Kebijakan Moneter dan kebijakan (1)
MAKALAH
EKONOMI MAKRO ISLAM
“KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM”
(Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam dan akan
dipresentasikan pada tanggal 19 November2014)
Dosen Pengampu
Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si.
Disusun Oleh
Helmi Susanti
(213-13-153)
Hanna Hidayah (213-13-158)
Istriyani
(213-13-178)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH S1
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim,
Allah Akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan
dan ilmu kepada penulis. Alhamdulillah, karena bimbingan, perlindungan, dan
pengajaran dari Allah SWT. sehingga dapat menghantarkan penulis pada
penyelesaian penulisan makalah yang sedang ditangan pembaca saat ini.
Sesungguhnya dalam penulisan ini, penulis banyak menghadapi kendala
yang membuat sedikit bingung. Terutama mengenai kebijakan moneter dalam
ekonomi
Islam. Dimana perbandingan yang cukup spesifik antara ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam. Namun setelah merujuk ke beberapa referensi
sedikit menambah wawasan penulis dalam penyelesaian makalah ini. Sampailah
kepada penulisan akhir, dan dengan sedikit banyak usaha yang dikeluarkan dapat
menghantarkan penulis pada penyelesaian makalah ini. Namun tentu penyelesaian
tulisan ini tak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Sebagai tanda
penghargaan, penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang ditujukan
kepada:
Ayah dan Bunda yang telah memberikan segala fasilitas berupa materi yang tidak
akan pernah penulis mampu untuk menggantinya.
Dosen pengampu mata kuliah, dan segenap teman-teman seperjuangan yang telah
banyak memberikan sumbangsih. Serta kepada semua pihak yang belum mampu
penulis sebutkan satu per satu.
Kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak
sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Karena mengingat makalah ini masih
sangat jauh dari panggang apai. Namun, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah pengetahuan dan menimbulkan keberkahan bagi pembaca sekalian.
Wallahu A’lamu Bi al Shawab
Billahitaufiq wal Hidayah.
14 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................
1
Rumusan Masalah......................................................................
2
Tujuan......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter Secara Umum (Konvensional)
1. Pengertian Kebijakan Moneter…………......................
3
2. Tujuan Kebijakan Moneter……………………………
3
3. Instrumen Kebijakan Moneter.......................................
4
B. Kebijakan Moneter Secara Islam
1. Pengertian Kebijakan Moneter Secara Islam................
5
2. Perbedaan Kebijakan Moneter Konvensional dengan
BAB III
Kebijakan Moneter Secara Islam..................................
5
3. Instrumen Kebijakan Moneter Syari’ah........................
6
C. Dampak Kebijakan Moneter……………………………...
9
PENUTUP
Kesimpulan...................................................................... 11
Saran................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam permasalahan ekonomi makro banyak sekali yang harus di hadapi
oleh suatu Negara khususnya Indinesia.Permasalahan tersebut seperti,
pengangguran, kemiskinan, isnfansi dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri
bahwa peranan uang dirasakan sangat penting bagi kehidupan ekonomi
manusia. Uang berfungsi tidak hanya sebagai alat pembayaran, tetapi juga
media penyimpan kekayaan dan untuk dasar perhitungan berbagai transaksi
ekonomi dan keuangan.Sejalan dengan itu, perkembangan jumlah uang yang
beredar mempunyai keterkaitan dan pengaruh langsung pada perkembangan
berbagai aktivitas perekonomian.Keterkaitan itu tercermin pada hubungan yang
terjadi antara jumlah uang yang beredar dengan perkembangan variable-variabel
ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.
Peningkatan jumlah uang yang beredar yang berlebihan dapat mendorong
peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka
panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila
peningkatan jumlah uang yang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomu
akan terjadi. Apabila hal ini terus menerus berlangsung, kemakmuran
masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan.
Kegiatan pengendalian jumlah uang yang beredar tersebut lazimnya disebut
dengan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.
Namun, sejauh ini kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral
adalah bersifat konvensional yang jauh dari sistem yang syar’i.Dalam makalah
ini akan mencoba mengupas mengenai kebijakan moneter islam. Dimana
kebijakan moneter islam ini tentunya akan mengacu pada hukum dan syaratsyarat islam dalam mengatasi berbagai masalah uang yang beredar di
masyarakat.
1
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas ialah;
a. Apa bedanya kebijakan moneter konvensional dan syariah?
b. Apa saja yang dilakukan bank sentral syariah untuk melaksanakan kebijakan
moneter Islam?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetagui seperti apa
kebijakan moneter sejara islam dalam menstabilkan uang yang beredar di
masyarakan, agar pembaca lebih paham dengan hal tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter Konvensional
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh bank
sentral untuk menstabilkan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
dan kredit yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi pada kegiatan
masyarakat.
2. Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bertujuan untuk menstabilkan perekonomian yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.Kalau kestabilan ekonomi
terganggu,
maka
kebijaksanaan
moneter
dapat
dipakai
untuk
memulihkannya.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar.Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar.Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi.Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
3
3. Instrumen Kebijakan Moneter
Adapun instrument yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Kuantitatif
Kebijakan kuantitatif adalah kebijakan yang bersifat umum yang
dilakukan oleh Bank Sentral.kebijakan tersebut meliputi:
1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market)
Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga
oleh bank sentral.tindakan ini akan berpengaruh: pertama,
menaikkan cadangan bank-bank umum yang tersangkut dalam
bertransaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga misalnya,
bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang menjual
surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. akibat
tambahnya cadangan, maka bank umum dappat menambah
jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit).
