Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda Thailand pertengahan tahun 1997 adalah

awal dari krisis moneter kawasan yang kemudian merambah menjadi krisis
ekonomi dan krisis sosial politik yang lebih parah di Indonesia. Awalnya, tidak
ada yang menduga bahwa dampak menular (contagion effect) krisis keuangan
Thailand yang dikenal sebagai Tom Yum Effect ini begitu cepat dan hebat
sehingga memporak-porandakan semua sendi kehidupan bangsa. 2
Bersamaan dengan kawasan lainnya di Asia Tenggara dan Timur, Rusia
serta Amerika Latin, krisis moneter yang terjadi di Indonesia merupakan refleksi
dan kombinasi persoalan-persoalan internal ekonomi negara yang mengalami
krisis dan gejolak eksternal, yang bersifat global. Secara khusus krisis ini berbeda
dibandingkan dengan krisis ekonomi pada masa-masa sebelumnya karena
intensitasnya begitu dalam. Selain itu, krisis ini terjadi ketika sistem keuangan
global sudah sedemikian kompleks, baik dilihat dari struktur maupun
permasalahannya. 3

Fundamental ekonomi nasional ketika itu diyakini masih mampu menahan
dampak menular krisis tersebut. Tetapi ternyata masih ada indikator lain yang
cukup mengkhawatirkan, yakni defisit transaksi berjalan tahun anggaran
1996/1997 sekitar 3,3% PDB (Produk Domestik Bruto). Padahal, International
Monetery Funds (IMF) dan Bank Dunia merekomendasikan batas aman defisit
2

Didik J. Rachbini, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral (Jakarta: PT.
Mardi Mulyo, 2000), hlm. 83
3
Ibid., hlm. 57

1
Universitas Sumatera Utara

2

sebesar 2% PDB. Sedangkan indikator ekonomi lainnya, seperti laju inflasi hanya
5,17% terendah sejak tahun anggaran 1985/1986. Arus modal bersih luar negeri
yang masuk masih diatas nilai defisit tadi sehingga cadangan devisa pun terbilang

aman pada nilai US$ 19,9 miliar atau setara dengan lima bulan lebih impor
nonmigas. 4 Adapun rendahnya inflasi memiliki hubungan kuat dengan PDB.
Anwar Nasution melihat besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar
negeri, ditambah dengan lemahnya sistem perbankan nasional sebagai akar dari
terjadinya krisis finansial Bank Dunia melihat adanya empat sebab utama yang
bersama-sama membuat krisis menuju kearah kebangkrutan. Yang pertama adalah
akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992 hingga Juli 1997,
sehingga 95 % dari total kenaikan utang luar negeri berasal dari sektor swasta ini,
dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan. Bahkan selama empat tahun
terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya menurun. Sebab yang kedua
adalah kelemahan pada sistim perbankan. Ketiga adalah masalah governance,
termasuk kemampuan pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang
kemudian menjelma menjadi krisis kepercayaan dan keengganan donor untuk
menawarkan bantuan finansial dengan cepat. Yang keempat adalah ketidakpastian
politik menghadapi Pemilu yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan
Presiden Soeharto pada waktu itu. 5
Kebijakan peredaran uang pasca krisis 1997/1998 berada dibawah
program stabilisasi IMF. Hal ini dikarenakan, upaya penyelamatan krisis dibantu
oleh pendanaan yang berasal dari IMF. Strategi pemulihan IMF dalam garis
besarnya adalah mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan

4

Didik J. Rachbini, Loc.cit
Lepi T. Tarmidi, Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran,
(Jakarta: Bank Indonesia, 1999), hlm. 14
5

Universitas Sumatera Utara

3

membuat mata uang itu sendiri menarik. Inti dari setiap program pemulihan
ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial. Sementara itu pemerintah
Indonesia telah enam kali memperbaharui persetujuaanya dengan IMF, Second
Supplementary Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP)
tanggal 24 Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang
keempat, tanggal 16 Maret 1999. Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani
pada tanggal 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF
ini mencakup empat bidang 6:
1.


Penyehatan sektor keuangan;

2.

Kebijakan fiskal;

3.

Kebijakan moneter;

4.

