Komunikasi Interpersonal dan Konsep Diri Pengguna Sabu (Studi Kasus di Medan Denai)
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Sebagai makhluk sosial yang selalu
ingin menjalin hubungan atau ikatan yang emosional diataranya, manusia
memerlukan komunikasi sebagai perantara. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan baik secara individu maupun kelompok. Hampir disetiap aktifitas kegiatan
manusia disertai dengan komunikasi. Ini menujukkan bahwasannya komunikasi
merupakan suatu hal yang sangat berperan penting dalam berinteraksi dan
bersosialisasi pada masyarakat. Karena tanpa berkomunikasi individu tidak dapat
bertukar fikiran, perasaan dan ide kepada orang lain. Komunikasi tidak hanya
berbicara mengenai individu yang satu dengan individu yang lain dalam membagi
perasaan, bertukar pemikiran untuk mempertahankan hubungan yang telah dibentuk
atau yang sering disebut dengan komunikasi interpersonal. Tetapi dalam realitasnya
seseorang memerlukan komunikasi interpersonal dalam berinteraksi dengan
masyarakat. Ini dikarenakan komunikasi interpersonal merupakan pondasi dari
komunikasi interpersonal.
Pergaulan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsep diri
setiap individu. Dari cara bergaul di sekitar lingkungan tempat tinggal seseorang
yang ditampilkan
dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan tempat ia
tinggal. Dari segi pergaulan di sekitar lingkungan dapat diketahui citra diri dari setiap
individu. Pada dasarnya hal ini menunjukkan bahwa apa yang ingin kita tampilkan
atau kita lakukan dimasyarakat sesuai dengan konsep diri yang kita bentuk.
Konsep diri menjelaskan bagaimana individu berfikir dan merasakan tentang
dirinya sendiri, jadi dengan self concept, individu mau membangun citra tentang diri
sendiri . “Self concept” ini dibentuk dan diajarkan oleh orang tua dan lingkungan
sekitar individu bergaul. Lecky (1945, Madon, 149:2001) mengidentifikasikan
konsep diri sebagai inti dari kepribadian, kepribadian sebagai organisasi dari nilainilai yang konsisten satu sama lainnya, organisasi ini bersifat dinamis karena terjadi
dalam proses dimana individu mengasimilasikan berbagai ide secara terus menerus,
Universitas Sumatera Utara
15
jika ad aide-ide baru maka ide tersebut dapat ditolak atau diterima, atau dimodifikasi
dengan ide-ide lama. Kata Lecky sistem organisasi kepribadian itulah disebut
“konsep diri” yang dapat dikenal sebagai “inti kepribadian”
Indonasia, narkoba bahkan sudah menjadi semacam industri yang diproduksi
di kitchen laboratorium di apartemen – apartemen. Pada 2009, tercatatat 37
laboratorium dan cara pembuatannya dapat diketahui dari internet. Peredaran gelap
narkoba di Indonesia atau di manapun meman dilakukan oleh mafia atau jaringan
internasional. Disebut mafioa, karena mereka menjalankan kejahatannya secara
terorganisasi (organized crime).
Bila di hitung secara materil, kerugian akibat peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkoba pada 2014 mencapa Rp 63,1 triliun atau dua kali lipat
dibandingkan tahun 2008 atau meningkat 31% ketimbang tahun 2011. Angka itu
termasuk, antara lain uang untuk membeli narkoba, kerugian kejahatan yang
dilibatkan oleh
penyalahgunaan narkoba, serta biaya rehabilitas. Nilai kerugian
Rp63,1 triliun itu terbilang fantastis, bahkan tidak jauh beda dengan APBD DKI
Jakarta 2015 sebesar Rp69,28 triliun. Lalu bila dibandingkan dengan nilai transaksi
narkoba di Indonesia sejumlah Rp48 triliun, nilai kerugian yang diakibatkan oleh
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba melampai nilai transaksinya. Karena
kerugian dahsyat yang ditimbulkan, tidak salah jika Presiden Joko Widodo pada
peringatan Hari Antinarkoba Internasional 26 Juni 2015 menyebutkan bahwa
narkoba memiliki daya rusak luar biasa. Presiden Jokowi bahkan mengatakan
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba menghambat daya saing bangsa.
Bukan tidak mungkin mafia melibatkan pelajar atau mahasiswa untuk
mengedarkan narkoba disekolah atau dikampus. Sebagai contoh, Kepolisian Resort
Kota Medan sepanjang Januari hingga Agustus 2015, meringkus 1.143 pengedar dan
Bandar narkoba di Medan, Sumatera Utara. Dari jumlah itu, 68 pelajar SD, 200
pelajar SMP, 849 pelajar SMA, dan 26 Mahasiswa.
Jumlah penduduk yang besar dengan wilayah yang luas (lebih dari 17.000
pulau) menjadi dya tarik peredaran narkoba di negara ini. Pulai utama di Indonesia
telah menjadi target pasar peredaran gelap narkoba. Ini bisa dilihat dari data BNN
Universitas Sumatera Utara
16
tentang jumlah pemakai narkoba di pulau-pulau utama di Indonesia pada 2014. Data
tersebut memperlihatkan jumlah penyalahgunaan narkoba di Jawa mencapai
2.416.500 jiwa, Sumatera 849.500 jiwa, Sulawesi 267.500 jiwa, Kalimantan 238.300
jiwa, Maluku 24.100 jiwa, dan Papua 38.900 jiwa.
Mafia peredaran gelap betul-betul memanfaatkan luas wilayah Indonesia.
Mereka memanfaatkan pintu-pintu masuk dari darat, laut, dan udara. Mafia ini
berasal dari Indonesia sendiri, Malaysia, Australia, Iran, Prancis, Tiongkok, Taiwan,
Nigeria, dan sejumlah Negara Afrika lain. Jaringan mafia internasional menggunakan
kurir warga neraga Filipina, Thailand, atau Indonesia yang umumnya perempuan.
Berbagai modus operandi dilakukan oleh kurir jaringan internasional untuk
memasukkan narkoba ke Indonesia. Modus operandi itu, antara lain ditelan (karena
berupa kapsul), atau dimasukkan dalam kaki palsu, mainan anak-anak, daster/handuk
basah, kaleng kue, patung, keramik, jenazah bayi, dinding koper, pigura/bingkai
lukisan, dan kancing baju perempuan. Modus operandi peredaran narkoba berubahubah. Perderan gelap narkoba di Indonesia didistribusikan secara berjenjang sampai
ke penyalah guna. Bahkan dari balik penjarapun beberapa di antara anggota jaringan
masih bisa mengendalikan peredaran narkoba di Tanah Air. (Jurnalisme
Narkoba:2015:33)
Kota Medan, Sumatera Utara selama ini kerap dijadikan lokasi transit
peredaran narkoba dari Aceh dan Malaysia. Bahkan, kian hari peredaran di kota
Medan semakin mengkhawatirkan. Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris
Jendral Budi Waseso (Buwas) peredaran Narkoba di kota Medan semakin naik
tingkat dan mendapatkan peringkat ke-2 dibawah kota Jakarta. Mulai dari tahun 2013
peredaran narkoba dikota Medan semakin meningkat hingga 20 persen. Peningkatan
ini terlihat dari penangkapan pada tahun 2014 jumlah pengguna narkoba yang di
amankan 4.828 orang, dengan barang bukti yang di amankan sebanyak 93,21 kg
sabu-sabu, 2,138,51 kg ganja, 275 biji ganja, 110,022 ekstasi, dan 6,743 pil happy
five. Jumlah pengguna narkoba hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang,
yang
sebelumnya
pada
bulan
Juni
2015
tercatat
4,9
juta
orang.
(http://www.sumut24.co/kota-medan-rangking-dua-peredaran-narkoba/)
Universitas Sumatera Utara
17
Sepanjang tahun 2015 lalu, jumlah pemakai dan pengedar narkoba yang
diamankan petugas petugas Sat Res Narkoba Polresta Medan, sebanyak 75 persen
berasal dari kalangan tamatan SMA. Selain itu, narkoba jenis sabu-sabu tetap
menjadi trend narkoba yang paling diminati. Dari 2168 pelaku tindak pidana narkoba
sejajaran Polresta Medan, sebanyak 1.641 diantaranya berasal dari kalangan dengan
pendidikan terakhir SMA, jumlahnya sekitar 75 persen. Angka pemakai narkoba
paling banyak juga diikut tamatan SMP sebanyak 350 orang tersangka, tamatan SD
sebanyak 117 orang tersangka, dan terakhir tamatan Perguruan Tinggi (PT)
berjumlah 60 tersangka. (http://www.jurnalisasi.com/2016/01/06/sepanjang-tahun2015-75-persenpemakaipengedar-narkoba-tamatan-sma/)
Didalam Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1997, tanggal 1 September
1997 tentang Narkotika, menyatakan bahwa “Narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan Ilmu Pengetahuan termasuk
kepentingan
Lembaga
Penelitian/Pendidikan
saja,
sedangkan
pengadaan
ekspor/impor, peredaran dan pemakainya diatur oleh Pemerintah,dalam hal ini
Departemen Kesehatan”.
Psikotropika adalah zat atau obat alamiah maupun sintetris, yang bersifat atau
berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktifitas mental dan prilaku. Zat atau obat yang dapat
menurunkan aktifitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
kelainan prilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (khayalan), ilusi, gangguan
cara berfikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian
Psikotropika yang berlansung lama tanpa pengawasan dan pembatasaan pejabat
kesehatan dapat menimbulkan pengaruh yang lebih buruk, tidak saja dapat
meyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai penyakit serta
kelainan fisik maupun psikisis si pemakai dan juga tidak jarang pemakaian ini dapat
menimbulkan kematian bagi para pemakainya.
Sabu-sabu pada dasarnya berbentuk kristal berwarna putih, dan dikonsusmi
dengan cara membakarnya diatas pipa kaca sehingga mengalir dari ujung satu ke
ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong
(sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air bong tersebut berfungsi sebgai filter
Universitas Sumatera Utara
18
karena asap akan tersaring waktu melewati air tersebut. Ada juga sebagian pemakai
membakar sabu dengan alumunium foil. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab
paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung),
terlebih bagi mereka yang tidak berfikir positif, dan halusinasi visual.
Selain itu, pengguna sabu memiliki kecendrungan memakai dengan jumlah
banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti sampai sabu yang dikonsumsinya habis.
Beberapa pemakai mengatakan sabu tidak mempengaruhi nafsu makan, dan beberapa
juga mengatakan sabu dapat menghilangkan nafsu makan jika sedang mengkonsumsi
sabu. Bahkan juga banyak yang mengatakan bahwa berat badan dapat turun secara
drastis selama memakai sabu. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan (sabu)
tanda-tanda fisik, seperti mata merah, mulut kering, bibir kecoklatan, prilakunya
tidak wajar, bicaranya kacau dan daya ingatan menurun, wajah pucat dan kuyu,
terdapat bau aneh pada kamarnya, matanya berair, tangannya gemetaran, nafasnya
tersengkal dan susah tidur, badannya lesu dan selalu gelisah, depresi, memiliki
semangat yang tinggi, dan juga agresif.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengguna sabu
yang ada di lingkungan XIII Medan Denai. Pemilihan lokasi dilingkungan XIII
dilakukan karena dilingkungan tersebut sudah banyak sekali yang terkena oleh
narkoba jenis sabu, baik itu anak-anak, remaja, dan juga dewasa. Peneliti memilih
lingkungan XIII Medan Denai karena peneliti disni sudah mengenai bagaimana
situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungan ini.
Pandangan masyarakat dikalangan sekitar melihat para pengguna sabu
terlihat begitu mengganggu mereka terutama masyatakat mengkhawatirkan para
anak-anak mereka. Merka takut akan anak-anaka mereka bisa terjerumus seperti para
pemakai sabu yang dulunya hanya coba-coba saja dan pada akhirnya menjadi
pengguna tetap, dan juga para masyarakat mengkhawatirkan akan barang-barang
berharga milik mereka bisa jadi incaran bagi para pemakai sabu tersebut.
Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal dan konsep diri sesama
pengguna sabu.
Universitas Sumatera Utara
19
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan
fokus masalah sebagai berikut: “Bagaimana konsep diri pengguna sabu di Medan
Denai”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alasan seseorang memakai sabu-sabu.
2. Untuk mengetahui konsep diri pengguna sabu-sabu.
3. Untuk mengetahui efek sabu-sabu terhadap penggunanya
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menambah dan
memperluas khasanah penelian komunikasi dan menjadi referensi tambahan bagi
mahasiswa khususnya Mahasiswa Komunikasi FISIP USU
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi dan memperluas wawasan berkaitan dengan penggunaan
sabu-sabu.
3. Manfaat Praktis
Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait tentang pengguna
sabu-sabu.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Sebagai makhluk sosial yang selalu
ingin menjalin hubungan atau ikatan yang emosional diataranya, manusia
memerlukan komunikasi sebagai perantara. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan baik secara individu maupun kelompok. Hampir disetiap aktifitas kegiatan
manusia disertai dengan komunikasi. Ini menujukkan bahwasannya komunikasi
merupakan suatu hal yang sangat berperan penting dalam berinteraksi dan
bersosialisasi pada masyarakat. Karena tanpa berkomunikasi individu tidak dapat
bertukar fikiran, perasaan dan ide kepada orang lain. Komunikasi tidak hanya
berbicara mengenai individu yang satu dengan individu yang lain dalam membagi
perasaan, bertukar pemikiran untuk mempertahankan hubungan yang telah dibentuk
atau yang sering disebut dengan komunikasi interpersonal. Tetapi dalam realitasnya
seseorang memerlukan komunikasi interpersonal dalam berinteraksi dengan
masyarakat. Ini dikarenakan komunikasi interpersonal merupakan pondasi dari
komunikasi interpersonal.
Pergaulan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsep diri
setiap individu. Dari cara bergaul di sekitar lingkungan tempat tinggal seseorang
yang ditampilkan
dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan tempat ia
tinggal. Dari segi pergaulan di sekitar lingkungan dapat diketahui citra diri dari setiap
individu. Pada dasarnya hal ini menunjukkan bahwa apa yang ingin kita tampilkan
atau kita lakukan dimasyarakat sesuai dengan konsep diri yang kita bentuk.
Konsep diri menjelaskan bagaimana individu berfikir dan merasakan tentang
dirinya sendiri, jadi dengan self concept, individu mau membangun citra tentang diri
sendiri . “Self concept” ini dibentuk dan diajarkan oleh orang tua dan lingkungan
sekitar individu bergaul. Lecky (1945, Madon, 149:2001) mengidentifikasikan
konsep diri sebagai inti dari kepribadian, kepribadian sebagai organisasi dari nilainilai yang konsisten satu sama lainnya, organisasi ini bersifat dinamis karena terjadi
dalam proses dimana individu mengasimilasikan berbagai ide secara terus menerus,
Universitas Sumatera Utara
15
jika ad aide-ide baru maka ide tersebut dapat ditolak atau diterima, atau dimodifikasi
dengan ide-ide lama. Kata Lecky sistem organisasi kepribadian itulah disebut
“konsep diri” yang dapat dikenal sebagai “inti kepribadian”
Indonasia, narkoba bahkan sudah menjadi semacam industri yang diproduksi
di kitchen laboratorium di apartemen – apartemen. Pada 2009, tercatatat 37
laboratorium dan cara pembuatannya dapat diketahui dari internet. Peredaran gelap
narkoba di Indonesia atau di manapun meman dilakukan oleh mafia atau jaringan
internasional. Disebut mafioa, karena mereka menjalankan kejahatannya secara
terorganisasi (organized crime).
Bila di hitung secara materil, kerugian akibat peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkoba pada 2014 mencapa Rp 63,1 triliun atau dua kali lipat
dibandingkan tahun 2008 atau meningkat 31% ketimbang tahun 2011. Angka itu
termasuk, antara lain uang untuk membeli narkoba, kerugian kejahatan yang
dilibatkan oleh
penyalahgunaan narkoba, serta biaya rehabilitas. Nilai kerugian
Rp63,1 triliun itu terbilang fantastis, bahkan tidak jauh beda dengan APBD DKI
Jakarta 2015 sebesar Rp69,28 triliun. Lalu bila dibandingkan dengan nilai transaksi
narkoba di Indonesia sejumlah Rp48 triliun, nilai kerugian yang diakibatkan oleh
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba melampai nilai transaksinya. Karena
kerugian dahsyat yang ditimbulkan, tidak salah jika Presiden Joko Widodo pada
peringatan Hari Antinarkoba Internasional 26 Juni 2015 menyebutkan bahwa
narkoba memiliki daya rusak luar biasa. Presiden Jokowi bahkan mengatakan
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba menghambat daya saing bangsa.
Bukan tidak mungkin mafia melibatkan pelajar atau mahasiswa untuk
mengedarkan narkoba disekolah atau dikampus. Sebagai contoh, Kepolisian Resort
Kota Medan sepanjang Januari hingga Agustus 2015, meringkus 1.143 pengedar dan
Bandar narkoba di Medan, Sumatera Utara. Dari jumlah itu, 68 pelajar SD, 200
pelajar SMP, 849 pelajar SMA, dan 26 Mahasiswa.
Jumlah penduduk yang besar dengan wilayah yang luas (lebih dari 17.000
pulau) menjadi dya tarik peredaran narkoba di negara ini. Pulai utama di Indonesia
telah menjadi target pasar peredaran gelap narkoba. Ini bisa dilihat dari data BNN
Universitas Sumatera Utara
16
tentang jumlah pemakai narkoba di pulau-pulau utama di Indonesia pada 2014. Data
tersebut memperlihatkan jumlah penyalahgunaan narkoba di Jawa mencapai
2.416.500 jiwa, Sumatera 849.500 jiwa, Sulawesi 267.500 jiwa, Kalimantan 238.300
jiwa, Maluku 24.100 jiwa, dan Papua 38.900 jiwa.
Mafia peredaran gelap betul-betul memanfaatkan luas wilayah Indonesia.
Mereka memanfaatkan pintu-pintu masuk dari darat, laut, dan udara. Mafia ini
berasal dari Indonesia sendiri, Malaysia, Australia, Iran, Prancis, Tiongkok, Taiwan,
Nigeria, dan sejumlah Negara Afrika lain. Jaringan mafia internasional menggunakan
kurir warga neraga Filipina, Thailand, atau Indonesia yang umumnya perempuan.
Berbagai modus operandi dilakukan oleh kurir jaringan internasional untuk
memasukkan narkoba ke Indonesia. Modus operandi itu, antara lain ditelan (karena
berupa kapsul), atau dimasukkan dalam kaki palsu, mainan anak-anak, daster/handuk
basah, kaleng kue, patung, keramik, jenazah bayi, dinding koper, pigura/bingkai
lukisan, dan kancing baju perempuan. Modus operandi peredaran narkoba berubahubah. Perderan gelap narkoba di Indonesia didistribusikan secara berjenjang sampai
ke penyalah guna. Bahkan dari balik penjarapun beberapa di antara anggota jaringan
masih bisa mengendalikan peredaran narkoba di Tanah Air. (Jurnalisme
Narkoba:2015:33)
Kota Medan, Sumatera Utara selama ini kerap dijadikan lokasi transit
peredaran narkoba dari Aceh dan Malaysia. Bahkan, kian hari peredaran di kota
Medan semakin mengkhawatirkan. Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris
Jendral Budi Waseso (Buwas) peredaran Narkoba di kota Medan semakin naik
tingkat dan mendapatkan peringkat ke-2 dibawah kota Jakarta. Mulai dari tahun 2013
peredaran narkoba dikota Medan semakin meningkat hingga 20 persen. Peningkatan
ini terlihat dari penangkapan pada tahun 2014 jumlah pengguna narkoba yang di
amankan 4.828 orang, dengan barang bukti yang di amankan sebanyak 93,21 kg
sabu-sabu, 2,138,51 kg ganja, 275 biji ganja, 110,022 ekstasi, dan 6,743 pil happy
five. Jumlah pengguna narkoba hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang,
yang
sebelumnya
pada
bulan
Juni
2015
tercatat
4,9
juta
orang.
(http://www.sumut24.co/kota-medan-rangking-dua-peredaran-narkoba/)
Universitas Sumatera Utara
17
Sepanjang tahun 2015 lalu, jumlah pemakai dan pengedar narkoba yang
diamankan petugas petugas Sat Res Narkoba Polresta Medan, sebanyak 75 persen
berasal dari kalangan tamatan SMA. Selain itu, narkoba jenis sabu-sabu tetap
menjadi trend narkoba yang paling diminati. Dari 2168 pelaku tindak pidana narkoba
sejajaran Polresta Medan, sebanyak 1.641 diantaranya berasal dari kalangan dengan
pendidikan terakhir SMA, jumlahnya sekitar 75 persen. Angka pemakai narkoba
paling banyak juga diikut tamatan SMP sebanyak 350 orang tersangka, tamatan SD
sebanyak 117 orang tersangka, dan terakhir tamatan Perguruan Tinggi (PT)
berjumlah 60 tersangka. (http://www.jurnalisasi.com/2016/01/06/sepanjang-tahun2015-75-persenpemakaipengedar-narkoba-tamatan-sma/)
Didalam Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1997, tanggal 1 September
1997 tentang Narkotika, menyatakan bahwa “Narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan Ilmu Pengetahuan termasuk
kepentingan
Lembaga
Penelitian/Pendidikan
saja,
sedangkan
pengadaan
ekspor/impor, peredaran dan pemakainya diatur oleh Pemerintah,dalam hal ini
Departemen Kesehatan”.
Psikotropika adalah zat atau obat alamiah maupun sintetris, yang bersifat atau
berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktifitas mental dan prilaku. Zat atau obat yang dapat
menurunkan aktifitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
kelainan prilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (khayalan), ilusi, gangguan
cara berfikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian
Psikotropika yang berlansung lama tanpa pengawasan dan pembatasaan pejabat
kesehatan dapat menimbulkan pengaruh yang lebih buruk, tidak saja dapat
meyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai penyakit serta
kelainan fisik maupun psikisis si pemakai dan juga tidak jarang pemakaian ini dapat
menimbulkan kematian bagi para pemakainya.
Sabu-sabu pada dasarnya berbentuk kristal berwarna putih, dan dikonsusmi
dengan cara membakarnya diatas pipa kaca sehingga mengalir dari ujung satu ke
ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong
(sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air bong tersebut berfungsi sebgai filter
Universitas Sumatera Utara
18
karena asap akan tersaring waktu melewati air tersebut. Ada juga sebagian pemakai
membakar sabu dengan alumunium foil. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab
paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung),
terlebih bagi mereka yang tidak berfikir positif, dan halusinasi visual.
Selain itu, pengguna sabu memiliki kecendrungan memakai dengan jumlah
banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti sampai sabu yang dikonsumsinya habis.
Beberapa pemakai mengatakan sabu tidak mempengaruhi nafsu makan, dan beberapa
juga mengatakan sabu dapat menghilangkan nafsu makan jika sedang mengkonsumsi
sabu. Bahkan juga banyak yang mengatakan bahwa berat badan dapat turun secara
drastis selama memakai sabu. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan (sabu)
tanda-tanda fisik, seperti mata merah, mulut kering, bibir kecoklatan, prilakunya
tidak wajar, bicaranya kacau dan daya ingatan menurun, wajah pucat dan kuyu,
terdapat bau aneh pada kamarnya, matanya berair, tangannya gemetaran, nafasnya
tersengkal dan susah tidur, badannya lesu dan selalu gelisah, depresi, memiliki
semangat yang tinggi, dan juga agresif.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengguna sabu
yang ada di lingkungan XIII Medan Denai. Pemilihan lokasi dilingkungan XIII
dilakukan karena dilingkungan tersebut sudah banyak sekali yang terkena oleh
narkoba jenis sabu, baik itu anak-anak, remaja, dan juga dewasa. Peneliti memilih
lingkungan XIII Medan Denai karena peneliti disni sudah mengenai bagaimana
situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungan ini.
Pandangan masyarakat dikalangan sekitar melihat para pengguna sabu
terlihat begitu mengganggu mereka terutama masyatakat mengkhawatirkan para
anak-anak mereka. Merka takut akan anak-anaka mereka bisa terjerumus seperti para
pemakai sabu yang dulunya hanya coba-coba saja dan pada akhirnya menjadi
pengguna tetap, dan juga para masyarakat mengkhawatirkan akan barang-barang
berharga milik mereka bisa jadi incaran bagi para pemakai sabu tersebut.
Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal dan konsep diri sesama
pengguna sabu.
Universitas Sumatera Utara
19
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan
fokus masalah sebagai berikut: “Bagaimana konsep diri pengguna sabu di Medan
Denai”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alasan seseorang memakai sabu-sabu.
2. Untuk mengetahui konsep diri pengguna sabu-sabu.
3. Untuk mengetahui efek sabu-sabu terhadap penggunanya
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menambah dan
memperluas khasanah penelian komunikasi dan menjadi referensi tambahan bagi
mahasiswa khususnya Mahasiswa Komunikasi FISIP USU
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi dan memperluas wawasan berkaitan dengan penggunaan
sabu-sabu.
3. Manfaat Praktis
Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait tentang pengguna
sabu-sabu.
Universitas Sumatera Utara