Sertifikasi Guru dan Permasalahannya pdf

SERTIFIKASI GURU DAN PERMASALAHANNYA (Studi Terhadap Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta)

MUHAMMAD AUFA MUIS Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Muhammadaufamuis25@gmail.com

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru melalui program sertifikasi guru dapat terwujud. Pernyataan tersebut mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sertifikasi guru dengan peningkatan kompetensi guru yaitu penelitian yang dilakukan oleh Andrean Perdana (2014), Roland J. Quezada (2008), dan Fatma Widyastuti (2014). Beberapa peneliti lainnya berbeda pandangan yang menyimpulkan bahwa sertifikasi tidak meningkatkan kinerja guru, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrohman (2009), Suarman Almasdi Syahza (2013) yang menyimpulkan bahwa program sertifikasi dapat dikatakan tidak efektif karena tidak terjadi peningkatan kompetensi guru setelah memiliki sertifikat pendidik. Penelitian ini menguraikan bahwa program sertifikasi guru meningkatkan kompetensi guru. Perbedaan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait peningkatan kompetensi guru melalui program sertifikasi guru adalah penggunaan teori Intervensi Politik dan Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow untuk menganalisis data.

Keywords: peningkatan, kompetensi, guru, program, sertifikasi

Pemerintah berupaya mewujudkan kecerdasan bangsa sejak awal kemerdekaan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dalam rangka memenuhi

hak-hak sosial ekonomi masyarakat. 1 Respon pemerintah di bidang pendidikan ditunjukkan dengan pemberian tunjangan profesi sekaligus peningkatan kompetensi guru melalui program sertifikasi.

Terjadi permasalahan yang melibatkan guru bersertifikasi yang ditunjukkan dengan fakta berbagai kasus di media masa yang menjelaskan bahwa guru bersertifikasi bekerja hanya sekedar ingin melaksanakan kewajiban, tuntutan jam mengajarnya saja, tanpa mengutamakan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Padahal

1 Mita Noveria, Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan (Jakarta: LIPI Press, 2011), 12.

menurut Asril (2011) keberadaan guru yang berkualitas merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. 2 Suarman dan Syahza menyimpulkan bahwa guru yang bersertifikasi kemampuan pedagogiknya maupun kemampuan profesionalnya sebagai guru tidak berbeda secara statistik dengan guru yang belum tersertifikasi. Artinya cara guru mengajar maupun persiapan

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) belum berbeda nyata. 3 Berbeda dengan hasil penelitian Murwati yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh sertifikasi profesi terhadap motivasi kerja guru dan terhadap kinerja guru. 4 Padahal menurut Mulyasa (2007) Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru dapat memberikan kebutuhan peningkatan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. 5

Guru ideal adalah yang memiliki empat kompetensi guru yang telah ditetapkan di UU terkait pendidikan, yang diupayakan pemerintah melalui berbagai program, demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun berdasarkan berbagai penelitian yang ada, muncul fakta yang berlawanan terkait ada atau tidaknya peningkatan kompetensi guru yang memiliki sertifikat pendidik.

2 Asril , “Sertifikasi Guru Sebuah Harapan dan Tantangan Menuju Guru Profesional ,” el-Ghiroh Jurnal Studi Keislaman (Lubuk linggau: Volume I,

Nomor 02 September 2011), 88. 3 Suarman , Almasdi Syahza, “Dampak Kebijakan Sertifikasi Terhadap

Kinerja Guru di Daerah Riau .”Jurnal Pendidikan, ISSN: 2086-4779, Vol 4, No 2 (2013), 25, http://ejournal.unri.ac.id (diakses pada tanggal 19 Februari 2015).

4 Hesti Murwati , “Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-Surakarta ,” Jurnal Pendidikan Bisnis

dan Ekonomi (BISE), Vol.1 No. 1 (2013), 21, http://eprints.uns.ac.id (diakses pada tanggal 1 Februari 2015).

5 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 8.