Kedua, tindakan pembelian/penjualan surat berharga akan
mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga)
surat berharga. Akibatnya, tingkat bunga umum juga akan
terpengasuh.
2) Perubahan Tingkat Suku Bunga (Diskonto)
Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus
dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank
sentral. Dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam
dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi
keinginan bank umum untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang
yang beredar dapat ditekan/dikurangi.
3) Cadangan Minimum (reserves requirments)
Seperti yang telah dijelaskan di depan (dalam proses
penciptaan kredit) bahwa perubahan cadangan minimum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Apabila ketentuan
cadangan minimum diturunkan, jumlah uang beredar cenderung
4
naik, dan sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang akan
cenderung turun.
b. Kebijakan Kulitatif
1) Margin Requirement
Digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuantujuan pembelian surat berharga (yang biasanya bersifat
spekulatif). Caranya, dengan menetapkan jumlah minimum kas
down payment untuk transaksi surat berharga. Misalnya,
ditentukan margin requirement 80% artinya apabila seseorang
hendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan
kas dan baru sisanya (20%) boleh dipinjam dari bank.
2) Moral Suasion
Dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter
dan individu yang bergerak di bidang moneter dengan pidatopidato Gubernur Bank Sentral, atau publikasi-publikasi, agar
bersikap seperti yangdikehendaki oleh penguasa moneter.
B. Kebijakan Moneter Islam
1. Pengertian Kebijakan Moneter Islam
Pengertian kebijakan moneter dalam islam tidak jauh berbeda dengan
konvensional yaitu dimana kebijakan moneter adalah suatu kebijakan
yang dipakai guna untuk menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara
internal maupun eksternal) dan stabilitas jumlah uang yang beredar
sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat
tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan
dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia.
5
2. Perbedaan
Kebijakan
Moneter Konvensional dan
kebijakan
Moneter Islam
No
1
Syariah
Konvensional
Sector perbankan syariah menerapkan Sector
perbankan
sistem pembagian keuntungan dan konvensional
kerugian (profit and loss sharing)
2
Sector
moneter
Manajemen
menggunakan
sistem
bunga
memiliki Sector riil memiliki
ketergantungan pada sector riil
3
menerapkan
moneter
metode
ketergantungan
pada
sector moneter
Islam Manajemen moneter
penghapusan konvensional
suku bunga dan adanya kewajiban menggunakan
pembayaran pajak atas biaya produktif paradigma uang pasif
yang menganggur
dan uang aktif
3. Konsep Uang Beredar dalam Ketiga Mazhab Ekonomi Islam
a. Mazhab Iqtishaduna
Pandangan utama dari mazhab ini adalah jumlah uang yang
beredar merupakan elastis sempurna, dimana pemerintah sebagai
pemegang otoritas moneter tidak mampu untuk memengaruhi
jumlah uang yang beredar. Pendapat ini didasarkan pada asumsi
yang merefleksikan gambaran ekonomi pada masa Rasulullah
Saw.
6
Pada grafik tersebut dapat kita lihat bahwa penawaran uang (Ms)
adalah elastis sempurna, dimana penawaran uang ditentukan oleh
perdagangan ekspor impor barang dengan Roma dan Persia,
sedangkan tidak adanya institusi yang melakukan pencetakan uang
mengakibatkan tidak ada bank sentral yang mencetak dan
mengendalikan uang beredar (dinar dan dirham). Seperti yang telah
dijelaskan bahwa karena tidak adanya bea masuk perdagangan dan
nilai value uang sama dengan instrinsiknya telah menjadikan uang
beredar bersifat elastis, banyak sedikitnya uang beredar yang ada
tidak akan memengaruhi tangguh bayar.
Dalam pasar barang pada e2 tingkat pendapatan adalah Y2
dengan harga P2. Ketika ada tambahan ekspor barang
(tambahan impor uang), maka agregat demand dalam negeri
akan naik. Peningkatan agregat demand ini dipicu adanya
peningkatan pendapatan dalam negeri. Kenaikan agregat
demand ini dapat digambarkan dari pergerakan kurva AD2 ke
AD3, sehingga keseimbangan di pasar barang yang baru adalah
titik e3, dimana harga akan meningkat dari P2 ke P3.
Dalam pasar uang dengan adanya kenaikan jumlah pendapatan
mengakibatkan permintaan terhadap uang meningkat. Sehingga
7
titik keseimbangan di pasar uang akan bergeser dari e2 ke e3,
dimana jumlah uang beredar bertambah dari M2 ke M3.
Pergeseran M2 ke M3 ini dapat kita lihat dari adanya surplus
ekspor barang yang berdampak pada peningkatan capital inflow.
b. Mazhab Mainstream
Penawaran uang diasumsikan secara penuh dipengaruhi oleh
kebijakan central bank, sehingga secara grafik akan terlihat
bahwa Ms bersifat perfect inelastis.
Pada tingkat biaya u1 tingkat keseimbangan akan berada pada E1.
