungan terhadap anak sebagai akibat perceraian ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Sesuai dengan pasal 41 UU No 1 Tahun 1974, dimana orang tua harus bertanggung jawab kepada anak-anaknya dalam hal memelihara dan mendidiknya. Walaupun orang tua sudah bercerai akantetapi tanggung jawab masih ada sebagai bapak atau ibu untuk anak-anaknya.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirrohim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Akibat Perceraian Ditinjau Dari Undang –Undang Nomor 1 Tahun 1974” (Studi Kasus

Di Pengadilan Agama Medan)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengenai isi maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk perbaikan yang lebih baik. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Skripsi ini juga terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Drs. H. Restu, MS, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial


(6)

vi

4. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan sebagai Dosen Pembimbing.

5. Bapak Gabriel Parlaungan Siahaan, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

6. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH. MSi sebagai Pembimbing Akademik dan sebagai Dosen Penguji

7. Bapak Drs. Buha Simamora, SH. MH, sebagai Dosen Penguji 8. Ibu Sri Hadiningrum, SH. M.Hum, sebagai Dosen Penguji.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bekal ilmu dan etika berperilaku serta membantu penulis

10.Bapak Sugiono sebagai Pegawai Administrasi yang telah banyak berjasa dalam membantu penulis

11.Bapak Ketua Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di sekolah tersebut beserta kepada bapak hakim Drs.H.Mhod.Hidayat Nassery dan staf administrasi, penulis ucapkan terima kasih 12.Buat yang tercinta dan tersayang dalam hidup penulis ayahanda Ramlan Nasution

dan Ibunda (Almh) Emmy Khairani dan Ibunda Nirwana yang telah membesarkan penulis dan atas segala bekal ilmu kehidupan yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis. Dan kepada Adinda tersayang Depianna Syahfitri Nst, Rahmi Apriani Nst, Novri Maulina Nst, Sri Ramadani Nst dan Dicky Zulkarnaen Nst, yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis


(7)

vii

13.Buat sahabat-sahabat karib tercinta penulis yakni, Pandi Setiawan, Vanny Veronica, Kasdan Harahap,Yuni Fransiska, Nelly Oktaviani Hutapea, Hirdayani, dan Ridha Harahap, yang telah mendukung, mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan atas kenangan indah yang tak akan terlupakan bersama kalian dan akan selalu penulis kenang dalam hidup.

14.Buat teman-teman penulis di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan stambuk 2008, terutama kapada Mariyana, Herlisna, Fistri, Sarianto, Budi Saputra, Devi Suhendra, Ersal Fadillah, Nila Putri Hutabarat, dan teman-teman lainnya yang tak dapat saya sebutkan satu persatu dimana waktu yang telah terlewati bersama kalian akan sangat penulis rindukan.

15.Buat teman-teman penulis semasa bersekolah di SMA Swasta Prayatna Medan, Nita, Nova, Ani, Andre, Sahrul, dan Rahmad, terima kasih atas kenangan indah sewaktu sekolah dan tentunya waktu berkumpul kembali yang sangat penulis nantikan.

16.Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2012 Penulis

Deby Soraya Nasution NIM. 308111023


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap manusia yang hidup bersama dalam suatu ikatan perkawinan pasti mendambakan agar keluarga yang dibinanya dapat berjalan secara harmonis dan selalu diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini senada sebagaimana ditegaskan Sulistyo (1998 : 13), dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 pasal 1

bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Terjadinya ikatan suatu keluarga dan berkembang menjadi suatu masyarakat dengan adanya perkawinan yang dilaksanakan dan telah sesuai dengan hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 serta menurut adat istiadat yang berlaku pada suatu daerah. Semuanya pertanda adanya kebutuhan manusia untuk menjalin hubungan keluarga atau perkawinan yang sah menurut agama dan UU perkawinan yang berlaku pada negara Indonesia.

Berkaitan dengan hukum perkawinan, maka setiap pasangan suami istri berusaha untuk dapat mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah, hal tersebut dapat diwujudkan dengan sikap saling membantu dan melengkapi, tidak menonjolkan kepentingan diri sendiri dalam mencapai keharmonisan spiritual dan material.

Membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia erat hubungannya dengan keturunan yang merupakan pula tujuan perkawinan, sedangkan


(9)

2

pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi hak dan kewajiban orang tua. Untuk mencapai hal ini, maka diharapkan kekekalan dalam perkawinan, yaitu bahwa sekali orang melakukan perkawinan, tidak akan bercerai untuk selama-lamanya, kecuali kematian.