Menurut Hamzah (2010) Indonesia belum berhasil membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi unggul. 6 Capaian mutu pendidikan Indonesia yang masih jauh di bawah capaian negara maju atau bahkan di bawah negara-negara tetangga Indonesia menjadi catatan dalam pembenahan mutu pendidikan di Indonesia. Nilai PISA ( Programme for International Student Assessment) Matematika tahun 2012 menunjukan rata-rata capaian kompetensi siswa Indonesia berada pada level 1. Kondisi ini mendudukkan Indonesia di bawah Singapura,

Malaysia, Thailand, atau bahkan Vietnam. 7

Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga diuraikan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah

Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). 8 Oleh karena itu salah satu langkah pemerintah sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu Rendahnya profesionalitas guru akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu melalui PLPG 9 diupayakan terjadinya peningkatan kompetensinya. Namun guru-guru bersertifikasi ini memiliki kendala dalam mengembangkan keprofesiannya karena rendahnya motivasi berprestasi, keterbatasan waktu, pengetahuan yang kurang dan persepsi terhadap peraturan

6 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 6.

7 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2015-2019, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia (2015), 18.

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/RenstraKemdikbud2015-2019.pdf (diakses pada tanggal 22 oktober 2015).

8 Sri Sumarni Stiyati, “Determinan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan SMP Negeri 8

Yogyakarta” (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), http://lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 20 maret 2015).

9 Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk

memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi. Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun, Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi

LPTK 2014, 17, http://sertifikasirayon5.com/2014/pedoman/Buku%202%20Tahun2014%20Fin al.pdf (diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

Guru

di

Rayon Rayon

tinggi, tingkat ketidakhadiran murid juga tergolong tinggi. 11 Saat ini kondisi bangsa mengalami berbagai permasalahan seperti korupsi, pergaulan bebas dan berbagai kerusakan moral lainnya. Ditambah lagi banyak kelompok masyarakat yang benar-benar berada di bawah garis kelayakan menyelenggarakan pendidikan dan persekolahan.

Terhadap hal ini memang harus ditangani langsung oleh pemerintah. 12 Selain itu menurut Soedijarto (2000) pendidikan Nasional yang selama ini dilaksanakan masih kurang bermakna dipandang dari sudut tumbuh dan berkembangnya kemampuan, watak, sikap, dan perilaku manusia

Indonesia seperti yang dicita-citakan. 13

Guru hendaknya menjadi suri teladan bagi peserta didik agar menjadi generasi masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu peran guru dan tenaga pendidikan akan lebih ditujukan kepada meningkatnya kualitas sikap mereka dalam hal kepribadian, kesolehan dan moral sosial. Hal itu dilakukan dengan tetap melakukan upaya peningkatan mutu,

kompetensi, dan profesionalisme guru. 14 Untuk mendorong tercapainya

10 Kardiyem , “Analisis Kinerja Guru Pascasertifikasi (Studi Empiris pada Guru Akuntansi SMK Se- Kabupaten Grobogan),” Journal of Economic

Education, ISSN 2252-6889, JEE 2 (1) (2013), 22, http://journal.unnes.ac.id (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

11 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia (2015), 21. http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/RenstraKemdikbud2015-2019.pdf (diakses pada

tanggal 22 oktober 2015). 12 M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner (Ciputat: Lentera

Hati, 2007), 43. 13 Soedijarto, Pendidikan Nasional Sebagai Wahana Mencerdaskan

Kehidupan Bangsa dan Membangun Peradaban Negara-Bangsa (sebuah usaha memahami makna UUD ‘45) (Jakarta: Center for Information and National Policy Studies (CEPS), 2000), 34.

14 Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 39.

seluruh Sasaran Strategis pemerintah maka salah satu arah kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah meningkatkan peran guru. 15 Selanjutnya peran guru adalah menjadi pelaksana kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Kurikulum pendidikan di Indonesia beberapa kali mengalami perubahan, dan berdasarkan Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG) maka guru tidak lagi menerapkan kurikulum sebelumnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diubah menjadi kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 pada seluruh sekolah mulai tahun 2014, guru harus mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 sesuai dengan

bidang tugas masing-masing. 16

Guru oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai salah satu pekerjaan profesi yang setara dengan profesi lainnya seperti dokter, pengacara, musisi, akuntan, dan sebagainya. Sebagai profesi tentu saja

kesejahteraan guru akan mengiringi tingkat profeionalitas tersebut. 17 Kewajiban guru untuk memliki sertifikat pendidik terdapat pada UU No.

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 8 yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

15 Sebagai pendidik/suri tauladan bagi siswa dengan cara memperbaiki tingkat kehadiran/partisipasi guru melalui: (i) pemberdayaan guru untuk

mengajar lebih dari satu kelas dan/atau mengajar lebih dari satu mata pelajaran di sekolah yang sama; (ii) pengurangan tugas-tugas administrasi bagi guru; dan (iii) menumbuhkan gerakan/kampanye nasional tentang akuntabilitas guru sebagai pendidik dan panutan di sekolah dan masyarakat. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

(2014), 76. http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

Mutu

Pendidikan

16 Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 3. http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

17 T. Rusman R dan Abd Rahman, Panduan Pengembangan Profesi Guru dan PTK (Depok: Karima, 2010), 9.

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 18 Melalui program sertifikasi guru diberi kesempatan untuk memiliki sertifikat pendidik, yang sebelumnya guru tersebut memlalui PLPG yang bertujuan meningkatkan kompetensi guru. Dengan demikian dapat dipahami bahwa UU No. 14 Tahun 2005 berpengaruh terhadap guru.

Dalam perspektif Islam, seorang guru menurut al-Ghazali (2001) adalah seorang yang diserahi menghilangkan akhlak yang buruk dan menggantinya dengan akhlak yang baik agar para pelajar itu mudah

menuju jalan ke akhirat yang menyampaikannya kepada Allah. 19 Seorang guru yang juga sebagai muslim wajib mematuhi ajaran Islam sesuai petunjuk Al- Qur’an dan sunah nabi Muhammad SAW agar memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana firman Allah QS. Al-Qalam ayat

4: “Sungguh engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur.” Menurut Syafe’i Rachmat (2000) akhlak mulia akan dimiliki setiap individu jika sunah nabi Muhammad SAW. dilaksanakan, dan Al- Qur’an dijadikan sebagai petunjuk dalam hidup. 20 Akhlak mulia sangat penting dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karena pondasi utama dalam pembentukkan pribadi manusia adalah akhlak. 21 Menurut Trianto (2006) guru atau dosen yang berjiwa sosial baik adalah, yang mampu untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua, dan masyarakat

sekitar. 22 Menurut William (2014) guru yang memiliki status sosial yang baik lebih berdampak pada semangat bekerja sehingga meningkatkan motivasi mereka. 23

18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen http://kepri.kemenag.go.id (diakses pada tanggal 23 oktober

2015). 19 Imam al-Ghazali, Ayyuba al-Walad (Beiru,: Daar al- Ma’araif, Juz I) 35.

Kutipan ini juga merupakan kutipan dalam buku Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid (Studi Pemikiran Tasawuf Al Ghazali) (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2001), 101.

20 Syafe’i Rachmat, Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, sosial dan Hukum) (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), 80.

21 Selly Sylviyanah, “Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Al- Rahman),” Tarbawi ,

Volume 1 No 3 (September 2012): 191-203, http://jurnal.upi.edu (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

22 Trianto, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 67.

23 T. O. William West, “Teachers Motivation: A Study of the Psychological and Social Factors,” International Journal of Education and

Dalam pandangan Islam, jika dalam komunikasi dan berinteraksi tersebut seorang guru menyampaikan dakwah tentang kebaikan berarti telah menolong agama Allah dan akan mendapatkan pertolongan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Muhammad ayat 7 yang artinya: “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah pun menolong kamu semua.” Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah SWT tidak membutuhkan pertolongan hambanya, namun hambalah yang membutuhkan pertolongan Allah SWT melalui ajakan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.

Selanjutnya apabila guru mengajarkan kebaikan dengan ikhlas maka akan disenangi oleh penduduk bumi dan langit sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yang artinya: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni-penghuni langit- Nya dan bumi-Nya termasuk semut dalam lubangnya dan termasuk ikan paus di lautan, seluruhnya memberikan shalawat kepada orang yang

mengajarkan kebaikan kepada manusia.” 24

Selaras dengan itu Raslullah SAW bersabda bahwa Allah SWT selalu menolong hamba, selama hamba itu menolong saudaranya. 25 Dengan mengajak saudara sesama muslim kepada kebaikan berarti kita telah saling tolong menolong untuk kebaikan kehidupan di dunia dan di akhirat. Disamping itu Rasulullah SAW mengumpamakan seorang mu’min bagi sesama mu’min, bagaikan bangunan yang kuat menguatkan

setengah pada setengahnya. 26

Dalam pandangan Islam, seorang guru bertanggung jawab untuk menguasai materi pembelajaran, melaksanakan tugasnya sepenuh kemampuan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena guru bagian

penting dalam pembelajaran di sekolah. 27 Di sekolah anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sikap, nilai-

Research, ISSN: 2201-6740, Vol. 2 No. 2 (February 2014), 5, http://www.ijern.com (diakses pada tanggal 28 juni 2015).

24 Imam Abu Zakaria Yahya, Shahih Riyadus Shalihin (terjemahan) (Kingdom of Saudi Arabia: Dar al-Kitab wa al-sunnah, 2007), 427.

25 Imam Abu Zakaria Yahya; alih bahasa oleh Salim Bahreisy, Tarjamah Riaduhus Shalihin

I (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 234.

26 Imam Abu Zakaria Yahya; Alih bahasa oleh Salim Bahreisy, Tarjamah Riaduhus Shalihin I (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 223.

27 Trianto, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 71.

nilai dan norma-norma. 28 Oleh karena itu hendaknya guru dapat menjadi suri teladan bagi peserta didik. Lebih lanjut dalam pandangan Islam, penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam mutlak dimiliki guru yang profesional. Dengan demikian mereka dapat mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Seorang guru juga memiliki keterampilan serta kebiasaan membaca baik secara tekstual maupun kontekstual. Keterampilan dan strategi membaca dengan pemahaman yang diajarkan dan disertai dengan latihan-latihan yang banyak dapat membantu seorang guru dalam mengembangkan kemampuan pemahaman membaca

mereka. 29 Dalam pandangan Islam, seorang guru penting untuk memiliki dan menambah ilmu pengetahuan karena seseorang ditinggikan derajatnya apabila memiiki ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam Al- Qur’an Surah. Al–Mujadalah ayat 11:

Artinya: … niscaya Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman di antaramu dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketika seseorang beriman kepada Allah SWT. maka ada keyakinan didalam hatinya bahwa segala yang terjadi adalah atas izin Allah. Diantara contoh wujud nyata seseorang yang beriman adalah, apabila sesorang menghadapi suatu permasalahan dalam hidupnya, dan ia berusaha untuk mendapatkan solusinya, serta bertawakal (berserah diri kepada kehendak Allah), maka ia akan bersabar atas apapun hasil dari upayanya. Sedangkan bagi orang yang berilmu, ilmu bukan hanya sekedar untuk diketahui, dipahami, diajarkan atau disampaikan tapi juga diamalkan sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasul-Nya.

Manusia diberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh ciptaan Allah yang lainnya yaitu akal. Allah mengangkat dan memuliakan seseorang dengan ilmu sebagaimana diuraikan dalam surah Al Mujadalah

(58):11. 30 Inilah kemuliaan yang hanya diberikan Allah kepada orang- orang yang beriman dan berilmu. Akan tetapi perlu diingat bahwa orang

28 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007),183.

29 Martini , “Pengembangan Kemampuan Membaca dengan Pemahaman Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang ,” Jurnal Akuntansi &

Manajemen, Vol 3 No.2, ISSN 1858-3687 (Desember 2008), 117, http://download.portalgaruda.org (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

30 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta: 1990), 27.

yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan menganggap pengetahuan yang dimilikinya yang paling benar dan paling baik. Padahal ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah program sertifikasi guru dan kompetensi guru. Sedangkan fokus utama dalam penelitian ini adalah mengenai program sertifikasi guru dan kompetensi guru. Oleh karena itu, permasalahan penelitian ini dibatasi pada penelusuran mengenai pengaruh program sertifikasi guru dan peningkatan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Pembatasan masalah harus dilakukan agar kita tidak membahas masalah hingga terlalu jauh. Dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah

ataupun mana yang akan dibuang. 31

Selanjutnya berdasarkan uraian buku Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, dan keterampilan seseorang berkenaan dengan

tugas, jabatan maupun profesinya. 32 Lebih lanjut kompetensi menurut Usman (2005) merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya. 33

Berikutnya kompetensi menurut Abdul Khobir (2007) diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan prilaku-

prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. 34 Dengan demikian kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki untuk mencapai keberhasil suatu kegiatan. Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, seberapa besar pengaruh sertifikasi guru terhadap peningkatan kompetensi guru?

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan terkait sertifikasi guru adalah penelitian yang dilakukan oleh: Mark John Pogliano dalam

31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2000), 63.

32 Trianto, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 62.

33 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 14.

34 Khobir Abdul,“Profil Guru Pendidikan Agama Islam di Kota Pekalongan”, Jurmal Penelitian, Volume 4, Nomor 1, Mei 2007, 31.

program penelitiannya yang menyatakan bahwa program Career and technical teacher education (CTE) “Karir dan pendidikan teknis guru”

sebagai persiapan guru bisa memberikan dampak positif pada

pengalaman pendidikan siswa. 35

Selain kesimpulan Pogliano di atas, juga diuraikan beberapa hasil penelitian terkait pengaruh positif dari program sertifikasi guru sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fatma Widyastuti yang berbicara tentang kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian melalui penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa kinerja guru di pengaruhi oleh faktor internal guru, faktor internal dari motivasi, kepuasaan dan penghargaan, hal ini tidak lepas dari pemberian

kompensasi berupa tunjangan profesi dari serttifikasi. 36 Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan yang menyimpulkan bahwa guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru yang

profesional. 37 Ketiga, hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Bianca Elizabeth Montrosse yang berbicara tentang program sertifikasi guru dan kinerja guru serta prestasi peserta didik. Selanjutnya disimpulkan bahwa adanya hubungan antara sertifikasi guru dengan

kinerja guru di lapangan dan prestasi siswa. 38

Di sisi lain beberapa penilitian menunjukkan kesimpulan yang berbeda dan menyatakan bahwa program sertifikasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru, yaitu: Pertama, Fatchurrohman yang menyimpulkan bahwa dampak negatif dari penentuan peserta

35 Mark John Pogliano , “The Preparation And Certification Of Career And Technical Education Teachers: A Descriptive Case Study,” UMI Dissertations

Publishing, ISBN

(Oktober 2008): 1-182,

http://search.proquest.com (diakses 25 agustus 2014).

36 Fatma Widyastuti, “Pengaruh Diklat, Sertifikasi, dan Kompetensi Terhadap Kinerja Guru” (19 Mei 2014), http://bdksemarang.kemenag.go.id

(diakses 21 Juni 2014). 37 I Wayan Santyasa, “Dimensi-Dimensi Teoretis Peningkatan

Profesionalisme Guru,” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA , ISSN 0215 –8250,

Edisi Khusus

http://pasca.undiksha.ac.id , (diakses pada tanggal 6 April 2015).

38 Bianca Elizabeth Montrosse, “Estimating The Effects Of Teacher Certification On Theacademic Achievement Of Exceptional High School

Students In North Carolina,” ProQuest LLC, ISBN: 78-1-1094-6811-3 (2009), http://media.proquest.com (diakses 25 agustus 2014).

sertifikasi oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah: (a) Guru yang terpilih menjadi peserta sertifikasi belum tentu guru yang terbaik; (b) Semakin berkembang dan berkuasanya birokrat di lembaga pendidikan; (c) Menciptakan iklim kerja yang tidak harmonis, jika proses penentuan

calon peserta tidak fair dan transparan. 39 Kedua, Kardiyem menyimpulkan bahwa kinerja guru tersertifikasi tidak baik. 40 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang relevan terkait program sertifikasi guru maka ditemukan beberapa perbedaan dengan penelitian ini di antaranya: Pertama, Perbedaan dari segi metodologi jenis penelitian, bahwa penelitian yang akan dilakukan ini jenisnya adalah penelitian kualitatif, data diambil

melalui angket dan wawancara terstruktur 41 di lembaga pendidikan MAP UIN Jakarta. Kedua, perbedaan lainnya adalah, untuk menganalisis program sertifikasi guru digunakan teori Hierarki Kebutuhan (Abraham

Maslow) 42 dan teori intervensi pemerintah yang akan diuraikan di bab berikutnya. Disebabkan belum adanya penelitian terkait program sertifikasi guru yang dihubungkan dengan teori Intervensi Politik secara singkat serta teori Hierarki kebutuhan (Abraham Maslow) yang dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak untuk dilaksanakan. Selanjutnya tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sertifikasi guru dapat meningkatkan kompetensi guru.

39 Fatchurrohman , “Pengaruh Sertifikasi Bagi Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Salatiga ”, Vol. 1 No. 2. ISSN 2085-2061 (2009), 18,

http://eprints.stainsalatiga.ac.id (diakses pada tanggal 9 februari 2015). 40 Kardiyem, “Analisis Kinerja Guru Pascasertifikasi (Studi Empiris pada

Guru Akuntansi SMK Se- Kabupaten Grobogan),” Journal of Economic Education, ISSN 2252-6889, JEE 2 (1) (2013), 22, http://journal.unnes.ac.id (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

41 Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data yang dalam melakukan wawancara, pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis. Deni Riza Kurniawan dkk, “Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan Penataan Kawasan Taman Poci Kota Tegal ,” Jurnal Ilmu Pemerintahan , Volume 2 Nomor 3 (2013), http://id.portalgaruda.org (diakses pada tanggal 6 Juni 2015).