Penyesuaian struktural.
Beberapa hal program yang diprasyaratkan IMF oleh pihak Indonesia

dirasakan berat dan tidak mungkin dilaksanakan, maka dilakukanlah negosiasi
kedua yang menghasilkan persetujuan mengenai reformasi ekonomi (Letter of
intent) yang ditanda-tangani pada tanggal 15 Januari 1998 yang mengandung 50
butir. Saran-saran IMF diharapkan akan mengembalikan kepercayaan masyarakat

dengan cepat dan kurs nilai tukar rupiah bisa menjadi stabil (butir 17 persetujuan
IMF 15 Januari 1998). Pokok-pokok dari program IMF adalah sebagai berikut: 7
1.

2.

Kebijakan makro-ekonomi
a.

Kebijakan fiskal

b.

Kebijakan moneter dan nilai tukar

Restrukturisasi sektor keuangan
6

Ibid.
Ibid.


7

Universitas Sumatera Utara

4

3.

a.

Program restrukturisasi bank

b.

Memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan

Reformasi Struktural
a.


Perdagangan luar negeri dan investasi

b.

Deregulasi dan swastanisasi

c.

Social safety net

d.

Lingkungan hidup

Pelaksanaan reformasi kedua ini kembali menghadapi berbagai hambatan,
maka

diadakanlah

negosiasi


ulang

yang

menghasilkan

supplementary

memorandum pada tanggal 10 April 1998 yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix
dan satu matriks. Cakupan memorandum ini lebih luas dari kedua persetujuan
sebelumnya, dan aspek baru yang masuk adalah penyelesaian utang luar negeri
perusahaan swasta Indonesia. Jadwal pelaksanaa masing-masing program
dirangkum dalam matriks komitmen kebijakan struktural. Strategi yang akan
dilaksanakan adalah 8:
1.

Menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi
Indonesia;


2.

Memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim perbankan;

3.

Memperkuat implementasi reformasi struktural untuk membangun
ekonomi yang efisien dan berdaya saing;

4.

Menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang perusahaan swasta;

5.

Mengembalikan pembelanjaan perdagangan pada keadaan yang normal,
sehingga ekspor bisa bangkit kembali.

8


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

5

Program-program tersebut memerlukan instrumen kebijakan yang sesuai
dengan keadaan yang ada pada saat itu, namun Undang-undang No. 12 Tahun
1968 dirasa tidak lagi relevan dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa
ketentuan yang tercantum dalam undang-undang tersebut ternyata belum cukup
untuk menjamin terselenggaranya Bank Indonesia yang independen. Penempatan
Bank Indonesia sebagai pembantu pemerintah serta ketidakjelasan tujuan dari
Bank Indonesia menyebabkan peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya menyebabkan tanggung jawab atas suatu
kebijakan yang diambil juga tidak jelas. 9
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dirasakan perlu adanya suatu
undang-undang tentang Bank Sentral yang dapat memberikan landasan hukum
yang kuat bagi terselenggaranya tugas-tugas bank sentral secara efektif. Maka
keluarlah Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 10
Kestabilan nilai rupiah merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya

pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia tersebut selain merupakan bagian dari
program stabilitas moneter pasca krisis, sekaligus meletakkan landasan yang
miakokoh bagi pelaksanaan dan perkembangan perekonomian Indonesia
ditengah-tengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
Kesinambungan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

memerlukan

penyesuaian kebijakan peredaran uang dengan tujuan yang dititikberatkan pada
upaya mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah yang ditopang oleh tiga
pilar utama yaitu kebijakan peredaran uang dengan prinsip kehati-hatian, sistem
9

Bank Indonesia, Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
(Jakarta: Bank Indonesia, 1999), hlm. 3
10
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

6

pembayaran yang cepat, tepat, dan aman, serta sistem perbankan dan keuangan
yang sehat dan efisien, Mekanisme perumusan kebijakan peredaran uang tersebut
harus terkoordinasi dengan perumusan kebijakan dibidang fiskal dan sektor riil.
Selanjutnya, dengan menitikberatkan pada lebih terkoordinasinya penyusunan
kebijakan peredaran uang dengan kebijakan fiskal dan sektor riil, dan terwujudnya
prinsip keseimbangan antara independensi yang diberikan kepada Bank Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan kpengawasan dan tanggung
jawab terhadap kinerjanya yang harus memenuhi akuntabilitas publik yang
transparan, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian dengan
mengubah dan menyempurnakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004. 11
Undang-undang Bank Indonesia diperbarui kembali dengan dibentuknya
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi
Undang-undang. Perubahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang
sangat mendesak dan hal ihwal kegentingan yang memaksa merupakan langkah
tepat untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dalam
menghadapi ancaman krisis keuangan global. Dampak krisis keuangan global
akan berimbas pada berbagai negara termasuk Indonesia, karena sistem keuangan
global saling interdependensi. 12