Apabila pada tingkat biaya u1 ada kecenderungan permintaan
uang melebihi kurva penawaran barang (MD2), maka pemerintah
akan berusaha mengalihkan penyimpanan uang kas yang ada di
tangan masyarakat untuk ditransaksikan di pasa, baik untuk
konsumsi maupun investasi dengan cara meningkatkan biaya
menjadi u2. Sehingga, hal ini akan mendorong kurva permintaan
bergeser ke atas (MD2) karena adanya peningkatan velositas uang
dan pendapatan. Kenaikan u2 akan menyebabkan pergerakan
disepanjang kurva Md2, sehingga mencapai keseimbangan baru
di titik E2.
Maka, kebijakan yang ditempuh bukanlah dengan cara mencetak
uang, tetapi memengaruhi permintaan uang itu sendiri yaitu
8
dengan pengenaan biaya terhadap asset atau uang yang
dianggurkan.
c. Mazhab Alternatif
Grafik di bawah ini dapat memperjelas bagaimana keseimbangan
dalam sistem keuangan Islam dicapai dengan memasukkan
variabel expected rate of profit:
Pergerakan kurva permintaan untuk sistem keuangan mudharabah
ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya ekspektasi terhadap tingkat
keuntungan. M1 adalah banyaknya uang yang ditawarkan untuk
memenuhi transaksi mudharabah ketika P1=P2. M1 adalah
jumlah uang yang disediakan lebih sedikit dari kebutuhan, yaitu
ketika P1=P2, sekarang katakanlah ada perubahan teknologi
dalam project mudharabah dimana P1>P2 maka akan menarik
dana di luar project mudharabah ini, sehingga kapasitas stock
uang akan bertambah menjadi M2. Titik equilibrium akan
bergeser E1 ke E2. Pergeseran titik keseimbangan ini merupakan
hasil dari proses integrative-interactive-evolutionary pengetahuan
yang akan berdampak terhadap hubungan
π dengan M.
Pergeseran E1 ke E2 merupakan fungsi dari nilai
∅
∅
dimana
adalah objektivitas pengetahuan masyarakat terhadap
perubahan teknologi (A.Karim,edisi 2, 2013: 198-206)
9
4. Instrumen kebijakan Moneter Islam
Kiranya dapat disarankan mekanik bagi kebijakan moneter yang tidak
hanya membantu pengaturan penawaran uang sesuai dengan permintaan
riil tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk menutup defisit
“asli” pemerintah dan sekaligus mencapai tujuan-tujuan lain masyarakat
Islam. Mekanik tersebut harus mencakup enam elemen yaitu:
1) Target Pertumbuhan M dan Mo
Setiap tahun Bank Sentral harus menentukan pertumbuhan
peredaran
uang
(M)
sesuai
dengan
sasaran
ekonomi
nasional.Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan Mo
(high powered money:uang dalam sirkulasi dan deposito pada
bank sentral). Bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank
komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan
berdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian
Islam.Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral
sebagai instrument kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan
kredit.
2) Public Share of Demand Deposit (Uang giral)
Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank komersial
(maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk
membiayai proyek-proyek sosial yang menguntungkan.
3) Statutory Reserve Requirement
10
Bank-bank komersil diharuskan memiliki cadangan wajib
dalam jumlah tertentu di Bank Sentral. Statutory reserve
requirements membantu memberikan jaminan atas deposit dan
sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi
bank. Sebaliknya, Bank Sentral harus mengganti biaya yang
dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh
bank-bank komersial ini.
4) Credit Ceilings (Pembatasan Kredit).
Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan
oleh bank-bank komersil untuk memberikan jaminan bahwa
penciptaan kredit sesuai dengan target moneter dan menciptakan
kompetisi yang sehat antar bank komersial.
5) Alokasi Kredit BerdasarkanNilai
Realisasi
kredit
harus
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat .Alokasi kredit mengarah pada optimisasi produksi
dan distribusi barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagian
besar masyarakat.Keuntungan yang diperoleh dari pemberian
kredit juga diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.Untuk itu
perlu adanya jaminan kredit yang disepakati oleh pemerintah dan
bank-bank komerisal untuk mengurangi risiko dan biaya yang
harus ditanggung bank.
6) Teknik Lain
Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi
dengan senjata-senjata lain untuk merealisasikan sasaran yang
diperlukan termasuk diantranya moral suasion atau himbauan
moral.
C. Dampak Kebijakan Moneter
11
Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan moneter
ekspansif (expansionary monetary policy), yaitu melalui peningkatan jumlah uang
beredar (money supply atau Ms) di dalam perekonomian. Dengan adanya ekspansi
moneter tersebut, akan menyebabkan tingkat bunga (i) turun, dan yang pada
gilirannya mendorong investasi (I) naik, dan naiknya investasi selanjutnya
menyebabkan
permintaan
agregat
(AD)
juga
mengalami
kenaikan.
Dalam kerangka model IS-LM, naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan
oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar tadi, akan mendorong kurva LM
bergeser ke kanan. Sebagai akibatnya, tingkat bunga (i) akan turun, namun
pendapatan (Y) sebaliknya mengalami kenaikan. Dalam kerangka model AS-AD,
adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) yang menyebabkan kurva AD bergeser
ke kanan, (dengan kurva AS yang tertentu), telah menyebabkan baik tingkat
pendapatan (Y) maupun tingkat harga (P) di dalam perekonomian juga mengalami
kenaikan.
Dengan adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) dari dari Ms0 menjadi Ms1,
telah menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1
(Ms1).
Dengan kurva IS yang tertentu, maka kenaikan di dalam jumlah uang
beredar yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan itu telah mendorong
tingkat bunga (1) turun dari l0 menjadi 11, dan pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke
Y.
Pada gambar 9.3.b. tampak bahwa dengan adanya kenaikan di dalam jumlah uang
beredar, telah menyebabkan kurva permintaan agregat (AD) bergeser dari AD0
(Ms0) keADl, (Msl), yang selanjutnya mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0
ke P1,
dan pendapatan (Y) juga naik dari Y0 ke Y1.
12
Sebaliknya, apabila sekarang pemerintah menjalankan suatu kebijakan moneter
kontraktif (contractionary monetary policy) yaitu dengan mengurangi jumlah uang
beredar (Ms) di dalam perekonomian, dalam kerangka model AS-AD akan
menyebabkan kurva AD bergeser ke kiri. Dengan kurva AS yang tertentu,
bergesernya kurva AD ke kiri akan menyebabkan tingkat harga dan pendapatan
turun (lihat gambar 9.4a dan 9.4b)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak adanya intrumen-intrumen tradisional untuk membuat kebijakan
moneter.Oleh karena itu tidak perlu harus menimbulkan kesulitan-kesulitan
serius dalam mengatur kebijakan moneter. Ini untuk mengatakan bahwa
dalam sistem ilslam sebagaimana dalam sistem lainnya bekerja sama antara
bank sentral dan pemerintah jelas sangat penting kecuali kalau pemerintah
bertekat untuk menjadikan stabilitas harga sebagai suatu tujuan kebijakan
yang tidak bisa ditawar-tawar. Dan atas dasar itu pula dibuat anggaran
belanja maka suatu kebijakan moneter yang efektif kiranya menjadi tidak
mungkin.Sekali high power money diatur dari pusat, berbagai penyesuaian
karena berubahnya kondisi ekonomi terpaksa harus dilakukan oleh bank
sentral sendiri.
Suatu kebijakan moneter syari’ah tentunya sangat diperlukan guna
mengurangi atau menghilangkan sistem konvensional yang jauh dari syariat
agama islam. Bahkan dapat dikatakan kebijakan moneter konvensional itu
kharam karena tidak terlepas dari sistem bunga.
B. Saran
Terkait dengan kajian diatas, penulis berharap pemerintah dapat
memperhatikan kembali kebijakan moneter yang telah terlaksanakan itu agar
secara perlahan dapat beralih kepada sistem kebijakan moneter yang
syari’ah.Agar nantinya dapat tercapai perekonomian yang bersih dan diridhai
Allah SWT.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo Mugi. 2009. Ekonomi Moneter. Surakarta: UNS Press.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta.
Capra M.Umer.1997. Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil.Yogyakarta:
PT. DANA BHAKTI PRIMA YAS.
http://isa7695.wordpress.com/2009/12/17/kebijakan-moneter-konvensional-vssyariah/
Pertanyaan:
1. Oka (213-11-149)
Bagaimana harga naik pendapatan naik berdasarkan kurva kebijakan
moneter ekspansif?
Harga naik dikarenakan bergesernya kurva permintaan agregat(AD) ke
kanan yang menyebabkan permintaan meningkat dan permintaan
meningkat tersebut mendorong penjual untuk menaikkan harga. Dengan
begitu, konsumen pun akan menyesuaikan penghasilannya sehingga
tingkat pendapatan pun menjadi naik.
2. Ilmi (213-13-175)
Cara mencegah inflasi dan menjaga kestabilan nilai mata uang?
Jawab:
Inflasi tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisir dengan solusi
sebagai berikut menurut Dr. Husain Syahhatah:
1. Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang dan
menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi.
2. Mengarahkan belanja dan melarang terlalu berlebihan, mubazir,
dan belanja yang tidak bermanfaat.
3. Larangan menyimpan atau menimbun harta dan mendorong untuk
menginvestasikannya.
4. Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan terhadap
unsur manusia secara moral dan material (Hasan, 2005: 287).
Menjaga kestabilan nilai mata uang:
Untuk dapat mencapai tujuan dalam menjaga kestabilan nilai mata uang,
bank sentral diberikan beberapa kewenangan dalam melakukan tugasnya.
Tugas pertama adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar atau suku bunga dalam
perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai
uang
tersebut
dan
sekaligus
mampu
mendorong
pertumbuhan
perekonomian nasional. Tugas kedua adalah mengatur dan melaksanakan
sistem pembayaran, yang mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan,
standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang
antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan dengan
menggunakan instrumen pembayaran yang sah. Tugas ketiga adalah
mengatur dan mengawasi perbankan. Peran penting perbankan terutama
2
dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit maupun bentuk pembiayaan lainnya untuk dunia usaha.
3. Toha (213-13-050)
Bagaimana cara menghapus suku bunga?
Jawab:
Dengan mengubah mekanisme keuangan yang semula menganut sistem
konvensional diganti dengan manajemen moneter Islam, langkahnya
antara lain: pertama, dengan mendorong pemilik modal untuk
berinvestasi pada sekoltor riil.
Kedua, adanya mekanisme bagi hasil sehingga akan memberi kesempatan
secara bersama-sama untuk menggerakkan roda perekonomian.
Ketiga, dunia usaha relatif stabil, profit share ratio tidak sefluktuatif suku
bunga, sehingga tercipta kepastian berusaha.
Keempat, menerapkan sistem profit and loss sharing. Dimana untung
dinikmati bersama dan rugi ditanggung bersama (Zuhri,1996:162).
