Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah | Azami | Jurnal Pemikiran Sosiologi 23413 60981 1 PB
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.1 , Mei 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Oleh
Ahmad Fadli Azami1
Abstrak
Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan fakta sosial yang tidak bisa diabaikan
keberadaannya. Secara historis, pesantren telah berhasil menunjukkan model pendidikannya yang cukup
kokoh dalam menghadapi berbagai guncangan. Tak heran jika model pendidikan itu masih tetap diakui
oleh masyarakat Islam pada umumnya. Dalam konteks kekinian di mana dunia pendidikan lebih
menonjolkan kecerdasan intelektual, pesantren hadir dengan warna yang berbeda. Pesantren hadir
dalam rupa pendidikan yang lebih menitikberatkan pada nilai yang berkembang dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan nilai yang dikembangkan pesantren itu telah menjadi antithesis terhadap sistem
pendidikan di luarnya dan terbukti berhasil dalam membentuk watak seseorang. Nilai itu berupa cara
memandang segala sudut kehidupan sebagai ibadah. Bagi pesantren, segala macam bentuk pekerjaan
hendaknya dilakukan dengan niatan beribadah. Pemusatan pada nilai ini menghantarkan pada sikap
saling pengertian, menghargai, dan menghormati pada segala hal. Pandangan ini menemukan
landasannya pada sikap santri yang rela berkorban untuk kepentingan umum, penghormatan total pada
guru dan Kiai, serta kebiasaan bertirakat. Pondok Pesantren Nurul Ummah (PPNU) adalah salah satu
pesantren yang mengembangkan model pendidikan seperti itu. Pola pendidikan itu telah lama dianut dan
dikembangkan oleh para santri melalui proses dialektika yang panjang.
Kata kunci: Pesantren, nilai, ibadah
Abstract
Islamic boarding school as religious educational institution is a social fact that cannot be disregarded its
existence. Historically, Islamic boarding school has succeeded in it shows a model that is established to
deal with various shocks. It is unsurprising if educational model is still recognized by the islamic
community in general. In the context of the current where education world is intellectual, sound
intelligence Islamic boarding school attended by different colors. Islamic boarding school present in a
much more focusing on the developing value in everyday life. Educational value developed its Islamic
boarding school antithesis of the education system have been outside and evidently successful in forming
a person temper. It means the value of looking at all the life as worship. For Islamic boarding school, all
sorts of the work to be done by worship plan. Focus on the value is sent on a mutual understanding
appreciate, and honor in all things. This view is find an emplacement for the students who willingly
sacrifice for the common good, tributes total of teachers and Kiai, and tirakat common. Islamic Boarding
School Nurul Ummah (PPNU) is one of its Islamic boarding school that expand educational model like
this. Education pattern that has been adopted and developed by the students via the dialectic long.
Keywords : Pesantren (traditional Islamic boarding school), value, worship
A. Pendahuluan
Pergantian
kurikulum
mulai banyak keriusauan dari masyarakat dalam
yang
dilakukan
bentuk opini yang muncul soal apakah kurikulum ini
oleh
nantinya memuat moral dan etika dalam sistem
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
belajarnya. Pendidikan moral tersebut memang
tahun ini menjadi sorotan publik. Memang sudah
sudah menjadi pembicaraan serius di kalangan para
1
Penulis adalah mahasiswa Sosiologi yang juga aktif di kegiatan pers mahasiswa.
75
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
kritukus pendidikan kita di tanah air. Sisi moral
memperbaiki sisi moral, yang terwujud dalam
dianggap penting di tengah acuan pendidikan kita
kepekaan dan kepedulian sosial. Meskipun boleh
yang selama ini lebih mengutamakan kecerdasan
jadi yang ditilik hanya aspek moral ketimbang
intelektual yang bertujuan membentuk manusia
intelektual. Corak pendidikan pesantren yang lebih
yang mampu bersaing di dunia global. Pendidikan
menekankan aspek moral tersebut memang sudah
tersebut terbukti bisu dalam menjawab tantangan
berkembang
munculnya fenomena berbagai aksi tawuran dan
berdirinya pesantren. Penekanan itu hingga kini
seks bebas di kalangan pelajar. Sebenarnya dalam
masih diinternalisasikan oleh para santri. Sepintas
kurikulum sebelumnya prinsip moral dan etika juga
lalu, dilihat dari sudut fungsi pendidikan seperti ini,
sudah
pesantren layak menjadi alternatif ideal bagi
dimampatkan
dalam
sistem
pembelajarannya. Itikad baik itu direalisasikan,
misalnya,
dengan
masuknya
berbagai
mata
gilirannya
tekan
sejak
dengan mengambil latar Pondok Pesantren Nurul
Ummah Kotagede, Yogyakarta. Pengambilan sample
diarahkan pada pembentukan sikap dan perilaku
Pada
titik
Tulisan ini hendak menyoroti model pendidikan
diajarkan juga baru sebatas aksesoris yang kurang
bermoral.
menjadi
perkembangan keadaan yang ada di masyarakat.
pelajaran agama. Sayangnya pendidikan agama yang
yang
dan
pesantren
kemampuan
karena
pada
dasarnya
pesantren
memiliki satu kelebihan tersendiri dibanding model
kognitif, afektif, dan konatif hanya bisa diakui di atas
pendidikan formal yang ada di luarnya. Letak
kertas.
kelebihan itu pada keterpaduan antara aspek
Hal inilah yang membuat publik justru pesimis dan
kecerdasan otak dengan ketajaman hati. Lebih lanjut
menilai
bahwa perubahan kurikulum
pendidikan yang ada dan masih tetap berkembang
tersebut bukan untuk memperbaiki sisi moral yang
berdasar pada nilai-nilai yang tetap eksis dan
kendor di kalangan pelajar melainkan untuk
menjadi khas pesantren.
negatif
menghabiskan anggaran negara dengan skala besar.
Dalam kondisi seperti ini, muncul keinginan mencari
alternatif
lain
untuk
meredakan
kepanikan-
kepanikan itu seperti terlihat dari keinginan
berbagai
pihak
pendidikan
Perbincangan
yang
untuk
mengadopsi
diterapkan
pesantren
di
sebagai
model
pesantren.
pendidikan
alternatif sebenarnya sudah menjadi isu lama.
Keberadaan pesantren memiliki arti penting dalam
rangka pembangunan bangsa di bidang pendidikan
dan keagamaan. Pendidikan model pesantren
diyakini sebagai percontohan yang pas untuk
mengembangkan sisi intelektual, yang tercermin
dalam keluasan wawasan berpikir peserta didik, dan
76
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
eksternalisasi
B. Kajian Teori
dilihat
dari
seberapa
kuat
manusia
mencurahkan
makna ke dalam realitas. Karena itu Menurut
Kajian tentang tata nilai dalam suatu masyarakat
dapat
tersebut
pandangan Berger masyarakat adalah produk dari
proses
manusia, berakar dari fenomena eksternalisasi, yang
pelembagaan nilai itu sendiri di lingkungan mereka.
pada gilirannya didasarkan pada konstruksi biologis
Masyarakat adalah tempat di mana sebuah nilai
mereka. Menurut Peter L. Berger di dalam
manusia itu.
masyarakatlah, dan sebagai hasil dari proses sosial,
eksternalisasi individu. Dunia yang diproduksi
individu menjadi pribadi, ia memperoleh dan
manusia ini kemudian menjadi sesuatu yang berada
yang telah disepakati mengendap dalam kehidupan
berpegang
pada
suatu
identitas,
dan
4
Kedua, obyektivasi. Obyektivasi adalah hasil dari
di luar sana . Dunia ini terdiri dari benda-benda,
ia
melaksanakan berbagai proyek yang menjadi bagian
baik material maupun non-material, yang mampu
kehidupannya.2 Dalam pandangan Berger individu
menentang kehendak produsennya. Sekali sudah
sebenarnya tengah berdialektika dalam masyarakat.
tercipta, maka dunia ini tidak bisa diabaikan begitu
Mereka akan dipengaruhi oleh bangunan-bangunan,
saja.5
konstruksi-konstruksi sosial yang ada dan akan
seseorang menciptakan nilai-nilai, tata aturan dan
mempengaruhi kembali masyarakatnya.
akan merasa salah jika melanggar kesepakatan. Suka
Dalam
praktik
kehidupan
sehari-hari
atau tidaknya mereka nilai-nilai itu sudah menjadi
Proses pelembagaan dan dialektika itu setidaknya
fakta sosial yang memaksa mereka.
dapat terlaksana jika tiga elemen dapat terpenuhi.
Tiga elemen itu berupa eksternalisasi, internalisasi,
Ketiga, internalisasi. Internalisasi merupakan proses
dan obyektivasi. Pertama, eksternalisasi adalah
peresapan kembali terhadap realitas sosial yang
suatu keharusan antropologis. Manusia menurut
sudah ada di masyarakat itu. Hasil peresapan itu
pengetahuan empiris kita, tidak bisa dibayangkan
kemudian ditransformasikan ke dalam struktur
terpisah dari pencurahan dirinya terus menerus ke
kesadaran dunia luar dan dunia subyektifnya. Dalam
dalam dunia yang ditempatinya. Kedirian manusia
eksternalisasi, masyarakat merupakan produk dari
bagaimanapun tidak bisa dibayangkan tetap tinggal
individu sementara internalisasi membuktikan
diam di dalam dirinya sendiri, dalam suatu lingkup
bahwa individu adalah produk dari masyarakat.
tertutup, dan kemudian bergerak keluar untuk
Bagi Berger, individu tidak diciptakan sebagai suatu
mengekspresikan diri dalam dunia sekelilingnya.
Kedirian
manusia
itu
esensinya
melakukan
eksternalisasi dan ini sudah sejak
permulaan.3
benda yang pasif dan lembam (diam). Sebaliknya,
dia dibentuk selama suatu dialog yang lama
(menurut pengertian literal adalah suatu dialektik)
Fungsi individu ini telah menempatkan anggota
yang di dalamnya dia sebagai seorang peserta. Yaitu
masyarakat sebagai produsen yang terus menerus
dunia sosial (dengan lembaga-lembaganya, peran-
mencurahkan dirinya bagi masyarakat. Selama
2
4
Peter L. Berger, Langit Suci (Jakarta: LP3ES,1991. Alih
Bahasa: Hartono) Hal, 4
3
Ibid, hal. 5
5
77
Ibid, hal 11
Ibid
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
perannya, dan identitas-identitasnya) tidak secara
Pergeseran-pergeseran nilai tersebut menuntut
pasif diserap individu, tetapi secara aktif diambil
kepada pesantren untuk melakukan reorientasi tata
olehnya.6
nilai dan tata laksana penyelenggaraan pesantren
untuk mencari bentuk baru yang relevan dengan
Berger melihat bahwa dialektika melalui tiga proses
tantangan zamannya, tanpa kehilangan identitasnya
demikian ini dalam rangka membentuk dunia
sebagai lembaga pendidikan Islam.7 Karena itu
masyarakat yang berbeda dengan dunia binatang.
dalam
Dunia binatang sudah diberikan sejak ia lahir.
pelaksanaan
selanjutnya
PPNU
menempatkan dirinya sebagai pesantren yang semi
Karena itu ada dunia tikus, dunia kera, dll.
klasik (salaf). Pada perkembangannya sifat ini
Sementara dunia manusia dibentuk oleh mereka
menjadikan PPNU sebagai percontohan pesantren
sendiri dengan cara membangun secara bersama-
ideal bagi siapapun yang tengah mencari ilmu agama
sama.
dan ilmu-ilmu umum. Tidak mengherankan jika
sesuai perkembangan waktu semakin banyak santri
C. Profil Pondok Pesantren Nurul Ummah
yang masuk ke PPNU. Tak hanya mahasiswa tetapi
PPNU berdiri sejak tahun 1986 di Desa Prenggan,
juga pelajar.
Kotagede, Yogyakarta. Peletakkan batu pertama
Pada pendaftaran pertama, yakni pada bulan
dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 1986 oleh Kiai
Ramadhan di tahun 1986, PPNU menerima 25 orang
Asyhari Marzuqi (1942-2004) sendiri. Penamaan
santri putra dan 2 orang putri. Baru di tahun kedua,
Nurul Ummah ini pada awalnya merupakan usulan
jumlah itu meningkat menjadi 104 santri. Masuk
dari H. Ahmad Arwan Bauis, S.H dan musyawarah
tahun ketiga, junlah santri bertambah lagi menjadi
bersama dengan pendiri pesantren. Pemberian
155, dan pada tahun yang keempat, terhitung hingga
nama ini diharapkan dapat menjadikan PPNU
209 santri.8 Jumlah itu pada umumnya adalah
sebagaimana fungsinya, yakni sebagai
Cahaya
mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta. Karena
Dipilihnya kotagede sebagai tempat berdirinya
masuk kian muda. Tak hanya mahasiswa, pelajar
PPNU, pada mulanya, dengan tujuan menyebarkan
pun semakin banyak yang masuk ke PPNU.
dakwah di daerah perkotaan. Selain itu, pendiri
Karena banyaknya santri pelajar yang masuk pada
pesantren PPNU sendiri, KH. Asyhari (Ayahanda KH.
tahun 2001 KH. Asyhari Marzuqi mendirikan
Asyhari Marzuqi), berkeinginan agar santrinya nanti
lembaga pendidikan formal berupa Madrasah Aliyah
tidak terkekang oleh akses pengetahuan dan
Nurul Ummah (MANU), sekolah yang setara dengan
informasi serta teknologi. Hal itu menjadi alasan K.H
sekolah menengah atas. Dari tahun ke tahun jumlah
Asyhari untuk mendirikan pesantren bagi putranya
santri yang bersekolah di MANU kian meningkat.
di daerah perkotaan.
Beberapa tahun kemudian didirikan pula Madrasah
6
8
Umat atau penerang umat.
7
semakin perkembangan waktu usia santri yang
Mastuhu,
Dinamika
(Jakarta:INIS,1994) hal, 72
Ibid hal 23
Ibid
78
Pendidikan
Pesantren
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
D. Nilai-Nilai Utama di PPNU
Tsanawiyah Nurul Ummah. Sempat ada wacana
bahwa PPNU ingin mendirikan perguruan tinggi
Berbicara
Islam untuk mahasiswa yang ingin belajar tentang
dapat menjadi pembeda dari sistem pendidikan di
hanya mampu menampung mahasiswa di beberapa
tanpa
yang
yang ada di pesantren itu sendiri. Nilai tersebut
perguruan tinggi diurungkan. Karena itu PPNU
Yogyakarta
pendidikan
PPNU, tentu tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai
pertimbangan akhirnya niat untuk mendirikan
di
sistem
berkembang di pesantren selama ini, khususnya
agama islam lebih matang. Karena beberapa
universitas
mengenai
masyarakat pada umumnya. Pesantren memiliki
memiliki
sistem nilainya sendiri, yang jauh berbeda dari apa
universitas seperti yang diinginkan.
yang
terdapat
di
luarnya.
Sistem
nilai
itu
Dengan demikian menjadi jelas bahwa jenis
mendukung sebuah sikap hidup yang tersendiri
pendidikan PPNU antara lain dalam bentuk formal
pula,
(MANU, MTsNU) dan non-formal seperti Madrasah
perkembangan kurikulum pendidikannya.9 Dengan
Diniyah. Namun hal ini tidak akan menjadi fokus
kata lain nilai ini sangat berpengaruh dan menjadi
utama dalam tulisan ini. Jenis pendidikan formal
esensi dan substansi pendidikan mereka.
selanjutnya tidak menjadi fokus penulis. Fokus
yang
sedikit
banyak
mempengaruhi
Nilai utama yang pertama adalah cara pandang
tulisan ini nantinya akan diarahkan pada nilai-nilai
kehidupan keseluruhan sebagai ibadah. Semenjak
utama pesantren yang diambil dari berbagai sumber
pertama kali memasuki kehidupan pesantren,
sebagai inspirasi pendidikan di pesantren itu
seorang santri sudah diperkenalkan pada dunia
sendiri. Usaha yang ditilik nantinya adalah nilai-nilai
tersendiri,
utama pesantren sebagai substansi pendidikan bagi
dimana
peribadatan
menempati
kedudukan tertinggi. Dan pemeliharaan cara-cara
santri.
beribadah ritual yang akan dipilih seorang santri
sekeluarnya dari pesantren nanti, titik pusat
kehidupan diletakkan pada ukuran kehidupan itu
sendiri sebagai peribadatan.10
Sistem pesantren yang demikian itu didasari,
digerakkan dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan
yang bersumber pada tradisi keilmuannya sendiri
yang
ditata
secara
integral.
Pada
masanya,
pengembangan integralitas itu bisa dilacak pada
upaya pengembangan fiqh dan alat-alat bantunya
9
10
Tim Biografi, Mata Air Keikhlasan: Biografi K.H Asyhari
Marzuqi (Yogyakarta:Nurma Media Idea,2009) hal, 87.
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai
Pesantren (Yogyakarta:Lkis,2010) hal:147.
79
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
yang disatukan dengan fiqh sufistik.11 Titik tekan
kesengsaraan
dari fiqh sufistik itu tidak sebatas pada kerangka
masyarakat. Kontribusi ini dilakukan dalam rangka
amaliah hukum dan akhlak semata tetapi juga
ibadah tanpa embel-embel materi.
memaknai kehidupan.
dan
penderitaan
yang
dialami
Nilai utama pesantren yang berporos pada ibadah
Pengejawantahan nilai-nilai ibadah tersebut dalam
ini semakin mengakar kuat di masyarakat dengan
kehidupan
dari
memposisikan diri sebagai pengabdi masyarakat.
mudah
Bagi pesantren, pengabdian untuk masyarakat
meremehkan, tawakkal, berhati-hati, sabar, dan
dengan membantu menyelesaikan problematika
lapang dada dalam menjalankan segala tantangan
yang ada di masyarakat adalah panggilan jiwa dan
kehidupan. Waktu-waktu
di
merupakan investasi masa depan di akhirat.
pesantren misalnya, tidaklah menjadi kendala
Semangat pengabdian pesantren pada masyarakat
karena semua itu dinilai ibadah. Kebiasaan tirakat
terlihat, misalnya, dalam penyediaan tempat bagi
dengan berpuasa, atau larangan memakan suatu
anak-anak atau remaja yang datang dari berbagai
hidangan juga tidak memberatkan sebab hal itu
daerah untuk menimba ilmu pengetahuan agama.
merupakan ibadah.
Seorang Kiai biasanya memberikan pemondokan
sehari-hari
pemeliharaan
dapat
sikap
ikhlas,
dilihat
tidak
yang dihabiskan
sebagai tempat tinggal bagi santri yang tengah
Sikap ikhlas itu tanpa disadari memancar pada
menimba ilmu. Kiai menyediakan waktu luang untuk
kesediaan santri untuk bekerja bagi tujuan bersama.
melayani santri yang ingin berdiskusi dan konsultasi
Disisi lain terbentuk solidaritas dan toleransi yang
diimplementasikan
dengan
berbagai ilmu dan masalah. Dengan ruang lingkup
memberikan
dan waktu yang ada para santri dibimbing secara
pengorbanan yang besar bagi kepentingan umum.
matang oleh figur seorang Kiai sebelum mereka
Pola solidaritas antar santri ini akan terus
terjun di masyarakat.
berkembang dalam rangka mengenal sifat dan
watak mereka satu sama lainnya. Pada batas
Nilai utama itu telah mengantarkan pesantren pada
tertentu status pertemanan yang ada itu akan
sistem pendidikan yang penuh kelenturan dan
bergeser pula menjadi hubungan kekeluargaan.
memiliki spektrum luas, melampaui batas-batas
Hubungan kekeluargaan ini amat dirasakan para
pesantren itu sendiri. Tidak berlebihan jika
santri ketika mereka sudah lulus dari pesantren
dikatakan,
dimana
mereka
merasa
kehilangan
berkembangnya
itu
juga
fungsi
dapat
menjadi bebas dari sekolah sebagai institusi dengan
menopang
kemasyarakatan
aturan-aturannya, sistem evaluasinya, janji-janji
dari
pesantren sendiri. Dalam cerita awal pendirian
pesantren di masa Walisanga beberapa abad silam,
11
deschooling
proses yang berjalan terus-menerus. Masyarakat
pandang
pesantren
merupakan
society dengan menjadikan masyarakat sebagai
anggota
keluarga.
Cara
pesantren
ikut
terlibat
dalam
menangani
Ibid hal 130
80
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
Wa Al-Muta allim yang ditulis Syaikh Az-zarnuji.
pekerjaan yang diberikannya, serta sertifikat yang
Kedua kitab ini merupakan manifestasi ajaran yang
dikeluarkannya.12
ketat dan menjadi kitab sakral di PPNU karena
Aspek ibadah ini juga memiliki arti penting bagi
dianggap
PPNU. Sebagai pesantren yang visioner, PPNU selalu
masih
relevanserta
sejalan
dengan
perilaku santri. Dari tradisi keilmuan pesantren
mengajarkan kepada santrinya untuk taat dan
yang integral (fiqh-sufistik) inilah muncul berbagai
tunduk pada nilai ibadah, baik ibadah wajib seperti
tindakan yang cenderung hati-hati. Dalam beberapa
sholat, zakat, puasa, maupun ibadah sosial seperti
kasus sikap kehati-hatian itu muncul seperti
membantu sesama. PPNU selalu menekankan aspek
meminjam sandal dengan tanpa izin pemiliknya
itu dalam keseharian santri. Penekanan pada ibadah
terlebih dahulu bisa dihukumi haram oleh mereka,
tersebut secara spesifik merujuk pada tradisi
kepatuhan pada Kiai dengan sepenuh hati, atau
keilmuan dan figur seorang Kiai. Tradisi keilmuan di
larangan untuk memetik daun yang masih ada di
PPNU sebagai sumber karena kajian dan kitab yang
tangkai.
digunakan menyediakan penjelasan yang cukup
mengenai hukum Islam (fiqh). Dengan penekanan
Sementara itu, figur seorang Kiai dijadikan rujukan
pada hukum Islam, santri akan menjadi tahu hukum
karena didasarkan pada pengalaman berharganya
dari perilaku sehari-hari yang boleh jadi sangat ketat
yang bisa dijadikan sebagai teladan dan sumber
menurut ukuran orang luar. Disamping itu tradisi
rujukan perilaku santrinya. Tindakan dari seorang
keilmuan di PPNU juga menampilkan wajahnya yang
Kiai biasanya dapat diterima oleh para santri tanpa
sufistik. Kedua
sebenarnya saling
harus bertanya-tanya tentang hukum tindakan itu.
melengkapi karena hukum Islam (fiqh) yang mereka
Santri-santri PPNU biasanya menjadikan figur K.H
pegang adalah seperangkat hukum bagi fenomena
Asyhari Marzuqi sebagai sumber rujukan perilaku
yang nampak (fenomenologis). Barulah aspek
mereka. Bagaimana perjuangan, jiwa pemaaf,
sufistik menghukumi bagian-bagian yang tak
kesabaran atau ketabahan, tawakkal serta rajin
tampak itu.
belajar patut dijadikan peta panduan untuk
aspek ini
menuntun langkah mereka. Dalam bentuknya yang
Disinilah kita melihat berbagai kitab-kitab fiqh baik
sekarang, guru adalah salah satu legimitasi di
yang dasar maupun mendalam yang masih dipegang
kalangan santri karena mereka sudah mendapatkan
teguh oleh PPNU seperti terlihat pada pengajian
kepercayaan, khususnya sepeninggal K.H Asyhari
kitab Fathu Al Qorib, Al-Muhadzdzab, Bujairomi,
bahkan Fiqh Sirah Wa adillatuhu yang merupakan
Marzuqi.
fiqh kontemporer yang sangat mendalam. Di
Kedua sumber ini pada akhirnya menjadikan santri
samping itu PPNU juga menggunakan kitab-kitab
sangat bergantung dengan kerangka keagamaan
sufistik seperti Tanbighul Ghofilin yang ditulis
yang dikembangkan pesantren dan teladan Kiainya.
Syaikh Al-Ghozali atau kitab lain seperti Adab Ta lim
Mereka merasa apa yang diajarkan oleh pesantren
Abd A la, Pembaruan Pesantren Yogyakarta: Pustaka
Pesantren,2006) hal:159
12
81
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
dan yang telah dicontohkan oleh figur Kiai sudah
Figur K.H Asyhari Marzuqi sendiri sebagai pengasuh
cukup
masalah.
PPNU sering memberi teladan kepada santrinya
bagaimana
dalam menuntut ilmu. Menurut cerita para santri
menginternalisasikan kedua sumber ini pada santri.
beliau sangat tekun dalam mencari ilmu. Beliau rela
Sebab bagaimanapun juga harus disadari bahwa
untuk
nilai-nilai utama dalam pesantren itu tidak datang
melanjutkan studi di Irak selama 14 tahun. Beliau
dengan sendirinya dan membutuhkan waktu yang
hanya
panjang (Thulu Al –zaman). Dalam situasi demikian
belajar. Karena sangat cinta dengan ilmu, beliau
sebenarnya tidak ada persoalan bagi santri. Waktu
sempat mengharamkan santrinya puasa sunah
bertahun-tahun yang mereka habiskan di pesantren
karena itu akan mengganggu proses belajar.
untuk
Masalahnya
menjawab
sekarang
berbagai
adalah
dipandang sebagai ibadah. Mereka rela untuk hidup
berpisah
dengan
menghabiskan
keluarganya
waktu-waktunya
untuk
untuk
Selain kecintaan terhadap ilmu, santri dituntut
dalam keterasingan dan keterbatasan ruang dan
untuk
waktu hanya untuk beribadah. Hanya dengan
menjalin
hubungan
baik
dengan
lingkungannya, seperti yang tercermin dalam
pandangan semacam itu mereka merasa bahwa apa
pengorbanan yang besar untuk kepentingan umum.
yang dilakukan di dalam pesantren tidaklah sia-sia.
Bagi PPNU santri adalah satu keluarga dan saling
Kenyataannya sekarang muncul kecenderungan
menguatkan satu sama lain sebagaimana perintah
yang banyak dialami santri PPNU bahwa mereka
agama. Rasa solidaritas ini diharapkan mampu
merasa belum mendapatkan bekal yang cukup dari
dipertahankan dalam berbagai kondisi dan situasi.
pesantren. Ilmu agama yang diperoleh belum
mampu
diimplementasikan
masyarakat. Rasa
secara
kekurangan
baik
Namun solidaritas mereka suatu waktu akan teruji
di
ketika mendapatkan giliran piket membersihkan
semacam ini
sampah. Kerenggangan yang ada akan tampak dari
menuntut mereka untuk lebih memantapkan diri
seberapa besar partisipasi mereka di sana. Jadual
dan menimba ilmu secara sunguh-sungguh di
piket semacam ini memang sengaja dibentuk antar
pesantren. Dalam prosesnya itu, pesantren adalah
kamar untuk membentuk solidaritas. Sebenarnya
gambaran kecil masyarakat yang perlu untuk
PPNU mampu untuk membayar orang untuk
dipelajari secara keseluruhan.
membersihkan halaman pesantren setiap harinya.
Dari sudut pengakuan itu pula baru disadari
Akan tetapi mereka memilih santri sendiri agar
kecintaan mereka pada ilmu agama sebagai bekal di
mereka mampu belajar tentang kebersamaan.
masyarakat.
Karena itu semua urusan piket dipasrahkan kepada
Ilmu-ilmu
agama,
sebagaimana
santri meskipun para guru tetap mengawasinya.
dimengerti di lingkungan pesantren, merupakan
landasan yang membenarkan pandangan sarwa
PPNU juga menyediakan berbagai forum kajian bagi
beribadah di atas.13 Kecintaan ini termanifestasikan
santri untuk memupuk rasa solidaritas seperti
dalam berbagai bentuk seperti menghormati para
guru yang memberikan mereka ilmu pengetahuan.
13
Ibid hal 17
82
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
forum Bahtsul Masa il yang diadakan setiap bulan14.
kualitas santri. Peresapan dan pencurahan itu
dan bertukar pikiran terkait isu tertentu. Boleh jadi
membuat nilai utama pesantren tetap terpampang
dalam realitas kehidupan pesantren. Dengan kata
sebenarnya hukum dari masalah itu sendiri sudah
lain bahwa nilai utama di pesantren itu sudah ada
diketahui oleh para guru dan Kiai.
sebelum seseorang memasuki dunia pesantren dan
Forum ini disediakan bagi santri untuk berdiskusi
akan tetap ada setelah mereka menyelesaikan masa
Di samping itu semua, untuk mematangkan kualitas
bakti di pesantren.
kesantrian PPNU juga memberikan fasilitas berupa
pengabdian di masyarakat yang sudah lama mereka
rintis. Pengabdian masyarakat itu ditampung dalam
Lembaga Pengembangan Pengabdian Masyarakat
(LP2M).15 Pengabdian ini adalah eksternalitas,
pencurahan mereka terhadap nilai-nilai utama yang
mereka serap dari pesantren. Peserta LP2M ini
adalah santri yang sudah paham agama. Sebab,
program kerja yang dicanangkan di sini adalah
dakwah keagamaan. Selama ini hubungan LP2M
dengan masyarakat di mana mereka mengabdi
sudah terjalin dengan baik. Bahkan ketika salah satu
anggota LP2M sakit mereka menjenguknya di
pesantren.
Nilai utama di pesantren yang memusatkan
kehidupan
pada
ibadah
ini
pada
akhirnya
membentuk sebuah sistem nilai umum, yang mampu
membentuk watak, karakter santri yang mandiri
dan peka terhadap lingkungan. Nilai-nilai itu tetap
terlembagakan dengan baik dalam wujud laku
kehidupan santri yang merujuk pada ajaran agama
dan perkenan Kiai. Hal mana dalam kehidupan itu,
mereka menginternalisasikan nilai-nilai pesantren
dalam bentuk belajar memaknai kehidupan secara
ikhlas serta merespons kembali dalam bentuk
pencurahan nilai
sebagai
wujud
kematangan
Bahtsul Masa il adalah forum musyawarah untuk
membahas hukum terhadap suatu kasus. Forum ini
merupakan tradisi yang dilestarikan oleh Nahdlatul
Ulama termasuk di PPNU
14
15
LP2M didirakan pada tanggal 17 Februari 2000 dengan
tujuan utamanya membentuk, mengembangkan, serta
memberdayakan masyarakat
83
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
E. Belitan Masalah
patron-klien. Bahkan sekarang mulai muncul sikap
anti pati terhadap guru sebagai tren di kalangan
Sebagai pesantren yang sudah tak lagi muda PPNU
santri baru.
tidak bisa lepas dari berbagai masalah yang
membayangi. Problem yang dihadapi PPNU, salah
Di samping itu, persoalan lain seperti kurangnya
satunya adalah mulai hilangnya watak mandiri yang
kepedulian terhadap sesama dan kelas sosial antar
ditandai dengan kecemasan para guru akan masa
santri juga mulai menyeruak ke permukaan. Meski
depan mereka. Pengabdian pada pesantren sembari
pesantren telah melarang santri membawa barang-
berwiraswasta seperti yang banyak dilakukan oleh
barang elektronik akan tetapi fakta menunjukkan
santri senior PPNU mulai digantikan dengan mental
glamoritas
pegawai. Akibat dari masalah ini tidak sepele, yakni
tingginya konsumsi terhadap baju-baju mahal dan
tidak optimalnya perngawasan guru terhadap
barang-barang
jalannya kehidupan pesantren karena sibuk mencari
menggejala. Beberapa anak sempat memaksa dan
aktivitas di luar. Peran guru sebagai penopang
membentak orang tuanya karena tidak dibelikan
pesantren
yang
barang-barang itu. Beberapa yang lain bahkan
diharapkan, yakni menyediakan waktu bagi santri
dengan jalan yang justeru menerobos batas hukum
selama dua puluh empat jam. Kondisi ini sangat
islam sendiri yaitu dengan jalan mencuri. Persoalan-
riskan karena (tanpa sengaja) membuka peluang
persoalan ini
bagi masuknya nilai-nilai luar yang kini mulai
pesantren memiliki kekayaan tradisi yang bisa
tidak
berjalan
sebagaimana
santri
menyembuhkan
berkembang. Selama lima tahun terakhir ada
yang
elektronik
perlu
ditunjukkan
kian
dengan
kemari
diselesaikan.
kian
Sebenarnya
mereka dari kondisi saat ini.
perubahan cukup drastis dari PPNU. Yakni mulai
Tradisi itu perlu dikaji ulang dalam konteks kekinian
berkurangnya jumlah tenaga pekerjaan yang segera
agar menemukan landasan yang lebih riil. Dengan
berpengaruh pula pada penurunan kualitas. Banyak
kata lain, sebenarnya nilai-nilai luhur PPNU perlu
para santri yang baru lulus masa belajar di
diperkuat oleh barisan masyarakat di dalamnya.
pesantren memilih untuk keluar tanpa mengabdi
Dengan penguatan tradisi pesantren diharapkan
pada pesantren terlebih dahulu. Mereka memilih
pengawasan terhadap santri harus lebih diperketat.
keluar dari PPNU karena sudah memiliki pekerjaan.
Begitu juga terhadap besarnya pengaruh negatif
Krisis guru semacam ini menjadi persoalan karena
yang datang dari luar agar lebih bisa dihentikan.
eksternalisasi nilai dan yang dibuktikan dalam
bentuk pengabdian tanpa pamrih pada akhirnya
tidak berjalan secara optimal.
Perkembangan selanjutnya dari krisis guru ini
adalah tidak tercukupinya kebutuhan bagi para
santri untuk mencari pijakan atau legitimasi dari
tindakan mereka. Hubungan guru-santri yang dulu
lebih menekankan aspek kekeluargaan juga mulai
bergeser menjadi sebatas seremonial atau bahkan
84
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
F. Penutup
Dari paparan di atas, menjadi jelas bahwa PPNU
tengah
berusaha
pesantren.
Dengan
menjaga
segala
nilai-nilai
utama
kekurangan
dan
kelebihannya mereka mampu melembagakan nilai
itu dari waktu ke waktu, generasi ke generasi di
bawahnya. Nilai-nilai yang berkembang di PPNU
telah
membuktikan
secara
konkret
tentang
substansi pendidikan yang lebih menitikberatkan
pada kebutuhan berproses dan bukan hasil yang
didapat. Karena itu dibutuhkan waktu yang panjang
serta keberanian menceburkan diri untuk mengasah
kepekaan hati. Kecerdasan dalam pendidikan
semacam itu ditandai dengan kepedulian pada
lingkungan, ketundukan pada yang lebih tua, dan
pemberian sumbangan pada masyarakat.
Sepintas lalu model pendidikan PPNU bisa menjadi
tawaran bagi pendidikan di luar lingkungannya
dengan mengembangkan nilai-nilai utama itu
sendiri di lingkungan sekolah. Penumbuhan aspek
keyakinan itulah yang perlu diraih oleh setiap
siswa.Caranya adalah dengan mensosialosasikan
secara terus menerus apa yang menjadi ajaran
agama.
85
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
Daftar Pustaka
Narasumber Wawancara:
A la, Abd.
Muhammad Fathul Umam: Wawancara dilakukan
6. Pembaruan Pesantren. Cetakan I,
Yogyakarta: LKiS.
Berger,
Peter
L.
1991.
Langit
Suci.
pada tanggal 5 Juni 2013 pukul 15.00 WIB
Alih
Ahmad Faiz: Wawancara dilakukan pada tanggal 5
Bahasa:Hartono. Cetakan I, Jakarta: LP3ES.
(asyim, Fuad.
Juni 2013. pukul 15.00 WIB
. Manajemen Pendidikan )slam
Terpadu (Studi Komparasi Pengelolaan
Asrama Antara Asrama Pelajar Pondok
Pesantren Nurul Ummah Dengan Asrama
Madrasah
Mu allimin
Muhammadiyah .
Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta
No. 5 Tahun 2010
Mastuhu. 1994.
Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren. Cetakan I, Jakarta: INIS.
Tim Biografi. 2009. Mata Air Keikhlasan: Biografi
KH. Asyhari Marzuqi. Cetakan I, Yogyakarta:
Nurma Media Idea.
Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Tradisi:
Esai-Esai Pesantren. Cetakan III, Yogyakarta:
LKiS.
86
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Oleh
Ahmad Fadli Azami1
Abstrak
Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan fakta sosial yang tidak bisa diabaikan
keberadaannya. Secara historis, pesantren telah berhasil menunjukkan model pendidikannya yang cukup
kokoh dalam menghadapi berbagai guncangan. Tak heran jika model pendidikan itu masih tetap diakui
oleh masyarakat Islam pada umumnya. Dalam konteks kekinian di mana dunia pendidikan lebih
menonjolkan kecerdasan intelektual, pesantren hadir dengan warna yang berbeda. Pesantren hadir
dalam rupa pendidikan yang lebih menitikberatkan pada nilai yang berkembang dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan nilai yang dikembangkan pesantren itu telah menjadi antithesis terhadap sistem
pendidikan di luarnya dan terbukti berhasil dalam membentuk watak seseorang. Nilai itu berupa cara
memandang segala sudut kehidupan sebagai ibadah. Bagi pesantren, segala macam bentuk pekerjaan
hendaknya dilakukan dengan niatan beribadah. Pemusatan pada nilai ini menghantarkan pada sikap
saling pengertian, menghargai, dan menghormati pada segala hal. Pandangan ini menemukan
landasannya pada sikap santri yang rela berkorban untuk kepentingan umum, penghormatan total pada
guru dan Kiai, serta kebiasaan bertirakat. Pondok Pesantren Nurul Ummah (PPNU) adalah salah satu
pesantren yang mengembangkan model pendidikan seperti itu. Pola pendidikan itu telah lama dianut dan
dikembangkan oleh para santri melalui proses dialektika yang panjang.
Kata kunci: Pesantren, nilai, ibadah
Abstract
Islamic boarding school as religious educational institution is a social fact that cannot be disregarded its
existence. Historically, Islamic boarding school has succeeded in it shows a model that is established to
deal with various shocks. It is unsurprising if educational model is still recognized by the islamic
community in general. In the context of the current where education world is intellectual, sound
intelligence Islamic boarding school attended by different colors. Islamic boarding school present in a
much more focusing on the developing value in everyday life. Educational value developed its Islamic
boarding school antithesis of the education system have been outside and evidently successful in forming
a person temper. It means the value of looking at all the life as worship. For Islamic boarding school, all
sorts of the work to be done by worship plan. Focus on the value is sent on a mutual understanding
appreciate, and honor in all things. This view is find an emplacement for the students who willingly
sacrifice for the common good, tributes total of teachers and Kiai, and tirakat common. Islamic Boarding
School Nurul Ummah (PPNU) is one of its Islamic boarding school that expand educational model like
this. Education pattern that has been adopted and developed by the students via the dialectic long.
Keywords : Pesantren (traditional Islamic boarding school), value, worship
A. Pendahuluan
Pergantian
kurikulum
mulai banyak keriusauan dari masyarakat dalam
yang
dilakukan
bentuk opini yang muncul soal apakah kurikulum ini
oleh
nantinya memuat moral dan etika dalam sistem
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
belajarnya. Pendidikan moral tersebut memang
tahun ini menjadi sorotan publik. Memang sudah
sudah menjadi pembicaraan serius di kalangan para
1
Penulis adalah mahasiswa Sosiologi yang juga aktif di kegiatan pers mahasiswa.
75
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
kritukus pendidikan kita di tanah air. Sisi moral
memperbaiki sisi moral, yang terwujud dalam
dianggap penting di tengah acuan pendidikan kita
kepekaan dan kepedulian sosial. Meskipun boleh
yang selama ini lebih mengutamakan kecerdasan
jadi yang ditilik hanya aspek moral ketimbang
intelektual yang bertujuan membentuk manusia
intelektual. Corak pendidikan pesantren yang lebih
yang mampu bersaing di dunia global. Pendidikan
menekankan aspek moral tersebut memang sudah
tersebut terbukti bisu dalam menjawab tantangan
berkembang
munculnya fenomena berbagai aksi tawuran dan
berdirinya pesantren. Penekanan itu hingga kini
seks bebas di kalangan pelajar. Sebenarnya dalam
masih diinternalisasikan oleh para santri. Sepintas
kurikulum sebelumnya prinsip moral dan etika juga
lalu, dilihat dari sudut fungsi pendidikan seperti ini,
sudah
pesantren layak menjadi alternatif ideal bagi
dimampatkan
dalam
sistem
pembelajarannya. Itikad baik itu direalisasikan,
misalnya,
dengan
masuknya
berbagai
mata
gilirannya
tekan
sejak
dengan mengambil latar Pondok Pesantren Nurul
Ummah Kotagede, Yogyakarta. Pengambilan sample
diarahkan pada pembentukan sikap dan perilaku
Pada
titik
Tulisan ini hendak menyoroti model pendidikan
diajarkan juga baru sebatas aksesoris yang kurang
bermoral.
menjadi
perkembangan keadaan yang ada di masyarakat.
pelajaran agama. Sayangnya pendidikan agama yang
yang
dan
pesantren
kemampuan
karena
pada
dasarnya
pesantren
memiliki satu kelebihan tersendiri dibanding model
kognitif, afektif, dan konatif hanya bisa diakui di atas
pendidikan formal yang ada di luarnya. Letak
kertas.
kelebihan itu pada keterpaduan antara aspek
Hal inilah yang membuat publik justru pesimis dan
kecerdasan otak dengan ketajaman hati. Lebih lanjut
menilai
bahwa perubahan kurikulum
pendidikan yang ada dan masih tetap berkembang
tersebut bukan untuk memperbaiki sisi moral yang
berdasar pada nilai-nilai yang tetap eksis dan
kendor di kalangan pelajar melainkan untuk
menjadi khas pesantren.
negatif
menghabiskan anggaran negara dengan skala besar.
Dalam kondisi seperti ini, muncul keinginan mencari
alternatif
lain
untuk
meredakan
kepanikan-
kepanikan itu seperti terlihat dari keinginan
berbagai
pihak
pendidikan
Perbincangan
yang
untuk
mengadopsi
diterapkan
pesantren
di
sebagai
model
pesantren.
pendidikan
alternatif sebenarnya sudah menjadi isu lama.
Keberadaan pesantren memiliki arti penting dalam
rangka pembangunan bangsa di bidang pendidikan
dan keagamaan. Pendidikan model pesantren
diyakini sebagai percontohan yang pas untuk
mengembangkan sisi intelektual, yang tercermin
dalam keluasan wawasan berpikir peserta didik, dan
76
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
eksternalisasi
B. Kajian Teori
dilihat
dari
seberapa
kuat
manusia
mencurahkan
makna ke dalam realitas. Karena itu Menurut
Kajian tentang tata nilai dalam suatu masyarakat
dapat
tersebut
pandangan Berger masyarakat adalah produk dari
proses
manusia, berakar dari fenomena eksternalisasi, yang
pelembagaan nilai itu sendiri di lingkungan mereka.
pada gilirannya didasarkan pada konstruksi biologis
Masyarakat adalah tempat di mana sebuah nilai
mereka. Menurut Peter L. Berger di dalam
manusia itu.
masyarakatlah, dan sebagai hasil dari proses sosial,
eksternalisasi individu. Dunia yang diproduksi
individu menjadi pribadi, ia memperoleh dan
manusia ini kemudian menjadi sesuatu yang berada
yang telah disepakati mengendap dalam kehidupan
berpegang
pada
suatu
identitas,
dan
4
Kedua, obyektivasi. Obyektivasi adalah hasil dari
di luar sana . Dunia ini terdiri dari benda-benda,
ia
melaksanakan berbagai proyek yang menjadi bagian
baik material maupun non-material, yang mampu
kehidupannya.2 Dalam pandangan Berger individu
menentang kehendak produsennya. Sekali sudah
sebenarnya tengah berdialektika dalam masyarakat.
tercipta, maka dunia ini tidak bisa diabaikan begitu
Mereka akan dipengaruhi oleh bangunan-bangunan,
saja.5
konstruksi-konstruksi sosial yang ada dan akan
seseorang menciptakan nilai-nilai, tata aturan dan
mempengaruhi kembali masyarakatnya.
akan merasa salah jika melanggar kesepakatan. Suka
Dalam
praktik
kehidupan
sehari-hari
atau tidaknya mereka nilai-nilai itu sudah menjadi
Proses pelembagaan dan dialektika itu setidaknya
fakta sosial yang memaksa mereka.
dapat terlaksana jika tiga elemen dapat terpenuhi.
Tiga elemen itu berupa eksternalisasi, internalisasi,
Ketiga, internalisasi. Internalisasi merupakan proses
dan obyektivasi. Pertama, eksternalisasi adalah
peresapan kembali terhadap realitas sosial yang
suatu keharusan antropologis. Manusia menurut
sudah ada di masyarakat itu. Hasil peresapan itu
pengetahuan empiris kita, tidak bisa dibayangkan
kemudian ditransformasikan ke dalam struktur
terpisah dari pencurahan dirinya terus menerus ke
kesadaran dunia luar dan dunia subyektifnya. Dalam
dalam dunia yang ditempatinya. Kedirian manusia
eksternalisasi, masyarakat merupakan produk dari
bagaimanapun tidak bisa dibayangkan tetap tinggal
individu sementara internalisasi membuktikan
diam di dalam dirinya sendiri, dalam suatu lingkup
bahwa individu adalah produk dari masyarakat.
tertutup, dan kemudian bergerak keluar untuk
Bagi Berger, individu tidak diciptakan sebagai suatu
mengekspresikan diri dalam dunia sekelilingnya.