11

Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia.
12
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Universitas Sumatera Utara

7

Inflasi merupakan gejala biasa dalam perekonomian dan selalu dialami
oelh hamper semua negara di dunia. Inflasi dapat mengganggu stabilitas ekonomi,
inflasi yang melebihi angka dua digit tidak hanya mendongkrak kenaikan hargaharga secara umum dan menurunkan nilai uan tetapi juga dapat meningkatkan
angka pengangguran, memperbesar jurang (gap) antara yang kaya dan yang
miskin serta dapat melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap kewibawaan
pemerintah suatu negara. Inflasi yang berada pada tingkat yang aman yakni satu
digit justru dapat mendorong pertumbuhan perekonomian karena kenaikan harga
barang akan memotivasi pengusaha untuk memproduksi lebih banyak 13
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melalui kebijakan peredaran uang
bertugas untuk menjaga dan mewujudkan tingkat inflasi yang rendah. Untuk itu
Bank Indonesia menetapkan sasaran tunggal kebijakan peredaran uang yaitu
inflasi yang disebut dengan Inflation Targeting Framework (ITF). ITF merupakan
sebuah kerangka kebijakan peredaran uang yang ditandai dengan pengumuman
kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa
periode kedepan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil
merupakan tujuan utama dari kebijakan peredaran uang. Sesuai definisi di atas,
sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Indonesia sebenarnya
dapat dikategorikan sebagai “Inflation Targeting Lite Countries 14
Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia dalam jangka menengah akan
tetap mengarah pada pengupayaan tingkat inflasi yang rendah dan stabil sehingga
dapat meningkatkan daya saing ekonomi. Dalam jangka pendek, kebijakan
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
Menjadi Undang-Undang
13
Iswardono S. Permono, Kebijakan Moneer Di Indonesia (Indonesian monetary Policy),
Journal of Economics, FE UII, No. 2, Vol. 3, 1997, hlm. 72
14
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket B, (Jakarta:Bank Indonesia, 2006), hlm. 3

Universitas Sumatera Utara

8

peredaran uang terutama akan diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi
yang semakin nyata. Kebijakan tersebut perlu segera dilakukan untuk mencapai
sasaran inflasi jangka menengah dan stabilitas makroekonomi. 15
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan judul :“Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan
Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi”.

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:
1.

Bagaimana keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral ?

2.

Bagaimana peran Bank Indonesia dalam kebijakan pengaturan peredaran
uang terhadap penanggulangan inflasi ?

3.

Bagaimana implementasi kebijakan pengaturan peredaran uang oleh Bank
Indonesia dalam menanggulangi inflasi ?

C.

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan ini bertujuan sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral..

2.

Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam kebijakan pengaturan
peredaran uang terhadap penanggulangan inflasi..

3.

Untuk mengetahui implementasi kebijakan pengaturan peredaran uang oleh
Bank Indonesia dalam menanggulangi inflasi.

15

Ibid., hlm. 4

Universitas Sumatera Utara

9

Selain itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai pemenuhan tugas
akhir dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1.

Secara teoritis
Secara teoritis, pembahasan mengenai peranan Bank Indonesia dalam

kebijakan pengaturan peredaran uang terhadap penanggulangan inflasi ini akan
memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai
keberadaan dan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral, serta implementasi
kebijakan pengaturan peredaran uang terhadap penanggulangan inflasi.
2.

Secara praktis
a.

Dapat menjadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan
mahasiswa, masyarakat, maupun pihak lainnya dalam penulisanpenulisan ilmiah lainnya yang berhubungan.

b.

Agar menambah pengetahuan kepada masyarakat berkaitan dengan
peran Bank Indonesia dalam kebijakan pengaturan peredaran uang
terhadap penanggulangan inflasi.

c.

Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi implementasi kebijakan
pengaturan peredaran uang terhadap penanggulangan inflasi yang
lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

10

D.

Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, baik dari hasil penelitian

yang masih ada maupun yang sedang dilakukan khususnya di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Peranan Bank Indonesia
Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi”
belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Sehubungan dengan
keaslian judul ini, peneliti telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul
skripsi

ini

belum

pernah

diteliti

oleh

orang

lain

di

lingkungan

universitas/perguruan tinggi lain dalam wilayah Republik Indonesia.
Apabila di kemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah
ditulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat,
maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E.

Tinjauan Kepustakaan

1.

Pengertian Tentang Bank
Bank adalah

badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan

mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. 16
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada msayarakat

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Universitas Sumatera Utara

11

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak.
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak
yang berkelebihan dana (idle fund / surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. 17
2.

Pengertian Tentang Bank Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pasal 4 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
disebutkan pengertian Bank Indonesia, yaitu:
a.

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

b.

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali dalam hal-hal secara tegas
diatur dalam undang-undang ini.

c.

Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang
ini.

Istilah bank sentral dan penggunaanya dalam sejarah baru muncul
belakangan, paling awal pada permulaan abad ke-20. Perdefinisi, bank sentral
adalah banknya bank, banknya pemerintah, dan penjaga cadangan devisa suatu
negara. Bank sentral tumbuh karena dua faktor utama : 18

17

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi ke-2 (Jakarta:Ghalia Indonesia,
2009), hlm. 30
18
Mohammad Fajrul Falaakh, Bank Sentral Dalam Hukum Konstitusi, Mimbar Hukum,
UGM, No. 2, Vol. 41, 2009, hlm. 161.

Universitas Sumatera Utara

12

a.

Banyak pemerintah (di Eropa) menyadari bantuan finansial yang
akan diperoleh jika mereka mendukung bank sentral baik swasta
maupun negara.

b.

Bank sentral dibutuhkan untuk menyatukan sistem pembuatan dan
peredaran uang, mengelola dan melindungi cadangan uang negara,
dan meningkatkan sistem pembayaran.

3.

Pengertian Tentang Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. 19. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi, dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya
suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. 20
James E. Anderson memberikan pengertian kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah
tertentu. 21
4.

Pengertian Tentang Kebijakan Peredaran Uang
Kebijakan peredaran uang (kebijakan moneter) adalah proses mengatur

persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan
19

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kebijakan, https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan, diakses pada tanggal 12 Oktober
2015 16.17
21
James E. Anderson, Public Policy Making, Cet ke-3 (New York:Holt, Rinehart and
Winston, 1984), hlm. 3
20

Universitas Sumatera Utara

13

inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.dapat melibatkan standar
bunga pinjaman, “margin requirement”, kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui
negosiasi dengan pemerintah lain. 22
Kebijakan peredaran uang pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisiasi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan
harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan
ekonomi terganggu, maka kebijakan peredaran uang dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabiliasi), Pengaruh kebijakan peredaran uang pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor
riil. 23

F.

Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten.
Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 24
Adapun penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
22

Kebijakan Moneter, http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter diakses pada tanggal
12 Oktober 2015 16.22
23
Ibid.
24
Waluyo Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Edisi 1, Cet ke-3 (Jakarta: Sinar
Grafika, 2002), mengutip pendapat Soerjono Soekanto, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

14

1.

Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum normatif yang disebut juga dengan istilah doctrinal research. Menurut
Soetandyo Wignjosoebroto penelitian doktrinal terdiri dari : 25
a.

Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif;

b.

Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar
falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif; dan

c.

Penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concerto yang
layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum
tertentu.

Penulisan dalam skripsi ini tergolong ke dalam jenis penelitian doktrinal
yang berdasarkan pada usaha penemuan usaha in concerto. Menurut Pollack,
tujuan pokok dilakukannya legal research adalah untuk menguji apakah suatu
postulat normatif dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah hukum in
concerto. 26
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang
bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,
menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum. 27 Jadi penelitian
ini bersifat menggambarkan, menjelaskan dan menganalisa segala mekanisme
kebijakan pelindungan dan pengamanan perdagangan yang didasarkan Undangundang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan.

