pengembangan kopi kawa minang dan analis
PENGEMBANGAN KOPI KAWA MINANG DAN ANALISIS FAKTOR
YANG MENYEBABKAN KOPI KAWA KURANG DIKENAL
MASYARAKAT
ZA. Fachruriza Mubarok
1400810073
[email protected] .ac.id
Department of Technopreneurship Surya University
2015
I.
Latar belakang
Meminum kopi telah menjadi budaya dan gaya hidup oleh hampir semua orang di dunia.
Persentasi konsumsi kopi dunia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Asia peningkatan
konsumsi kopi mencapai angka 5-8% setiap tahun, sedangkan di Eropa dan Amerika mencapai 8%
per tahun (Hamdi et al, 2013). Selain itu fakta bahwa kopi merupakan komoditi kedua dunia setelah
minyak bumi menjadikan kopi prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan.
Indonesia merupakan negara yang subur dan cocok untuk tanaman kopi. Sehingga kopi
Indonesia telah mendapat nama yang baik di mata dunia. Bahkan tiga kopi Indonesia menjadi kopi
andalan salah satu produsen kopi di Amerika Serikat dan dipajang di etalase toko paling depan,
diantaranya: kopi Sumatera, Java mocha, dan Toraja. Prospek kopi di Indonesia semakin didukung
dengan diselenggarakannya Indonesian Coffee Festival (IFC) 2012, di Ubud Bali 15-16 September
2012 sebagai pembedayaan kopi Indonesia.
Disamping prospek kopi Indonesia yang menjanjikan, Indonesia khususnya tanah Minang,
Sumatera Barat, mempunyai kekayaan kopi yang kurang dilirik dan mempunyai potensi yang tidak
kalah saing dengan kopi daerah lain. Uniknya adalah kopi ini khas daerah dan hanya bisa ditemukan di
Sumatera Barat. Kopi ini adalah kopi kawa atau kawa daun. Kopi kawa merupakan kopi unik yang
terbuat dari daun kopi, bukan biji kopi seperti kopi pada umumnya. Kopi ini juga mengandung
antioksidan yang tinggi dan merupakan kopi khas Minang.
Dengan segala kelebihannya, kopi kawa masih kurang populer di kalangan masyarakat,
bahkan masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui mengenai kopi tersebut, dengan harga
jual sekitar 3000 rupiah per cangkir, dan keunggulan yang dimilikinya, kopi kawa bisa menjadi
prospek yang bagus. Fokus penelitian ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan belum populernya
kopi kawa di kalangan pecinta kopi.
II. Rumusan masalah
1. Kopi kawa masih belum dikenal luas oleh masyarakat
III. Tujuan penelitian
1. Faktor apa saja yang menyebabkan kopi kawa kurang dikenal masyarakat
2. Cara mengenalkan kopi kawa ke masyarakat
IV. Batasan masalah
Tulisan ini dibatasi oleh perolehan data dalam waktu terbatas. Kajian difokuskan pada aspek
teoritis dan informasi sekunder.
V. Teori
5.1 aspek sejarah
Berdasarkan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, pada awal abad 18 di Jawa dan
Sumatera diberlakukan cultuurstelsel, yaitu pembudidayaan tanaman dari pihak belanda atau lebih
dikenal dengan tanam paksa. Pihak kolonial belada memaksa petani untuk menanam kopi Arabica yang
didatangkan dari Yaman. Pada saat itu kopi adalah produk utama kolonial Belanda yang harganya sangat
baik di Eropa. Sebagai produk unggulan, maka para petani tidak diperbolehkan mengambil biji kopi
yang ditanamnya.
Atas kebijakan yang tidak memperbolehkan mengambil biji kopi oleh Belanda, pribumi
Indonesia hanya diperbolehkan mengambil daun kopi. Orang Indonesia khususnya Minang
memanfaatkan daun kopi untuk dikonsumsi dengan dikeringkan lalu diseduh, maka lahirlah kopi kawa
khas minang.
Selain kopi kawa, kebijakan cultuurstelsel yang tidak memperbolehkan rakyat pribumi memetik
biji kopi menghasilkan jenis kopi lain, yaitu kopi luwak. Para petani kopi memungut buah kopi dari
kotoran luwak liar yang ada di kebun dan dijadikan minuman. Kolonialis Belanda mengetahui pribumi
yang mengonsumsi kopi luwak kemudian ikut merasakan dan ternyata enak. Sejak saat itu kopi luwak
menjadi populer dan memiliki nilai jual sangat tinggi hingga jutaan rupiah per kilogram ( Hardjanto,
2013).
Kopi kawa dan kopi luwak memiliki kesamaan secara historis, namun popularitas dan harga
jual kopi kawa jauh berbeda dibawah kopi luwak. Hal ini menjadi fokus pembahasan mengenai kopi
kawa yang kurang populer di masyarakat dan akan dibahas lebih lanjut pada bab diskusi.
5.2 Potensi kopi kawa
Kopi kawa secara kandungan kimia memiliki banyak keunggulan. Daun kopi mengandung
antioksidan dalam kadar tinggi (davis, 2012). Secara kimiawi daun kopi mengandung senyawa
polifenol yang tinggi dan dapat melaukan aktiviitas antioksidan hingga mencapai 70%(khotimah, 2014)
. polifenol yang terkandung dalam daun kopi dapat menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat
mengoksidasi protein, lemak, dan DNA. Kemampuan antioksidan polifenol 100 kali lebih efektif
dibandingkan ddengan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan vitamin E (khotimah, 2014).
serta bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung dan diabetes. Selain antioksidan yang tinggi, daun
kopi jenis arabica mengandung senyawa mangiferin yang memiliki banyak manfaat farmakologis,
seperti mengatasi inflamasi atau peradangan. Layaknya kopi dari biji, kopi daun juga mengandung
kafein, namun kadar kafein daun kopi tidak setinggi bijinya sehingga aman dikonsumsi secara rutin,
karena jika kafein dikonsumsi dalam jumlah banyak maka dapat menimbulkan hipertensi. Selain itu
kopi kawa juga merupakan khas daerah dan hanya bisa ditemukan di Sumatera Barat.
5.3 Status quo kopi kawa
Produksi kopi kawa di Sumatera Barat saat ini masih secara tradisional yang belum
konsisten mutunya. Hal ini terbukti dan dikarenakan proses produksi yang tidak terkontrol, baik suhu
maupun waktu prosesnya, begitu pula dengan pemilihan umur daun kopinya. (Khotimah, 2014). Dengan
produksi yang masih tradisional akan mempengaruhi pemasaran kopi kawa sehingga memerlukan solusi
perbaikan proses produksi. Mengenai perbaikan proses produksi akan dibahas lebih lanjut pada bab
diskusi.
VI.Data
1Harga kopi (biji) berdasarkann International Coffee Organization
Berdasarkan data, harga kopi (biji) mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir,
bahkan menjadi komoditi nomor dua dunia setelah minyak bumi. Namun tidak ada data mengenai harga
kopi yang terbuat dari daun, hal ini menunjukkan bahwa prospek kopi daun belum dilirik masyarakat.
2sumber : International Coffee Organization
VII. Diskusi
Berdasarkan sejarah, kopi kawa memiliki latar belakang yang hampir sama dengan kopi
luwak. Namun popularitas kedua kopi tersebut berbeda, memang secara rasa berdasarkan pendapat
banyak orang, kopi luwak lebih unggul dan sejak jaman kolonial Belanda harga kopi luwak sudah
mahal. Dibandingkan dengan kopi kawa yang memiliki rasa sedikit hambar dan pada jaman itu belum
terbukti kandungan antioksidan tinggi yang dimiliki kopi kawa, sehingga wajar bila harga dan
popularitas kopi kawa jauh dibawah kopi luwak.
Faktor yang mempengaruhi popularitas kopi luwak tidak hanya dari cita rasanya, tetapi
publikasi lebih mengambil peran dalam hal ini. Baik kopi luwak maupun kopi kawa sudah ada dari
jaman kolonial Belanda, namun kopi luwak baru dikenal luas dan populer sekitar tahun 1980-an. Bila
dibandingkan dengan kopi luwak, publikasi kopi kawa hingga saat ini masih belum optimal sehingga
kopi kawa kurang dikenal masyarakat. Terlebih lagi kopi kawa hanya ada di Sumatera Barat dan
produksinya masih tradisional.