3
EKONOMI MAKRO ISLAM
“KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM”
(Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam dan akan
dipresentasikan pada tanggal 19 November2014)
Dosen Pengampu
Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si.
Disusun Oleh
Helmi Susanti
(213-13-153)
Hanna Hidayah (213-13-158)
Istriyani
(213-13-178)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH S1
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim,
Allah Akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan
dan ilmu kepada penulis. Alhamdulillah, karena bimbingan, perlindungan, dan
pengajaran dari Allah SWT. sehingga dapat menghantarkan penulis pada
penyelesaian penulisan makalah yang sedang ditangan pembaca saat ini.
Sesungguhnya dalam penulisan ini, penulis banyak menghadapi kendala
yang membuat sedikit bingung. Terutama mengenai kebijakan moneter dalam
ekonomi
Islam. Dimana perbandingan yang cukup spesifik antara ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam. Namun setelah merujuk ke beberapa referensi
sedikit menambah wawasan penulis dalam penyelesaian makalah ini. Sampailah
kepada penulisan akhir, dan dengan sedikit banyak usaha yang dikeluarkan dapat
menghantarkan penulis pada penyelesaian makalah ini. Namun tentu penyelesaian
tulisan ini tak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Sebagai tanda
penghargaan, penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang ditujukan
kepada:
Ayah dan Bunda yang telah memberikan segala fasilitas berupa materi yang tidak
akan pernah penulis mampu untuk menggantinya.
Dosen pengampu mata kuliah, dan segenap teman-teman seperjuangan yang telah
banyak memberikan sumbangsih. Serta kepada semua pihak yang belum mampu
penulis sebutkan satu per satu.
Kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak
sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Karena mengingat makalah ini masih
sangat jauh dari panggang apai. Namun, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah pengetahuan dan menimbulkan keberkahan bagi pembaca sekalian.
Wallahu A’lamu Bi al Shawab
Billahitaufiq wal Hidayah.
14 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................
1
Rumusan Masalah......................................................................
2
Tujuan......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter Secara Umum (Konvensional)
1. Pengertian Kebijakan Moneter…………......................
3
2. Tujuan Kebijakan Moneter……………………………
3
3. Instrumen Kebijakan Moneter.......................................
4
B. Kebijakan Moneter Secara Islam
1. Pengertian Kebijakan Moneter Secara Islam................
5
2. Perbedaan Kebijakan Moneter Konvensional dengan
BAB III
Kebijakan Moneter Secara Islam..................................
5
3. Instrumen Kebijakan Moneter Syari’ah........................
6
C. Dampak Kebijakan Moneter……………………………...
9
PENUTUP
Kesimpulan...................................................................... 11
Saran................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam permasalahan ekonomi makro banyak sekali yang harus di hadapi
oleh suatu Negara khususnya Indinesia.Permasalahan tersebut seperti,
pengangguran, kemiskinan, isnfansi dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri
bahwa peranan uang dirasakan sangat penting bagi kehidupan ekonomi
manusia. Uang berfungsi tidak hanya sebagai alat pembayaran, tetapi juga
media penyimpan kekayaan dan untuk dasar perhitungan berbagai transaksi
ekonomi dan keuangan.Sejalan dengan itu, perkembangan jumlah uang yang
beredar mempunyai keterkaitan dan pengaruh langsung pada perkembangan
berbagai aktivitas perekonomian.Keterkaitan itu tercermin pada hubungan yang
terjadi antara jumlah uang yang beredar dengan perkembangan variable-variabel
ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.
Peningkatan jumlah uang yang beredar yang berlebihan dapat mendorong
peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka
panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila
peningkatan jumlah uang yang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomu
akan terjadi. Apabila hal ini terus menerus berlangsung, kemakmuran
masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan.
Kegiatan pengendalian jumlah uang yang beredar tersebut lazimnya disebut
dengan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.
Namun, sejauh ini kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral
adalah bersifat konvensional yang jauh dari sistem yang syar’i.Dalam makalah
ini akan mencoba mengupas mengenai kebijakan moneter islam. Dimana
kebijakan moneter islam ini tentunya akan mengacu pada hukum dan syaratsyarat islam dalam mengatasi berbagai masalah uang yang beredar di
masyarakat.
1
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas ialah;
a. Apa bedanya kebijakan moneter konvensional dan syariah?
b. Apa saja yang dilakukan bank sentral syariah untuk melaksanakan kebijakan
moneter Islam?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetagui seperti apa
kebijakan moneter sejara islam dalam menstabilkan uang yang beredar di
masyarakan, agar pembaca lebih paham dengan hal tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter Konvensional
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh bank
sentral untuk menstabilkan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
dan kredit yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi pada kegiatan
masyarakat.
2. Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bertujuan untuk menstabilkan perekonomian yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.Kalau kestabilan ekonomi
terganggu,
maka
kebijaksanaan
moneter
dapat
dipakai
untuk
memulihkannya.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar.Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar.Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi.Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
3
3. Instrumen Kebijakan Moneter
Adapun instrument yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Kuantitatif
Kebijakan kuantitatif adalah kebijakan yang bersifat umum yang
dilakukan oleh Bank Sentral.kebijakan tersebut meliputi:
1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market)
Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga
oleh bank sentral.tindakan ini akan berpengaruh: pertama,
menaikkan cadangan bank-bank umum yang tersangkut dalam
bertransaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga misalnya,
bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang menjual
surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. akibat
tambahnya cadangan, maka bank umum dappat menambah
jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit).