25

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Press, 2010),

26

Ibid.,hlm. 91
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 6.

hlm. 42
27

Universitas Sumatera Utara

15

Menurut Jhonny Ibrahim, dalam kaitannya dengan penelitian normatif
(doktrinal) dapat digunakan beberapa pendekatan yang berupa: 28
1. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach)
2. Pendekatan Analisis (analytical approach)
3. Pendekatan Historis (historical approach)
4. Pendekatan Filsafat (philosophical approach)
5. Pendekatan kasus (case approach)
Skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan metode
pendekatan analisis (analisis approach) yaitu menganalisa bahan hukum untuk
mengetahui makna yang terkandung dalam istilah yang digunakan oleh peraturan
perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya
dalam

putusan-putusan

hukum,

serta

menggunakan

metode

pendekatan

perundang-undangn (statute approach), yaitu suatu penelitian normatif yang
bertujuan untuk mengetahui dan membuat aturan undang-undang sebagai acuan
dalam membuat penulisan skripsi.
2.

Data penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 29 Data

penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (legal research)
untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan
hukum tersier. 30 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.

28

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya: Bayu
Media, 2007), hlm. 300
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 172
30
Sumaidi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hlm. 39

Universitas Sumatera Utara

16

a.

Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang
terkait, antara lain:
1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

2)

Undang-Undang No. 11 Tahun 1953 tentang Penetapan
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia

3)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral

4)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia.

5)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.

6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia.

7)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

8)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009
tentang

Penetapan

Peraturan

Pemerintah

Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang.
9)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang

Universitas Sumatera Utara

17

b.

Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan
judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan,
dan sebagainya yang diperoleh melalui media-media cetak maupun
media elektronik

c.

Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberi
petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder, seperti : jurnal ilmiah, kamus hukum,
dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat digunakan untuk
melengkapi data yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.

3.

Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah

dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari
informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang
berkaitan dengan materi penelitian.
Menurut M. Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. 31
4.

Analisis data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif,

yaitu mengikhtisarkan hasil pengumpulan data sekunder selengkap mungkin serta

31

M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,2010), hlm. 111

Universitas Sumatera Utara

18

memilah-milahnya dalam suatu konsep, kategori, atau tema tertentu sehingga
dapat menjawab permasalahan-permasalahan dalam penulisan ini. 32

G.

Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar

memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan
memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan
skripsi ini adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang
latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah yang
menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II

KEBERADAAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL
Berisikan pembahasan tentang keberadaan Bank Indonesia sebagai
bank

sentral,

yang

pada

pokoknya

menguraikan

tentang

perkembangan Bank Indonesia, status dan kedudukan Bank Indonesia
sebagai bank sentral di Indonesia, serta peranan Bank Indonesia
sebagai bank sentral di Indonesia.

32

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif:Pemahaman Filosofis dan
Metodologi ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta: Grafindo Persada, ), hlm. 68-69

Universitas Sumatera Utara

19

BAB III

PERANAN

BANK

PENGATURAN

INDONESIA
PEREDARAN

DALAM

KEBIJAKAN

UANG

TERHADAP

PENANGGULANGAN INFLASI
Berisikan

tentang

peranan

Bank

Indonesia

dalam

kebijakan

pengaturan peredaran uang terhadapa penanggulangan inflasi, yang
pada pokoknya menguraikan tentang kedudukan kebijakan dalam
sistem hukum di Indonesia ,kebijakan Bank Indonesia dalam
pengaturan peredaran uang, serta peranan Bank Indonesia dalam
kebijakan pengaturan peredaran uang terhadap penanggulangan
inflasi.
BAB IV

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGATURAN PEREDARAN
UANG OLEH BANK INDONESIA DALAM MENANGGULANGI
INFLASI DI INDONESIA
Berisikan implementasi kebijakan pengaturan peredaran uang oleh
Bank Indonesia dalam menanggulangi inflasi di Indonesia yang pada
pokoknya menguraikan tentang tujuan implementasi kebijakan
pengaturan

peredaran

uang

dalam

menanggulangi

inflasi,

implementasi kebijakan pengaturan peredaran uang oleh Bank
Indonesia dalam menanggulangi inflasi di Indonesia, serta hambatan
yang dihadapi dalam implementasi kebijakan peredaran uang dalam
menanggulangi inflasi
BAB V

PENUTUP
Berisikan bagian penutup yang sekaligus merupakan bab terakhir
dalam penulisan skripsi ini, dimana dikemukakan mengenai

Universitas Sumatera Utara

20

kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan yang
sebelumnya dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara