Filsafat dan Ruang Lingkup Pendidikan.cr

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu oleh Aliet Noorhayati Sutrisno, M.Phil

oleh :
1.

Agus Sutisno

KELAS
SEMESTER

(150641188)

: SD-15.A4
: I (SATU)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari zaman dahulu sampai sekarang manusia tidak terlepas dari masalah-masalah atau
pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang mengganggu pikiran sesorang. Tentu saja
untuk mengatasi hal tersebut manusia perlu mencari jawaban sendiri yang bisa memecahkan
atau menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar
manusia yang membuat masalah-masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan
filsafat.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dari diri manusia tersebut. Maka jawaban merupakan hasil pemikiran yang sistematis,
integaral, menyeluruh, dan mendasar. jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi
masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk bidang
pendidikan.
Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam

hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan
panca indra manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencangkup secara
keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup
serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun menyusun rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan filsafat?
Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan?

C. Tujuan Penulis


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, adapun
tujuan penyusun dalam melakukan penyusunan makalah ini adalah yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan.
4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bahasan Filsafat Pendidikan.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi pustaka.
Penyusun mendapat sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan
kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan.
E. Sistematika Penulis
Makalah ini disusun dengan menentukan judul terlebih dahulu. Kemudian dari judul
makalah tersebut dirumuskan rumusan masalahnya yang kemudian rumusan masalah ini di
simpan pada BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dalam
makalah ini, metode yang digunakan penulis dalam menyusun makalah, dan sistematika
penulisan atau kerangka dalam

makalah

ini. Dalam BAB II dipaparkan berbagai


pembahasan yang terkait dengan materi atau judul yang sesuai dengan rumusan masalah.
Kemudian dalam BAB III yaitu penutup yang terdiri atas kesimpulan dari pembahasan dan
saran penyusun kepada beberapa pihak. Dan pada akhir disertai dafatar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat merupakan bentuk kata Arab yaitu “falsafah” dan berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Philosophia”. Taniredja, dkk (2011: 13) mengatakan, secara etimologis kata
filsafat yang berasal dari bahasa Yunani asal katanya adalah “Phillein yang berarti cinta dan
“Shophos” atau “Sophia” yang berarti hikmah atau kebijaksanaan atau kearifan. Cinta berarti
hasrat yang besar dan berkobar-kobar, menyala-nyala atau kesungguhan yang dalam.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati, dan filsafat dapat pula dipahami sebagai
hasrat/kecintaan terhadap kebenaran dan kebijakan yang hakiki (Dianasari, 2015: 1).
Menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 16), mengemukakan
bahwa Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalan.

Menurut Rizal dan Misnal (2006: 3) ada beberapa pengertian filsafat yang diklasifikasikan
yaitu sebagai berikut :
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
b. Filsafat adalah suatu proses kritik untuk pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha menggambarkan keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk
mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga
menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.
d. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
e. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari
manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari pengertian secara etimologi, Harun Nasution (dalam Prasetya, 1997: 9) memberikan
definisi filsafat sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Pengetahuan tentang hikmah.

Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar.
Mencari kebenaran.
Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

Menurut Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan
pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:

a.
b.
c.

Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabbiyyat), merupakan tingkatan terendah.
Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), merupakan tingkatan tengah.
Ilmu Ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) merupakan tingkatan tertinggi.

Menurut Immanuel Kant (1724-1804 M), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan
pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
a.
b.
c.

d.

Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).
Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika).
Sampai di manakah penghargaan kita (dijawab oleh agama).
Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).

2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga
menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memelihara dan
memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian
“pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa indonesia ialah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi,
memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik
kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan
membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. (Aliet
Noorhayati Sutrisno, 2014: 17).

Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak
menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam
arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan
bersama, dengan sebaik-baiknya.

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan
representatif (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah ... the total process of
developing human abilities and behaviors, drawing on almost all lifes’s expriences
(Tardif,1987). (Seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilakuperilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan).
Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta
dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang
sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat
hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil

saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan,
kematangan dari kepribadian manusia.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar
akan kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan
dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang
sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat
hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan
rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan
dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan
pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
merupakan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita

laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan

pengetahuan serta keterampilan.
3. Pengertian Filsafat Pendidikan
Menurut (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 17), Filsafat pendidikan adalah
pengetahuan yang menyelidiki subtansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan
tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan
analisis kritis terhadap struktur dan kegunaanya.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan

yang

menggambarkan

aspek-aspek

pelaksanaan

falsafah

umum


dan

menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin (dalam Jalaluddin dan
Abdullah, 2007: 19), bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum
dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak
didapatkan dalam bidang pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung (dalam Prasetya, 1997: 22), dalam bahasanya
mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut:
a. Filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalaman manusia yang disebut pendidikan.
b. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadi filsafat sebagai
medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyeleraskan, mengharmoniskan dan
menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
c. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof
untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya
berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.
d. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat
seseorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan kehidupan
dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar
itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.
e. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan

mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha
pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan
filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba
tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam
pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks,
yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual.
Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk
dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan
persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan
pedoman dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada
gejala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan
prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai
dengan jiwa ajaran Islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam
pendidikan. Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh,
maka tugasnya pun seiring yaitu berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan
merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah
norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia
dalam hidup dan kehidupannya.
4. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan
Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang
luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai

konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan
kebahagiaan.
Menurut (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 20) ruang lingkup filsafat pendidikan
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Pendidik
Murid atau anak didik
Materi pendidikan
Perbuatan mendidik
Metode pendidikan

f.
g.
h.
i.

Evaluasi pendidikan
Tujuan pendidikan
Alat-alat pendidikan
Lingkungan Pendidikan

Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan
manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat
pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).
2. Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of
man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 24).
Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan
dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun
membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007:
25), ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika.
1. Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti
(research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan

analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia
melalui upaya logika agar bisa dipahami.
2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan
merupakan filsafat mengenai kesenian.
3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang nilainya tinggi (sophisticated).
4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang
dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan
pekerjaan kantor.
5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate
reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa
filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda
dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
6. Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27), filsafat sebagai
ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok,
antara lain:
7. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul
bila

orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh

tersebut memang nyata.
8. Pengetahuan, yakni yang

menjawab

pertanyaan-pertanyaan,

misalnya

apakah

pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenisjenis pengetahuan.
Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.
Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27),
dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil
yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan
pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang
diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga
halnya dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan,
tentunya memberi suatu konstribusi yang besar.
Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang
tampak jelas dan tidak jelas.
1. Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses
pendewasaan atau kematangan.

2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan
sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan
dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara
kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis
sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan
kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin
ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya
dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya
bagi kesejahteraan hidup manusia.
Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting.
Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang
masalah-masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik
bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang
lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal
dan lebih mendasar.
Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama.
Berfilsafat ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan
menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak
mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya
diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilainilai yang kritis dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup
yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian,
filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem
dalam lapangan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan
filsafat pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari
jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat
berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwaperistiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada
sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan kegiatan
mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu
usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang

sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan
harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang
yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara
arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua
aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat
pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang
baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

DAFTAR PUSTAKA

Dianasari. (2015). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Cirebon: UMC Press.
Jalaluddin dan Abdullah. (2007). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Munaseh, Purnomo Hidayat, dkk. (2014). Bahasa Indonesia. Cirebon: UMC Press.
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. (2006). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prasetya. (1997). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sutrisno, Aliet N. (2014). Telaah Filsafat Pendidikan. Cetakan kesatu. K-Media: Yogyakarta

Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikaní. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.