Makalah Hukum waris adat. docx

Asni Zubair, S. Ag., M.H.I., (41 tahun), mengatakan, pembagian harta waris di lingkup
masyarakat Indonesia sampai saat ini, masih sering menimbulkan konflik diantara ahli waris.
Untuk menyelesaikan sengketa dalam pembagian harta warisan, bisa didasarkan pada Hukum
Waris Islam, bisa juga didasarkan pada Hukum adat. Sementara implementasi Hukum Waris
Islam pada seorang individu, atau masyarakat dengan etnis tertentu, tidak dapat dilepaskan dari
keadaan-keadaan yang ada dan mempengaruhi perilaku individu ataupun masyarakat. Yang
terpenting adalah diterimanya hasil musyawarah suatu pembagian harta waris oleh para ahli
waris, tanpa diwarnai konflik lagi. Upaya-upaya memberi pemahaman masyarakat tentang
bagaimana penerapan Hukum Waris Islam bisa dilakukan melalui sugesti, simpati, sosialisasi dan
internalisasi.
Hal tersebut disampaikan Dosen STAIN Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, setelah
melakukan riset tentang pembagian harta waris, pada masayarakat Bugis di Kabupaten Bone, dan
bagaimana menyelesaikan konflik diantara ahli waris, ketika terjadi masalah pembagian warisan
di antara mereka. Hasil riset putra kelahiran Bone ini dirangkum menjadi karya disertasi untuk
meraih Gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan
mengangkat judul “Resolusi Konflik Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Dan
Hukum Adat Pada Masyarakat Bugis di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan” . Karya Disertasi
Asni Zubair dipertahankan di Hadapan Tim Penguji : Dr. Agus Moh Najib, M. Ag., Prof. Dr. H.
Mundzirin Yusuf, M. Si., Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, SH., MH., Prof. Dr. H. Susuknan
Azhari, M. Ag., Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA., (Promotor merangkap Penguji), Prof.
Dr. H. Ratno Lukito, MA., DCL., (Promotor merangkap Penguji), Kamis, 1 November 2012.

Dalam presentasinya, Promovendus antara lain memaparkan bahwa melalui
pendekatan Anthropological Study of Law, karya risetnya berhasil mengungkap, rata-rata
penyebab timbulnya konflik/sengketa dalam pembagian harta warisan bisa berasal dari faktor
internal, seperti adanya hibah orang tua kepada bakal ahli waris, tetapi tidak adil dan tidak
disertai akta hibah, pasangan suami istri (sebagai bakal pewaris)yang tidak memiliki anak atau
keturunan, keserakahan ahli waris, ketidakpahaman ahli waris, kekeliruan dalam menegakkan
Siri’ dan tertundanya pembagian harta warisan. Penyebab konflik atau sekngketa juga bisa dari
faktor eksternal, seperti : adanya anak angkat yang diberi hibah oleh porang tua angkatnya,
hadirnya provokator, dan harta warisan dipinjamkan kepada kerabat yang bukan ahli waris dan
tidak dikembalikan.
Bila penyelesaian konflik atau sengketa pembagian harta waris, menggunakan impelentasi
Hukum Waris Islam, akan diketahui siapa saja ahli waris yang berhak atas harta waris, besar
perolehan ahli waris laki-laki dan berempuan berdasarkan silsilah keluarga, waktu yang tepat
untuk pembagian harta warisan dan harta yang dapat dibagikan sebagai harta warisan. Sementara
untuk memayungi rasa keadilan semua pihak berdasarkan budaya, adat kebiasaan setiap
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, maka implementasi Hukum Waris Islam dapat
dipadukan dengan hukum adat setiap wilayah. Sedangkan tata cara pembagiannya bisa
dilakukan dengan proses sebagai berikut :
1. Negosiasi di antara mereka secara kekeluargaan,
2. Menyelesaikan melalui mediasi (melibatkan orang ketiga) dari kalangan keluarga,


3. Menyelesaikan melalui mediasi (melibatkan pihak ketiga) dari tokoh masyarakat
setempat.
Sementara dilihat dari hukum dan nilai yang diterapkan untuk menyelesaikan pembagian harta
waris, bisa ditempuh :
1. Penyelesaian yang menerapkan Hukum Waris Islam,
2. Penyelesaian yang menerapkan hukum adat setempat,
3. Penyelesaian dengan menggabungkan penerapan Hukum Waris Islam dengan Hukum
Adat setempat dan budaya setempat, demikian papar promovendus.
- See more at: http://rouf-artikel.blogspot.co.id/2012/11/penyelesaian-hukumwaris.html#sthash.Q4QX7DLD.dpuf