Kedirian
manusia
itu
esensinya
melakukan
eksternalisasi dan ini sudah sejak
permulaan.3
benda yang pasif dan lembam (diam). Sebaliknya,
dia dibentuk selama suatu dialog yang lama
(menurut pengertian literal adalah suatu dialektik)
Fungsi individu ini telah menempatkan anggota
yang di dalamnya dia sebagai seorang peserta. Yaitu
masyarakat sebagai produsen yang terus menerus
dunia sosial (dengan lembaga-lembaganya, peran-
mencurahkan dirinya bagi masyarakat. Selama
2
4
Peter L. Berger, Langit Suci (Jakarta: LP3ES,1991. Alih
Bahasa: Hartono) Hal, 4
3
Ibid, hal. 5
5
77
Ibid, hal 11
Ibid
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
perannya, dan identitas-identitasnya) tidak secara
Pergeseran-pergeseran nilai tersebut menuntut
pasif diserap individu, tetapi secara aktif diambil
kepada pesantren untuk melakukan reorientasi tata
olehnya.6
nilai dan tata laksana penyelenggaraan pesantren
untuk mencari bentuk baru yang relevan dengan
Berger melihat bahwa dialektika melalui tiga proses
tantangan zamannya, tanpa kehilangan identitasnya
demikian ini dalam rangka membentuk dunia
sebagai lembaga pendidikan Islam.7 Karena itu
masyarakat yang berbeda dengan dunia binatang.
dalam
Dunia binatang sudah diberikan sejak ia lahir.
pelaksanaan
selanjutnya
PPNU
menempatkan dirinya sebagai pesantren yang semi
Karena itu ada dunia tikus, dunia kera, dll.
klasik (salaf). Pada perkembangannya sifat ini
Sementara dunia manusia dibentuk oleh mereka
menjadikan PPNU sebagai percontohan pesantren
sendiri dengan cara membangun secara bersama-
ideal bagi siapapun yang tengah mencari ilmu agama
sama.
dan ilmu-ilmu umum. Tidak mengherankan jika
sesuai perkembangan waktu semakin banyak santri
C. Profil Pondok Pesantren Nurul Ummah
yang masuk ke PPNU. Tak hanya mahasiswa tetapi
PPNU berdiri sejak tahun 1986 di Desa Prenggan,
juga pelajar.
Kotagede, Yogyakarta. Peletakkan batu pertama
Pada pendaftaran pertama, yakni pada bulan
dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 1986 oleh Kiai
Ramadhan di tahun 1986, PPNU menerima 25 orang
Asyhari Marzuqi (1942-2004) sendiri. Penamaan
santri putra dan 2 orang putri. Baru di tahun kedua,
Nurul Ummah ini pada awalnya merupakan usulan
jumlah itu meningkat menjadi 104 santri. Masuk
dari H. Ahmad Arwan Bauis, S.H dan musyawarah
tahun ketiga, junlah santri bertambah lagi menjadi
bersama dengan pendiri pesantren. Pemberian
155, dan pada tahun yang keempat, terhitung hingga
nama ini diharapkan dapat menjadikan PPNU
209 santri.8 Jumlah itu pada umumnya adalah
sebagaimana fungsinya, yakni sebagai
Cahaya
mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta. Karena
Dipilihnya kotagede sebagai tempat berdirinya
masuk kian muda. Tak hanya mahasiswa, pelajar
PPNU, pada mulanya, dengan tujuan menyebarkan
pun semakin banyak yang masuk ke PPNU.
dakwah di daerah perkotaan. Selain itu, pendiri
Karena banyaknya santri pelajar yang masuk pada
pesantren PPNU sendiri, KH. Asyhari (Ayahanda KH.
tahun 2001 KH. Asyhari Marzuqi mendirikan
Asyhari Marzuqi), berkeinginan agar santrinya nanti
lembaga pendidikan formal berupa Madrasah Aliyah
tidak terkekang oleh akses pengetahuan dan
Nurul Ummah (MANU), sekolah yang setara dengan
informasi serta teknologi. Hal itu menjadi alasan K.H
sekolah menengah atas. Dari tahun ke tahun jumlah
Asyhari untuk mendirikan pesantren bagi putranya
santri yang bersekolah di MANU kian meningkat.
di daerah perkotaan.
Beberapa tahun kemudian didirikan pula Madrasah
6
8
Umat atau penerang umat.
7
semakin perkembangan waktu usia santri yang
Mastuhu,
Dinamika
(Jakarta:INIS,1994) hal, 72
Ibid hal 23
Ibid
78
Pendidikan
Pesantren
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
D. Nilai-Nilai Utama di PPNU
Tsanawiyah Nurul Ummah. Sempat ada wacana
bahwa PPNU ingin mendirikan perguruan tinggi
Berbicara
Islam untuk mahasiswa yang ingin belajar tentang
dapat menjadi pembeda dari sistem pendidikan di
hanya mampu menampung mahasiswa di beberapa
tanpa
yang
yang ada di pesantren itu sendiri. Nilai tersebut
perguruan tinggi diurungkan. Karena itu PPNU
Yogyakarta
pendidikan
PPNU, tentu tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai
pertimbangan akhirnya niat untuk mendirikan
di
sistem
berkembang di pesantren selama ini, khususnya
agama islam lebih matang. Karena beberapa
universitas
mengenai
masyarakat pada umumnya. Pesantren memiliki
memiliki
sistem nilainya sendiri, yang jauh berbeda dari apa
universitas seperti yang diinginkan.
yang
terdapat
di
luarnya.
Sistem
nilai
itu
Dengan demikian menjadi jelas bahwa jenis
mendukung sebuah sikap hidup yang tersendiri
pendidikan PPNU antara lain dalam bentuk formal
pula,
(MANU, MTsNU) dan non-formal seperti Madrasah
perkembangan kurikulum pendidikannya.9 Dengan
Diniyah. Namun hal ini tidak akan menjadi fokus
kata lain nilai ini sangat berpengaruh dan menjadi
utama dalam tulisan ini. Jenis pendidikan formal
esensi dan substansi pendidikan mereka.
selanjutnya tidak menjadi fokus penulis. Fokus
yang
sedikit
banyak
mempengaruhi
Nilai utama yang pertama adalah cara pandang
tulisan ini nantinya akan diarahkan pada nilai-nilai
kehidupan keseluruhan sebagai ibadah. Semenjak
utama pesantren yang diambil dari berbagai sumber
pertama kali memasuki kehidupan pesantren,
sebagai inspirasi pendidikan di pesantren itu
seorang santri sudah diperkenalkan pada dunia
sendiri. Usaha yang ditilik nantinya adalah nilai-nilai
tersendiri,
utama pesantren sebagai substansi pendidikan bagi
dimana
peribadatan
menempati
kedudukan tertinggi. Dan pemeliharaan cara-cara
santri.
beribadah ritual yang akan dipilih seorang santri
sekeluarnya dari pesantren nanti, titik pusat
kehidupan diletakkan pada ukuran kehidupan itu
sendiri sebagai peribadatan.10
Sistem pesantren yang demikian itu didasari,
digerakkan dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan
yang bersumber pada tradisi keilmuannya sendiri
yang
ditata
secara
integral.
Pada
masanya,
pengembangan integralitas itu bisa dilacak pada
upaya pengembangan fiqh dan alat-alat bantunya
9
10
Tim Biografi, Mata Air Keikhlasan: Biografi K.H Asyhari
Marzuqi (Yogyakarta:Nurma Media Idea,2009) hal, 87.
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai
Pesantren (Yogyakarta:Lkis,2010) hal:147.
79
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
yang disatukan dengan fiqh sufistik.11 Titik tekan
kesengsaraan
dari fiqh sufistik itu tidak sebatas pada kerangka
masyarakat. Kontribusi ini dilakukan dalam rangka
amaliah hukum dan akhlak semata tetapi juga
ibadah tanpa embel-embel materi.
memaknai kehidupan.
dan
penderitaan
yang
dialami
Nilai utama pesantren yang berporos pada ibadah
Pengejawantahan nilai-nilai ibadah tersebut dalam
ini semakin mengakar kuat di masyarakat dengan
kehidupan
dari
memposisikan diri sebagai pengabdi masyarakat.
mudah
Bagi pesantren, pengabdian untuk masyarakat
meremehkan, tawakkal, berhati-hati, sabar, dan
dengan membantu menyelesaikan problematika
lapang dada dalam menjalankan segala tantangan
yang ada di masyarakat adalah panggilan jiwa dan
kehidupan. Waktu-waktu
di
merupakan investasi masa depan di akhirat.
pesantren misalnya, tidaklah menjadi kendala
Semangat pengabdian pesantren pada masyarakat
karena semua itu dinilai ibadah. Kebiasaan tirakat
terlihat, misalnya, dalam penyediaan tempat bagi
dengan berpuasa, atau larangan memakan suatu
anak-anak atau remaja yang datang dari berbagai
hidangan juga tidak memberatkan sebab hal itu
daerah untuk menimba ilmu pengetahuan agama.
merupakan ibadah.