Kedua, tindakan pembelian/penjualan surat berharga akan
mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga)
surat berharga. Akibatnya, tingkat bunga umum juga akan
terpengasuh.
2) Perubahan Tingkat Suku Bunga (Diskonto)
Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus
dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank
sentral. Dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam
dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi
keinginan bank umum untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang
yang beredar dapat ditekan/dikurangi.
3) Cadangan Minimum (reserves requirments)
Seperti yang telah dijelaskan di depan (dalam proses
penciptaan kredit) bahwa perubahan cadangan minimum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Apabila ketentuan
cadangan minimum diturunkan, jumlah uang beredar cenderung
4
naik, dan sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang akan
cenderung turun.
b. Kebijakan Kulitatif
1) Margin Requirement
Digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuantujuan pembelian surat berharga (yang biasanya bersifat
spekulatif). Caranya, dengan menetapkan jumlah minimum kas
down payment untuk transaksi surat berharga. Misalnya,
ditentukan margin requirement 80% artinya apabila seseorang
hendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan
kas dan baru sisanya (20%) boleh dipinjam dari bank.
2) Moral Suasion
Dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter
dan individu yang bergerak di bidang moneter dengan pidatopidato Gubernur Bank Sentral, atau publikasi-publikasi, agar
bersikap seperti yangdikehendaki oleh penguasa moneter.
B. Kebijakan Moneter Islam
1. Pengertian Kebijakan Moneter Islam
Pengertian kebijakan moneter dalam islam tidak jauh berbeda dengan
konvensional yaitu dimana kebijakan moneter adalah suatu kebijakan
yang dipakai guna untuk menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara
internal maupun eksternal) dan stabilitas jumlah uang yang beredar
sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat
tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan
dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia.
5
2. Perbedaan
Kebijakan
Moneter Konvensional dan
kebijakan
Moneter Islam
No
1
Syariah
Konvensional
Sector perbankan syariah menerapkan Sector
perbankan
sistem pembagian keuntungan dan konvensional
kerugian (profit and loss sharing)
2
Sector
moneter
Manajemen
menggunakan
sistem
bunga
memiliki Sector riil memiliki
ketergantungan pada sector riil
3
menerapkan
moneter
metode
ketergantungan
pada
sector moneter
Islam Manajemen moneter
penghapusan konvensional
suku bunga dan adanya kewajiban menggunakan
pembayaran pajak atas biaya produktif paradigma uang pasif
yang menganggur
dan uang aktif
3. Konsep Uang Beredar dalam Ketiga Mazhab Ekonomi Islam
a. Mazhab Iqtishaduna
Pandangan utama dari mazhab ini adalah jumlah uang yang
beredar merupakan elastis sempurna, dimana pemerintah sebagai
pemegang otoritas moneter tidak mampu untuk memengaruhi
jumlah uang yang beredar. Pendapat ini didasarkan pada asumsi
yang merefleksikan gambaran ekonomi pada masa Rasulullah
Saw.
6
Pada grafik tersebut dapat kita lihat bahwa penawaran uang (Ms)
adalah elastis sempurna, dimana penawaran uang ditentukan oleh
perdagangan ekspor impor barang dengan Roma dan Persia,
sedangkan tidak adanya institusi yang melakukan pencetakan uang
mengakibatkan tidak ada bank sentral yang mencetak dan
mengendalikan uang beredar (dinar dan dirham). Seperti yang telah
dijelaskan bahwa karena tidak adanya bea masuk perdagangan dan
nilai value uang sama dengan instrinsiknya telah menjadikan uang
beredar bersifat elastis, banyak sedikitnya uang beredar yang ada
tidak akan memengaruhi tangguh bayar.
Dalam pasar barang pada e2 tingkat pendapatan adalah Y2
dengan harga P2. Ketika ada tambahan ekspor barang
(tambahan impor uang), maka agregat demand dalam negeri
akan naik. Peningkatan agregat demand ini dipicu adanya
peningkatan pendapatan dalam negeri. Kenaikan agregat
demand ini dapat digambarkan dari pergerakan kurva AD2 ke
AD3, sehingga keseimbangan di pasar barang yang baru adalah
titik e3, dimana harga akan meningkat dari P2 ke P3.
Dalam pasar uang dengan adanya kenaikan jumlah pendapatan
mengakibatkan permintaan terhadap uang meningkat. Sehingga
7
titik keseimbangan di pasar uang akan bergeser dari e2 ke e3,
dimana jumlah uang beredar bertambah dari M2 ke M3.
Pergeseran M2 ke M3 ini dapat kita lihat dari adanya surplus
ekspor barang yang berdampak pada peningkatan capital inflow.
b. Mazhab Mainstream
Penawaran uang diasumsikan secara penuh dipengaruhi oleh
kebijakan central bank, sehingga secara grafik akan terlihat
bahwa Ms bersifat perfect inelastis.
Pada tingkat biaya u1 tingkat keseimbangan akan berada pada E1.