Produksi kopi kawa yang kebanyakan masih secara tradisional dan dalam skala produksi yang
kecil juga menjadi faktor kurang dikenalnya kopi kawa di masyarakat. Kopi kawa kebanyakan hanya
dijual di dangau (semacam warung) di tempat-temat tertentu di Sumatera Barat dan belum dijual serta
dipublikasikan secara luas ke masyarakat sehingga nama kopi kawa kurang dikenal. Untuk produksi
besar diperlukan proses yang terkontrol serta pemilihan daun yang tepat. Saat ini produksi kopi kawa
masih belum optimal dengan pemilihan daun yang random. Bila dilihat dari segi senyawa antioksidan,
kopi kawa akan lebih baik bila memilih daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, jenis umur
daun yang demikian juga akan menghasilkan kopi kawa yang memiliki kadar kaffein yang lebih
rendah (Khotimah, 2014).
Faktor lain yang memegaruhi popularitas kopi kawa adalah kopi biji, berdasarkan data dari
ICO, kopi (biji) mengalami kenaikan harga selama beberapa tahun terakhir dan menjadi komoditi
nomor dua dunia. Hal ini mengakibatkan para petani kopi lebih memilih mengembangkan kopi dari
biji karena harga di pasaran tinggi. Secara hormonal, bila daun kopi dipetik akan memengaruhi
produksi buahnya sehingga para petani kopi lebih memilih untuk mengembangkan kopi dari biji.
Solusi dari hal ini adalah dengan memanfaatkan tanaman kopi yang sudah tidak produktif untuk
diambil daunnya, yaitu sekitar umur 20 tahun, dengan ini tidak akan mempengaruhi produksi kopi dari
biji. Meskipun saat ini kopi kawa belum dikenal masyarakat luas, tapi dengan ditemukannya senyawa
antioksidan dalam kadar yang tinggi dalam kopi kawa, maka kopi kawa memiliki potensi untuk
dikenal masyarakat sebagai minuman sehat.
Dalam mengenalkan kopi kawa ke masyarakat, hal pertama yang harus dilakukan adalah
dengan publikasi kopi kawa beserta keunikan dan keunggulan khasiatnya. Belum dikenalnya kopi
kawa membuat para petani dan produsen kopi kurang melirik potensi kopi kawa sehingga daun kopi
belum memiliki harga di pasaran. Dengan mendahulukan publikasi manfaat dan keunggulan kopi
kawa ke media maka akan memotivasi para petani kopi dan produsen kopi untuk mengembangkan
kopi kawa.
Langkah selanjutnya dalam pengembangan kopi kawa adalah penyuluhan bagaimana agar
produksi kopi kawa optial. Saat ini produksi kopi kawa kebanyakan di Sumatera Barat masih dengan
cara tradisional dengan proses pengeringan menggunakan smoker dan pemilihan daun yang tua. Untuk
produuksi kopi kawa paling optimal dengan tolok ukur kadar polifenol dan aktifitas antioksidan proses
pengolahan kopi kawa perlu dibenahi dengan pemilihan daun kopi yang tidak tua dan tidak muda dan
dengan menggunakan alat pengering cbinet dryer.
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi kurangnya kopi kawa dikenal masyarakat :
1. Kurangnya publikasi
2. Produksi saat ini masih tradisional dan masih skala kecil
3. Kalah bersaing dengan kopi dari biji yang mempunyai harga tinggi
Potensi yang dimiliki kopi kawa :
1. Kandungan senyawa antioksidan dalam kadar tinggi sebagai minuman sehat
2. Minuman khas daerah Minang, Sumatera Barat
Untuk saat ini kopi kawa masih kurang dikenal masyarakat luas tapi memiliki prospek yang bagus
untuk dikembangkan. Solusi untuk pengembangan kopi kawa yaitu dengan pembenahan proses
produksi serta pemilihan daun dan publikasi dari media agar kopi kawa bisa dikenal masyarakat luas.
References
hamdi, et al. (2013). KAWA GREEN COFFEE: MODERNISASI KOPI DAUN TRADISIONAL SUMATERA
BARAT DENGAN MENGGUNAKAN KANTUNG CELUP SEBAGAI INOVASI PRODUK KOPI
INDONESIA. laporan akhir PKM-K, 3.
davis, a. (2012). flora of tropical east africa completed. kewscientist, 8.
khotimah, k. (2014). Karakteristik Kimia Kopi Kawa Dari Berbagai Umur Helai Daun Kopi Yang
Diproses Dengan Metode Berbeda. jurnal teknlogi pertanian universitas mulawarman.
www.globalexchange.org/fairtrade/coffee/faq
YANG MENYEBABKAN KOPI KAWA KURANG DIKENAL
MASYARAKAT
ZA. Fachruriza Mubarok
1400810073
[email protected] .ac.id
Department of Technopreneurship Surya University
2015
I.
Latar belakang
Meminum kopi telah menjadi budaya dan gaya hidup oleh hampir semua orang di dunia.
Persentasi konsumsi kopi dunia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Asia peningkatan
konsumsi kopi mencapai angka 5-8% setiap tahun, sedangkan di Eropa dan Amerika mencapai 8%
per tahun (Hamdi et al, 2013). Selain itu fakta bahwa kopi merupakan komoditi kedua dunia setelah
minyak bumi menjadikan kopi prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan.
Indonesia merupakan negara yang subur dan cocok untuk tanaman kopi. Sehingga kopi
Indonesia telah mendapat nama yang baik di mata dunia. Bahkan tiga kopi Indonesia menjadi kopi
andalan salah satu produsen kopi di Amerika Serikat dan dipajang di etalase toko paling depan,
diantaranya: kopi Sumatera, Java mocha, dan Toraja. Prospek kopi di Indonesia semakin didukung
dengan diselenggarakannya Indonesian Coffee Festival (IFC) 2012, di Ubud Bali 15-16 September
2012 sebagai pembedayaan kopi Indonesia.
Disamping prospek kopi Indonesia yang menjanjikan, Indonesia khususnya tanah Minang,
Sumatera Barat, mempunyai kekayaan kopi yang kurang dilirik dan mempunyai potensi yang tidak
kalah saing dengan kopi daerah lain. Uniknya adalah kopi ini khas daerah dan hanya bisa ditemukan di
Sumatera Barat. Kopi ini adalah kopi kawa atau kawa daun. Kopi kawa merupakan kopi unik yang
terbuat dari daun kopi, bukan biji kopi seperti kopi pada umumnya. Kopi ini juga mengandung
antioksidan yang tinggi dan merupakan kopi khas Minang.
Dengan segala kelebihannya, kopi kawa masih kurang populer di kalangan masyarakat,
bahkan masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui mengenai kopi tersebut, dengan harga
jual sekitar 3000 rupiah per cangkir, dan keunggulan yang dimilikinya, kopi kawa bisa menjadi
prospek yang bagus. Fokus penelitian ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan belum populernya
kopi kawa di kalangan pecinta kopi.
II. Rumusan masalah
1. Kopi kawa masih belum dikenal luas oleh masyarakat
III. Tujuan penelitian
1. Faktor apa saja yang menyebabkan kopi kawa kurang dikenal masyarakat
2. Cara mengenalkan kopi kawa ke masyarakat
IV. Batasan masalah
Tulisan ini dibatasi oleh perolehan data dalam waktu terbatas. Kajian difokuskan pada aspek
teoritis dan informasi sekunder.
V. Teori
5.1 aspek sejarah
Berdasarkan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, pada awal abad 18 di Jawa dan
Sumatera diberlakukan cultuurstelsel, yaitu pembudidayaan tanaman dari pihak belanda atau lebih
dikenal dengan tanam paksa. Pihak kolonial belada memaksa petani untuk menanam kopi Arabica yang
didatangkan dari Yaman. Pada saat itu kopi adalah produk utama kolonial Belanda yang harganya sangat
baik di Eropa. Sebagai produk unggulan, maka para petani tidak diperbolehkan mengambil biji kopi
yang ditanamnya.
Atas kebijakan yang tidak memperbolehkan mengambil biji kopi oleh Belanda, pribumi
Indonesia hanya diperbolehkan mengambil daun kopi. Orang Indonesia khususnya Minang
memanfaatkan daun kopi untuk dikonsumsi dengan dikeringkan lalu diseduh, maka lahirlah kopi kawa
khas minang.
Selain kopi kawa, kebijakan cultuurstelsel yang tidak memperbolehkan rakyat pribumi memetik
biji kopi menghasilkan jenis kopi lain, yaitu kopi luwak. Para petani kopi memungut buah kopi dari
kotoran luwak liar yang ada di kebun dan dijadikan minuman. Kolonialis Belanda mengetahui pribumi
yang mengonsumsi kopi luwak kemudian ikut merasakan dan ternyata enak. Sejak saat itu kopi luwak
menjadi populer dan memiliki nilai jual sangat tinggi hingga jutaan rupiah per kilogram ( Hardjanto,
2013).