42 A. H. Maslow , “A Theory of Human Motivation,” Classics in the History

(August 2000), 10. http://joomlacode.org/gf/download/trackeritem/23742/58799/AbrahamH.Maslo w-ATheoryOfHumanMotivation.pdf (diakses pada tanggal 27 mei 2015).

of Psychology,

ISSN

1492-3713

METODE

Adapun uraian metode dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian Setiap penelitian memiliki kriteria khas masing-masing, adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. 43 Selanjutnya penelitian ini juga dilaksanakan dengan rancangan konsep penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan

berbagai variabel. 44 Dalam hal penelitian ini fenomena yang diuraikan adalah sertifikasi dan kompetensi guru. Selain itu menurut Arikunto (2010) melaksanakan penelitian salah satunya dengan cara penelitian deskriftif 45 dengan berjenis penelitian korelasi serta bersifat korelasi sebab akibat. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini untuk mengetahui bagaimana korelasi antara program sertifikasi guru terhadap peningkatan kompetensi guru. Dalam penelitian ini penyelidikian dilakukan terhadap kondisi kompetensi guru setelah bersertifikasi.

Sifat penelitian ini adalah studi kasus yaitu menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu secara rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup

mendalam dan menyeluruh. 46 Dalam penelitian ini yang diuraikan adalah kompetensi guru setelah memiliki sertifikat pendidik dilihat perbedaannya antara sebelum dan sesudah bersertifikat.

43 yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis

data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 140.

44 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 54.

45 Maksudnya adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 3.

46 Husein Umar, Metode Riset Perilaku Organisasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 78.

Melalui hasil penelitian sebelumnya dan menganalisa teori 47 - teori 48 terkait peningkatan kompetensi guru, serta berita media masa, maka hipotesis awal penelitian ini kompetensi guru meningkat setelah mengikuti program sertifikasi guru.

2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Tringulasi data. Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data 49 dan sumber data yang ada. 50 Data dicari di lokasi penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain. 51 Data bersumber dari informan yang terdiri dari, Kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum, dan lima orang guru yang belum bersertifikasi.

Agar lebih meyakinkan, maka perlu diambil data dari informan lainnya. Bukan karena ketiga informan tidak dapat dipercaya, namun ketiga jenis informan tersebut manusia yang mempunyai sifat-sifat ingin

menceritakan angan-angan lebih banyak dibandingkan fakta. 52 Oleh karena itu perlu diwaspadai dengan mengambil sumber data lain, yaitu peserta didik yang mengalami atau mengenal perubahan kompetensi guru bersertifikasi. Adapun pengumpulan data penelitian ini dengan beberapa sumber yaitu:

47 Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. KBBI, http://kbbi.web.id/teori

(diakses pada tanggal 16 Mei 2015). 48 Teori memiliki dua kriteria, yaitu cocok dengan situasi empiris, dan

melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2000), 17.

49 Teknik pengumpulan data Angket, wawancara, observasi, dokumentasi dan buku panduan PLPG.

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 327.

51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 3.

52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 184.

Pertama, a) Undang-ndang No. 14 tahun 2005; 53 b) Undang-ndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 54 c) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005; 55 d) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008; 56 e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007; 57 f) Permendiknas No. 18 Tahun 2007; 58 g)

Permendiknas No. 40 Tahun 2007. 59

Kedua, Buku pedoman pelaksanaan sertifikasi guru: a) 4, 60 Rambu- Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan (2014); b) Buku 2 61 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru di Rayon LPTK 2014.

53 Muh. Ilyas Ismail, “Kinerja dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran,” Lentera Pendidikan, Vol. 13 No. 1 (2010), 57,

http://www.uinalauddin.ac.id (diakses pada tanggal 15 Juni 2014). 54 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, http://eprints.dinus.ac.id (diakses pada tanggal 25 November 2015).