Apabila pada tingkat biaya u1 ada kecenderungan permintaan
uang melebihi kurva penawaran barang (MD2), maka pemerintah
akan berusaha mengalihkan penyimpanan uang kas yang ada di
tangan masyarakat untuk ditransaksikan di pasa, baik untuk
konsumsi maupun investasi dengan cara meningkatkan biaya
menjadi u2. Sehingga, hal ini akan mendorong kurva permintaan
bergeser ke atas (MD2) karena adanya peningkatan velositas uang
dan pendapatan. Kenaikan u2 akan menyebabkan pergerakan
disepanjang kurva Md2, sehingga mencapai keseimbangan baru
di titik E2.
Maka, kebijakan yang ditempuh bukanlah dengan cara mencetak
uang, tetapi memengaruhi permintaan uang itu sendiri yaitu
8
dengan pengenaan biaya terhadap asset atau uang yang
dianggurkan.
c. Mazhab Alternatif
Grafik di bawah ini dapat memperjelas bagaimana keseimbangan
dalam sistem keuangan Islam dicapai dengan memasukkan
variabel expected rate of profit:
Pergerakan kurva permintaan untuk sistem keuangan mudharabah
ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya ekspektasi terhadap tingkat
keuntungan. M1 adalah banyaknya uang yang ditawarkan untuk
memenuhi transaksi mudharabah ketika P1=P2. M1 adalah
jumlah uang yang disediakan lebih sedikit dari kebutuhan, yaitu
ketika P1=P2, sekarang katakanlah ada perubahan teknologi
dalam project mudharabah dimana P1>P2 maka akan menarik
dana di luar project mudharabah ini, sehingga kapasitas stock
uang akan bertambah menjadi M2. Titik equilibrium akan
bergeser E1 ke E2. Pergeseran titik keseimbangan ini merupakan
hasil dari proses integrative-interactive-evolutionary pengetahuan
yang akan berdampak terhadap hubungan
π dengan M.
Pergeseran E1 ke E2 merupakan fungsi dari nilai
∅
∅
dimana
adalah objektivitas pengetahuan masyarakat terhadap
perubahan teknologi (A.Karim,edisi 2, 2013: 198-206)
9
4. Instrumen kebijakan Moneter Islam
Kiranya dapat disarankan mekanik bagi kebijakan moneter yang tidak
hanya membantu pengaturan penawaran uang sesuai dengan permintaan
riil tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk menutup defisit
“asli” pemerintah dan sekaligus mencapai tujuan-tujuan lain masyarakat
Islam. Mekanik tersebut harus mencakup enam elemen yaitu:
1) Target Pertumbuhan M dan Mo
Setiap tahun Bank Sentral harus menentukan pertumbuhan
peredaran
uang
(M)
sesuai
dengan
sasaran
ekonomi
nasional.Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan Mo
(high powered money:uang dalam sirkulasi dan deposito pada
bank sentral). Bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank
komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan
berdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian
Islam.Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral
sebagai instrument kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan
kredit.
2) Public Share of Demand Deposit (Uang giral)
Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank komersial
(maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk
membiayai proyek-proyek sosial yang menguntungkan.
3) Statutory Reserve Requirement
10
Bank-bank komersil diharuskan memiliki cadangan wajib
dalam jumlah tertentu di Bank Sentral. Statutory reserve
requirements membantu memberikan jaminan atas deposit dan
sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi
bank. Sebaliknya, Bank Sentral harus mengganti biaya yang
dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh
bank-bank komersial ini.
4) Credit Ceilings (Pembatasan Kredit).
Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan
oleh bank-bank komersil untuk memberikan jaminan bahwa
penciptaan kredit sesuai dengan target moneter dan menciptakan
kompetisi yang sehat antar bank komersial.
5) Alokasi Kredit BerdasarkanNilai
Realisasi
kredit
harus
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat .Alokasi kredit mengarah pada optimisasi produksi
dan distribusi barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagian
besar masyarakat.Keuntungan yang diperoleh dari pemberian
kredit juga diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.Untuk itu
perlu adanya jaminan kredit yang disepakati oleh pemerintah dan
bank-bank komerisal untuk mengurangi risiko dan biaya yang
harus ditanggung bank.
6) Teknik Lain
Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi
dengan senjata-senjata lain untuk merealisasikan sasaran yang
diperlukan termasuk diantranya moral suasion atau himbauan
moral.
C. Dampak Kebijakan Moneter
11
Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan moneter
ekspansif (expansionary monetary policy), yaitu melalui peningkatan jumlah uang
beredar (money supply atau Ms) di dalam perekonomian. Dengan adanya ekspansi
moneter tersebut, akan menyebabkan tingkat bunga (i) turun, dan yang pada
gilirannya mendorong investasi (I) naik, dan naiknya investasi selanjutnya
menyebabkan
permintaan
agregat
(AD)
juga
mengalami
kenaikan.
Dalam kerangka model IS-LM, naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan
oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar tadi, akan mendorong kurva LM
bergeser ke kanan. Sebagai akibatnya, tingkat bunga (i) akan turun, namun
pendapatan (Y) sebaliknya mengalami kenaikan. Dalam kerangka model AS-AD,
adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) yang menyebabkan kurva AD bergeser
ke kanan, (dengan kurva AS yang tertentu), telah menyebabkan baik tingkat
pendapatan (Y) maupun tingkat harga (P) di dalam perekonomian juga mengalami
kenaikan.
Dengan adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) dari dari Ms0 menjadi Ms1,
telah menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1
(Ms1).
Dengan kurva IS yang tertentu, maka kenaikan di dalam jumlah uang
beredar yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan itu telah mendorong
tingkat bunga (1) turun dari l0 menjadi 11, dan pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke
Y.