Namun dalam hal untuk mewujudkan tujuan perkawinan yang demikian bukanlah permasalahan mudah untuk dicapai. Menurut Darajat, dikutip dari Dagun (2002:168) faktor-faktor psikologis, biologis, ekonomis. Perbedaan keinginan dan lain sebagainya sering muncul dalam kehidupan rumah tangga, hal demikian dapat menimbulkan krisis berupa ketidakharmonisan antara suami istri yang dapat mengancam sendi-sendi kehidupan rumah tangga.

Dalam mencapai keluarga yang bahagia ditempuh upaya menurut kemampuan masing-masing keluarga. Namun demikian, banyak juga keluarga yang gagal dalam mengupayakan keharmonisannya, impian buruk akan terjadi yaitu timbulnya suatu benturan perceraian yang tidak pernah mereka harapkan.

Anak dalam sebuah keluarga merupakan anugerah dan sekaligus menjadi unsur kebahagiaan bagi kedua orang tuanya, anak yang lahir dari rahim ibu yang menjadi istri dari seorang ayah yang sah adalah merupakan ahli waris yang hakiki dari kedua orang tuanya dan juga menjadi bagian integral dari generasi muda.

Dalam sebuah lembaga perkawinan telah ditentukan bahwa anak-anak adalah menjadi tanggung jawab suami dan istri sebagai bapak dan ibu dari anak- anak hingga anak itu dewasa. Akan tetapi perkawinan dapat juga menimbulkan masalah bagi anak-anak sebagai akibat dari perceraian dari kedua orang tuanya, yaitu pada saat anak belum dapat menilai kepada siapa mereka diserahkan, apakah


(10)

3

kepada bapak atau kepada ibu yang telah melahirkan. Hal ini baru diketahui setelah keluarnya keputusan Pengadilan Agama yang menetapkan kepada siapa yang berhak terhadap anak-anak tersebut dengan melihat kepentingan si anak kepada siapa dia akan lebih terjamin kehidupannya, pendidikannya serta perkembangan mental dan spiritualnya sampai menjadi dewasa.

Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan bagaimana seharusnya diperlakukan oleh kedua orang tuanya, bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan negara melalui kebijakan-kebijakannya dalam mengayomi anak.

Paparan diatas menarik pemikiran penulis untuk diangkat menjadi wacana bagi penelitian, untuk menjadi bahan yang menarik untuk didiskusikan serta ditinjau secara komprehensif dan mendalam sehingga memberikan tambahan wawasan dan pemahaman baru bagi peneliti tentang bagaimana sebaiknya kita menyikapi problema yang dihadapi anak dan kepada siapa sebaiknya anak diserahkan agar si anak lebih terjamin pemeliharaannya menuju kedewasaan sebagai akibat dari perceraian kedua orang tuanya.

Ketertarikan wacana di atas peneliti tuangkan di dalam penulisan proposal ini secara mendalam serta dipaparkan dengan bahasa yang mudah dan dapat

dimengerti, dengan membuat judul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Sebagai Akibat Perceraian Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”, dengan Studi Kasus Di Pengadilan Agama Medan.


(11)

4

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang apa saja. Menurut Surya (2006 : 8) bahwa

„Identifikasi masalah adalah problem pengenalan masalah dan inventarisir

masalah”.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian.

2. Pengaruh Undang-Undang No 1 Tahun 1974 terhadap anak sebagai akibat perceraian.

3. Kedudukan dan tanggung jawab orang tua sebagai (bapak-ibu) dalam hal pemeliharaan dan pendidikan anak setalah perceraian.

4. Kedudukan dan tanggung jawab anak terhadap bapak dan ibu setelah terjadi perceraian.

5. Perwalian atas hak asuh anak.

6. Wewenang Pengadilan Agama dalam hal memberikan perlindungan hukum terhadap anak-anak jika terjadi perceraian terlebih jika anak masih dibawah umur.

C.Pembatasan Masalah

Menurut Surya (2006:9) bahwa “batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian lebih dapat fokus untuk


(12)

5

Sesuai dengan masalah penelitian yang diidentifikasikan di atas, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian.

2. Kedudukan dan tanggung jawab orang tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian ?

2. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab orang tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas maka selanjutnya penulis membuat tujuan penelitian dalam penulisan proposal ini adalah :

1. Agar peneliti dapat lebih mengetahui dan memahami tentang perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian.


(13)

6

2. Agar peneliti dapat lebih mengetahui dan memahami tentang kedudukan dan tanggung jawab orang-tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mahasiswa terhadap perlindungan hukum yang diberikan kepada anak-anak akibat terjadinya perceraian suami istri, sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang No 1 Tahun 1974 .

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas.


(14)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dengan memperhatikan kembali uraian-uraian yang terdapat dalam BAB I sampai dengan BAB III, dilanjutkan dengan hasil penelitian pada BAB IV, sampailah penulis pada tujuan akhir dari penulisan skripsi ini yang merupakan rangkuman dari tulisan-tulisan BAB-BAB terdahulu yang dianggap hal terpenting. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diambil kesimpulan “bahwa masyarakat yang mengurus permasalahan hadonah di Pengadilan Agama Medan telah mengetahui perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian ditinjau dari UU No 1 Tahun 1974”.

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah sebagai berikut : “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Ketentuan hukum tentang perceraian terdapat dalam peraturan perundangan-undangan, seperti UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Komplikasi Hukum Islam (KHI).

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 41 menetapkan bahwa akibat perceraian itu adalah sebagai berikut :


(15)

64

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata, berdasarkan kepentingan anak. Bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut, pengadilan dapat memutuskan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.

Menurut UU Perkawinan, hubungan dengan anak-anaknya seperti hubungan sebelum terjadinya perceraian dan hanya saja suami mengalami perubahan, sebelum perceraian menurut UU tersebut kedua orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan cara baik.

Dalam hak pengasuhan anak atau hadonah diberikan oleh Pengadilan Agama kepada bapak atau ibu maupun perwalian. Bila salah satu dari bapak atau ibu mengalami cacat fisik atau moral maka tidak berhak mendapat hadonah karena tidak cakap dalam bertindak.

Dalam hal pembiayaan kehidupan anak ditanggung oleh bapak akantetapi bila bapak tidak sanggup maka ibu juga dapat menanggung kehidupan anak tersebut. Dalam penelitian ini rata-rata responden bekerja sebagai buruh lepas dan salah satu faktor perceraian dapat disimpulkan karena faktor perceraian.


(16)

65

B.Saran-Saran

Sebagai upaya untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan rumah tangga dan dalam hal ini memperoleh anak sebagai keturunan yang baik dan mampu berbakti kepada kedua orang tuanya haruslah ada pengertian, pemahaman yang baik dari suami istri tentang arti dan tujuan dari perkawinan tersebut. Dalam hal ini penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Hendaknya para pihak yang ingin melangsungkan perkawinan terlebih dahulu mengetahui pengetahuan tentang hak dan kewajiaban yang harus diemban sebagai seorang suami istri perihal peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dari anak-anak tersebut, serta kepada kedua orang tua sebaiknya mempertimbangkan dari pada akibat perceraian yang akhirnya menjadi beban bagi anak-anak mereka.

2. Bagi pihak-pihak (orang tua) yang hendak melakukan perceraian, supaya melaksanakannya pada tempat yang telah ditentukan secara hukum yaitu pada Pengadilan, seperti masyarakat yang beragama Islam pada Pengadilan Agama, sedangkan pada masyarakat non Islam di Pengadilan Negeri. Agar status hukum perceraia dan status anak lebih jelas kedudukannya.


(17)

66

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam. Jakarta : Sinar Grafika.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara.

Dagun, Save. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hazairin. M. Yahya. 2002. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta : CV. Zahir. Kamil, Ahmad. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak Di

Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Press.

Kansil. C.S.T. 1998. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kartono, Kartini. 2002. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV. Rajawali.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Bandung : PT. Perkasa.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Soimin, Soedharyo. 2004. Himpunan Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta : Sinar Grafika.

Subekti, R. 2004. Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Sulistyo. 1998. Undang Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974. Surabaya : Tinta Mas.

Surya, Sutan. 2006. Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Yogayakarta : Pustaka Pena.

Poerwadarminta. W.J.S. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme Dalam Perundang Undangan Perkawinan Di Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press.


(1)

Sesuai dengan masalah penelitian yang diidentifikasikan di atas, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian.

2. Kedudukan dan tanggung jawab orang tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian ?

2. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab orang tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas maka selanjutnya penulis membuat tujuan penelitian dalam penulisan proposal ini adalah :

1. Agar peneliti dapat lebih mengetahui dan memahami tentang perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian.


(2)

2. Agar peneliti dapat lebih mengetahui dan memahami tentang kedudukan dan tanggung jawab orang-tua (bapak-ibu) terhadap anak setelah terjadi perceraian.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mahasiswa terhadap perlindungan hukum yang diberikan kepada anak-anak akibat terjadinya perceraian suami istri, sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang No 1 Tahun 1974 .

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dengan memperhatikan kembali uraian-uraian yang terdapat dalam BAB I sampai dengan BAB III, dilanjutkan dengan hasil penelitian pada BAB IV, sampailah penulis pada tujuan akhir dari penulisan skripsi ini yang merupakan rangkuman dari tulisan-tulisan BAB-BAB terdahulu yang dianggap hal terpenting. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diambil kesimpulan “bahwa masyarakat yang mengurus permasalahan hadonah di Pengadilan Agama Medan telah mengetahui perlindungan hukum terhadap anak sebagai akibat perceraian ditinjau dari UU No 1 Tahun 1974”.

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah sebagai berikut : “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Ketentuan hukum tentang perceraian terdapat dalam peraturan perundangan-undangan, seperti UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Komplikasi Hukum Islam (KHI).

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 41 menetapkan bahwa akibat perceraian itu adalah sebagai berikut :


(4)

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata, berdasarkan kepentingan anak. Bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut, pengadilan dapat memutuskan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.

Menurut UU Perkawinan, hubungan dengan anak-anaknya seperti hubungan sebelum terjadinya perceraian dan hanya saja suami mengalami perubahan, sebelum perceraian menurut UU tersebut kedua orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan cara baik.

Dalam hak pengasuhan anak atau hadonah diberikan oleh Pengadilan Agama kepada bapak atau ibu maupun perwalian. Bila salah satu dari bapak atau ibu mengalami cacat fisik atau moral maka tidak berhak mendapat hadonah karena tidak cakap dalam bertindak.

Dalam hal pembiayaan kehidupan anak ditanggung oleh bapak akantetapi bila bapak tidak sanggup maka ibu juga dapat menanggung kehidupan anak tersebut. Dalam penelitian ini rata-rata responden bekerja sebagai buruh lepas dan salah satu faktor perceraian dapat disimpulkan karena faktor perceraian.


(5)

B.Saran-Saran

Sebagai upaya untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan rumah tangga dan dalam hal ini memperoleh anak sebagai keturunan yang baik dan mampu berbakti kepada kedua orang tuanya haruslah ada pengertian, pemahaman yang baik dari suami istri tentang arti dan tujuan dari perkawinan tersebut. Dalam hal ini penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Hendaknya para pihak yang ingin melangsungkan perkawinan terlebih dahulu mengetahui pengetahuan tentang hak dan kewajiaban yang harus diemban sebagai seorang suami istri perihal peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dari anak-anak tersebut, serta kepada kedua orang tua sebaiknya mempertimbangkan dari pada akibat perceraian yang akhirnya menjadi beban bagi anak-anak mereka.

2. Bagi pihak-pihak (orang tua) yang hendak melakukan perceraian, supaya melaksanakannya pada tempat yang telah ditentukan secara hukum yaitu pada Pengadilan, seperti masyarakat yang beragama Islam pada Pengadilan Agama, sedangkan pada masyarakat non Islam di Pengadilan Negeri. Agar status hukum perceraia dan status anak lebih jelas kedudukannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam. Jakarta : Sinar Grafika.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara.

Dagun, Save. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hazairin. M. Yahya. 2002. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta : CV. Zahir. Kamil, Ahmad. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak Di

Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Press.

Kansil. C.S.T. 1998. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kartono, Kartini. 2002. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV. Rajawali.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Bandung : PT. Perkasa.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Soimin, Soedharyo. 2004. Himpunan Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta : Sinar Grafika.

Subekti, R. 2004. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Sulistyo. 1998. Undang Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974. Surabaya : Tinta Mas.

Surya, Sutan. 2006. Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Yogayakarta : Pustaka Pena.

Poerwadarminta. W.J.S. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme Dalam Perundang Undangan Perkawinan Di Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press.


Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM

0 9 14

AKIBAT HUKUM DAN SOSIAL TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta ).

0 0 16

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat Perceraian Orang Tua di Pengadilan Agama Padang Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

0 0 6

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

0 0 5

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

0 0 32

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

0 0 11

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

0 0 1

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak dan harta Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2974 (Studi pada Pengadilan Agama Medan)

0 0 11

Implementasi Hukum terhadap Nafkah Hidup Akibat Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Pengadilan Agama Sungguminasa) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 77

KAJIAN TERHADAP PUTUSAN HAK ASUH ANAK AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Agama Semarang) - Unika Repository

0 0 13