Kopi kawa dan kopi luwak memiliki kesamaan secara historis, namun popularitas dan harga
jual kopi kawa jauh berbeda dibawah kopi luwak. Hal ini menjadi fokus pembahasan mengenai kopi
kawa yang kurang populer di masyarakat dan akan dibahas lebih lanjut pada bab diskusi.
5.2 Potensi kopi kawa
Kopi kawa secara kandungan kimia memiliki banyak keunggulan. Daun kopi mengandung
antioksidan dalam kadar tinggi (davis, 2012). Secara kimiawi daun kopi mengandung senyawa
polifenol yang tinggi dan dapat melaukan aktiviitas antioksidan hingga mencapai 70%(khotimah, 2014)
. polifenol yang terkandung dalam daun kopi dapat menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat
mengoksidasi protein, lemak, dan DNA. Kemampuan antioksidan polifenol 100 kali lebih efektif
dibandingkan ddengan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan vitamin E (khotimah, 2014).
serta bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung dan diabetes. Selain antioksidan yang tinggi, daun
kopi jenis arabica mengandung senyawa mangiferin yang memiliki banyak manfaat farmakologis,
seperti mengatasi inflamasi atau peradangan. Layaknya kopi dari biji, kopi daun juga mengandung
kafein, namun kadar kafein daun kopi tidak setinggi bijinya sehingga aman dikonsumsi secara rutin,
karena jika kafein dikonsumsi dalam jumlah banyak maka dapat menimbulkan hipertensi. Selain itu
kopi kawa juga merupakan khas daerah dan hanya bisa ditemukan di Sumatera Barat.
5.3 Status quo kopi kawa
Produksi kopi kawa di Sumatera Barat saat ini masih secara tradisional yang belum
konsisten mutunya. Hal ini terbukti dan dikarenakan proses produksi yang tidak terkontrol, baik suhu
maupun waktu prosesnya, begitu pula dengan pemilihan umur daun kopinya. (Khotimah, 2014). Dengan
produksi yang masih tradisional akan mempengaruhi pemasaran kopi kawa sehingga memerlukan solusi
perbaikan proses produksi. Mengenai perbaikan proses produksi akan dibahas lebih lanjut pada bab
diskusi.
VI.Data
1Harga kopi (biji) berdasarkann International Coffee Organization
Berdasarkan data, harga kopi (biji) mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir,
bahkan menjadi komoditi nomor dua dunia setelah minyak bumi. Namun tidak ada data mengenai harga
kopi yang terbuat dari daun, hal ini menunjukkan bahwa prospek kopi daun belum dilirik masyarakat.
2sumber : International Coffee Organization
VII. Diskusi
Berdasarkan sejarah, kopi kawa memiliki latar belakang yang hampir sama dengan kopi
luwak. Namun popularitas kedua kopi tersebut berbeda, memang secara rasa berdasarkan pendapat
banyak orang, kopi luwak lebih unggul dan sejak jaman kolonial Belanda harga kopi luwak sudah
mahal. Dibandingkan dengan kopi kawa yang memiliki rasa sedikit hambar dan pada jaman itu belum
terbukti kandungan antioksidan tinggi yang dimiliki kopi kawa, sehingga wajar bila harga dan
popularitas kopi kawa jauh dibawah kopi luwak.
Faktor yang mempengaruhi popularitas kopi luwak tidak hanya dari cita rasanya, tetapi
publikasi lebih mengambil peran dalam hal ini. Baik kopi luwak maupun kopi kawa sudah ada dari
jaman kolonial Belanda, namun kopi luwak baru dikenal luas dan populer sekitar tahun 1980-an. Bila
dibandingkan dengan kopi luwak, publikasi kopi kawa hingga saat ini masih belum optimal sehingga
kopi kawa kurang dikenal masyarakat. Terlebih lagi kopi kawa hanya ada di Sumatera Barat dan
produksinya masih tradisional.
Produksi kopi kawa yang kebanyakan masih secara tradisional dan dalam skala produksi yang
kecil juga menjadi faktor kurang dikenalnya kopi kawa di masyarakat. Kopi kawa kebanyakan hanya
dijual di dangau (semacam warung) di tempat-temat tertentu di Sumatera Barat dan belum dijual serta
dipublikasikan secara luas ke masyarakat sehingga nama kopi kawa kurang dikenal. Untuk produksi
besar diperlukan proses yang terkontrol serta pemilihan daun yang tepat. Saat ini produksi kopi kawa
masih belum optimal dengan pemilihan daun yang random. Bila dilihat dari segi senyawa antioksidan,
kopi kawa akan lebih baik bila memilih daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, jenis umur
daun yang demikian juga akan menghasilkan kopi kawa yang memiliki kadar kaffein yang lebih
rendah (Khotimah, 2014).
Faktor lain yang memegaruhi popularitas kopi kawa adalah kopi biji, berdasarkan data dari
ICO, kopi (biji) mengalami kenaikan harga selama beberapa tahun terakhir dan menjadi komoditi
nomor dua dunia. Hal ini mengakibatkan para petani kopi lebih memilih mengembangkan kopi dari
biji karena harga di pasaran tinggi. Secara hormonal, bila daun kopi dipetik akan memengaruhi
produksi buahnya sehingga para petani kopi lebih memilih untuk mengembangkan kopi dari biji.
Solusi dari hal ini adalah dengan memanfaatkan tanaman kopi yang sudah tidak produktif untuk
diambil daunnya, yaitu sekitar umur 20 tahun, dengan ini tidak akan mempengaruhi produksi kopi dari
biji. Meskipun saat ini kopi kawa belum dikenal masyarakat luas, tapi dengan ditemukannya senyawa
antioksidan dalam kadar yang tinggi dalam kopi kawa, maka kopi kawa memiliki potensi untuk
dikenal masyarakat sebagai minuman sehat.
Dalam mengenalkan kopi kawa ke masyarakat, hal pertama yang harus dilakukan adalah
dengan publikasi kopi kawa beserta keunikan dan keunggulan khasiatnya. Belum dikenalnya kopi
kawa membuat para petani dan produsen kopi kurang melirik potensi kopi kawa sehingga daun kopi
belum memiliki harga di pasaran. Dengan mendahulukan publikasi manfaat dan keunggulan kopi
kawa ke media maka akan memotivasi para petani kopi dan produsen kopi untuk mengembangkan
kopi kawa.
Langkah selanjutnya dalam pengembangan kopi kawa adalah penyuluhan bagaimana agar
produksi kopi kawa optial. Saat ini produksi kopi kawa kebanyakan di Sumatera Barat masih dengan
cara tradisional dengan proses pengeringan menggunakan smoker dan pemilihan daun yang tua. Untuk
produuksi kopi kawa paling optimal dengan tolok ukur kadar polifenol dan aktifitas antioksidan proses
pengolahan kopi kawa perlu dibenahi dengan pemilihan daun kopi yang tidak tua dan tidak muda dan
dengan menggunakan alat pengering cbinet dryer.
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi kurangnya kopi kawa dikenal masyarakat :
1. Kurangnya publikasi
2. Produksi saat ini masih tradisional dan masih skala kecil
3. Kalah bersaing dengan kopi dari biji yang mempunyai harga tinggi
Potensi yang dimiliki kopi kawa :
1. Kandungan senyawa antioksidan dalam kadar tinggi sebagai minuman sehat
2. Minuman khas daerah Minang, Sumatera Barat
Untuk saat ini kopi kawa masih kurang dikenal masyarakat luas tapi memiliki prospek yang bagus
untuk dikembangkan. Solusi untuk pengembangan kopi kawa yaitu dengan pembenahan proses
produksi serta pemilihan daun dan publikasi dari media agar kopi kawa bisa dikenal masyarakat luas.
References
hamdi, et al. (2013). KAWA GREEN COFFEE: MODERNISASI KOPI DAUN TRADISIONAL SUMATERA
BARAT DENGAN MENGGUNAKAN KANTUNG CELUP SEBAGAI INOVASI PRODUK KOPI
INDONESIA. laporan akhir PKM-K, 3.
davis, a. (2012). flora of tropical east africa completed. kewscientist, 8.
khotimah, k. (2014). Karakteristik Kimia Kopi Kawa Dari Berbagai Umur Helai Daun Kopi Yang
Diproses Dengan Metode Berbeda. jurnal teknlogi pertanian universitas mulawarman.
www.globalexchange.org/fairtrade/coffee/faq