Pada gambar 9.3.b. tampak bahwa dengan adanya kenaikan di dalam jumlah uang
beredar, telah menyebabkan kurva permintaan agregat (AD) bergeser dari AD0
(Ms0) keADl, (Msl), yang selanjutnya mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0
ke P1,
dan pendapatan (Y) juga naik dari Y0 ke Y1.
12
Sebaliknya, apabila sekarang pemerintah menjalankan suatu kebijakan moneter
kontraktif (contractionary monetary policy) yaitu dengan mengurangi jumlah uang
beredar (Ms) di dalam perekonomian, dalam kerangka model AS-AD akan
menyebabkan kurva AD bergeser ke kiri. Dengan kurva AS yang tertentu,
bergesernya kurva AD ke kiri akan menyebabkan tingkat harga dan pendapatan
turun (lihat gambar 9.4a dan 9.4b)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak adanya intrumen-intrumen tradisional untuk membuat kebijakan
moneter.Oleh karena itu tidak perlu harus menimbulkan kesulitan-kesulitan
serius dalam mengatur kebijakan moneter. Ini untuk mengatakan bahwa
dalam sistem ilslam sebagaimana dalam sistem lainnya bekerja sama antara
bank sentral dan pemerintah jelas sangat penting kecuali kalau pemerintah
bertekat untuk menjadikan stabilitas harga sebagai suatu tujuan kebijakan
yang tidak bisa ditawar-tawar. Dan atas dasar itu pula dibuat anggaran
belanja maka suatu kebijakan moneter yang efektif kiranya menjadi tidak
mungkin.Sekali high power money diatur dari pusat, berbagai penyesuaian
karena berubahnya kondisi ekonomi terpaksa harus dilakukan oleh bank
sentral sendiri.
Suatu kebijakan moneter syari’ah tentunya sangat diperlukan guna
mengurangi atau menghilangkan sistem konvensional yang jauh dari syariat
agama islam. Bahkan dapat dikatakan kebijakan moneter konvensional itu
kharam karena tidak terlepas dari sistem bunga.
B. Saran
Terkait dengan kajian diatas, penulis berharap pemerintah dapat
memperhatikan kembali kebijakan moneter yang telah terlaksanakan itu agar
secara perlahan dapat beralih kepada sistem kebijakan moneter yang
syari’ah.Agar nantinya dapat tercapai perekonomian yang bersih dan diridhai
Allah SWT.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo Mugi. 2009. Ekonomi Moneter. Surakarta: UNS Press.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta.
Capra M.Umer.1997. Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil.Yogyakarta:
PT. DANA BHAKTI PRIMA YAS.
http://isa7695.wordpress.com/2009/12/17/kebijakan-moneter-konvensional-vssyariah/
Pertanyaan:
1. Oka (213-11-149)
Bagaimana harga naik pendapatan naik berdasarkan kurva kebijakan
moneter ekspansif?
Harga naik dikarenakan bergesernya kurva permintaan agregat(AD) ke
kanan yang menyebabkan permintaan meningkat dan permintaan
meningkat tersebut mendorong penjual untuk menaikkan harga. Dengan
begitu, konsumen pun akan menyesuaikan penghasilannya sehingga
tingkat pendapatan pun menjadi naik.
2. Ilmi (213-13-175)
Cara mencegah inflasi dan menjaga kestabilan nilai mata uang?
Jawab:
Inflasi tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisir dengan solusi
sebagai berikut menurut Dr. Husain Syahhatah:
1. Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang dan
menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi.
2. Mengarahkan belanja dan melarang terlalu berlebihan, mubazir,
dan belanja yang tidak bermanfaat.
3. Larangan menyimpan atau menimbun harta dan mendorong untuk
menginvestasikannya.
4. Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan terhadap
unsur manusia secara moral dan material (Hasan, 2005: 287).
Menjaga kestabilan nilai mata uang:
Untuk dapat mencapai tujuan dalam menjaga kestabilan nilai mata uang,
bank sentral diberikan beberapa kewenangan dalam melakukan tugasnya.
Tugas pertama adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar atau suku bunga dalam
perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai
uang
tersebut
dan
sekaligus
mampu
mendorong
pertumbuhan
perekonomian nasional. Tugas kedua adalah mengatur dan melaksanakan
sistem pembayaran, yang mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan,
standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang
antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan dengan
menggunakan instrumen pembayaran yang sah. Tugas ketiga adalah
mengatur dan mengawasi perbankan. Peran penting perbankan terutama
2
dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit maupun bentuk pembiayaan lainnya untuk dunia usaha.
3. Toha (213-13-050)
Bagaimana cara menghapus suku bunga?
Jawab:
Dengan mengubah mekanisme keuangan yang semula menganut sistem
konvensional diganti dengan manajemen moneter Islam, langkahnya
antara lain: pertama, dengan mendorong pemilik modal untuk
berinvestasi pada sekoltor riil.
Kedua, adanya mekanisme bagi hasil sehingga akan memberi kesempatan
secara bersama-sama untuk menggerakkan roda perekonomian.
Ketiga, dunia usaha relatif stabil, profit share ratio tidak sefluktuatif suku
bunga, sehingga tercipta kepastian berusaha.
Keempat, menerapkan sistem profit and loss sharing. Dimana untung
dinikmati bersama dan rugi ditanggung bersama (Zuhri,1996:162).
3