Seorang Kiai biasanya memberikan pemondokan
sehari-hari
pemeliharaan
dapat
sikap
ikhlas,
dilihat
tidak
yang dihabiskan
sebagai tempat tinggal bagi santri yang tengah
Sikap ikhlas itu tanpa disadari memancar pada
menimba ilmu. Kiai menyediakan waktu luang untuk
kesediaan santri untuk bekerja bagi tujuan bersama.
melayani santri yang ingin berdiskusi dan konsultasi
Disisi lain terbentuk solidaritas dan toleransi yang
diimplementasikan
dengan
berbagai ilmu dan masalah. Dengan ruang lingkup
memberikan
dan waktu yang ada para santri dibimbing secara
pengorbanan yang besar bagi kepentingan umum.
matang oleh figur seorang Kiai sebelum mereka
Pola solidaritas antar santri ini akan terus
terjun di masyarakat.
berkembang dalam rangka mengenal sifat dan
watak mereka satu sama lainnya. Pada batas
Nilai utama itu telah mengantarkan pesantren pada
tertentu status pertemanan yang ada itu akan
sistem pendidikan yang penuh kelenturan dan
bergeser pula menjadi hubungan kekeluargaan.
memiliki spektrum luas, melampaui batas-batas
Hubungan kekeluargaan ini amat dirasakan para
pesantren itu sendiri. Tidak berlebihan jika
santri ketika mereka sudah lulus dari pesantren
dikatakan,
dimana
mereka
merasa
kehilangan
berkembangnya
itu
juga
fungsi
dapat
menjadi bebas dari sekolah sebagai institusi dengan
menopang
kemasyarakatan
aturan-aturannya, sistem evaluasinya, janji-janji
dari
pesantren sendiri. Dalam cerita awal pendirian
pesantren di masa Walisanga beberapa abad silam,
11
deschooling
proses yang berjalan terus-menerus. Masyarakat
pandang
pesantren
merupakan
society dengan menjadikan masyarakat sebagai
anggota
keluarga.
Cara
pesantren
ikut
terlibat
dalam
menangani
Ibid hal 130
80
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
Wa Al-Muta allim yang ditulis Syaikh Az-zarnuji.
pekerjaan yang diberikannya, serta sertifikat yang
Kedua kitab ini merupakan manifestasi ajaran yang
dikeluarkannya.12
ketat dan menjadi kitab sakral di PPNU karena
Aspek ibadah ini juga memiliki arti penting bagi
dianggap
PPNU. Sebagai pesantren yang visioner, PPNU selalu
masih
relevanserta
sejalan
dengan
perilaku santri. Dari tradisi keilmuan pesantren
mengajarkan kepada santrinya untuk taat dan
yang integral (fiqh-sufistik) inilah muncul berbagai
tunduk pada nilai ibadah, baik ibadah wajib seperti
tindakan yang cenderung hati-hati. Dalam beberapa
sholat, zakat, puasa, maupun ibadah sosial seperti
kasus sikap kehati-hatian itu muncul seperti
membantu sesama. PPNU selalu menekankan aspek
meminjam sandal dengan tanpa izin pemiliknya
itu dalam keseharian santri. Penekanan pada ibadah
terlebih dahulu bisa dihukumi haram oleh mereka,
tersebut secara spesifik merujuk pada tradisi
kepatuhan pada Kiai dengan sepenuh hati, atau
keilmuan dan figur seorang Kiai. Tradisi keilmuan di
larangan untuk memetik daun yang masih ada di
PPNU sebagai sumber karena kajian dan kitab yang
tangkai.
digunakan menyediakan penjelasan yang cukup
mengenai hukum Islam (fiqh). Dengan penekanan
Sementara itu, figur seorang Kiai dijadikan rujukan
pada hukum Islam, santri akan menjadi tahu hukum
karena didasarkan pada pengalaman berharganya
dari perilaku sehari-hari yang boleh jadi sangat ketat
yang bisa dijadikan sebagai teladan dan sumber
menurut ukuran orang luar. Disamping itu tradisi
rujukan perilaku santrinya. Tindakan dari seorang
keilmuan di PPNU juga menampilkan wajahnya yang
Kiai biasanya dapat diterima oleh para santri tanpa
sufistik. Kedua
sebenarnya saling
harus bertanya-tanya tentang hukum tindakan itu.
melengkapi karena hukum Islam (fiqh) yang mereka
Santri-santri PPNU biasanya menjadikan figur K.H
pegang adalah seperangkat hukum bagi fenomena
Asyhari Marzuqi sebagai sumber rujukan perilaku
yang nampak (fenomenologis). Barulah aspek
mereka. Bagaimana perjuangan, jiwa pemaaf,
sufistik menghukumi bagian-bagian yang tak
kesabaran atau ketabahan, tawakkal serta rajin
tampak itu.
belajar patut dijadikan peta panduan untuk
aspek ini
menuntun langkah mereka. Dalam bentuknya yang
Disinilah kita melihat berbagai kitab-kitab fiqh baik
sekarang, guru adalah salah satu legimitasi di
yang dasar maupun mendalam yang masih dipegang
kalangan santri karena mereka sudah mendapatkan
teguh oleh PPNU seperti terlihat pada pengajian
kepercayaan, khususnya sepeninggal K.H Asyhari
kitab Fathu Al Qorib, Al-Muhadzdzab, Bujairomi,
bahkan Fiqh Sirah Wa adillatuhu yang merupakan
Marzuqi.
fiqh kontemporer yang sangat mendalam. Di
Kedua sumber ini pada akhirnya menjadikan santri
samping itu PPNU juga menggunakan kitab-kitab
sangat bergantung dengan kerangka keagamaan
sufistik seperti Tanbighul Ghofilin yang ditulis
yang dikembangkan pesantren dan teladan Kiainya.
Syaikh Al-Ghozali atau kitab lain seperti Adab Ta lim
Mereka merasa apa yang diajarkan oleh pesantren
Abd A la, Pembaruan Pesantren Yogyakarta: Pustaka
Pesantren,2006) hal:159
12
81
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
dan yang telah dicontohkan oleh figur Kiai sudah
Figur K.H Asyhari Marzuqi sendiri sebagai pengasuh
cukup
masalah.
PPNU sering memberi teladan kepada santrinya
bagaimana
dalam menuntut ilmu. Menurut cerita para santri
menginternalisasikan kedua sumber ini pada santri.
beliau sangat tekun dalam mencari ilmu. Beliau rela
Sebab bagaimanapun juga harus disadari bahwa
untuk
nilai-nilai utama dalam pesantren itu tidak datang
melanjutkan studi di Irak selama 14 tahun. Beliau
dengan sendirinya dan membutuhkan waktu yang
hanya
panjang (Thulu Al –zaman). Dalam situasi demikian
belajar. Karena sangat cinta dengan ilmu, beliau
sebenarnya tidak ada persoalan bagi santri. Waktu
sempat mengharamkan santrinya puasa sunah
bertahun-tahun yang mereka habiskan di pesantren
karena itu akan mengganggu proses belajar.
untuk
Masalahnya
menjawab
sekarang
berbagai
adalah
dipandang sebagai ibadah. Mereka rela untuk hidup
berpisah
dengan
menghabiskan
keluarganya
waktu-waktunya
untuk
untuk
Selain kecintaan terhadap ilmu, santri dituntut
dalam keterasingan dan keterbatasan ruang dan
untuk
waktu hanya untuk beribadah. Hanya dengan
menjalin
hubungan
baik
dengan
lingkungannya, seperti yang tercermin dalam
pandangan semacam itu mereka merasa bahwa apa
pengorbanan yang besar untuk kepentingan umum.
yang dilakukan di dalam pesantren tidaklah sia-sia.
Bagi PPNU santri adalah satu keluarga dan saling
Kenyataannya sekarang muncul kecenderungan
menguatkan satu sama lain sebagaimana perintah
yang banyak dialami santri PPNU bahwa mereka
agama. Rasa solidaritas ini diharapkan mampu
merasa belum mendapatkan bekal yang cukup dari
dipertahankan dalam berbagai kondisi dan situasi.
pesantren. Ilmu agama yang diperoleh belum
mampu
diimplementasikan
masyarakat. Rasa
secara
kekurangan
baik
Namun solidaritas mereka suatu waktu akan teruji
di
ketika mendapatkan giliran piket membersihkan
semacam ini
sampah. Kerenggangan yang ada akan tampak dari
menuntut mereka untuk lebih memantapkan diri
seberapa besar partisipasi mereka di sana. Jadual
dan menimba ilmu secara sunguh-sungguh di
piket semacam ini memang sengaja dibentuk antar
pesantren. Dalam prosesnya itu, pesantren adalah
kamar untuk membentuk solidaritas. Sebenarnya
gambaran kecil masyarakat yang perlu untuk
PPNU mampu untuk membayar orang untuk
dipelajari secara keseluruhan.
membersihkan halaman pesantren setiap harinya.
Dari sudut pengakuan itu pula baru disadari
Akan tetapi mereka memilih santri sendiri agar
kecintaan mereka pada ilmu agama sebagai bekal di
mereka mampu belajar tentang kebersamaan.
masyarakat.
Karena itu semua urusan piket dipasrahkan kepada
Ilmu-ilmu
agama,
sebagaimana
santri meskipun para guru tetap mengawasinya.
dimengerti di lingkungan pesantren, merupakan
landasan yang membenarkan pandangan sarwa
PPNU juga menyediakan berbagai forum kajian bagi
beribadah di atas.13 Kecintaan ini termanifestasikan
santri untuk memupuk rasa solidaritas seperti
dalam berbagai bentuk seperti menghormati para
guru yang memberikan mereka ilmu pengetahuan.
13
Ibid hal 17
82
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
forum Bahtsul Masa il yang diadakan setiap bulan14.
kualitas santri. Peresapan dan pencurahan itu
dan bertukar pikiran terkait isu tertentu. Boleh jadi
membuat nilai utama pesantren tetap terpampang
dalam realitas kehidupan pesantren. Dengan kata
sebenarnya hukum dari masalah itu sendiri sudah
lain bahwa nilai utama di pesantren itu sudah ada
diketahui oleh para guru dan Kiai.
sebelum seseorang memasuki dunia pesantren dan
Forum ini disediakan bagi santri untuk berdiskusi
akan tetap ada setelah mereka menyelesaikan masa
Di samping itu semua, untuk mematangkan kualitas
bakti di pesantren.
kesantrian PPNU juga memberikan fasilitas berupa
pengabdian di masyarakat yang sudah lama mereka
rintis. Pengabdian masyarakat itu ditampung dalam
Lembaga Pengembangan Pengabdian Masyarakat
(LP2M).15 Pengabdian ini adalah eksternalitas,
pencurahan mereka terhadap nilai-nilai utama yang
mereka serap dari pesantren. Peserta LP2M ini
adalah santri yang sudah paham agama. Sebab,
program kerja yang dicanangkan di sini adalah
dakwah keagamaan. Selama ini hubungan LP2M
dengan masyarakat di mana mereka mengabdi
sudah terjalin dengan baik. Bahkan ketika salah satu
anggota LP2M sakit mereka menjenguknya di
pesantren.
Nilai utama di pesantren yang memusatkan
kehidupan
pada
ibadah
ini
pada
akhirnya
membentuk sebuah sistem nilai umum, yang mampu
membentuk watak, karakter santri yang mandiri
dan peka terhadap lingkungan. Nilai-nilai itu tetap
terlembagakan dengan baik dalam wujud laku
kehidupan santri yang merujuk pada ajaran agama
dan perkenan Kiai. Hal mana dalam kehidupan itu,
mereka menginternalisasikan nilai-nilai pesantren
dalam bentuk belajar memaknai kehidupan secara
ikhlas serta merespons kembali dalam bentuk
pencurahan nilai
sebagai
wujud
kematangan
Bahtsul Masa il adalah forum musyawarah untuk
membahas hukum terhadap suatu kasus. Forum ini
merupakan tradisi yang dilestarikan oleh Nahdlatul
Ulama termasuk di PPNU
14
15
LP2M didirakan pada tanggal 17 Februari 2000 dengan
tujuan utamanya membentuk, mengembangkan, serta
memberdayakan masyarakat
83
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
E. Belitan Masalah
patron-klien. Bahkan sekarang mulai muncul sikap
anti pati terhadap guru sebagai tren di kalangan
Sebagai pesantren yang sudah tak lagi muda PPNU
santri baru.
tidak bisa lepas dari berbagai masalah yang
membayangi. Problem yang dihadapi PPNU, salah
Di samping itu, persoalan lain seperti kurangnya
satunya adalah mulai hilangnya watak mandiri yang
kepedulian terhadap sesama dan kelas sosial antar
ditandai dengan kecemasan para guru akan masa
santri juga mulai menyeruak ke permukaan. Meski
depan mereka. Pengabdian pada pesantren sembari
pesantren telah melarang santri membawa barang-
berwiraswasta seperti yang banyak dilakukan oleh
barang elektronik akan tetapi fakta menunjukkan
santri senior PPNU mulai digantikan dengan mental
glamoritas
pegawai. Akibat dari masalah ini tidak sepele, yakni
tingginya konsumsi terhadap baju-baju mahal dan
tidak optimalnya perngawasan guru terhadap
barang-barang
jalannya kehidupan pesantren karena sibuk mencari
menggejala. Beberapa anak sempat memaksa dan
aktivitas di luar. Peran guru sebagai penopang
membentak orang tuanya karena tidak dibelikan
pesantren
yang
barang-barang itu. Beberapa yang lain bahkan
diharapkan, yakni menyediakan waktu bagi santri
dengan jalan yang justeru menerobos batas hukum
selama dua puluh empat jam. Kondisi ini sangat
islam sendiri yaitu dengan jalan mencuri. Persoalan-
riskan karena (tanpa sengaja) membuka peluang
persoalan ini
bagi masuknya nilai-nilai luar yang kini mulai
pesantren memiliki kekayaan tradisi yang bisa
tidak
berjalan
sebagaimana
santri
menyembuhkan
berkembang. Selama lima tahun terakhir ada
yang
elektronik
perlu
ditunjukkan
kian
dengan
kemari
diselesaikan.
kian
Sebenarnya
mereka dari kondisi saat ini.
perubahan cukup drastis dari PPNU. Yakni mulai
Tradisi itu perlu dikaji ulang dalam konteks kekinian
berkurangnya jumlah tenaga pekerjaan yang segera
agar menemukan landasan yang lebih riil. Dengan
berpengaruh pula pada penurunan kualitas. Banyak
kata lain, sebenarnya nilai-nilai luhur PPNU perlu
para santri yang baru lulus masa belajar di
diperkuat oleh barisan masyarakat di dalamnya.
pesantren memilih untuk keluar tanpa mengabdi
Dengan penguatan tradisi pesantren diharapkan
pada pesantren terlebih dahulu. Mereka memilih
pengawasan terhadap santri harus lebih diperketat.
keluar dari PPNU karena sudah memiliki pekerjaan.
Begitu juga terhadap besarnya pengaruh negatif
Krisis guru semacam ini menjadi persoalan karena
yang datang dari luar agar lebih bisa dihentikan.
eksternalisasi nilai dan yang dibuktikan dalam
bentuk pengabdian tanpa pamrih pada akhirnya
tidak berjalan secara optimal.
Perkembangan selanjutnya dari krisis guru ini
adalah tidak tercukupinya kebutuhan bagi para
santri untuk mencari pijakan atau legitimasi dari
tindakan mereka. Hubungan guru-santri yang dulu
lebih menekankan aspek kekeluargaan juga mulai
bergeser menjadi sebatas seremonial atau bahkan
84
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
F. Penutup
Dari paparan di atas, menjadi jelas bahwa PPNU
tengah
berusaha
pesantren.
Dengan
menjaga
segala
nilai-nilai
utama
kekurangan
dan
kelebihannya mereka mampu melembagakan nilai
itu dari waktu ke waktu, generasi ke generasi di
bawahnya. Nilai-nilai yang berkembang di PPNU
telah
membuktikan
secara
konkret
tentang
substansi pendidikan yang lebih menitikberatkan
pada kebutuhan berproses dan bukan hasil yang
didapat. Karena itu dibutuhkan waktu yang panjang
serta keberanian menceburkan diri untuk mengasah
kepekaan hati. Kecerdasan dalam pendidikan
semacam itu ditandai dengan kepedulian pada
lingkungan, ketundukan pada yang lebih tua, dan
pemberian sumbangan pada masyarakat.
Sepintas lalu model pendidikan PPNU bisa menjadi
tawaran bagi pendidikan di luar lingkungannya
dengan mengembangkan nilai-nilai utama itu
sendiri di lingkungan sekolah. Penumbuhan aspek
keyakinan itulah yang perlu diraih oleh setiap
siswa.Caranya adalah dengan mensosialosasikan
secara terus menerus apa yang menjadi ajaran
agama.
85
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 1, 2013
Pengembangan Aspek Nilai dalam Pendidikan Pesantren di PP Nurul Ummah
Ahmad Fadli Azami
Daftar Pustaka
Narasumber Wawancara:
A la, Abd.
Muhammad Fathul Umam: Wawancara dilakukan
6. Pembaruan Pesantren. Cetakan I,
Yogyakarta: LKiS.
Berger,
Peter
L.
1991.
Langit
Suci.
pada tanggal 5 Juni 2013 pukul 15.00 WIB
Alih
Ahmad Faiz: Wawancara dilakukan pada tanggal 5
Bahasa:Hartono. Cetakan I, Jakarta: LP3ES.
(asyim, Fuad.
Juni 2013. pukul 15.00 WIB
. Manajemen Pendidikan )slam
Terpadu (Studi Komparasi Pengelolaan
Asrama Antara Asrama Pelajar Pondok
Pesantren Nurul Ummah Dengan Asrama
Madrasah
Mu allimin
Muhammadiyah .
Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta
No. 5 Tahun 2010
Mastuhu. 1994.
Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren. Cetakan I, Jakarta: INIS.
Tim Biografi. 2009. Mata Air Keikhlasan: Biografi
KH. Asyhari Marzuqi. Cetakan I, Yogyakarta:
Nurma Media Idea.
Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Tradisi:
Esai-Esai Pesantren. Cetakan III, Yogyakarta:
LKiS.
86