55 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, http://www.telkomuniversity.ac.id

(diakses pada tanggal 30 maret 2015). 56 Departemen Pendidikan Nasional, “Peraturan Pemerintah Nomor 74

Pelatihan KTSP 2009, http://www.slideshare.net (diakses pada tanggal 26 Februari 2015). 57 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, http://sdm.data.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 25 november 2015). 58 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

Tahun 2008 Tentang

Guru,”

Materi

Guru Dalam Jabatan, http://luk.staff.ugm.ac.id (diakses pada tanggal 25 November 2015). 59 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, http://psg15.um.ac.id (diakses pada tanggal 31 maret 2015). 60 Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 6. http://plpg.undiksha.ac.id (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

61 Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun, Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Rayon LPTK 2014, http://sertifikasirayon5.com/2014/pedoman/Buku%202%20Tahun2014%20Fin al.pdf (diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

Sertifikasi

Guru

di

Ketiga, Wawancara. 62 Untuk mengumpulkan data melalui wawancara maka harus ditetapkan informan. Informan yang dipilih adalah yang sesuai dengan kriteria yang penulis tetapkan yaitu mereka yang berperan dan pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian, dan yang suka bekerja sama untuk kegiatan penelitian

yang sedang dilakukan. 63

Penggunaan beberapa infoman dalam pencarian data ini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya. Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya untuk merinci kekhususan yang ada dalam

konteks yang unik. 64 Berdasarkan uraian tersebut maka wawancara dilakukan terhadap kepala madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, guru yang belum bersertifikat, guru yang bersertifikat serta peserta didik.

Keempat, Angket 65 yang diisi oleh guru yang bersertifikat, peserta didik, dan guru yang belum bersertifikat. Angket berisi pertanyaan terkait indikator-indikator empat kompetensi guru. Dalam hal penelitian ini, setelah diketahui indikator-indikator yang dapat dimiliki guru bersertifikasi, maka akan dapat dipahami apa saja kompetensi guru bersertifikasi yang telah meningkat ataupun belum mengalami peningkatan. Jika semua bagian yang kecil sudah bagus, semua dapat menjelaskan untuk unsur-unsur yang lebih besar-barulah kita dapat

menyimpulkan. 66 Dalam pengukuran kompetensi guru bersertifikasi dilakukan dengan cara, membagi empat kompetensi menjadi indikator- indikator yang disusun menjadi angket dalam bentuk Rating Scale dan kemudian diajukan kepada guru yang bersertifikasi dan peserta didik.

62 Informasi digali lebih dalam apabila jawaban informan kurang memuaskan karena masih bersifat terlalu umum, kurang mengkhususkan dan

inilah yang disebut menggali informasi lebih dalam (probing). Irawati singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2008), 198.

63 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1998), 199.

64 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1998), 224.

65 Kuesioner (angket) merupakan reknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011) dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 193.

66 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 39.

Kelima, Observasi. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau tersamar. 67 Melalui observasi pada proses pembelajaran di kelas akan diketahui bagaimana kompetensi guru bersertifikat.

Keenam, Dokumen. 68 Adapun dokumen yang dikumpulkan adalah kurikulum madrasah, absensi peserta didik, buku harian peserta didik, raport peserta didik, buku profil madrasah, buku kegiatan peserta didik, data jumlah peserta didik dan guru, serta prestasi yang telah diraih peserta didik dalam berbagai kegiatan. Keenam sumber data tersebut

sebagai sumber data primer 69 dalam penelitian ini. Sedangkan sumber data lainnya untuk melengkapi penelitian ini adalah kajian-kajian terdahulu yang relevan, yaitu tulisan-tulisan para ahli dalam bentuk tesis, disertasi, jurnal. Sedangkan berita-berita media masa cetak dan online terkait sertifikasi guru bertujuan untuk memperdalam, dan memperkaya data yang ada, semua data tambahan

tersebut sebagai sumber data sekunder. 70

Terjadi atau tidaknya peningkatan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta setelah bersertifikasi bisa diketahui melalui instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen

67 Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi

dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 312.

68 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, sejarah, ceritera, peraturan kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 326.

69 Definisi sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2013), 308.

Menurut KBBI Off Line sumber data primer adalah sumber data pokok atau utama, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data tambahan. 70 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 195.

akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan mengahasilkan data kuantitatif, maka setiap instrumen harus mempunyai

skala. 71 Dengan skala pengukuran ini, maka data yang dikumpulkan melalui angket akan dapat mengukur peningkatan kompetensi guru yang dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efisien, dan

komunikatif. 72 Oleh karena itu dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah Rating Scale 73 . Skala ini digunakan untuk mengetahui kompetensi guru sebelum dan sesudah bersertifikasi, sehingga ada atau tidaknya peningkatan kompetensi guru setelah bersertifikasi dapat diketahui.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a) Populasi Penelitian Menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 74 Oleh karena itu maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta berjumlah

25 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki, dan 10 orang perempuan. Selain itu populasi dari peserta didiknya berjumlah 370 yang terdiri dari kelas X 129 orang, kelas XI 117 dan kelas XII 124 orang (kelas XII terbagi

menjadi empat kelas) 75

b) Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 76 Selanjutnya menurut Emzir (2008) sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal

yang dapat diterima. 77 Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini

71 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 135.

