Resume Makalah Metodologi Penelitian (1)

PEMBAHASAN
Masalah, Asumsi, dan Pendekatan Eksplorasi Masalah dalam Penelitian
Kuantitatif
Pengertian dan Sumber Inspirasi Masalah Penelitian
1. Pengertian Masalah Penelitian
Pendapat Singh (2006); dan Sukardi (2009), dapat disimpulkan bahwa
karakteristik masalah penelitian yang potensial dan signifikan dituntut memenuhi
beberapa persyaratan yaitu dapat diteliti ; memiliki kontribusi signifikan;
didukung data empiris; dan sesuai kemampuan peneliti. Menurut beberapa
pandangan di atas dapat dikatakan bahwa masalah dalam penelitian, mengandung
makna : adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan sesuatu yang
dirasakan perlu adanya perubahan, proses yang tidak berjalan dengan baik,
kesulitan yang harus dipecahkan, segera memerlukan jawaban, dan layak untuk
diteliti.
prinsip-prinsip berdemokrasi pada kelompok subjek dan wilayah tertentu.


2. Sumber Inspirasi Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian yang sejati adalah alam semesta dengan segala
isi dan semua fenomena yang ada di dalamnya. Seorang peneliti dianjurkan untuk
mengarahkan perhatiannya dan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki

untuk melakukan identifikasi masalah masalah yang mungkin timbul diakibatkan
oleh keberadaan dan laju perubahan serta dinamika yang terjadi pada alam
semesta ini. Namun, perlu disadari bahwa untuk mengangkat permasalahan
secara langsung dari pengalaman empiris dalam konteks kehidupan di alam
semesta ini, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Hanya para ahli, pengamat,
pendidik, dan praktisi yang terlatih dan berwawasan luaslah yang mampu
mengidentifikasi berbagai kesenjangan yang terjadi di lingkungan dimana yang
bersangkutan berada dan dijadikan permasalahan penelitian yang berbobot.
Kekurang mampuan peneliti dalam hal ini, sering hanya akan menghasilkan
masalah masalah penelitian yang dangkal, trivial dan parsial (isolated), serta
kurang memiliki delta sumbangan yang signifikan, baik bagi pengembangan dan
penerapan pada ranah teoretis maupun ranah empiris.
Pengembangan dan Kelayakan Masalah Penelitian
1. Pengembangan Masalah Penelitian
Secara umum ada tiga pendekatan yang sering digunakan dalam
pengembangan masalah atau topik penelitian. Ketiga macam pendekatan tersebut,
meliputi pendekatan analogi, pendekatan pengembangan peta permasalahan, dan
pendekatan analisis morfologi (Howard & Sharp, 1996). Pendekatan analogi,
dengan pendekatan ini setidaknya dapat memberikan dua manfaat bagi kegiatan


penelitian. Pertama, pendekatan ini dapat memberikan inspirasi kepada peneliti
untuk mengembangkan pemikiran yang sejalan atau setara dengan paradigma
penelitian yang telah ada. Kedua, pendekatan ini dapat memberikan inspirasi
untuk digunakannya metodologi yang telah terbukti sukses dalam khazanah
penelitian bidang dan waktu yang lain. Sebagai contoh peneliti yang tertarik pada
masalah pengembangan 'usaha kecil agro-industri' dapat menggunakan
pendekatan penelitian yang selama ini telah berhasil digunakan di suatu tempat
atau di suatu negara untuk diterapkan di tempat atau negara lain. Penggunaannya
pendekatan analogi masalah ini dapat diarahkan bukan hanya pada penelitian
'usaha kecil agro-industri', tetapi dapat digunakan di luar konteks bidang
penelitian sebelumnya yang memiliki Karakteristik wilayah atau bidang
penelitian yang relatif sama. Hal serupa dapat dilakukan dalam penelitian di
bidang pendidikan, pengembangan ipteks, masalah-masalah sosial-humaniora,
bidang lingkungan dan sebagainya.
Pendekatan pengembangan peta permasalahan, dengan menggunakan
peta permasalahan penelitian, seorang peneliti dapat mengidentifikasi dan
mengembangkan masalah penelitian yang dijadikan fokus dengan cara
menjabarkan ide-ide yang terkait berdasarkan konsep-konsep dasar pada bidang
yang dijadikan objek kajian. Agar penggunaan pendekatan ini efektif dalam
mengidentifikasi mengembangkan permasalahan penelitian, maka konsep-konsep

dasar yang digunakan sebagai landasan berpikir harus memiliki spektrum yang
cukup luas cakupannya. Dengan pendekatan peta permasalahan ini, peneliti
diharapkan dapat terfasilitasi dalam mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
yang dikaji sebagai fokus kajian pada aspek-aspek tertentu (Popp, 1981; Ibnu,
1996). Sebagai contoh secara prosedural penggunaan pendekatan peta
SARANA
permasalahan ini dalam upaya KENUTUHAN
pencarian dan pengembangan
masalah penelitian
PENDIDIKAN
diberikan berikut. Misalnya, digunakan pada konteks kebutuhan sarana
pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu di suatu wilayah. Secara
prosedural kiat menggunakanKENUTUHAN
pendekatan iniSARANA
pada konteks tersebut pada
PENDIDIKAN
divisualisasikan pada Gambar 3.1.

Pendidikan
Khusus


Pendidikan
Masal

Pendidikan
Formal

Pendidikan
Informal

Peserta
Didik

Sumber
Daya

Kurikulu
m

Gur

u

Sarana/
Prasara
na

Gambar 3.1 Peta Permasalahan Penelitian
Berdasarkan skema peta permasalahan sebagaimana Gambar 3.1, peneliti
dapat mengidentifikasi dan menjabarkan permasalahan sarana pendidikan ke
dalam unsur-unsur yang saling terkait, kemudian memusatkan kajiannya pada
unsur-unsur atau aspek-aspek tertentu yang dijadikan fokus kajian berdasarkan
tingkat signifikansi masalahnya. Keterkaitan aspek masalah penelitian yang akan
dikaji dengan konteks yang lebih luas sebagai 'slot' dengan cara ini dapat
dipertahankan. Penggunaan pendekatan ini sangat bermanfaat untuk masalah
masalah yang ruang-lingkup cakupannya yang tidak dapat diselesaikan hanya
dengan satu kegiatan penelitian. Akan tetapi masalah tersebut menuntut
diselesaikan secara setahap demi setahap, dan dengan beberapa topik dan kegiatan
penelitian.
Pendekatan analisis morfologi, analisis morfologi ini bertumpu pada suatu
proses yang terdiri atas tiga langkah dalam pengembangan masalah penelitian.

Ketika langkah tersebut yaitu: (1) identifikasi faktor-faktor atau dimensi-dimensi
utama dari suatu masalah; (2) mendaftar berbagai atribut atau tingkatan dari
faktor-faktor tersebut (variasi keadaan yang dapat terjadi pada faktor-faktor
terkait); dan (3) merumuskan berbagai pola hubungan yang mungkin terjadi antara
faktor-faktor yang dijadikan objek kajian.
2. Tolok Ukur Kelayakan Masalah Penelitian
Sebelum mengambil keputusan yang terkait dengan penetapan skala
prioritas terhadap tingkat kelayakan dan tingkat signifikansi suatu proyek
penelitian, perlu dilakukan tahapan analisis kebutuhan. Dalam melakukan analisis
kebutuhan untuk menetapkan skala prioritas tingkat kelayakan masalah
penelitian, penelitian menetapkan kriteria tertentu sebagai patokan. Tingkat
kelayakan masalah untuk diangkat dalam suatu penelitian ini dapat dilihat

berdasarkan paradigma berpikir akronim "FINER" (Danakusuma, 2000) sebagai
acuan. Dimensi dari akromin 'FINER' tersebut, meliputi F (feasiblity, kelayakan);
I (interesting, ketertarikan/ minat); N (novelty, kebaruan): E (ethic, etika); dan R
(relevancy, relevan). Kriteria dimensi kelayakan dalam memilih dan
mengembangkan masalah penelitian meliputi indikator kelayakan dari mana
ranah keilmuan, kepakaran, waktu, dana, dan tenaga, serta pendukung yang
lainnya. Indikator kelayakan ini menjadi pertimbangan utama dalam memilih dan

menetapkan suatu masalah yang dijadikan objek kajian. Jawaban atas pertanyaan
yang terkait dengan indikator kelayakan tentunya melekat pada konteks dan
tujuan penelitian yang dilakukan. Misalnya, konteks dari tujuan penelitian untuk
penyelesaian studi (S1,S2, atau S3), penyelesaian masalah yang terkait dengan
pengembangan kepakaran, tuntutan dinamika masalah di masyarakat, tuntutan
sponsor, dan lain sebagainya.
Indikator dari dimensi ketertarikan/peminatan, lebih terkait dengan
kondisi internal dan eksternal peneliti. Kondisi internal peneliti berupa
ketertarikan peneliti terhadap masalah yang akan dijadikan objek kajian.
Sedangkan kondisi eksternal peneliti lebih berubah ketertarikan pembimbing,
konsultan, atau berbagai pihak yang berperan sebagai sponsor terhadap masalah
yang akan dijadikan objek kajian penelitian. Masalah penelitian yang dikaji,
apabila memenuhi kriteria ketertarikan dari peneliti yang bersangkutan, dari
pihak konsultan atau pembimbing, dan juga pihak sponsor, atau pihak lain yang
relevan berpotensi besar dari sisi kelancaran proses lebih terjamin, dan dari sisi
hasil akan lebih berpotensi signifikan delta sumbangannya.
Indikator dari dimensi kebaruan, lebih berorientasi untuk menjawab
pertanyaan yang terkait dengan nilai tambah, baik pada ranah teoretis maupun
ranah empiris dalam kehidupan. Adakah sesuatu yang baru (kebaruan atau nilai
tambah) yang dihasilkan dari masalah yang akan dijadikan objek? Jawaban atas

pertanyaan ini, dapat berupa aspek kebaruan dari sisi substansi masalah, metode
penelitian, pengembangan instrumen, teknik analisis data, dan lain sebagainya
yang menjadi ciri adanya nilai tambah dari teori atau temuan yang sudah ada.
Indikator dari dimensi etika, lebih mengacu pada tata-nilai atau normanorma yang berlaku pada masyarakat sebagai latar, subjek, atau objek penelitian.
Masalah penelitian yang dijadikan objek kajian sebaiknya selain memenuhi
ketika persyaratan sebelumnya (kelayakan, ketertarikan, dan kebaruan), juga
perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan tata-nilai dan norma yang dianut
subjek atau objek kajian. Dengan memperhatikan aspek etika ini, diharapkan
masalah yang dikaji, proses dan hasil kegiatan penelitian tidak bertentangan
dengan tata-nilai dan norma-norma yang berlaku pada wilayah subjek atau objek
yang dikaji. Terutama, baik tata-nilai dan norma akademik maupun tata-nilai dan
norma non-akademik.
Terakhir indikator dari dimensi relevansi, lebih menekankan pertimbangan
pada bidang yang ditekuni oleh peneliti selama ini. Indikator relevansi bisa

menjadi penting dijadikan pertimbangan agar peneliti memiliki kerangka pikir
yang memadai dalam mengidentifikasi masalah sampai menetapkan alternatif
pemecahan masalah. Di samping itu, untuk kepentingan pengembangan dan
pendalaman keilmuan melalui kegiatan penelitian menjadi lebih terarah dan jelas
akumulasi dari Sinergi hasil temuannya. Fenomena yang terakhir ini dapat dilihat

dari gambar peta jalan (roadmap) Penelitian yang dilakukan pada bidang yang
dijadikan objek kajian. Dengan dukungan peta jalan yang memadai dari masalah
yang akan dikaji dapat segera dianalisis dan ditentukan aspek kebaruan dan
potensi delta sumbangan dari penelitian.
Perumusan Masalah
Peneliti sebelum menentukan pilihan masalah yang akan diteliti, Ndak nya
meyakinkan dirinya terlebih dahulu Bahwa masalah yang dipilihnya memang
pantas/layak (feasible), baik secara akademis maupun non-akademis untuk
diteliti. Kepastian ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber yang antara lain
dari urgensi masalah yang akan dikaji dalam kaitan dengan pemanfaatan tertentu.
Misalnya, kemanfaatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat umum atau
ke bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat umum atau kemanfaatan lebih
pada pengembangann teoretis. Selain itu juga perlu dipertimbangkan keterkaitan
dengan konteks permasalahan yang lebih luas, dan kejelasan posisinya dalam
ranah keilmuannya. Pada prinsipnya peneliti dalam menentukan masalah
penelitian harus mengacu terhadap jawaban atas pertanyaan "mengapa masalah
ini harus dijawab melalui kegiatan penelitian?".
Apabila penetapan masalah penelitian sudah sesuai dengan kriteria yang
dipersyaratkan, maka peneliti perlu menyusun rencana pelaksanaan penelitian.
Rencana kegiatan penelitian ini lazimnya diwujudkan dalam bentuk proposal

penelitian sebagai representasi upaya mencari jawaban sesuai dengan kaidah
keilmuan atas suatu pertanyaan yang ditetapkan. Representasi upaya menjawab
permasalahan yang memenuhi kriteria signifikansi masalah dalam wujud
proposal penelitian dengan disertai penjelasan tentang 'kemengapaannya'.
Penjelasan tentang kemengapaannya ini lazimnya diberikan pada bagian yang
disebut latar (belakang) masalah. Dengan menulis latar belakang masalah,
peneliti berusaha untuk meyakinkan kepada peneliti sendiri, meyakinkan kepada
anggota tim peneliti)(apabila dilakukan secara kelompok), dan pihak-pihak lain
yang terkait (pihak supervisor, sponsor, konsultan/pembimbing, penguji, panitia,
dan sebagainya). Bahwa penelitian yang direncanakan memang benar-benar
bernilai tambah dan layak diteliti, serta sesuai dengan kaidah-kaidah dalam
mencari kebenaran pada ranah keilmuan.
Setelah memilih masalah yang akan diteliti dengan ‘justifikasi’ yang
cukup, peneliti perlu merumuskan masalahnya dalam bentuk rumusan yang jelas
atau lazim disebut rumusan masalah yang operasional. Indikator perumusan
masalah yang operasional, apabila pembaca segera dapat mengetahui masalah

yang akan diteliti dan memiliki gambaran yang jelas prosedur penelitian yang
akan dilakukan. Misalnya, variabel yang dijadikan objek kajian, jenis data yang
akandikumpulkan, instrumen penelitian yang akan digunakan, dan teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan, dan target populasi dan sampel
penelitian. Menurut Ary, dkk. (1985) perumusan masalah yang baik harus
memenuhi dua syarat: (1) menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari
jawabannya, dan (2) jelas batasan yang dijadikan ruang lingkupnya. Kedua syarat
ini dapat dipenuhi apabila peneliti menyebutkan dengan jelas hal-hal sebagai
berikut: variabel-variabel yang dikaji; hubungan di antara variabel-variabel yang
dikaji; populasi terkait atau sasaran kajian yang paling jelas keterkaitannya
dengan permasalahan yang dikaji; dan berbagai atribut (lokasi, waktu, dana,
perangkat pendukung) yang berfungsi membatasi lingkup kajian, tempat dan
waktu terjadinya permasalahan, identitas khusus dari populasi atau bagian
populasi yang bersangkutan.
Ditinjau dari cakupan aspek yang terkait, rumusan masalah penelitian
operasional dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu rumusan masalah yang
bersifat umum yang menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara
utuh, dan rumusan masalah yang bersifat khusus yang berfokus pada aspek-aspek
tertentu dari permasalahan yang dikaji. Berikut diberikan contoh rumusan
masalah operasional yang disusun dalam bentuk rumusan umum dan rumusan
khusus.
1. Bagaimanakah penerapan prinsip demokrasi dalam pemilihan calon kepala
daerah pada masyarakat suku terasing di Indonesia (bentuk rumusan masalah
yang bersifat umum). Sedangkan bentuk khusus dari rumusan masalah ini
dapat diperikan berikut.
a. Apakah kriteria bagi calon kepala daerah?
b. Siapakah yang mempunyai hak untuk memilih?
c. Bagaimanakah mekanisme pencalonan kepala daerah?
d. nakah mekanisme pelaksanaan pemilihannya?
e. Siapakah yang menetapkan keabsahan pemilihan proses dan hasil
pemilihan?
f. Dan seterusnya!
2. Bagaimanakah pengaruh pemberlakuan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional terhadap peningkatan partisipasi masyarakatdan Peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia (bentuk rumusan masalah yang bersifat
umum). Bentuk khusus dari rumusan masalah ini dapat diperikan berikut.
a. Bagaimanakah tingkat pemahaman masyarakat atas UU Sistem
Pendidikan Nasional?
b. Bagaimanakah pengaruh pemahaman masyarakat atas UU Sistem
Pendidikan Nasional terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam
pendidikan nasional?

c. Bagaimanakah tingkat pemahaman pelaku pendidikan atasUU Sistem
Pendidikan Nasional?
d. Bagaimanakah pengaruh pemahaman pelaksanaan pendidikanatas UU
sistem pendidikan nasional terhadap peningkatankualitas pendidikan
nasional?
e. Dan seterusnya!
Ditinjau dari posisi variabel penelitiannya, perumusan masalah penelitian
secara operasional meliputi pertanyaan yang terkait dengan pemerian dan
hubungan antarvariabel yang dijadikan objek kajian. Bentuk rumusan masalah
penelitian ditinjau dari aspek ini dapat dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu
mempertanyakan deskriptif, hubungan, dan komparatif variabel yang diteliti.
Rumusan masalah penelitian kelompok pemerian variabel yaitu berupa suatu
rumusan pertanyaan penelitian yang terkait dengan upaya pemerian, pencandraan,
pemetaan, atau kualifikasi suatu fenomena, faktor, atau variabel yang dikaji.
Contoh rumusan masalah penelitian kelompok pemerian variabel diberikan
berikut. "Bagaimanakah tingkat narikan pembelajaran metodologi penelitian
menurut mahasiswa peserta kuliah dikelas A?" Esensi jawaban atas pertanyaan
penelitian ini lebih berupa pemerian, pencandraan, pemetaan, atau klasifikasi
terrhadap tingkat kemenarikan pembelajaran menurut mahasiswa peserta kuliah.
Rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel yaitu berupa
suatu rumusan pertanyaan penelitian yang terkait dengan signifikansi hubungan
antar variabel. Signifikansi hubungan antar variabel ini dapat bersifat hanya
menjelaskan, meramalkan, atau mengontrol antar variabel, fenomena, atau faktor
yang dikaji. Contoh rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel
yang sekadar menjelaskan hubungan diberikan berikut. "Apakah ada hubungan
yang signifikan antara warna dan bentuk rambut antara pasangan suami, istri dan
anak keturunannya?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa
signifikansi hubungan warna dan bentuk rambut antara pasangan suami-istri dan
anaknya. Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, peneliti tidak perlu melakukan
manipulasi variabel warna dan bentuk rambut, karena peristiwanya sudah
berlangsung dan anak sudah lahir.
Contoh rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel yang
meramalkan hubungan variabel diberikan berikut. "Apakah ada hubungan yang
signifikan antara warna dan bentuk rambut antara pasangan suami, istri dan anak
pertamanya yang akan lahir pada bulan depan?" Esensi jawaban atas pertanyaan
penelitian ini lebih berupa signifikansi hubungan warna dan bentuk rambut yang
diramalkan antara pasangan suami, istri dan anaknya. Dalam upaya menjawab
pertanyaan ini, peneliti tidak perlu melakukan manipulasi variabel warna dan
bentuk rambut, karena peristiwanya sedang berlangsung, dan anak belum/sedang
akan lahir.
Rumusan masalah penelitian kelompok komparatif yaitu berupa rumusan
pertanyaan penelitian yang terkait dengan signifikansi perbedaan antarvariabel,

fenomena, atau faktor yang dikaji. Signifikansi perbedaan antar variabel ini
dipilah menjadi dua sesuai dengan sifat manipulasi yang dilakukan peneliti (tidak
ada manipulasi, dan ada manipulasi variabel) dalam suatu penelitian. Contoh
rumusan masalah penelitian kelompok membandingkan antarvariabel dengan
tanpa memanipulasi variabel diberikan berikut. "Apakah ada perbedaan yang
signifikan antara rerata hasil belajar metodologi penelitian di kelas A dan kelas
B?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa signifikansi
perbedaan hasil belajar metodologi penelitian antara kelas A dan B. Kedua kelas
berlangsung sebagaimana biasa dalam pembelajaran, tanpa ada perlakuan yang
berbeda. Sedangkan contoh rumusan masalah penelitian kelompok
membandingkan antarvariabel dengan memanipulasi variabel diberikan berikut.
‘Apakah ada perbedaan yang signifikan antara terata hasil belajar metodologi
penelitian di kelas yang dikenakan metode A dan kelas yang dikenakan metode B
mahasiswa program studi kependidikan?" Metode A adalah sebagai metode
alternatif (perlakuan baru), dan metode B adalah metode yang selama ini
dilakukan di program studi kependidikan. Esensi jawaban atas pertanyaan
penelitian imi lebih berupa signifikansi perbedaan hasil belajar metodologi
penelitian antara kelas A dan B (kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda).
Secara analog, contoh yang terakhir ini, juga mewakili contoh pertanyaan
penelitian kelompok mengontrol hubungan variabel yang dijadikan objek kajian
Atau "Adakah perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa
putra dan siswa putri di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?”. Contoh rumasan
masalah peneliti kelompok pengontrolan variabel diberikan berikut. “Apakah hasil
belapar siswa putra lebih baik daripada siswa putri secara signifikan di Sekolah
Menengah Kejuruan Teknologi Industri?”, Atau “Apakah kelompok siswa yang
dikenai perlakuan pembelajaran metode X lebih unggul hasil belajarnya daripada
kelompok siswa yang dikenai perlakuan pembelajaran metode Y?.
Kiat merumuskan masalah berdasarkan dua tingkatan umum dan khusus,
pihak peneliti dapat memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek penting dari
kajiannya dalam lingkup yang jelas batas-batasnya. Contoh-contoh perumusan
masalah di atas yang banyak dijumpai pada penelitian deskriptif. Atau, rumusan
masalah yang berkaitan dengan upaya memerikan variabel dan dimensi-dimensi
variabel yang dikaji. Sedangkan pada kiat merumuskan masalah penelitian
berdasarkan posisi variabel, pihak peneliti dapat terfasilitasi fokusnya pada upaya
pemerian, signifikansi hubungan, dan signifikansi perbedaan antar variabel yang
dikaji. Contoh perumusan masalah di atas, diberikan secara sederhana dengan
pertimbangan untuk mempermudah pemahaman pembaca, utamanya dalam
hubungan antarvariabel antara dua variabel (X) dan (Y) yang dijadikan objek
kajian. Dalam hubungan ini pemilahan antar variabel yang diperankan sebagai
variabel penyebab atau variabel bebas (X), dan variabel akibat atau variabel
tergantung (Y). Kenyataan dalam penelitian yang sesungguhnya, khususnya pada
perkembangan dewasa ini, tentunya tidak hanya terbatas pada hubungan antar dua

variabel, tetapi lebih dari itu, utamanya dalam kajian perilaku dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan fenomena dalam pembelajaran yang kita jadikan
objek penelitian, misalnya hasil belajar siswa ini tidak akan segera jelas dan
bermakna, bila hanya dijelaskan dengan hubungan antardua variabel. Dikarenakan
representasi hasil belajar siswa pada bidang dan latar sekolah tertentu merupakan
resultanta dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari
diri siswa.

Asumsi dalam Penelitian Kuantitatif
Secara umum dalam konteks keilmuan atau dalam konteks pola berpikir
ilmiah, asumsi sering dikonotasikan dengan anggapan. Dalam konteks kegiatan
penelitian, asumsi diperlakukan sebagai anggapan dasar.
Asumsi diajukan oleh seorang peneliti, agar dapat memilih alternatif
dalam mengembangkan rancangan penelitian yang memenuhi persyaratan sesuai
tuntutan metodologis.
Asumsi dapat dibedakan menjadi 3 menurut sifatnya, yaitu asumsi yang
bersifat konseptual, situasional/ probabilistik, dan pragmatik/ operasional. Asumsi
bersifat konseptual, berakar pada pengakuan kebenaran terhadap teori tertentu.
Asumsi bersifat situasional, diperlukan apabila peneliti melihat atau
mengantisipasi adanya kondisi lokal atau situasi yang bersifat sementara. Asumsi
bersifat pragmatik, asumsi ini bertolak dari masalah operasional yang sebenarnya
masih di dalam jangkauan peneliti untuk mengendalikannya.
Pendekatan Eksplorasi Masalah Penelitian
1. Pengertian Eksplorasi Masalah Penelitian
Keberadaan masalah dalam kegiatan penelitian dapat dipandang sebagai
fenomena, faktor, atau variabel yang bersifat antecedent (yang ada sebelum
penelitia dilakukan). Untuk itu keberadaan, dan tingkat signifikansi masalah
penelitian menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Berikut beberapa
alasan, diantaranya:
a) Masalah penelitian adalah sesuatu yang akan dicari alternatif jawabannya
melalui logika dan berpikir ilmiah.
b) Masalah penelitian dapat dipandang sebagai dasar terjadinya dialektika/
cara penyelidikan dalam perkembangan teori dan penelitian.
c) Masalah penelitian dapat dijadikan tolok ukur perlu-tidaknya penelitian
dilakukan
d) Masalah penelitian sebagai tolok ukur terhadap hasil penelitian yang
diharapkan

e) Masalah penelitian sebagai dasar untuk memilih, menetapkan, mengkaji,
dan merekam, serta memanfaatkan sumber pustaka yang relevan.
f) Masalah penelitian sebagai dasar untuk menetapkan metode, rancangan,
alat pengumpul data dan teknik analisis.
g) Masalah penelitian sebagai tolok ukur untuk menetapkan besar kecilnya
biaya penelitian yang dilakukan.
2. Pendekatan Eksplorasi Masalah penelitian
Pendekatan eksplorasi masalah dapat memfasilitasi ditemukannya masalah
penelitian yang baru, berbobot, signifikan, layak, dan sesuai konteks bidang,
ruang, dan waktu. Untuk itu, Long, dkk (1986) menyarankan tiga macam
pendekatan dalam melakukan eksplorasi masalah penelitian.Ketiga pendekatan
tersebut, yaitu pendekatan berorientasi pada masalah (problem oriented),
berorientasi pada proses (process oriented), dan berorientasi pada kondisi yang
ada (expediency oriented).
PENDEKATAN EKSPLORASI MASALAH

A PROBLEM
ORIENTED
EMPHASIS ON
PROBLEM

INTEREST,
QUESTION,
PROBLEM
SPESIFIC

INTO LITERATURE
AND
JUSTIFICATION OF
SIGNIFICANT



A PROCESS
ORIENTED

EMPHASIS ON
TECHNIQUE

BASIS ON SOME
PREEXISTING
CONDITION

A SPESIFIC
INSTRUMENT, A
FAVORIT TREATMEN,
ANALYTIC STRATEGY

AVAILABLE
DATABASE,
AVAILABLE
ADVISOR, EASILY
DATABASE

SEEK TO LOCATE A
RESEARCHABLE
PROBLEM TO WICH
THAT PROCESS CAN BE
APPLIED

Variabel, hipotesis, dan data penelitian kuantitatif

A. Variabel penelitian

A EXPEDIENCY
ORIENTED

TO SELECT
PROBLEM
PRIMARILY

Variabel penelitian menurut creswell (2012) dapat diartikan sebagai atur
boot dalam penelitian yang berupa, orang atau kegiatan yang memiliki variasi
nilai tertentu dan telah ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Hatch dan farhady
dalam sugiyono (2013) memberikan batasan variabel adalah "atribut seseorang
atau objek yang mempunyai variasi nilai antara satu orang dengan orang lainnya
atau satu objek dengan objek lainnya". Sedangkan berdasarkan wikipedia pada
variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu
penelitian. Di samping itu. Kerlingerdalam sugiyono (2013) menyatakan bahwa
variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dijadikan objek kajian peneliti.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,
proses, atau kegiatan yang mempunyai variasi nilai tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dijadikan objek kajian. Contoh suatu variabel dan bukan variabel
diberikan berikut ini. Jenis kelamin manusia adalah sebagai contoh suatu
variabel; tinggi badan suatu variabel; berat badan suatu variabel; hasil belajar satu
variabel; dan motivasi atau bakat seseorang sebagai suatu variabel. Contohcontoh tersebut merupakan objek yang memiliki variasi nilai. Misalnya jenis
kelamin mahasiswa memiliki variasi yaitu ada laki-laki, dan perempuan; tinggi
dan berat badan mahasiswa memiliki variasi nilai, yaitu ada rendah, sedang dan
tinggi, atau bahkan sangat tinggi dalam satuan tertentu, atau berat badan
mahasiswa, yaitu berat, sedang dan ringan dalam satuan tertentu; hasil belajar,
motivasi dan bakat mahasiswa memiliki variasi nilai, yaitu ada rendah, sedang,
dan tinggi, atau bahkan sangat tinggi. Namun, konsep atau objek tentang lakilaki, atau perempuan, bukanlah tepat dikatakan sebagai variabel. Hal tersebut
disebabkan objek laki-laki atau perempuan tidak memiliki variasi nilai.
Akhir dari aktivitas penelitian terhadap variabel/fenomena/faktor adalah
menghasilkan simpulan sebagai representasi jawaban atas pertanyaan yang telah
ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Perlu diperhatikan bahwa sebelum
memilih variabel yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoretis melalui telaah
jurnal jurnal hasil penelitian yang relevan dan mutakhir, kajian laporan hasil
penelitian sebelumnya yang sebidang, dan melakukan studi pendahuluan
(preliminary study) terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Upaya
melakukan kajian dan telaah referensi tersebut untuk menjelajah khazanah bidang
ilmu yang akan diteliti dan memiliki pengetahuan khazanah perkembangan ilmu
yang mutakhir. Dengan upaya ini diharapkan wawasan dan kerangka pikir
penelitian tas masalah yang akan diteliti menjadi memadai untuk melakukan
perimbangan terhadap penentuan konteks, aspek kebaruan (novelty), dan
signifikansi masalah yang akan dijadikan objek kajian. Di samping itu, telaah
referensi dilakukan untuk memfasilitasi dalam memilih dan menentukan lternatif
strategi pemecahan (metode penelitian) yang akan digunakan.
Dalam penelitian kuantitatif, Yang lebih bertujuan pada pemberian dan
atau purifikasi teori terhadap data empiris. Posisi kecermatan, Kecukupan, dan

kebaruan dalam telaah referensi yang dilakukan peneliti menjadi sangat strategis.
Hal ini pula, Yang kadang menjadi kendala Peneliti, Utamanya pada peneliti yang
masih pemula, Dan kurang rajin membaca dan merekam hasil telaahnya. Variabel
penelitian dalam penelitian kuantitatif lazimnya dipilah menjadi beberapa macam
berdasarkan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Pemilihan
variabel penelitian yang lazim, Yaitu meliputi variabel bebas (Independent
variable); Variabel moderator (Moderator variable); Variabel tergantung
(dependent variable); Variabel antara (intervening variable); Dan variabel
kontrol (control variabel), (Tuckman, 1999; Jhonson & Christensen, 2004).
Ragam variabel, Makna dan posisinya setiap variabel dalam penelitian diuraikan
berikut ini.
Variabel independen, Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
variabel bebas. Variabel bebas merupakan suatu fenomena faktor yang memiliki
variasi nilai yang dapat mempengaruhi atau sebagai Penyebab terjadinya
perubahan pada atribut variabel dependen (variabel terkait). Menurut Martono
(2010), Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau
menimbulkan akibat pada variabel lain, Dan variabel bebas ini berada pada
urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Kebad keberadaan variabel ini dalam
penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terhadap fokus,
Tema, Tema atau topik penelitian. Menurut Sarwono (2011) variabel bebas
merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat diukur, Dimanipulasi atau dipilih
oleh peneliti untuk menentukan hubungan dengan suatu gejala yang dijadikan
objek kaian. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, Contoh variabel bebas
dalam suatu penelitian adalah sesuatu objek, subjek, orang, barang, waktu, atau
proses yang dari sisi urutan waktu keberadaannya lebih dahulu dan menjadi
penyebab atau yang mempengaruhi keberadaan Variabel terikat yang dijadikan
objek kajian, Teks secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh keberadaan variabel bebas dalam suatu penelitian dapat diberikan
berikut. Misalnya, Diterapkannya metode pembelajaran alternatif metode baru
sebagai perlakuan dalam pembelajaran di suatu bidang studi tertentu pada kelas
tertentu. Metode baru ini, Katakanlah metode pembelajaran baru (B), Sedangkan
metode pembelajaran yang diterapkan di kelas tersebut selama ini adalah metode
pembelajaran (A). Pengaruh penerapan metode pembelajaran baru (B) Akan
dilihat dari hasil belajar setelah perlakuan dan pengukuran terhadap pengaruh
perlakuan berakhir. Misalnya, Pengaruhnya terhadap skor hasil, Atau motivasi
belajar, Kemenarikan pembelajaran sebagai variabel tergantung. Signifikansi
pengaruh hasil belajar ini (Skor tes motivasi dan kemenarikan) Diukur melalui
membandingkan antara kelas yang dikenai metode baru (B), Dan metode (A)
dengan teknik analisis dan kriteria tertentu.
Variabel dependen Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Variabel
terikat atau variabel tergantung. Variabel terikat adalah suatu fenomena yang

memiliki variasi nilai yang keberadaannya dipengaruhi atau sebagai akibat dari
fenomena yang memiliki variasi nilai yang berperan sebagai variabel bebas.
Sebagaimana pendapat Sarwono (2006) bahwa Variabel terikat adalah
representasi variabel yang memberikan reaksi atau respons, Apabila dikaitkan
dengan adanya perlakuan dari variabel bebas. Martono (2010) berpendapat
bahwa Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi
oleh keberadaan variabel bebas. Dengan kata lain, Variabel terikat adalah variabel
yang keberadaannya diamati dan diukur untuk menentukan besaran pengaruh dari
adanya perlakuan atau manipulasi variabel bebas.
Contoh representasi keberadaan variabel terikat dapat diberikan berikut.
Analog dengan contoh variabel bebas di atas, Keberadaan hasil belajar pada suatu
bidang studi dan kelas tertentu yang keberadaan sebagai akibat perlakuan atau
manipulasi variabel metode pembelajaran baru (B) yang akan dibandingkan
dengan pengaruh metode pembelajaran (A). Walaupun realitasnya, Keberadaan
hasil belajar tersebut merupakan resultante dari banyak variabel bebas yang lain,
Dan tidak hanya dapat dilihat secara linier diakibatkan oleh variabel metode
pembelajaran baru (B) atau metode pembelajaran (A). Hal ini memberikan
rambu-rambu kepada peneliti, Utamanya penelitian pendidikan pembelajaran
yang notabene terkait dengan perubahan tingkah laku seseorang (mahasiswa,
trainee, siswa) Sebagai Variabel terikat merupakan akumulasi dari sekian ragam
faktor. Untuk itu, upaya untuk mengecilkan temuan yang memiliki validitas
internal (internal validity) yang tinggi perlu melakukan identifikasi dan
pengkondisian terhadap variabel bebas lain yang potensi ‘Mencemari’
Keberadaan variabel tergantung yang diamati. Upaya melakukan pengondisian
variabel bebas lain tentunya berdasarkan pada skala prioritas dari hasil setelah
teoritis dan empiris untuk menentukan posisi variabel lain sebagai variabel
moderator atau variabel kontrol.
Variabel moderator, Variabel moderator menurut Sarwono (2011)
merupakan variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
menentukan apakah keberadaannya berpengaruh terhadap keberadaan hubungan
antara variabel bebas utama yang di manipulasi dan Variabel terikat. Creswell
(2012) menyimpulkan bahwa variabel moderator merupakan variabel baru yang
dikontruksi oleh peneliti dan dipertimbangkan variasi pengaruhnya terhadap
keberadaan variabel tarekat yang diamati dalam suatu penelitian. Kiat penentuan
Pengambilan suatu Variabel yang dijadikan sebagai variabel moderator
bentuknya melalui hasil telaah kajian teoritis dan kajian empiris yang mendalam,
Sehingga memiliki dasar yang kuat dalam menetapkan pengaruh adanya variasi
dan variabel tersebut terhadap variabel terikat. Peran dan fungsi dipertimbangkan
nya keberadaan pengaruh variabel moderator terhadap Variabel terikat dalam
suatu penelitian adalah untuk mempertinggi tingkat validitas internal dari suatu
hasil penelitian. Peran dan fungsi dipertimbangkan nya keberadaan pengaruh
variabel moderator terhadap Variabel terikat dalam suatu penelitian adalah untuk

mempertinggi tingkat validitas internal dari suatu hasil penelitian. Untuk itu,
Bukan variabel moderator lazimnya dilakukan pada desain penelitian
eksperimental.
Contoh representasi keberadaan variabel moderator dalam suatu penelitian
diberikan berikut Keberadaan hasil belajar (sebagai Variabel terikat) Yang
diklaim sebagai akibat perlakuan atau manipulasi variabel metode pembelajaran
baru (B) sebagai variabel bebas utama, Masih perlu dipertanyakan tingkat
validitas internalnya (karena hasil belajar merupakan fenomena yang
representasinya dari Resultanta banyak faktor). Untuk, Validitas internal
hubungan antara metode pembelajaran baru (B) Dan hasil belajar, Maka perlu
dipertimbangkan variasi pengaruh variabel kemampuan umum (IQ) Dari setiap
peserta didik. Berdasarkan hasil telaah teoretis dan empiris, Misalnya keberadaan
(IQ) Signifikan berpotensi memodifikasi keberadaan variabel hasil belajar dalam
mengukur pengaruh metode pembelajaran baru (B). Variabel (IQ) yang
dipertimbangkan pengaruh variasinya terhadap hasil belajar Inilah yang disebut
sebagai variabel moderator. Pengaruh variasi (IQ) Ini diukur dan
dipertimbangkan dengan melakukan analisis terhadap pengelompokan tingkat
(IQ) Sampel menjadi beberapa kelompok sesuai hasil pengukuran yang
dilakukan. Misalnya, (IQ) sampel dipilah menjadi empat variasi, yaitu (IQ)
sangat tinggi (genius); (IQ) tinggi; (IQ) sedang; dan (IQ) rendah .
Variabel kontrol. Menurut Martono (2010) variabel kontrol merupakan
variabel yang dibuat konstan pengaruhnya terhadap Variabel terikat, dalam
hubungannya Antara variabel bebas utama dan Variabel terikat dalam suatu
eksperimental yang berusaha membandingkan pengaruh perlakuan yang lebih
dari dua kelompok Sarwono (2006), Menyimpulkan variabel kontrol
keberadaannya dimaksudkan oleh peneliti yang berusaha untuk membersihkan,
menghilangkan, atau menetralkan, Atau memperkecil pengaruh yang dapat
mengganggu hubungan antara variabel bebas dan Variabel terikat. Dengan kata
lain, Variabel kontrol adalah variabel yang keberadaannya dikendalikan atau
dibuat relatif konstan atau relatif Netral pengaruhnya terhadap klaim hubungan
variabel bebas utama dengan Variabel terikat yang diamati. Kiat pengendalian
pengaruh selain variabel bebas utama terhadap variabel terikat, Sehingga relatif
konstan dilakukan dengan tidak mempertimbangkan variasi pengaruh dari
variabel lain, Selain variabel bebas utama Dan variabel moderator terhadap
Variabel terikat.
Contoh representasi keberadaan variabel kontrol dalam suatu penelitian
diberikan analog dengan variabel moderator berikut. Keberadaan hasil belajar
(sebagai Variabel terikat) yang diklam sebagai Akibat perlakuan atau manipulasi
variabel metode pembelajaran baru (B) sebagai variabel bebas utama, Masih
perlu dipertanyakan tingkat validitas internalnya. karena hasil belajar merupakan
fenomena yang representasinya dari Rasul Tanta banyak faktor. Untuk
meningkatkan klaim terhadap validitas internal hubungan antar metode

pembelajaran baru (B) Dan hasil belajar, Maka perlu dipertimbangkan variasi
pengaruh variabel kemampuan umum (IQ) Agar relatif konstan terhadap
keberadaan variabel hasil belajar. Upaya membuat pengaruh variabel (IQ) Relatif
konstan dengan cara mengeliminasi pengaruh variabel Dengan cara hanya
dipertimbangkan dalam analisis untuk kelompok ber-IQ tertentu. Artinya, Dalam
hal ini penelitian tidak mempertimbangkan adanya nilai variasi kelompok.
Misalnya, (IQ) sampel sangat tinggi (genius); (IQ) tinggi; (IQ) sedang; dan (IQ)
rendah. Namun, Analisis pengaruh metode pembelajaran baru (B) Hanya
dilakukan pada sampel yang (IQ) sedang. Untuk itu, (IQ) sampel sangat tinggi
(genius); IQ tinggi; dan IQ rendah tidak diikutkan dalam analisis dan pengaruh
variabel (IQ) dibuat relatif konstan terhadap hasil belajar. Fenomena penyikapan
terhadap variabel (IQ) seperti inilah yang disebut (IQ) diperankan sebagai
variabel kontrol.
Variabel intervening. Menurut creswell (2012), Variabel intervening Atau
variabel antara merupakan variabel yang keberadaannya menjadi jembatan,
Mediasi atau menjadi ‘antara’ terjadinya pengaruh hubungan antar variabel bebas
dan variabel terikat. Keberadaan variabel intervening ini berperan sebagai
remediasi pengaruh pengaruh dari manipulasi variabel bebas utama terhadap
Variabel terikat yang diamati dan diukur. Sarwono (2006), menyebutkan
keberadaan variabel bebas utama, variabel terikat, variabel moderator, dan
variabel kontrol merupakan variabel konkrit dan dapat dimanipulasi dalam suatu
penelitian. Namun, keberadaan variabel intervening berada, Sebab variabel ini
secara teoritis akan berpotensi mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
dan terikat, Tetapi secara empiris sulit untuk dilakukan manipulasi atau di
observasi oleh peneliti Pendapat lain dari Martono (2010), Variabel intervening
merupakan variabel yang keberadaannya terletak diantara garis kontinum
variabel bebas dan Variabel terikat Keberadaan pengaruh hubungan antara
variabel bebas dan Variabel terikat Melalui mediasi keberadaan variabel ini,
Untuk itu Urutan peristiwa nya dapat diilustrasikan variabel bebas-- variabel
intervening-- Variabel terikat. Dengan kata lain, Variabel intervening merupakan
variabel yang secara teoretis dapat mempengaruhi fenomena yang diamati dan
diukur dalam hubungan antara variabel bebas dan terikat, Tetapi secara empiris
sulit diamati, Sulit dimanipulasi, Maupun diukur.
Contoh representasi keberadaan variabel intervening dalam suatu
penelitian diberikan analog dengan variabel moderator berikut. Keberadaan hasil
belajar (sebagai variabel terikat) yang diklaim keberadaannya sebagai akibat
perlakuan atau adanya manipulasi variabel metode pembelajaran baru (B) sebagai
variabel bebas utama mengingat hasil belajar merupakan fenomena yang
representasinya dari resultanta banyak faktor, maka untuk mengingatkan klaim
terhadap validitas internal hubungan antara metode pembelajaran baru (B) dan
hasil belajar, perlu dipertimbangkan adanya variasi pengaruh (sebagai variabel
moderator), atau dibuat relatif constant pengaruh (sebagai variabel kontrol) dari

variabel kemampuan umum (IQ). Selain pertimbangan ke dua variabel tersebut,
sesungguhnya secara teoritis pengaruh hub hubungan antara variabel bebas,
moderator, dan kontrol terhadap variabel terikat di jembatani oleh proses belajar
peserta didik, yaitu interaksi antar peserta didik, dan interaksi dengan sumber
belajar lain baik yang by desain atau yang by utilization, suasana kejiwaan
peserta didik, dan lain sebagainya. Contoh jembatan pengaruh hubungan variabel
bebas moderator dan kontrol terhadap variabel terikat tersebut sebagai
representasi keberadaan variabel intervening. Variabel ini dalam penelitian
pendidikan atau penelitian pembelajaran dapat diklaim akan keberadaannya,
variabel ini dalam penelitian pendidikan atau penelitian pembelajaran dapat
diklaim akan keberadaannya, utamanya terhadap variabel terikat.

B.
1.

Hipotesis penelitian
Pengertian dan Fungsi Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti’ di bawah’ atau ‘lemah’ dan
‘thesa’ yang berarti “kebenaran”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya masih perlu dilakukan verifikasi dengan data
empiris. Mengapa hipotesis sebagai jawaban sementara, karena hipotesis
dibangun berdasarkan kristlaisasi hasil kajian atau telaah teoritis atau suatu
fenomena yang dikaji. Ada beberapa pendapat yang terkait dengan pengertian
hipotesis yaitu Martono (2010; Singh (2006); Nasution dalam Sarwono (2006).
Menurut Martono (2010) hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji
keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara yang dibangun
berdasarkan hasil kajian pustaka atas pertanyaan peneliti yang diajukan. Singh
(2006), hipotesis merupakan sebuah dugaan yang bersifat tentatif atau dugaan
sementara dalam memprediksi situasi fenomena tertentu yang akan diteliti.
Nasution dalam Sarwono (2006), hipotesis adalah pertanyaan tentatif yang
merupakan dugaan mengenai fenomena yang sedang kita amati dalam usaha
untuk memahami dan menjadikan arah proses mencapai suatu jawaban secara
ilmiah, hipotesis adalah pertanyaan tentatif yang merupakan dugaan mengenai
fenomena yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahami dan menjadikan
arah proses mencapai suatu jawaban secara ilmiah, dapat dikatakan bahwa
hipotesis penelitian merupakan proposisi yang kebenaran masih bersifat
sementara dan masih perlu dilakukan verifikasi berdasarkan data empiris.
Jawaban sementara berdasarkan hasil kajian teori sebagai representasi hasil pola
berpikir deduktif, sedangkan verifikasi data empiris dengan representasi hasil pola
berpikir induktif. Apabila suatu hipotesis sudah didukung data empiris
kebenarannya, maka hipotesis tersebut telah memenuhi persyaratan untuk menjadi
kebenaran yang bersifat ilmiah. Ciri kebenaran ilmiah ini adalah memiliki
kesesuaian antara realitas kebenaran/rasional dan realitas kebenaran/empiris.

Mengapa keberadaan hipotesis menjadi penting dalam penelitian
kuantitatif? untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita berlandaskan pada fungsi
dari suatu hipotesis, khususnya dalam kegiatan penelitian. Lima fungsi hipotesis
dalam suatu kegiatan penelitian yang dapat disarikan dari pendapat Ashan dalam
Singh (2006) sebagai berikut.
Pertama, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas suatu
masalah berdasarkan hasil kajian/telaah teori dan atau temuan penelitian
sebelumnya. Dengan berangkat Tesis ini memungkinkan seorang peneliti untuk
memulai penelitian. Jawaban sementara ini, terkandung maksud masih diperlukan
proses verifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan jawaban akhir atas untuk
pertanyaan yang dijadikan sasaran penelitian
Kedua, hipotesis penelitian menjadi acuan dasar dan spesifik dalam
mengembangkan fenomena yang diteliti untuk menghasilkan suatu pemecahan
masalah yang dikaji. acuan dasar yang spesifik dalam hal ini sebagai representasi
untuk memilih dalam menetapkan suatu proses penelitian (metode) yang
mengarah pada diperolehnya jawaban atas masalah yang dijadikan objek kajian
Ketiga, suatu hipotesis penelitian berpotensi menjadi ilham atau menjadi
inspirasi lahirnya pengembangan hipotesis lebih lanjut. Ilham atau inspirasi ebagai
representasi adanya ritme fenomena dialekta dalam upaya mencari kebenaran
ilmiah pada bidang tertentu. Artinya, atas suatu masalah pada bidang tertentu
berpotensi untuk melahirkan masalah baru yang akan menuntut kiat pemecahan
masalah yang lebih baru lagi.
Keempat, hipotesis penelitian awal sangat berpotensi menjadi bentuk
jawaban akhir atas suatu masalah yang diteliti. Artinya, dalam merumuskan
hipotesis yang akan diverifkasi keberadaan dengan data empiris sudah didasarkan
pada hasil kajian teoretis yang relatif solid dan memadai. Keadaan ini berpotensi
memperkecil kemungkinan kemunculan ‘keadaan ini berpotensi memperkecil
kemungkinan kemunculan’ Keadaan ini berpotensi memperkecil kemungkinan
kemunculan ‘hipotesis tandingan’ Setidaknya dalam interval waktu tertentu
Terakhir, hipotesis penelitian memfasilitasi peneliti melalui proposisi
pertanyaan yang secara objektif dapat diuji berdasarkan teknik dan rumus statistik,
Serta kriteria tertentu. Apakah hipotesis nol tersebut ditolak atau gagal ditolak
sesuai kriteria yang diterapkan. Kalau hipotesis nol yang diverifikasi dengan data
empiris ditolak, atau gagal ditolak, maka dapat diinterpretasikan hasil uji hipotesis
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Bilamana hipotesis
nol gagal ditolak, maka dapat diinterpretasikan bahwa proposisi hipotesis
alternatif (hipotesis penelitian) tidak didukung data empiris di lapangan. Namun,
bilamana hipotesis nol ditolak, maka dapat diinterpreasikan bahwa proposisi
hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) didukung data empiris di lapangan.
2. Karakteristik dan Pentingnya Hipotesis Penelitian
Karakteristik hipotesis penelitian kuantitatif. Hipotesis merupakan
unsur penting dalam sebuah penelitian (kuantitatif). Untuk itu, hipotesis perlu

dirumuskan dengan baik dan lugas agar hipotesis dapat berperan secara optimal
sesuai karakteristik dan fungsinya. Sebagaimana karakteristik dasar hipotesis
adalah menunjukkan secara jelas hubungan antar variabel (bebas dan terikat) yang
akan diverifikasi dengan data empiris. Menurut martono (2010) terdapat lima
karakteristik esensial hipotesis yang baik dalam penelitian (kuantitatif). Kelima
karakteristik esensial suatu hipotesis penelitian yaitu menjadi penentu arah
penetapan metode serta proses penelitian; dinyatakan dengan istilah sederhana dan
mudah dipahami; membantu peneliti dalam upaya pengumpulan data penelitian;
dapat diuji dengan teknik dan rumus statistik tertentu; dapat diuji dengan teknik
dan rumus statistik tertentu; dan membantu peneliti dalam menarik kesimpulan
hasil penelitian. Uraian ke lima karakteristik hipotesis disajikan sebagai berikut.
pertama, hipotesis sebagai penentu arah penetapan metode dan proses
penelitian. Hipotesis yang dibangun oleh peneliti berdasarkan hasil telaah kajian
teoritis harus dapat memfasilitasi peneliti dalam proses menentukan arah
pemilihan dan penetapan metode penelitian yang akan digunakan. Sebab metode
penelitian merupakan representasi alternatif pemecahan masalah dan sintaks dari
tahapan penelitian yang memenuhi aspek keruntutan, sistematis, dan eksplisit
prosedur yang melimpah,
kedua, hipotesis dinyatakan dengan istilah sederhana dan mudah
dipahami. Proposisi hipotesis dapat menggambarkan hubungan antar variabel
(utamanya variabel bebas dan tergantung) yang dijadikan objek penelitian. Baik
hubungan antar variabel yang hanya bersifat menjelaskan hubungan, meramalkan
hubungan, mengatur hubungan variabel. Disamping itu, proposisi hipotesis perlu
dirumuskan dengan pemilihan diksi yang sederhana dan mudah dipahami.
ketiga, hipotesis dapat memfasilitasi peneliti dalam pengumpulan data
penelitian. Hal ini sesuai tuntutan bahwa pengumpulan data dimaksudkan
mendapatkan berbagai data atau informasi secara empiris yang bermuara pada
upaya melakukan pengujian hipotesis. Jenis, sumber data dan arah yang jelas,
berpotensi dapat menghasilkan data empiris yang akurat dan memiliki tingkat
validitas, serta reabilitas yang memadai. Serta reabilitas yang memadai dan
reabilitas yang memadai menjadikan indikator data yang benar dan berkualitas
(bukan data yang ‘bias’).
keempat, hipotesis dapat diuji dengan teknik dan rumus statistik
tertentu. Teknik dan rumus statistik tertentu menjadi alat yang paling ampuh untuk
menguji signifikansi hubungan, signifikansi perbedaan, atau signifikansi pengaruh
yang terkandung dalam proposisi dengan teknik dan rumus statistik tertentu serta
kriteria signifikansi tertentu kita dapat melakukan verifikasi hipotesis secara
cermat. Hasil verifikasi uji statistik ini yang digunakan sebagai sarana untuk
menyatakan ‘menolak’ atau ‘gagal menolak’ (reject or no reject) terhadap
hipotesis (nol). Berdasarkan hasil uji hipotesis nol dengan status ‘ditolak’ atau
‘gagal ditolak’ inilah interpretasi hasil verifikasi dirumuskan.

kelima, hipotesis membantu peneliti dalam melakukan interpretasi dan
menarik kesimpulan hasil penelitian. Interpretasi hasil penelitian sebagai
representasi justifikasi proposisi temuan penelitian yang dibangun berdasarkan
hasil verifikasi data empiris melalui uji signifikansi statistik dengan kriteria
tertentu. Sedangkan kesimpulan penelitian sebagai representasi jawaban secara
ilmiah atas pertanyaan penelitian yang dijadikan objek kajian. Secara kronologi
kesimpulan hasil penelitian diperoleh melalui proses dari hasil uji hipotesis,
mengatasi temuan, interpretasi temuan, interpretasi temuan (hasil penelitian).
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan rumusan masalah yang akan dicari
jawabannya, peneliti merumuskan proposisi kesimpulan hasil penelitian.
Pentingnya hipot