Arah Layanan Konseling Perorangan dan Pe (1)

Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah
Oleh : Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. (Dosen BK FIP UNP)
email: yarmissyukur@yahoo.co.id)

Abstract
This paper discuss the direction of individual counseling services seen from a general
purpose guidance and counseling is to help individuals develop themselves optimally
in accordance with the stage of development and its predisposition such basic
abilities and talents, there is a variety of backgrounds such as family background,
education and socioeconomic, and in accordance with the demands of the
environment positively. In particular, guidance and counseling intended to help
individuals (clients) to overcome the problems they experienced with the optimal
effort from guidance and counseling teacher or counselor. In this case, professional
service is a service to clients who implemented seriously by science and appropriate
technology.
Keywords: direction services, individual counseling
Pendahuluan
Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami setelah mengikuti layanan
konseling adalah ekspektasi setiap klien yang datang ke Guru BK atau Konselor,
baik yang datang karena dipanggil maupun yang datang karena di referal oleh orang
lain, apalagi yang datang atas kemauan sendiri. Merasa terbebas dari permasalahan

yang dialami merupakan salah satu ciri keberhasilan konseling selain diperolehnya
pengetahuan baru atau wawasan baru oleh klien setelah mengikuti layanan dan
jelasnya tindakan yang akan dilakukan klien untuk membantu keluar dari
permasalahan setelah layanan diikuti. Untuk mewujudkan kondisi yang demikian,
Guru BK atau Konselor dipercaya telah memiliki pengetahuan dan pemahaman serta
sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan keprofesionalannya.
Pengkajian tentang tuntutan terhadap profesi konseling harus terus dilakukan
seiring dengan tuntutan terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan

dalam jalur persekolahan. Apalagi, keberadaan pelayanan Bimbingan dan Konseling
(BK) di sekolah di samping pelayanan pendidikan lainnya sebagai bagian yang
terintegrasi dalam pelayanan pendidikan dalam rangka mewujudkan optimalisasi
perkembangan peserta didik.yang semakin dipertegas dalam Kurikulum 2013.
Pelayanan BK melipti empat bidang pengembangan, yaitu bidang pengembangan
pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan belajar, dan bidang
pengembangan karir. Keempat bidang pengembangan tersebut diselenggarakan
dengan sepuluh layanan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan,
layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi,
layanan mediasi, dan layanan advokasi. Layanan konseling perorangan sebagai salah

satu layanan dalam Bimbingan dan Konseling terselenggara dengan aturan dan tata
cara yang mempermudah klien untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari
layanan tersebut. Oleh karena itu kemampuan menyelenggarakan konseling
perorangan guru-guru BK di sekolah harus terus ditingkatkan. Melalui tulisan singkat
ini penulis ingin berbagi pendapat dengan pembaca tentang arah layanan konseling
perorangan dan penerapannya di sekolah. Tulisan ini diangkat dari kajian literatur
yang dilengkapi dengan hasil riset terhadap Guru BK di sekolah menengah.
Kondisi Umum Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang menyediakan pelayanan pendidikan
yang dapat membantu peserta didik mencapai tugas-tugas pendidikan dan tugastugas perkembangan. Pencapaian tugas-tugas pendidikan sebagian besar dibantu
pelaksanaannya oleh Guru Mata Pelajaran melalui sejumlah mata pelajaran.

Sedangkan pencapaian tugas-tugas perkembangan dibantu Guru BK atau Konselor
melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Menyangkut tugas-tugas
pendidikan dengan mempelajari sejumlah mata pelajaran dimaksudkan untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan keterampilan peserta
didik dalam usaha menjadi insan yang berkualitas. Sebagaimana terdapat dalam UU
Sisdiknas No 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 dimana pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlah mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Keberadaan Guru BK atau Konselor di sekolah belum sepenuhnya
menggambarkan perhatian yang besar terhadap pencitraan profesi konseling. Masih
banyak ditemukan guru-guru non BK yang bertugas dalam bidang ke BK-an di
sekolah. Guru-guru non BK tersebut disertifikasi pendidik profesional dalam bidang
BK. Di samping itu ada Pengawas BK dari tenaga non BK, bahkan guru-guru IT
yang jam pelajarannya di sekolah tidak ditemukan lagi dalam Kurikulum 2013 santer
disebut akan ditugaskan pula menjadi Guru BK.
Kondisi di atas semakin tidak membuat profesi konseling semakin tegak
sebagaimana yang diidam-idamkan. Di sisi lain kalau keberadaan guru-guru dengan
disiplin non BK tersebut mampu diberdayakan dengan cara-cara yang tepat tentu
akan memberikan manfaat kepada pelayanan BK secara keseluruhan. Dalam hal ini
tentu saja pengertian dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk pengertian dari
tenaga non BK sendiri.

Layanan Konseling Perorangan sebagai salah satu Layanan BK di Sekolah
Layanan konseling perorangan merupakan salah satu jenis layanan dalam
Bimbingan dan Konseling yang penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh
dari seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara layanan dan klien

sebagai orang yang memerlukan layanan (bantuan). Dalam hal ini, Guru BK atau
Konselor dan klien sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam layanan
konseling perorangan. Tanggung jawab Guru BK atau Konselor adalah mendorong
klien untuk mengembangkan potensi, kekuatan, otonomi, dan kemampuan mengatur/
mengarahkan dirinya sendiri guna mewujudkan tujuan layanan konseling
perorangan. Sedangkan tanggung jawab klien ditunjukkan sejak awal kedatangannya
menemui Guru BK atau Konselor, pada waktu penyelenggaraan layanan sampai hasil
pembahasan

layanan

diselenggarakan.

betul-betul

Gunanya

supaya

dilaksanakan

sasaran

setelah

dasar

layanan

konseling

tersebut

sebagaimana

dikemukakan Anthony Yeo (1994; 149), yaitu membantu klien mewujudkan satu
perubahan dalam cara pandangnya dan mendapatkan kemampuan untuk menguasai
situasi-situasi problematis dalam hidupnya dapat tercapai.
Kesadaran akan besarnya tanggung jawab Guru BK atau Konselor dalam
layanan konseling perorangan diiringi dengan tanggung jawab penuh dari klien, akan
mempermudah layanan tersebut dari segi proses dan hasil yang ingin dicapai. Bagi

Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara utama layanan konseling perorangan
sudah jelas menitikberatkan layanannya kepada individu atau klien secara
perorangan. Guru BK atau Konselor diharapkan bisa melihat klien sebagai individu
yang memiliki keunikan, memiliki keistimewaan, memiliki tugas perkembangan dan

individu yang memiliki pribadi yang dinamis serta memiliki tata cara yang
membedakannya dengan individu yang lain (Yarmis Syukur; 2012).
Di sekolah menengah atas, tugas perkembangan peserta didik yang harus
mendapat perhatian Guru BK atau Konselor dalam memberikan layanan
sebagaimana dikemukakan Kemendikbud (2014;12), yaitu; (a) mencapai kematangan
dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) mencapai kematangan
dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau
wanita, (c) mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat, (d) mengembangkan
penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan
karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat
yang lebih luas, (e) mencapai kematangan dalam pilihan karir, (f) Mencapai kematangan
gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan
ekonomi, (i) mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (h) mengembangkan kemampuan komunikasi
sosial dan intelektual, serta apresiasi seni, (i) mencapai kematangan dalam sistem etika

dan nilai.
Memperhatikan pendapat di atas maka peserta didik merupakan individu yang
menjadi sasaran utama dalam layanan dengan mengedepankan aspek perkembangan. Hal
ini sejalan dengan orientasi Bimbingan dan Konseling yang lebih menitikberatkan
peserta layanan secara individual sesuai dengan perkembangan dan permasalahan yang
mereka alami (Prayitno & Erman Amti: 1994).

Tujuan Layanan Konseling Perorangan
Ekspektasi dan tujuan klien menghadiri konseling hendaklah dipahami
konselor secara mendalam. Dengan demikian layanan yang diselenggarakan akan

diorientasikan untuk mencapai tujuan dan ekspektasi klien tersebut. Menurut
Syofyan S.Willis (2009;20) tujuan konseling haruslah mencapai; (1) effective daily
living; artinya setelah selesai proses konseling klien harus dapat menjalani kehidupan
sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna untuk diri, keluarga, masyarakat,
bangsa, dan Tuhannya, (2) relationship with other; artinya setelah selesai proses
konseling klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain di
keluarga, sekolah, kantor, masyarakat, dan sebagainya. Hal yang senada
dikemukakan pula oleh Prayitno (2009), bahwa konseling hendaknya dapat; (a)
mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, (b) pengentasan

kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu (KES-T), (c) aktivasi energi
belajar, (d) mewujudkan tujuan pendidikan, dan (e) kesatuan dunia akhirat.
Mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, yaitu kehidupan
yang sesuai dengan keberadaan klien sebagai pribadi dan bagian dari sistem dengan
memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pengentasan kehidupan efektif sehari-hari
klien yang terganggu (KES-T); yaitu mengupayakan pengentasan segala yang
mengganggu atau merintangi klien mewujudkan kehidupan efektif sehari-hari
sebagai pribadi atau bagian dari system. Aktivasi energi belajar; yaitu
mendayagunakan potensi klien untuk terkuasainya segala sesuatu yang dapat
membantu terwujudnya kehidupan efektif sehari-hari. Mewujudkan

tujuan

pendidikan diupayakan melalui penyelenggaraan layanan berorientasi fokus layanan
dan pelibatan secara aktif seluruh personil sekolah. Kesatuan dunia akhirat
diupayakan dengan peningkatan ketaqwaan klien kepada Allah, tanggung jawab
klien terhadap diri sendiri dan orang lain serta kepatuhannya pada peraturan dan
hukum (ketentuan) yang berlaku.

Dengan demikian, arah dan fokus layanan konseling perorangan adalah

mampu mengatasi dan mengentaskan persoalan-persoalan klien sesuai dengan
permasalahan yang mereka alami. Sebaliknya, layanan konseling perorangan dengan
arah yang kurang jelas membuat klien bisa tambah bermasalah.
Arah Layanan Konseling Perorangan
Arah layanan konseling perorangan merupakan salah satu focus layanan
konseling perorang (Prayitno: 2010). Arah layanan dapat berarti kemana layanan
yang diselenggarakan akan diarahkan. Apakah sekedar mendalami pribadi klien, atau
mendalami kondisi terkini dari seorang klien. Untuk memperoleh layanan yang
bermanfaat, setiap Guru BK atau Konselor hendaklah mengarahkan layanannya
kepada upaya pencapaian tujuan layanan. Dengan arah yang jelas akan
mempermudah klien keluar dari masalah yang dialami dalam rangka mencapai
tujuan layanan yang hendak dicapai. Leong (2008), berpendapat, fokus perhatian
Guru BK atau Konselor dalam membantu peserta didik hendaklah kepada berbagai
persoalan termasuk persoalan stres yang normatif, kesulitan dalam penyesuaian diri
dan transisi dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan
(2009; 196) juga mengemukakan bahwa masalah peserta didik/klien yang harus
menjadi perhatian konselor adalah; (1) masalah perkembangan individu, (2) masalah
perbedaan individu, (3) masalah kebutuhan individu, (4) masalah penyesuaian diri
dan kesehatan mental, dan (5) masalah belajar.
Memperhatikan kedua pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

layanan konseling yang diselenggarakan mestinya diarahkan kepada upaya
membantu klien dalam berbagai persoalan yang mereka hadapi. Untuk memudahkan

pencapaian tujuan sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan konseling secara umum
dan khususnya layanan konseling perorangan, beberapa hal berikut ini menjadi arah
Guru BK atau Konselor dalam menyelenggarakan konseling perorangan, yaitu; (1)
pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, (2) pengembangan
kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien perlu diupayakan melalui konseling
perorangan, (3) pengentasan kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu
(KES-T) , (4) pengentasan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu klien perlu
diupayakan melalui konseling perorangan, (5) kemampuan untuk menyesuaikan
perlakuan dengan perbedaan individual klien perlu diupayakan Guru BK atau
Konselor, (6) klien perlu dibantu untuk memperoleh hal-hal baru yang berguna untuk
pengembangan dirinya, (7) Guru BK atau Konselor perlu mengasah dan memperkaya
energi kependidikan untuk mengaktifkan energi klien mencapai hasil konseling
perorangan, (8) Guru BK atau Konselor perlu membantu peserta didik/klien
mewujudkan tujuan pendidikan, (9) pencapaian tujuan pendidikan mesti diupayakan
oleh seluruh komponen pendidikan di sekolah, (10) pencapaian tujuan pendidikan
perlu diusahakan melalui penyelenggaraan konseling perorangan yang sesuai Standar
Prosedur Operasional layanan, (11) konseling perorangan dapat meningkatkan

ketaqwaan klien kepada Allah SWT, (12) konseling perorangan dapat meningkatkan
tanggung jawab klien terhadap diri dan perbuatannya, (13) konseling perorangan
dapat membantu klien mematuhi peraturan/hukum yang berlaku (Yarmis Syukur;
2013).
Penerapan Arah Layanan Konseling Perorangan
Bagaimanakah penerapan arah layanan konseling perorangan (ALKP) oleh
Guru BK atau Konselor di sekolah? Berikut ini dikemukakan gambaran umum

tentang penerapan ALKP oleh Guru BK atau Konselor Sekolah Menengah Atas kota
Padang yang datanya diadministrasikan tahun 2011 dengan angket dan diolah
menggunakan teknik persentase. Data tersebut diperkaya dengan gambaran
pemahaman Guru BK atau Konselor tentang arah layanan konseling perorangan dan
pembahasan terkait dengan temuan di lapangan. Selengkapnya dalam grafik berikut.
Grafik 1: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-laki

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor lakilaki lebih tinggi daripada penerapan tentang ALKP
terendah dan skor rata-rata.

dilihat dari skor tertinggi,

Grafik 2: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Perempuan

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor
perempuan lebih tinggi daripada penerapan tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi,
terendah dan skor rata-rata.
Grafik 3: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-laki dan Perempuan

Grafik tersebut menunjukkan bahwa penerapan Guru BK atau Konselor
perempuan lebih tinggi daripada Guru BK atau Konselor laki-laki dilihat dari skor
tertinggi dalam ALKP. Dilihat dari skor rata-rata, penerapan Guru BK atau Konselor
laki-laki sedikit lebih lebih baik dibandingkan penerapan Guru BK atau Konselor
perempuan dalam ALKP.
Grafik 4: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan
Pendidikan BK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor
tentang ALKP dengan Pendidikan BK lebih tinggi daripada penerapan dilihat dari
skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

Grafik 5: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan
Pendidikan Non BK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor
tentang ALKP dengan Pendidikan “non BK” lebih tinggi daripada penerapan dilihat
dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.
Grafik 6: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan
Pendidikan PPK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor
tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih tinggi daripada penerapannya dilihat
dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.
Grafik 7: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan Pendidikan BK,
Non BK, dan PPK

Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan Guru BK atau Konselor
tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih tinggi dari Guru BK pendidikan BK
dan non BK dilihat dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.
Pembahasan
Kualitas pemahaman arah layanan yang lebih baik tentu saja dapat membantu
Guru BK atau Konselor dalam mempersiapkan layanan yang tepat kepada peserta
didik/klien yang memerlukan. Guru BK atau Konselor yang demikian akan
mengiringi pelayanannya dengan perlakuan yang sesuai dengan kebermartabatan
peserta didik sebagai individu yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan.
Selanjutnya dengan pemahaman yang baik tentang arah layanan, Guru BK atau
Konselor akan memikirkan dimana layanan tersebut sebaiknya dilakukan dan

bagaimana pelayanan tersebut diselenggarakan dan apa output yang diperoleh setelah
layanan benar-benar terselenggara.
Sebaliknya, Guru BK atau Konselor dengan pemahaman arah layanan yang
masih rendah atau kurang dapat mempengaruhi layanan yang mereka selenggarakan.
Peserta didik (klien) bisa merasa belum diperlakukan sebagaimana layaknya. Guru
BK atau Konselor yang seperti ini bisa membuat peserta didik tidak betah berlamalama dalam layanan. Peserta didik bisa tidak kerasan bersama Guru BK atau
Konselor, dan layanan yang terselenggara bisa kurang jelas arahnya. Peserta didik
(klien) bisa juga tidak merasa mendapat apa-apa dari layanan yang mereka ikuti.
Dampak perubahan yang diharapkan kepada peserta didik (klien) setelah
mendapatkan layanan semakin sulit untuk diwujudkan. Kondisi seperti ini kadangkadang menjadi rujukan bagi pihak sekolah yang tidak melihat perubahan
tingkahlaku peserta didik bermasalah menjadi tingkahlaku yang lebih baik. Mereka
berpendapat bahwa layanan konseling belum menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi peserta didik. Sehingga bisa saja menimbulkan pertanyaan.
Guru BK atau Konselor yang bagaimanakah yang dituntut memiliki
pemahaman dan penerapan yang baik tentang arah layanan konseling perorangan?
Jawabannya, tentu semua Guru BK atau Konselor dituntut untuk memiliki
pemahaman yang baik dan penerapan yang baik pula tentang arah layanan konseling
perorangan. Sebab kepada Guru BK atau Konselor telah diamanahkan tugas dan
tanggung jawab yang menjurus kepada pembinaan emosional kejiwaan peserta didik
melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Harapan yang demikian tentu saja
lebih diarahkan kepada Guru BK yang berlatar belakang BK, teristimewa bagi Guru

BK dengan program PPK baik guru BK atau konselor laki-laki maupun Guru BK
atau Konselor perempuan.
Guru BK atau Konselor dengan pemahaman yang rendah tentang arah
layanan konseling perorangan mestinya didorong untuk meningkatkan kualitas
pemahamannya

secara

umum

tentang

layanan

konseling

perorangan

dan

penyelenggaraannya di sekolah. Dalam hal ini Guru BK atau Konselor bisa
menggunakan wadah Musyawarah Guru BK (MGBK) dan dapat pula dalam bentuk
seminar atau pertemuan ilmiah guna menambah pengetahuan dan mempermahir
keterampilan dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan. Di samping
itu peluang menambah pendidikan lanjut melalui pendidikan akademik (Strata 2
Pascasarjana) dan prpgram PPK (Pendidikan Profesi Konselor) juga merupakan
alternatif yang tepat untuk dimanfaatkan Guru BK atau Konselor sekolah.
Kesimpulan
Layanan konseling perorangan merupakan salah satu jenis layanan dalam
Bimbingan dan Konseling yang penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh
dari seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara layanan dan klien
sebagai orang yang memerlukan layanan (bantuan). Tujuannya untuk membantu
peserta didik (klien) mencapai; (1) effective daily living, dan (2) relationship with
other. Untuk itu layanan konseling mesti diarahkan kepada upaya membantu klien
dalam berbagai persoalan yang mereka hadapi, dengan arah layanan yang lebih
mudah mencapai tujuan layanan. Hal yang demikian hendaknya diupayakan oleh
seluruh Guru BK atau Konselor yang bekerja dengan peserta didik di sekolah.
Sumber Bacaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan
dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013. Modul 2. Diklat
Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru BK/Konselor SMP/MTs
Kellin dan Anthony, Yeo. 1989. Counseling : a Problem Solving. Singapore : Armour
Publishing Pte Ltd.
Leong, Frederick T. L. 2008. Encyclopedia of Counseling : Thousand Oaks; London,
New Delhi, Singapore; Sage Publication.
Prayitno & Erman Amti.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Depdikbud.
Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2010. Pendekatan Perorangan dan Kelompok dalam Konseling (Makalah).
Universitas Negeri Padang.
Syofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Yarmis Syukur. 2012. Wawasan dan Sikap Konselor terhadap Klien (Makalah)
disampaikan pada Seminar Internasional Konseling Malindo 2 di Padang
dengan tema “Pelayanan Konseling untuk Semua Keberagaman”.
Yarmis Syukur. 2013. Pemahaman dan Penerapan, Permasalahan dan Arah
Pengembangan Fokus Layanan Konseling Perorangan Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor (Studi di SMA Negeri Kota Padang). Disertasi.
Universitas Negeri Padang Program Pascasarjana. Padang.