72 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 136.

73 Data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014),141. 74 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 173. 75 Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta, di ruang kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Drs. Rusli Ishaq, M.Pd, 19 Agustus 2015, pukul 15.00 WIB.

76 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 174.

77 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), 41.

mewakili dari guru dan peserta didik yang telah memenuhi ukuran sampel minimal, karena angket diberikan kepada 36 peserta didik, dan lima orang guru bersertifikasi. Ditambah dengan wawancara terhadap dua orang

kepala madrasah, 78 empat orang peserta didik, 79 satu orang guru bersertifikasi, serta satu orang guru yang belum bersertifikasi. Adapun teknik dalam penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive sampling 80 yang pengambilan subjeknya bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 81 Selain itu teknik ini dipilih

karena memiliki beberapa alasan. 82

Walaupun peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu sesuai ciri-ciri pokok populasi; b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi; c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan. 83 Berdasarkan uraian tersebut penulis menentukan beberapa kriteria sampel sebagai berikut: 1) Guru Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang bersertifikasi dan yang belum bersertifikasi, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan karena dapat mewakili berbagai kategori; 2) Guru yang telah mengajar di MAP UIN

78 Ketika melakukan penelitian terjadi pergantian kepala madrasah 79 Perwakilan dari setiap kelas XII yang terdiri dari empat kelas. 80 Walaupun cara seperti ini (Sampel Bertujuan atau Purposive Sample)

diperbolehkan, yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi; b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi; c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 183.

81 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 183.

82 Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dana, sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 183.

83 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 183.

Jakarta lebih dari lima tahun 84 karena guru tersebut telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang Madrasah Aliyah Pembangunan. 3) Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum atau guru yang bersedia menjawab pertanyaan wawancara.

Sedangkan Kriteria sampel dari populasi peserta didik adalah: 1) Peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang diambil dari empat kelas. Pemilihan kriteria sampel dari peserta didik di kelas ini karena mereka telah lebih lama berinteraksi dengan guru-guru bersertifikasi dibanding peserta didik di kelas X dan XI; 2) Peserta didik yang bersedia menjawab angket dan diwawancarai, karena tidak baik jika dipaksa untuk memberikan informasi.

Guru yang diukur kompetensinya melalui angket yang diajukan kepada peserta didik adalah guru yang bersertifikasi antara tahun 2014- 2015, karena peserta didik dapat melihat kondisi kompetensi guru sebelum dan sesudah bersertifikat. Namun guru yang bersertifikasi ditahun 2013 (disaat peserta didik dikelas X) tidak dapat diukur kompetensinya melalui angket atau wawancara karena peserta didik tidak mengetahui kompetensi guru tersebut ketika belum bersertifikasi.

Berdasarkan kriteria sampel yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditentukan bahwa sampel yang sesuai dengan kriteria dari populasi guru ada lima orang guru bersertifikasi. Sedangkan dari 124 orang peserta didik kelas XII, maka sampel yang sesuai dengan kriteria ada 31 orang (25%) .

4. Metode Analisis Data Metode anaisis data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Dalam pengujian kredibilitas triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Selanjutnya untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber. Untuk melakukan pengujian kredibilitas data tentang kompetensi guru bersertifikat, data diperoleh dari peserta didik, kepala madrasah, dan sesama guru. Semua informan tersubut

84 Salah satu persyaratan sebagai peserta PLPG adalah dengan menyerahkan fotokopi SK mengajar dari Kepala Sekolah dalam 5 tahun terakhir

yang disahkan oleh atasan. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014),

4. http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

adalah orang-orang yang dapat melihat langsung perubahan kompetensi guru bersertifikat.

Selanjutnya data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Dengan demikian maka data yang

telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan. 85 Lebih lanjut, untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 86 Disamping itu untuk menganalisis data terkait kompetensi guru bersertifikat di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, digunakan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow.