07. SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DASAR TIPIDUM

MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DASAR
TINDAK PIDANA UMUM
(07)

JAKARTA, 2 MARET 2016

1

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

SKEMA SERTIFIKASI
PENYIDIK DASAR TINDAK PIDANA UMUM
Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan

Organisasi padaTingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
memberikan tugas danwewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan
sertifikasi Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.Skema ini dipergunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik Dasar Tindak Pidana
Umum.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal :
Maret 2016

Disahkan di
pada tanggal

KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI

: Jakarta
: Maret 2016

KA LSP POLRI

Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H.

Drs. FIANDAR
KOMISARIS JENDERAL POLISI
KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899
Menyetujui,
a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KALEMDIKLAT

Drs. SYAFRUDDIN, M.Si.
KOMISARIS JENDERAL POLISI
Nomor Dokumen
Nomor Salinan
Status Distribusi

:
:
:

Terkendali
Tak terkendali


Konseptor:
1. Kasubbag Sertifikasi: ………
2. Paur i LSP Polri : ……….

2

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
1.

LATAR BELAKANG
Dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana diatur pengertian Penyidik dan Penyidik Pembantu.Penyidik
adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan, sedangkan Penyidik pembantu adalah

Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu
dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang.

Untuk menjadi seorang penyidik atau penyidik pembantu,

tidak bisa

serta merta berada pada kursi jabatan sebagai penyidik atau penyidik
pembantu dan kemudian menangani perkara. Seorang penyidik harus
memahami dan mengerti betul tugas dan tanggung jawabnya dalam
pelaksanaan penyidikan.Penyidikan yang dimaksud adalah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang- undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.Berbagai perkara pidana yang terjadi dan
dilaporkan ke Kepolisian, memerlukan penanganan secara proporsional dan
professional oleh penyidik.
Seorang penyidik harus memiliki kompetensi di bidang tugas penyidikan
yang diembannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penyidik atau
penyidik pembantu meliputi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan
attitude (perilaku). Ketiga unsur inilah yang dapat menunjukkan seseorang
qualified atau tidak di bidang tugasnya.

Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik
pembantu dengan bidang tugas Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.Skema
sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi
kompetensi Penyidi katau Penyidik pembantu.
2.

RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI
Ruang lingkup Skema Sertifikasi Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum
meliputi:
2.1. Penyidik Dasar Tindak Pidana KUHP
3

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI

3.

TUJUAN SERTIFIKASI
3.1. Untuk organisasi
3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa
pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga

yang kompeten.
3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten.
3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja.
3.2. Untuk personel
3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder
bahwa dirinya kompeten dalam bekerja.
3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk
meningkatkan percaya diri personel.
3.2.3. Membantu

personel

dalam

mengukur

tingkat

pencapaian


kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
Dasar Tindak Pidana Umum.
3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi.
3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral.
3.2.6. memberikan

justifikasi

bagi

personel

yang

ditunjuk

dalam

pelaksanaan tugas sebagai penyidik dan penyidik pembantu
Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.

4.

ACUAN NORMATIF

4.1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4.2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946

tentang

KUHP;
4.3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum AcaraPidana;


4.4.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Anggota Polri;

4

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
4.5.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi;

4.6.

Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 1983 tentangpelaksanaan
KUHAP;

4.7.


Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan
Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP;

4.8.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

4.9.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri;

4.10.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;


4.11.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21
Tahun

2010

tentang

Susunan

Organisasi

dan

Tata

Kerja

SatuanOrganisasipada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
4.12.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentangPenyidikanTindakPidana;

4.13.

Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 1 Tahun 2014
tentang SOP Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.14.

Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 2 Tahun 2014
tentang SOP Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana;

4.15.

Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 3 Tahun 2014
tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.16.

Peraturan Kabareskrim Nomor 4 Tahun 2014

tentang Standar

Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana;
4.17.

Peraturan

BNSP

Nomor

5

tahun

2014

tentang

Pedoman

Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi.
5.

KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA

5.1. Jenis Kemasan: Klaster

5

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
5.2. Rincian Unit Kompetensi
Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum adalah anggota Polri yang
ditugaskan sebagaiPenyidikdanPenyidik pembantu.
Pada masing-masing bidang terdapat masing-masing Unit kompetensi:

5.2.1.

NO

6.

Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum

KODE UNIT

JUDUL UNIT KOMPETENSI

1

RSK.PD01.001.01

Melaksanakan Kegiatan Penyelidikan Tindak
Pidana Umum

2

RSK.PD01.002.01

Merencanakan
Umum

3

RSK.PD01.003.01

Melaksanakan Kegiatan Upaya Paksa

4

RSK.PD01.004.01

Melaksanakan Pemeriksaan Saksi, Tersangka
dan Ahli

5

RSK.PD01.005.01

Melaksanakan Penyelesaian dan Penyerahan
Berkas Perkara

6

RSK.PD01.006.01

Melaksanakan Penyerahan Tersangka dan
Barang Bukti

7

RSK.PD01.007.01

Melaksanakan Penghentian Penyidikan Tindak
Pidana Umum

Penyidikan

Tindak

Pidana

PERSYARATAN
6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi
6.1.1. Memiliki SK Penyidik.
6.1.2. Telah direkomendasikan kompeten terhadap kompetensi Penyidik
Dasar dari Assesor
6.1.3. Memiliki pengalaman dinas yang bertugas sebagai penyidik di
fungsi Reskrim.
6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang
penyidikan sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana.
6.1.5. Sehat jasmani dan rohani.
6.1.6. Direkomendasikan oleh kepala satuan kerja.
6

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI

6.2. Persyaratan dasar asesor kompetensi
6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi yang masihberlaku.
6.2.2. Anggota Polri atau purnawirawanPolri.
6.2.3. Sehat jasmani dan rohani.
6.2.4. Untuk anggota Polri direkomendasikan oleh Kasatkernya, untuk
Purnawirawan Polri direkomendasikan oleh Ka LSP.
6.2.5. Memiliki Surat Perintah Tugas melakukan uji kompetensi dari Ka
LSP Polri
7.

HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT
7.1. Hak peserta sertifikasi
7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen
pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi.
Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai
penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana.
7.1.2 Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada
yang merasa dirugikan.
7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi
7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen.
7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen.
7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen.

8.

BIAYA SERTIFIKASI
Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara
hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup:
8.1. Tahap persiapan
8.1.1. Biaya rapat persiapan.
8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal.
8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi.
8.2. Tahap pelaksanaan
8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi
8.2.2. Honor panitia dan asesor
7

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
8.2.3. Biaya rapat komite
8.2.4. Biaya cetak sertifikat
8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat
8.3. Tahap pembuatan laporan
8.3.1. Biaya penyusunan laporan
8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan
8.3.3. Biaya pengiriman laporan
9.

PROSES SERTIFIKASI
9.1. Proses pendaftaran
9.1.1. Permohonan
Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari
kepala satuan kerja dengan melampirkan:
a.

Foto copy ijazah pendidikan umum terakhir.

b.

Foto copy Keputusan penempatan

pada fungsi Reskrim

sebagai penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana
KUHP.
c.

Foto

copy

ijasah/sertifikat/surat

keterangan

pendidikan

kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan penyidikan
Tindak Pidana KUHP.
d.

Foto copy surat perintah tugas pada fungsi Reskrim sebagai
penyidik dan penyidik pembantu TindakPidana.

e.

Daftar riwayat hidup.

f.

Surat perintah untuk mengikuti sertifikasi dari kepala satuan
kerja.

g.

Pas photo berwarn adengan PDH Polri denganukuran 3x4 = 2
lembar, 4x6 = 2 lembar.

h.

Dokumen porto folio memadai terdiri dari:
1) Skep Penyidik/Penyidik Pembantu
2) SK Penempatan pada fungsi reskrim akumulasi 5 Tahun
3) Sprin Sidik terakhir
4) Dokumen penyelesaian perkara berupa berkas perkara
dan

P-21

5) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP)
8

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
6) Dokumen pendukung lain yang terkait dengan fungsi
penyidikan.
9.1.2. Verifikasi
a.

Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/
persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi :
-

Keaslian

-

Kecukupan

-

Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup
kompetensi yang diajukan.

b.

Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi belum
memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai
dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka
yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi.

c.

Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi sesuai
dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang
bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi.

9.1.3. Persiapan uji kompetensi
a.

Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK) berupa TUK
Sewaktu atau tempat kerja.

b.

Penunjukan asesor kompetensi dan panitia uji kompetensi
ditunjuk oleh LSP Polri dengan menugaskan Tim Asesor
untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan
rencana

uji

kompetensi

setelah

berkoordinasi

dengan

Pembina Fungsi.
c.

Penyiapan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh LSP Polri.

9

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
9.2. Proses Asesmen
9.2.1.

Proses

asesmen

dilaksanakan

berdasarkan

jadwal

yang

ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai
yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.
9.2.2.

Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan
asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metoda dan
prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para
pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah.

9.2.3.

Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen
direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan
bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta.

9.2.4.

Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri
melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi.

9.2.5.

LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan pesertaa
sesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagi
peserta

sertifikasi

yang

berkebutuhan

khusus,

sepanjang

integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan
aturan yang berlaku di lingkungan Polri.
9.2.6.

LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan
atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi,
LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman
yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.

9.2.7.

Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid,
Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten
dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM
direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi.

9.3. Proses uji kompetensi
9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen.
9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis,
lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi
(TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja.

10

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
9.3.3. Peserta yang memenuhi bukti portofolio memadai akan disertifikasi
menggunakan

metode

verifikasi

portofolio

dan

wawancara,

sedangkan bagi peserta yang belum memenuhi bukti portofolio
yang memadai atau peserta yang memenuhi bukti memadai tetapi
asesor meragukan kompetensi peserta, maka metode yang
digunakan observasi demonstrasi, pertanyaan lisan dan atau
pertanyaan tulisan.
9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat
lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi.
9.3.5. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang
kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi.
9.3.6. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor
kompetensi dan dilaporkan ke LSP.
9.3.7. Pembuatan rekomendasi dan laporan
a.

Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan
rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen.

b.

Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh
asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak
direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.

c.

Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen
kepada panitia uji kompetensi.

d.

Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi.

e.

Panitia

uji

kompetensi

melaporkan

hasil

pelaksanaan

asesmen kepada Ka LSP Polri.
9.4. Keputusan Sertifikasi
9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite
sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri.
9.4.2. LSP Polri melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen
berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen
dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi.
9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang
dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi.

11

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
9.4.4. Sertifikat kompetensi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan dapat diperpanjang
selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi Reserse.
9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat
9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang
sertifikat bilamana:
a. Penggunaan sertifikat kompetensi tidak sesuai dengan tugas
pokok.
b. Terbukti melanggar kode etik profesi Polri
c. Apabila

pemegang

sertifikat

kompetensi

menjadi

status

tersangka dalam suatu tindak pidana maka LSP membekukan
sementara sertifikat kompetensi.
d. Sudah tidak bertugas lagi pada fungsi Reserse.
9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan
mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja
pada fungsi Reserse.
9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak
menggunakan sertifikat tersebut.
9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance
9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa
berlaku sertifikat kompetensi.
9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang
sertifikat.
9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan
9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang.
Sertifikat

kompetensi

dapat

diperpanjang

sebelum

masa

berlakunya berakhir dengan persyaratan:
a.

Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker
mengajukan

surat

permohonan

perpanjangan

sertifikat

kompetensi.

12

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
b.

Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja
pemegang sertifikat kompetensi.

c.

Melampirkan

sertifikat

kompetensi

asli

yang

akan

diperpanjang.
d.

Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama
memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung.

e.

Pas photo berwarna PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2
lembar, 4x6 = 2 lembar.

9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal
sertifikasi.
9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan
asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja.
9.8. Penggunaan Sertifikat
9.8.1.

Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri.

9.8.2.

Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan
promosi ke tingkat jabatan berikutnya.

9.8.3.

Penyidik atau Penyidik pembantu pada Klaster Penyidik Dasar
Tindak Pidana Umum yang disertifikasi harus menandatangani
pernyataan untuk:
9.8.3.1. Mematuhi

ketentuan

yang

relevan

dalam

skema

sertifikasi;
9.8.3.2. Membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima
hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan;
9.8.3.3. Tidak

menyalah

mencemarkan
khususnya,

gunakan

sertifikasi

yang

dapat

Polri secara umum dan LSP Polri

dan

tidak

membuat

pernyataan

terkait

sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat
dipertanggung jawabkan;
9.8.3.4. Menghentikan

penggunaan

semua

pengakuan

atas

sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan
mengembalikan sertifikat ke LSP Polri;

13

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU POLRI
9.9. Banding
9.9.1.

LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan
kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara
konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambat-lambatnya
tujuh hari kerja setelah banding diterima.

9.9.2.

Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat
diketahui publik.

14