PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3 PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015 2016 | Hajar | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8449 17812 1 SM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3
PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI
KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015/2016
Nisaul „Azmi Hajar, A.Y. Djoko Darmono, Atik Catur Budiati
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
azmihajar250@gmail.com
ABSTRACT
This research aimed to improve the student’s learning outcomes of the
X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016 in sociology subjects by
implementating Problem Based Learning (PBL) model. This research is a
classroom action research that included in two cycle with 3 confluence every
cycle. Each cycle consist of planning, acting, observing, and reflecting. The first
and second cycle discussed the subject of the deviate behavior. The subject of this
research is the student of X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016
which consist of 38 students. The main technique in data collecting used test, and
observation, meanwhile the proponent technique used interview and
documentation. The result of this research showed that the implementation of
Problem Based Learning model can improve learning outcomes student of X-3
grade in sociology subjects start from pre-action, cycle I and cycle II is 67,65 in
preaction stage, increase to be 75,65 in cycle I and became 80,86 in cycle II. The
conclution of this research is the implementation of Problem Based Learning
(PBL) model can improve learning outcomes student of X-3 grade SMA Negeri
Kebakkramat year of 2015/2016.
Key word : Classroom Action Research, Problem Based Learning, Learning
Outcomes of Student.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sosiologi
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam
dua siklus dengan 3 kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus pertama dan kedua membahas materi pokok penyimpangan sosial. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran
2015/2016 yang terdiri dari 38 siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data
dilakukan dengan cara tes dan observasi, sementara teknik pendukung dengan
menggunakan wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, yaitu 67,65 pada tahap pratindakan
meningkat menjadi 75,65 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 80,86
pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa
kelas X-3 SMA N Kebakkramat.
Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Problem Based Learning (PBL), Hasil
Belajar
PENDAHULUAN
anaknya. Akan tetapi tidak semua
A. Latar Belakang Masalah
tugas mendidik dapat dilaksanakan
Manusia tidak bisa lepas dari
oleh
orangtua
dalam
keluarga,
pendidikan. Pendidikan merupakan
terutama dalam hal ilmu pengetahuan
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
dan berbagai macam keterampilan.
dalam kehidupan manusia sepanjang
Oleh karena itu orangtua menitipkan
hayat. Secara formal pendidikan itu
sebagian tanggungjawabnya kepada
dilaksanakan sejak usia dini sampai
sekolah untuk mendidik
perguruan tinggi. Adapun secara
anaknya.
hakiki pendidikan dilakukan seumur
hidup sejak lahir sampai dewasa.
Menurut Ki Hajar Dewantara,
sebuah
pendidikan
anak-
Sebagai suatu lembaga formal,
tentu sekolah mempunyai aturanaturan dan tujuan yang jelas, salah
berlangsung
satunya dalam hal pemberlakuan
dalam tiga lingkungan, yaitu dalam
kurikulum yang telah ditetapkan oleh
lingkungan keluarga, sekolah, dan
Pemerintah. Kurikulum merupakan
dalam masyarakat, atau lebih dikenal
alat
dengan
keberhasilan
sebutan
Tri
Pusat
yang
sangat
penting
suatu
bagi
pendidikan.
Pendidikan. Dari ketiga lingkungan
Kurikulum
pendidikan
lingkungan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan
adalah
satu-satunya
bahan pelajaran serta cara yang
lingkungan belajar
yang terbentuk
sekolah
tersebut,
digunakan
berisi
rencana
sebagai
secara formal. Mendidik merupakan
penyelenggaraan
tugas utama bagi orangtua kepada
pembelajaran
dan
pedoman
kegiatan
untuk
pendidikan
yang
siswa. Untuk memulai perubahan
sesuai dan tepat akan sulit mencapai
tersebut, guru perlu menerapkan
tujuan dan sasaran pendidikan yang
suatu
diingginkan.
dapat
tertentu.
Tanpa
kurikulum
model
pembelajaran
membantu
siswa
yang
untuk
proses
memahami materi ajar dan aplikasi
pembelajaran yang berpusat pada
serta relevansinya dalam kehidupan
guru (teacher-center ) masih banyak
sehari-hari.
Dewasa
ini,
diterapkan oleh para guru di kelas.
Berdasarkan pengamatan yang
Pembelajaran yang demikian lebih
telah dilakukan oleh peneliti di kelas
mementingkan hasil daripada proses
X-3 SMA Negeri Kebakkramat,
pembelajaran itu sendiri, sehingga
dapat
pembelajaran
beberapa
terkesan
monoton.
diketahui
bahwa
terdapat
permasalahan
dalam
Proses pembelajaran yang berpusat
pembelajaran
pada guru sebenarnya tidak ada
diantaranya guru hanya melakukan
salahnya
metode
asalkan
dalam
di
kelas
tersebut,
ceramah
dengan
penerapannya, guru tetap melibatkan
memanfaatkan buku LKS sepanjang
siswa untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran
pembelajaran baik itu bertanya jawab
banyak siswa yang masih sulit
maupun menyampaikan pendapat.
memahami
Yang menjadi permasalahan adalah
sosiologi. Hal ini dapat terlihat saat
ketika dalam menyampaikan materi
siswa diberikan pertanyaan oleh
di kelas, guru selalu menerapkan
guru, hanya beberapa siswa saja yang
metode pembelajaran yang seperti itu
mampu
secara terus menerus dan menjadi
jawabannya
kebiasaan sehingga siswa menjadi
seadanya dengan membaca kembali
kurang aktif dan kesulitan dalam
tulisan atau penjelasan yang ada di
memahami materi yang disampaikan.
buku
Oleh karena itu proses pembelajaran
analisis ataupun pendapat pribadi.
yang masih berpusat pada guru sudah
Adanya
seharusnya di ubah menjadi proses
mengakibatkan hasil belajar siswa
pembelajaran yang berpusat pada
menjadi rendah.
berlangsung,
materi
pelajaran
menjawab
LKS
pun
pertanyaan,
masih
tanpa
dan
terkesan
menggunakan
permasalahan
tersebut
Adanya
beberapa
konsep ataupun materi Sosiologi
permasalahan yang terlihat di kelas
yang
X-3 SMA N Kebakkramat tersebut
meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada
memerlukan sebuah solusi yaitu
dengan
mengadakan
penelitian
tindakan
diharapkan
permasalahan
model
mampu
pembelajaran
Problem Based Learning (PBL),
yang
siswa akan dibentuk dalam suatu
mengatasi
kelompok-kelompok kecil dan siswa
yang
Berdasarkan
dan
sebuah
kelas
dapat
diajarkan
timbul.
identifikasi
saling
bekerja
sama
memecahkan suatu
untuk
masalah yang
permasalahan yang telah dilakukan,
telah disepakati oleh siswa dan guru
peneliti bersama guru mata pelajaran
yang berkaitan dengan
materi
sosiologi
melakukan
pelajaran.
model
mengenai
permasalahan
refleksi
yang
Penerapan
pembelajaran
Problem
Based
dianggap paling penting dan harus
Learning (PBL) membuat siswa aktif
segera diatasi. Peneliti dan guru
berdiskusi
sepakat bahwa permasalahan yang
kelompok
mendesak untuk segera diatasi yang
permasalahan
terdapat
konsepnya
sendiri.
sosiologi yaitu masih banyak siswa
sedang
menerapkan
yang belum memahami konsep atau
pembelajaran
materi
siswa
dalam
pembelajaran
Sosiologi
sehingga
bersama
untuk
anggota
memecahkan
dan
menemukan
Ketika
tersebut,
menggunakan
prosedur
guru
model
seringkali
bermacam-
menyebabkan hasil belajar siswa
macam
menjadi rendah, terbukti dengan
masalah. Oleh sebab itu, mau tidak
banyaknya siswa yang mempunyai
mau siswa dituntut untuk aktif
nilai di bawah KKM (75). Oleh
membaca
sebab itu, peneliti bersama guru
penjelasan materi dari guru. Selain
sepakat
dan
pemecahan
menjelaskan
memilih
model
itu, mereka harus aktif mencari
Problem
Based
informasi tambahan dari berbagai
sebagai
pilihan
sumber untuk memecahkan masalah
tindakan yang diharapkan
mampu
dalam soal diskusi.
untuk
pembelajaran
Learning
(PBL)
membantu siswa dalam memahami
menerima pengalaman belajarnya.”.
B. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan
yang
ingin
Dari
pernyataan
tersebut
dapat
hasil
belajar
dicapai dalam penelitian ini adalah
dimengerti
“Untuk meningkatkan hasil belajar
diperoleh setelah melalui proses
siswa
belajar
kelas
X-3
SMA
Negeri
bahwa
mengajar.
Dari
proses
Kebakkramat pada mata pelajaran
tersebut akan diperoleh pengalaman-
Sosiologi melalui penerapan model
pengalaman baru oleh siswa. Wujud
pembelajaran
Based
dari hasil belajar sendiri adalah
ajaran
kemampuan-kemampuan yang telah
Learning
Problem
(PBL)
tahun
2015/2016”
dikuasai oleh siswa, sehingga hasil
KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar
belajar adalah kemampuan yang
Belajar
proses yang
dimiliki siswa setelah menerima
merupakan
suatu
pengalaman belajar yang tampak
tidak dapat dilihat
pada perubahan tingkah laku atau
dengan nyata. Proses tersebut terjadi
kemampuan-kemampuan
dalam diri seseorang yang sedang
kemampuan siswa dari segi kognitif,
belajar. Seberapa besar perubahan itu
afektif maupun psikomotor yang
dapat dicapai atau berhasil tidaknya
terjadi
siswa dalam mencapai tujuan dari
menerima pengalaman belajarnya,
proses belajar dapat diketahui dari
dimana perubahan tersebut dapat
hasil belajarnya. Hasil belajar dapat
diamati dan diukur dalam bentuk
juga dikatakan sebagai hasil akhir
pola-pola
dari proses belajar mengajar di kelas
pengertian-pengertian,
serta merupakan perwujudan dari
apresepsi dan keterampilan.
kemampuan diri yang optimal setelah
2. Model Pembelajaran Problem
menerima pelajaran.
Pengertian
pada
diri
baik
siswa
perbuatan,
setelah
nilai-nilai,
sikap-sikap,
Based Learning (PBL)
hasil
belajar
a. Pengertian Model Pembelajaran
menurut Nana Sudjana (2010:22)
Problem Based Learning (PBL)
mengemukakan bahwa ”Hasil belajar
adalah
yang
kemampuan-kemampuan
dimiliki
siswa
setelah
ia
Model
pembelajaran
masalah
atau
dikenal
Problem
Based
Learning
berbasis
dengan
(PBL)
adalah model pembelajaran yang
banyaknya.
berpusat pada siswa dimana siswa
dibutuhkan kerjasama yang kuat
berupaya
menemukan
antar
masalah
dengan
pemecahan
Dalam
siswa.
PBL
Mereka
juga
akan
menggunakan
bekerjasama dalam mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber serta
informasi dan menemukan hipotesis
pengalaman
permasalahan untuk kemudian secara
Based
sehari-hari.
Problem
(PBL)
Learning
bersama-sama
saling
menukar
membiasakan siswa untuk percaya
informasi untuk mencari jalan keluar
diri
dari
dalam
dengan
menghadapi
membantu
siswa
mengembangkan
berpikir
kritis
masalah
untuk
keterampilan
dan
keterampilan
sebuah
permasalahan
yang
sedang dianalisis.
b.
Langkah Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran problem
Pembelajaran
berdasarkan
based learning (PBL) menurut Ni
masalah memiliki prosedur yang
Made adalah
jelas dalam melibatkan siswa untuk
Model pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran
yang
mengajarkan
siswa
bagaimana menggunakan konsep
dan proses interaksi untuk menilai
apa yang mereka ketahui,
mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui,
mengumpulkan
informasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi
hipotesisnya
berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. (2008:76)
Pengertian tersebut mengandung
arti
bahwa
pembelajaran
penerapan
model
Problem
Based
Learning (PBL) dapat membantu
siswa untuk belajar menggunakan
konsep apa yang mereka pahami dan
mengumpulkan informasi sebanyak-
mengidentifikasi
permasalahan.
Menurut Mohammad Nur (Rusmono,
2014:81)
langkah-langkah
tahapan
pembelajaran
Problem
Based
atau
model
Learning adalah
sebagai berikut :
1) Tahap 1 : Mengorganisasikan
siswa kepada masalah.
2) Tahap 2 : Mengorganisasikan
siswa untuk belajar.
3) Tahap 3 : Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
4) Tahap 4 : Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
serta pameran
5) Tahap 5 : Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Berdasarkan
langkah
pembelajaran
oleh
yang
Mohammad
dikemukakan
Nur,
penulis
menyimpulkan langkah-langkah atau
sintaks dalam menggunakan model
1) Pengenalan masalah kepada siswa
berdasarkan materi yang diajarkan
2) Siswa
diorgaisasikan
dalam
kelompok
untuk
diskusi
dalam
beberapa
melakukan
Sanjaya (2006:220) akan penulis
jabarkan sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran
PBL
a) Pemecahan masalah merupakan
teknik
yang
bagus
untuk
3) Hasil analisis kelompok siswa
dipresentasikan kepada kelompok
membantu
siswa
refleksi
untuk
mengenai
hasil penyelidikan yang dilakukan
dapat
merangsang kemampuan siswa
baru bagi mereka.
c) Pemecahan
Kelebihan
dan
Kelemahan
Model Pembelajaran Problem
Secara umum terdapat kelebihan
serta kekurangan dalam setiap model
pembelajaran, begitu pula dengan
model pembelajaran Problem Based
model
dapat
aktivitas
belajar
d) Pemecahan
masalah
dapat
membantu siswa mengembangkan
Kelebihan
serta
dapat
digunakan sebagai evaluasi diri
terhadap hasil maupun proses
belajar.
masalah
dapat
membantu siswa untuk berlatih
berfikir
dalam
menghadapi
sesuatu.
Based Learning (PBL)
(PBL).
masalah
meningkatkan
e) Pemecahan
oleh siswa.
kekurangan
masalah
pengetahuannya
siswa yang lain.
melakukan
b) Pemecahan
siswa.
penyelesaian masalah.
Learning
menurut
untuk menemukan pengetahuan
kepada siswa.
c.
masalah
memahami isi pembelajaran.
PBL yaitu:
4) Guru
berdasarkan
dan
pembelajaran
f) Pemecahan
masalah
dianggap
menyenangkan dan lebih digemari
siswa.
g) Pemecahan
masalah
memberi
kesempatan
siswa
untuk
mengaplikasikan
pengetahuan
mereka dalam kehidupan nyata.
2) Kelemahan
dari
Model
Pembelajaran Problem Based
dalam kehidupan bermasyarakat, dan
3)Menumbuhkan sikap, kesadaran
dan
kepedulian
a)
Sosiologi
mempunyai
dua
pengertian dasar yaitu sebagai ilmu
Persiapan
pembelajaran
yaitu
dan sebagai metode. Sebagai ilmu,
mengenai alat dan konsep yang
sosiologi
kompleks.
pengetahuan tentang masyarakat dan
b) Sulitnya Mencari Problem yang
c)
dalam
kehidupan bermasyarakat.
Learning (PBL) adalah sebagai
berikut :
sosial
kumpulan
kebudayaan yang disusun secara
Relevan.
sistematis
Konsumsi Waktu.
berpikir
berdasarkan
logis.
analisis
Sebagai
metode,
sosiologi adalah cara berpikir untuk
3. Pembelajaran Sosiologi
Berdasarkan
merupakan
Peraturan
mengungkapkan realitas sosial yang
Menteri Pendidikan Nasional RI
ada
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
prosedur
standar isi dan tujuan mata pelajaran
dipertanggungjawabkan
sosiologi
ilmiah.
disebutkan
bahwa,
dalam
masyarakat
dan
teori
dengan
yang
dapat
secara
sifatnya
Dalam kedudukannya sebagai
ilmu
sebuah disiplin ilmu sosial yang
pengetahuan murni (pure science)
sudah relatif lama berkembang di
bukan ilmu pengetahuan terapan
lingkungan
(applied
teoretis sosiologi memiliki posisi
Sosiologi
ditinjau
digolongkan
dari
sebagai
science).
Sosiologi
akademika,
dimaksudkan untuk 1)Memberikan
strategis
kompetensi kepada siswa dalam
mempelajari masalah-masalah sosial-
memahami konsep-konsep sosiologi
politik dan budaya yang berkembang
seperti sosialisasi, kelompok sosial,
di masyarakat dan selalu siap dengan
struktur
sosial,
pemikiran
perubahan sosial, dan konflik sampai
menjawab
pada terciptanya integrasi sosial,
Melihat masa depan masyarakat kita,
2)Memahami berbagai peran sosial
sosiologi dituntut untuk tanggap
sosial,
lembaga
dalam
secara
kritis
membahas
dan
dan
alternatif
tantangan yang ada.
terhadap isu globalisasi yang di
masyarakat serta cara berpikir untuk
dalamnya mencakup demokratisasi,
mengungkapkan realitas sosial yang
desentralisasi
ada dalam masyarakat sesuai dengan
dan
otonomi,
penegakan HAM, good governance
prosedur
(tata kelola pemerintahan yang baik),
dipertanggungjawabkan
emansipasi,
ilmiah.
kerukunan
hidup
dan
teori
yang
secara
Selanjutnya,
bermasyarakat, dan masyarakat yang
dapat
Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi
demokratis.
Pembelajaran
sosiologi
Dasar (KD) mata pelajaran Sosiologi
dimaksudkan untuk mengembangkan
di
kemampuan pemahaman fenomena
khususnya untuk kelas X semester
kehidupan
Materi
dua yaitu menerapkan nilai dan
pelajaran mencakup konsep-konsep
norma dalam proses pengembangan
dasar,
kepribadian sedangkan kompetensi
sehari-hari.
pendekatan,
metode,
dan
Sekolah
Menengah
(SMA)
teknik analisis dalam pengkajian
dasarnya adalah
berbagai
terjadinya perilaku menyimpang dan
fenomena
dan
mendeskripsikan
permasalahan yang ditemui dalam
sikap-sikap anti sosial.
kehidupan nyata di masyarakat. Mata
METODE PENELITIAN
Penelitian
pelajaran Sosiologi diberikan pada
ini
tingkat pendidikan dasar sebagai
penelitian
bagian integral dari IPS, sedangkan
dilaksanakan
pada tingkat pendidikan menengah
Setiap
diberikan sebagai mata pelajaran
pertemuan dengan beberapa tahap
tersendiri.
diantaranya perencanaan tindakan,
Dapat
disimpulkan
bahwa
tindakan
merupakan
kelas
selama
siklus
pelaksanaan
dua
terdiri
dari
tindakan,
yang
siklus.
tiga
observasi
pembelajaran sosiologi adalah proses
tindakan dan refleksi. Teknik analisis
interaksi antara siswa dengan guru di
data
lingkungannya
menggunakan analisis kualitatif dan
sehingga
terjadi
dalam
penelitian
perubahan perilaku ke arah yang
kuantitatif.
lebih
kualitatif yaitu dengan observasi atau
baik
kumpulan
setelah
mempelajari
pengetahuan
tentang
pengamatan
Analisis
proses
data
ini
secara
pembelajaran
yang berlangsung dengan model
observasi dan tes sebagai teknik
pembelajaran
pengumpulan
Problem
Based
data
utama.
Learning (PBL). Sedangkan analisis
Sedangkan, teknik pengumpulan data
data secara kuantitatif yaitu dengan
pendukung menggunakan wawancara
melakukan
dan dokumentasi.
untuk
pre-test
mengetahui
dan
ada
post-tes
tidaknya
peningkatan hasil belajar siswa yang
kemudian
diolah
dengan
HASIL TINDAKAN DAN
PEMBAHASAN
Data
kondisi
penelitian
menggunakan Ms.Excel.
Data dan sumber data yang
awal
tindakan
dalam
kelas
ini
diperoleh setelah peneliti melakukan
ini
observasi dan tes pada pratindakan.
adalah seluruh hasil pengamatan
Kemudian dari hasil pratindakan
terhadap keadaan pembelajaran yang
diketahui
sebenarnya
dalam pembelajaran sosiologi di
digunakan
informasi
dalam
penelitian
dan
yang
mengandung
relevan
dengan
beberapa
permasalahan
kelas X-3, permasalahan yang harus
kegiatan penelitian. Data penelitian
segera
diatasi
adalah
masih
dikumpulkan dari berbagai sumber,
rendahnya hasil belajar siswa dengan
antara lain melalui informan yaitu
rata-rata kelas 67,65.
guru mata pelajaran sosiologi di
Dari
kelas X-3 dan seluruh siswa kelas X-
kemudian
dilaksanakan
tindakan
3 tahun ajaran 2015/2016, selain itu
dengan
menerapkan
model
melalui
pembelajaran
peristiwa
yaitu
data pratindakan tersebut,
Problem
Based
kegiatan
Learning pada siklus I dan siklus II.
mata pelajaran
Berikut merupakan deskripsi hasil
sosiologi di kelas X-3 dan melalui
penelitian yang didapatkan peneliti
dokumen yang berisi silabus, RPP,
selama
nilai siswa serta, dokumentasi selama
dengan
pembelajaran.
pembelajaran
berlangsungnya
belajar mengajar
proses
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian
ini
menggunakan
Learning.
melaksanakan
menerapkan
Problem
penelitian
model
Based
Deskripsi Siklus I dan Siklus II
Setelah
menerapkan
pembelajaran
Problem
model
capaian penelitian yaitu ≥75 namun
Based
peneliti
bersama
dengan
Learning, pada hasil belajar siswa
kolaborator
kelas X-3, dapat diketahui hasil
tersebut masih dapat ditingkatkan,
belajar
kemudian dilaksanakan siklus II, dari
siswa
yang
dapat
merasa
bahwa
guru
hal
digambarkan pada tabel berikut ini :
siklus II diketahui bahwa rata-rata
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Setiap
hasil
Siklus
kembali mencapai 80,86.
Tahap
Nilai Rata-rata Hasil
belajar
siswa
meningkat
Adanya peningkatan rata-rata
Belajar Siswa
hasil belajar siswa juga didukung
Pratindakan
67,65
dengan adanya peningkatan jumlah
Siklus I
75,65
siswa yang mengalami ketuntasan
Siklus II
80,86
hasil belajar. Dari 38 siswa, pada saat
Berdasarkan tabel 2 tersebut,
dapat
terlihat
bahwa
terdapat
pratindakan
ketuntasan
yang
hasil
mengalami
belajar
hanya
hasil
berjumlah 9 siswa dengan presentase
belajar mulai dari pratindakan, siklus
23,68%, kemudian pada siklus I
I, hingga siklus II. Pada pratindakan,
jumlah
nilai rata-rata siswa hanya mencapai
ketuntasan hasil belajar meningkat
67,65 hal ini masih jauh dibawah
menjadi 28 siswa dengan presentase
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
73,68%, dan pada siklus II jumlah
yang telah ditentukan di SMA N
siswa yang mengalami ketuntasan
Kebakkramat yaitu 75. Kemudian,
belajar meningkat kembali menjadi
dilaksanakan
31 siswa dengan presentase 81,57%.
peningkatan
kelas
rata-rata
nilai
penelitian
dengan
pembelajaran
tindakan
penerapan
model
Problem
Based
siswa
yang
mengalami
Pembahasan
Dari
keseluruhan
tahap
I
yang
penelitian, mulai dari pratindakan,
peningkatan
hasil
siklus I hingga siklus II dilaksanakan
belajar siswa menjadi 75,65, hal ini
evaluasi belajar secara bertahap.
sebenarnya sudah mencapai indikator
Pada saat melakukan pratindakan,
Learning
pada
menunjukkan
siklus
dilaksanakan evaluasi belajar siswa
siswa pada tiap kelompok sehingga
dengan rata-rata hasil belajar siswa
siswa
67,65. Setelah dilakukan tindakan
membantu
pada siklus I, hasil belajar siswa
kelompoknya
menunjukkan kenaikan dengan rata-
materi yang sedang dipelajari.
yang
lebih
pintar
siswa
untuk
dapat
dalam
memahami
Meskipun secara keseluruhan
rata kelas 75,65. Hasil ini sudah
telah
ketuntasan hasil belajar siswa dan
ditetapkan yaitu skor rata-rata siswa
nilai rata-rata kelas X-3 mengalami
≥75,
mencapai
target
namun
maksimal
yang
hasil
dan
ditingkatkan
ini
belum
peningkatan, tetapi apabila dilihat
masih
bisa
melalui hasil belajar yang diperoleh
perlu
setiap siswa, menunjukkan bahwa
maka
dilaksanakan tindakan pada siklus II
tidak
untuk meningkatkan hasil belajar
peningkatan pada setiap siklusnya.
siswa.
Berdasarkan
Kemudian
rata-rata
hasil
semua
siswa
mengalami
perhitungan
hasil
belajar siswa pada siklus II akhirnya
belajar dari pratindakan, siklus I dan
meningkat menjadi 80,86. Hasil ini
siklus II, dari 38 siswa kelas X-3
telah mencapai target skor yang
terdapat 4 siswa yang turun pada
ditetapkan
Adanya
siklus I dan naik pada siklus II dan 7
secara
siswa yang mengalami kenaikan
heterogen dan keterlibatan siswa
hasil belajar pada siklus I namun
dalam menganalisis masalah dan
menurun pada siklus II. Adanya
mencari
permasalahan
siswa yang mengalami peningkatan
lebih
dan penurunan tersebut dipengaruhi
sedang
oleh berbagai faktor. Karakteristik
dibahas, sebab mereka dapat aktif
setiap siswa yang yang berbeda-beda
membaca,
berbagai
mengakibatkan perbedaan hasil yang
informasi guna memperdalam materi
diperoleh dari setiap siswa juga
dan berdiskusi dengan teman sebaya.
berbeda. Bisa diamati bahwa adanya
Dalam kegiatan diskusi yang dibuat
hasil
secara
yaitu
pembentukan
≥75.
kelompok
solusi
membantu
siswa
untuk
memahami
materi
yang
mencari
siswa
yang
turun
ini,
terdapat
tersebut, dikarenakan siswa yang
kemampuan
kognitif
bersangkutan kurang tertarik dalam
heterogen
perbedaan
belajar
pelaksanaan
model
pembelajaran
peningkatan hasil belajar selama
Problem Based Learning (PBL),
tindakan.
mereka terlihat kurang antusias saat
adalah konsumsi waktu, sebab model
kegiatan diskusi dan kurang fokus
pembelajaran
pada penjelasan dari guru. Oleh
waktu yang tidak sedikit.
Adapun
kelemahannya
ini
membutuhkan
Penelitian Tindakan
sebab itu, dalam pembelajaran di
Kelas
menggunakan
dengan model pembelajaran Problem
model pembelajaran lain yang lebih
Based Learning (PBL) ini sesuai
variatif
dengan teori belajar konstruktivisme,
kelas,
guru
dapat
dan
inovatif
untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Dari
penelitian
yang
PBL
mendorong
mengkonstruksi
siswa
pengetahuannya
dilakukan peneliti bersama guru
sendiri melalui permasalahan nyata
kolaborator dengan penerapan model
yang membutuhkan suatu pemecahan
pembelajaran
masalah.
Problem
Based
Dari
beberapa
teori
Learning (PBL) tersebut, terlihat
konstruktivisme, yang paling sesuai
bahwa
dari proses pembelajaran yang telah
pembelajaran
dengan
menggunakan model Problem Based
dilaksanakan
adalah
teori
telah
konstruktivisme menurut Vygotski,
beberapa
sebab ketika siswa terlibat dalam
kelebihan dan kelemahan seperti
kegiatan diskusi yang dilaksanakan
yang
Learning
(PBL)
yang
diterapkan
mempunyai
oleh
Sanjaya
pada tiap siklusnya, mereka akan
Kelebihan
tersebut
saling
diutarakan
(2006:220).
bertukar
pendapat
diantaranya, siswa dapat memahami
informasi,
isi pembelajaran dengan baik karena
materi tersebut dapat ditemukan
mereka
siswa.
selalu
terpacu
untuk
sehingga
dan
konsep
Konstruktivisme
dari
Vygotski
membaca materi dan PBL dapat
memandang
membantu siswa mengembangkan
dikonstruksi secara kolaboratif antar
pengetahuannya
individual
digunakan
serta
sebagai
dapat
evaluasi
diri
dapat
bahwa
dan
keadaan
disesuaikan
terhadap
hasil
maupun
proses
individu.
belajar,
terbukti
dengan
adanya
konstruktivisme
Ini
pengetahuan
oleh
berarti
Vygotski
tersebut
setiap
bahwa
lebih
menekankan pada penerapan teknik
rata-rata hasil belajar 75,65, dan pada
saling tukar pendapat dan gagasan
siklus II mengalami peningkatan
antar
menjadi
individu
kelompok
dalam
sehingga
kegiatan
siswa
dapat
80,86.
Hasil
ini
telah
mencapai target skor yang ditetapkan
menemukan konsep secara mandiri,
yaitu
seperti halnya yang dilakukan siswa
keseluruhan ketuntasan hasil belajar
kelas X-3 pada kegiatan diskusi.
siswa mengalami kenaikan, namun
Dari
hasil
tindakan,
pengamatan dan pembahasan dapat
≥75.
Meskipun
secara
ada beberapa siswa yang mengalami
penurunan.
ditarik kesimpulan bahwa penerapan
Jumlah siswa yang mengalami
model pembelajaran Problem Based
peningkatan tiap siklusnya adalah 27
Learning (PBL) dapat meningkatkan
siswa
hasil belajar siswa pada materi pokok
Sementara
penyimpangan sosial kelas X-3 SMA
mengalami penurunan pada siklus I
N Kebakkramat pada mata pelajaran
dan meningkat kembali pada siklus II
sosiologi tahun ajaran 2015/2016.
sebanyak 4 siswa atau 10,52%.
SIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan
A. Simpulan
mengalami peningkatan pada siklus I
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
siswa lebih paham tentang
atau
sebesar
jumlah
jumlah
71,05%.
siswa
siswa
yang
yang
dan menurun pada siklus II sebanyak
7
siswa
atau
18,42%.
Dengan
materi penyimpangan sosial yang
demikian, penggunaan satu model
diterapkan melalui model Problem
pembelajaran
saja
tidak
dapat
(PBL) sehingga
mengoptimalkan hasil belajar siswa
berakibat pada peningkatan hasil
secara keseluruhan. Untuk itu, guru
belajar siswa, terbukti dengan nilai
perlu
rata-rata kelas X-3 yang mengalami
pembelajaran
yang
peningkatan tiap siklusnya. Pada
pembelajaran
di
tahap pratindakan, nilai rata-rata
bervariatif.
hasil belajar siswa yang diperoleh
B. Saran
Based
Learning
adalah 67,65, kemudian pada siklus I
mengalami peningkatan dengan nilai
memnggunakan
Berdasarkan
lain
kelas
penelitian
model
agar
lebih
yang
telah dilaksanakan di kelas X-3 SMA
N
Kebakkramat
tahun
ajaran
mengikuti proses pembelajaran
2015/2016, peneliti menyampaikan
di
saran sebagai berikut :
penjelasan guru serta aktif pada
1. Bagi Guru
kegiatan diskusi kelompok.
a. Guru
diharapkan
mampu
kelas
dan
fokus
pada
3. Bagi Sekolah
menerapkan
variasi
model
a. Sekolah hendaknya membuat
pembelajaran
dalam
proses
kebijakan kepada guru untuk
mengajar di kelas, sehingga
melakukan PTK agar guru
siswa
selalu
tidak
mengalami
termotivasi
dalam
kejenuhan dengan satu model
menciptakan perbaikan secara
saja secara terus-menerus.
berkesinambungan
b. Guru
hendaknya
memanajemen
mampu
waktu
dan
dalam
proses pembelajaran di kelas.
b. Sekolah
hendaknya
mengelola kelas dalam kegiatan
meningkatkan
pembelajaran. Sehingga tahap-
pendukung
tahap pengajaran yang sudah
seperti jaringan wifi dan printer
direncanakan
agar
dapat
berjalan
dengan efektif sesuai dengan
yang diharapkan dan tujuan
pembelajaran
dapat
tercapai
dengan baik..
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya tidak terpaku
pada satu sumber belajar yaitu
buku LKS, tetapi siswa juga
berusaha
sumber
misalnya
untuk
belajar
mencari
yang
internet
lain
untuk
menambah wawasan.
b. Siswa
hendaknya
bersungguh-sungguh
lebih
dalam
fasilitas
pembelajaran
mendukung
aktifitas
pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ni, Made. (2008). Penerapan Model
Problem Base Learning untuk
Meningkatkan
Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar
Teori Akuntansi Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Undiksha .
Laporan Penelitian. Hlm. 7484.
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian
Hasil
Proses
Belajar
Mengajar . Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Rusmono.(2014).
Strategi
Pembelajaran dengan Problem
Based Learning itu perlu.
Bogor : Penerbit Ghalia Indone
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. Jakarta : Menteri
Pendidikan Nasional. Diakses
pada tanggal 05 Maret 2016
darihttp://bsnpindonesia.org/id/wpcontent/upl
oads/isi/Permen_22_2006.pdf
Wina, Sanjaya. (2006). Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada
Media
Group.
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3
PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI
KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015/2016
Nisaul „Azmi Hajar, A.Y. Djoko Darmono, Atik Catur Budiati
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
azmihajar250@gmail.com
ABSTRACT
This research aimed to improve the student’s learning outcomes of the
X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016 in sociology subjects by
implementating Problem Based Learning (PBL) model. This research is a
classroom action research that included in two cycle with 3 confluence every
cycle. Each cycle consist of planning, acting, observing, and reflecting. The first
and second cycle discussed the subject of the deviate behavior. The subject of this
research is the student of X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016
which consist of 38 students. The main technique in data collecting used test, and
observation, meanwhile the proponent technique used interview and
documentation. The result of this research showed that the implementation of
Problem Based Learning model can improve learning outcomes student of X-3
grade in sociology subjects start from pre-action, cycle I and cycle II is 67,65 in
preaction stage, increase to be 75,65 in cycle I and became 80,86 in cycle II. The
conclution of this research is the implementation of Problem Based Learning
(PBL) model can improve learning outcomes student of X-3 grade SMA Negeri
Kebakkramat year of 2015/2016.
Key word : Classroom Action Research, Problem Based Learning, Learning
Outcomes of Student.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sosiologi
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam
dua siklus dengan 3 kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus pertama dan kedua membahas materi pokok penyimpangan sosial. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran
2015/2016 yang terdiri dari 38 siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data
dilakukan dengan cara tes dan observasi, sementara teknik pendukung dengan
menggunakan wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, yaitu 67,65 pada tahap pratindakan
meningkat menjadi 75,65 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 80,86
pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa
kelas X-3 SMA N Kebakkramat.
Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Problem Based Learning (PBL), Hasil
Belajar
PENDAHULUAN
anaknya. Akan tetapi tidak semua
A. Latar Belakang Masalah
tugas mendidik dapat dilaksanakan
Manusia tidak bisa lepas dari
oleh
orangtua
dalam
keluarga,
pendidikan. Pendidikan merupakan
terutama dalam hal ilmu pengetahuan
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
dan berbagai macam keterampilan.
dalam kehidupan manusia sepanjang
Oleh karena itu orangtua menitipkan
hayat. Secara formal pendidikan itu
sebagian tanggungjawabnya kepada
dilaksanakan sejak usia dini sampai
sekolah untuk mendidik
perguruan tinggi. Adapun secara
anaknya.
hakiki pendidikan dilakukan seumur
hidup sejak lahir sampai dewasa.
Menurut Ki Hajar Dewantara,
sebuah
pendidikan
anak-
Sebagai suatu lembaga formal,
tentu sekolah mempunyai aturanaturan dan tujuan yang jelas, salah
berlangsung
satunya dalam hal pemberlakuan
dalam tiga lingkungan, yaitu dalam
kurikulum yang telah ditetapkan oleh
lingkungan keluarga, sekolah, dan
Pemerintah. Kurikulum merupakan
dalam masyarakat, atau lebih dikenal
alat
dengan
keberhasilan
sebutan
Tri
Pusat
yang
sangat
penting
suatu
bagi
pendidikan.
Pendidikan. Dari ketiga lingkungan
Kurikulum
pendidikan
lingkungan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan
adalah
satu-satunya
bahan pelajaran serta cara yang
lingkungan belajar
yang terbentuk
sekolah
tersebut,
digunakan
berisi
rencana
sebagai
secara formal. Mendidik merupakan
penyelenggaraan
tugas utama bagi orangtua kepada
pembelajaran
dan
pedoman
kegiatan
untuk
pendidikan
yang
siswa. Untuk memulai perubahan
sesuai dan tepat akan sulit mencapai
tersebut, guru perlu menerapkan
tujuan dan sasaran pendidikan yang
suatu
diingginkan.
dapat
tertentu.
Tanpa
kurikulum
model
pembelajaran
membantu
siswa
yang
untuk
proses
memahami materi ajar dan aplikasi
pembelajaran yang berpusat pada
serta relevansinya dalam kehidupan
guru (teacher-center ) masih banyak
sehari-hari.
Dewasa
ini,
diterapkan oleh para guru di kelas.
Berdasarkan pengamatan yang
Pembelajaran yang demikian lebih
telah dilakukan oleh peneliti di kelas
mementingkan hasil daripada proses
X-3 SMA Negeri Kebakkramat,
pembelajaran itu sendiri, sehingga
dapat
pembelajaran
beberapa
terkesan
monoton.
diketahui
bahwa
terdapat
permasalahan
dalam
Proses pembelajaran yang berpusat
pembelajaran
pada guru sebenarnya tidak ada
diantaranya guru hanya melakukan
salahnya
metode
asalkan
dalam
di
kelas
tersebut,
ceramah
dengan
penerapannya, guru tetap melibatkan
memanfaatkan buku LKS sepanjang
siswa untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran
pembelajaran baik itu bertanya jawab
banyak siswa yang masih sulit
maupun menyampaikan pendapat.
memahami
Yang menjadi permasalahan adalah
sosiologi. Hal ini dapat terlihat saat
ketika dalam menyampaikan materi
siswa diberikan pertanyaan oleh
di kelas, guru selalu menerapkan
guru, hanya beberapa siswa saja yang
metode pembelajaran yang seperti itu
mampu
secara terus menerus dan menjadi
jawabannya
kebiasaan sehingga siswa menjadi
seadanya dengan membaca kembali
kurang aktif dan kesulitan dalam
tulisan atau penjelasan yang ada di
memahami materi yang disampaikan.
buku
Oleh karena itu proses pembelajaran
analisis ataupun pendapat pribadi.
yang masih berpusat pada guru sudah
Adanya
seharusnya di ubah menjadi proses
mengakibatkan hasil belajar siswa
pembelajaran yang berpusat pada
menjadi rendah.
berlangsung,
materi
pelajaran
menjawab
LKS
pun
pertanyaan,
masih
tanpa
dan
terkesan
menggunakan
permasalahan
tersebut
Adanya
beberapa
konsep ataupun materi Sosiologi
permasalahan yang terlihat di kelas
yang
X-3 SMA N Kebakkramat tersebut
meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada
memerlukan sebuah solusi yaitu
dengan
mengadakan
penelitian
tindakan
diharapkan
permasalahan
model
mampu
pembelajaran
Problem Based Learning (PBL),
yang
siswa akan dibentuk dalam suatu
mengatasi
kelompok-kelompok kecil dan siswa
yang
Berdasarkan
dan
sebuah
kelas
dapat
diajarkan
timbul.
identifikasi
saling
bekerja
sama
memecahkan suatu
untuk
masalah yang
permasalahan yang telah dilakukan,
telah disepakati oleh siswa dan guru
peneliti bersama guru mata pelajaran
yang berkaitan dengan
materi
sosiologi
melakukan
pelajaran.
model
mengenai
permasalahan
refleksi
yang
Penerapan
pembelajaran
Problem
Based
dianggap paling penting dan harus
Learning (PBL) membuat siswa aktif
segera diatasi. Peneliti dan guru
berdiskusi
sepakat bahwa permasalahan yang
kelompok
mendesak untuk segera diatasi yang
permasalahan
terdapat
konsepnya
sendiri.
sosiologi yaitu masih banyak siswa
sedang
menerapkan
yang belum memahami konsep atau
pembelajaran
materi
siswa
dalam
pembelajaran
Sosiologi
sehingga
bersama
untuk
anggota
memecahkan
dan
menemukan
Ketika
tersebut,
menggunakan
prosedur
guru
model
seringkali
bermacam-
menyebabkan hasil belajar siswa
macam
menjadi rendah, terbukti dengan
masalah. Oleh sebab itu, mau tidak
banyaknya siswa yang mempunyai
mau siswa dituntut untuk aktif
nilai di bawah KKM (75). Oleh
membaca
sebab itu, peneliti bersama guru
penjelasan materi dari guru. Selain
sepakat
dan
pemecahan
menjelaskan
memilih
model
itu, mereka harus aktif mencari
Problem
Based
informasi tambahan dari berbagai
sebagai
pilihan
sumber untuk memecahkan masalah
tindakan yang diharapkan
mampu
dalam soal diskusi.
untuk
pembelajaran
Learning
(PBL)
membantu siswa dalam memahami
menerima pengalaman belajarnya.”.
B. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan
yang
ingin
Dari
pernyataan
tersebut
dapat
hasil
belajar
dicapai dalam penelitian ini adalah
dimengerti
“Untuk meningkatkan hasil belajar
diperoleh setelah melalui proses
siswa
belajar
kelas
X-3
SMA
Negeri
bahwa
mengajar.
Dari
proses
Kebakkramat pada mata pelajaran
tersebut akan diperoleh pengalaman-
Sosiologi melalui penerapan model
pengalaman baru oleh siswa. Wujud
pembelajaran
Based
dari hasil belajar sendiri adalah
ajaran
kemampuan-kemampuan yang telah
Learning
Problem
(PBL)
tahun
2015/2016”
dikuasai oleh siswa, sehingga hasil
KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar
belajar adalah kemampuan yang
Belajar
proses yang
dimiliki siswa setelah menerima
merupakan
suatu
pengalaman belajar yang tampak
tidak dapat dilihat
pada perubahan tingkah laku atau
dengan nyata. Proses tersebut terjadi
kemampuan-kemampuan
dalam diri seseorang yang sedang
kemampuan siswa dari segi kognitif,
belajar. Seberapa besar perubahan itu
afektif maupun psikomotor yang
dapat dicapai atau berhasil tidaknya
terjadi
siswa dalam mencapai tujuan dari
menerima pengalaman belajarnya,
proses belajar dapat diketahui dari
dimana perubahan tersebut dapat
hasil belajarnya. Hasil belajar dapat
diamati dan diukur dalam bentuk
juga dikatakan sebagai hasil akhir
pola-pola
dari proses belajar mengajar di kelas
pengertian-pengertian,
serta merupakan perwujudan dari
apresepsi dan keterampilan.
kemampuan diri yang optimal setelah
2. Model Pembelajaran Problem
menerima pelajaran.
Pengertian
pada
diri
baik
siswa
perbuatan,
setelah
nilai-nilai,
sikap-sikap,
Based Learning (PBL)
hasil
belajar
a. Pengertian Model Pembelajaran
menurut Nana Sudjana (2010:22)
Problem Based Learning (PBL)
mengemukakan bahwa ”Hasil belajar
adalah
yang
kemampuan-kemampuan
dimiliki
siswa
setelah
ia
Model
pembelajaran
masalah
atau
dikenal
Problem
Based
Learning
berbasis
dengan
(PBL)
adalah model pembelajaran yang
banyaknya.
berpusat pada siswa dimana siswa
dibutuhkan kerjasama yang kuat
berupaya
menemukan
antar
masalah
dengan
pemecahan
Dalam
siswa.
PBL
Mereka
juga
akan
menggunakan
bekerjasama dalam mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber serta
informasi dan menemukan hipotesis
pengalaman
permasalahan untuk kemudian secara
Based
sehari-hari.
Problem
(PBL)
Learning
bersama-sama
saling
menukar
membiasakan siswa untuk percaya
informasi untuk mencari jalan keluar
diri
dari
dalam
dengan
menghadapi
membantu
siswa
mengembangkan
berpikir
kritis
masalah
untuk
keterampilan
dan
keterampilan
sebuah
permasalahan
yang
sedang dianalisis.
b.
Langkah Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran problem
Pembelajaran
berdasarkan
based learning (PBL) menurut Ni
masalah memiliki prosedur yang
Made adalah
jelas dalam melibatkan siswa untuk
Model pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran
yang
mengajarkan
siswa
bagaimana menggunakan konsep
dan proses interaksi untuk menilai
apa yang mereka ketahui,
mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui,
mengumpulkan
informasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi
hipotesisnya
berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. (2008:76)
Pengertian tersebut mengandung
arti
bahwa
pembelajaran
penerapan
model
Problem
Based
Learning (PBL) dapat membantu
siswa untuk belajar menggunakan
konsep apa yang mereka pahami dan
mengumpulkan informasi sebanyak-
mengidentifikasi
permasalahan.
Menurut Mohammad Nur (Rusmono,
2014:81)
langkah-langkah
tahapan
pembelajaran
Problem
Based
atau
model
Learning adalah
sebagai berikut :
1) Tahap 1 : Mengorganisasikan
siswa kepada masalah.
2) Tahap 2 : Mengorganisasikan
siswa untuk belajar.
3) Tahap 3 : Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
4) Tahap 4 : Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
serta pameran
5) Tahap 5 : Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Berdasarkan
langkah
pembelajaran
oleh
yang
Mohammad
dikemukakan
Nur,
penulis
menyimpulkan langkah-langkah atau
sintaks dalam menggunakan model
1) Pengenalan masalah kepada siswa
berdasarkan materi yang diajarkan
2) Siswa
diorgaisasikan
dalam
kelompok
untuk
diskusi
dalam
beberapa
melakukan
Sanjaya (2006:220) akan penulis
jabarkan sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran
PBL
a) Pemecahan masalah merupakan
teknik
yang
bagus
untuk
3) Hasil analisis kelompok siswa
dipresentasikan kepada kelompok
membantu
siswa
refleksi
untuk
mengenai
hasil penyelidikan yang dilakukan
dapat
merangsang kemampuan siswa
baru bagi mereka.
c) Pemecahan
Kelebihan
dan
Kelemahan
Model Pembelajaran Problem
Secara umum terdapat kelebihan
serta kekurangan dalam setiap model
pembelajaran, begitu pula dengan
model pembelajaran Problem Based
model
dapat
aktivitas
belajar
d) Pemecahan
masalah
dapat
membantu siswa mengembangkan
Kelebihan
serta
dapat
digunakan sebagai evaluasi diri
terhadap hasil maupun proses
belajar.
masalah
dapat
membantu siswa untuk berlatih
berfikir
dalam
menghadapi
sesuatu.
Based Learning (PBL)
(PBL).
masalah
meningkatkan
e) Pemecahan
oleh siswa.
kekurangan
masalah
pengetahuannya
siswa yang lain.
melakukan
b) Pemecahan
siswa.
penyelesaian masalah.
Learning
menurut
untuk menemukan pengetahuan
kepada siswa.
c.
masalah
memahami isi pembelajaran.
PBL yaitu:
4) Guru
berdasarkan
dan
pembelajaran
f) Pemecahan
masalah
dianggap
menyenangkan dan lebih digemari
siswa.
g) Pemecahan
masalah
memberi
kesempatan
siswa
untuk
mengaplikasikan
pengetahuan
mereka dalam kehidupan nyata.
2) Kelemahan
dari
Model
Pembelajaran Problem Based
dalam kehidupan bermasyarakat, dan
3)Menumbuhkan sikap, kesadaran
dan
kepedulian
a)
Sosiologi
mempunyai
dua
pengertian dasar yaitu sebagai ilmu
Persiapan
pembelajaran
yaitu
dan sebagai metode. Sebagai ilmu,
mengenai alat dan konsep yang
sosiologi
kompleks.
pengetahuan tentang masyarakat dan
b) Sulitnya Mencari Problem yang
c)
dalam
kehidupan bermasyarakat.
Learning (PBL) adalah sebagai
berikut :
sosial
kumpulan
kebudayaan yang disusun secara
Relevan.
sistematis
Konsumsi Waktu.
berpikir
berdasarkan
logis.
analisis
Sebagai
metode,
sosiologi adalah cara berpikir untuk
3. Pembelajaran Sosiologi
Berdasarkan
merupakan
Peraturan
mengungkapkan realitas sosial yang
Menteri Pendidikan Nasional RI
ada
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
prosedur
standar isi dan tujuan mata pelajaran
dipertanggungjawabkan
sosiologi
ilmiah.
disebutkan
bahwa,
dalam
masyarakat
dan
teori
dengan
yang
dapat
secara
sifatnya
Dalam kedudukannya sebagai
ilmu
sebuah disiplin ilmu sosial yang
pengetahuan murni (pure science)
sudah relatif lama berkembang di
bukan ilmu pengetahuan terapan
lingkungan
(applied
teoretis sosiologi memiliki posisi
Sosiologi
ditinjau
digolongkan
dari
sebagai
science).
Sosiologi
akademika,
dimaksudkan untuk 1)Memberikan
strategis
kompetensi kepada siswa dalam
mempelajari masalah-masalah sosial-
memahami konsep-konsep sosiologi
politik dan budaya yang berkembang
seperti sosialisasi, kelompok sosial,
di masyarakat dan selalu siap dengan
struktur
sosial,
pemikiran
perubahan sosial, dan konflik sampai
menjawab
pada terciptanya integrasi sosial,
Melihat masa depan masyarakat kita,
2)Memahami berbagai peran sosial
sosiologi dituntut untuk tanggap
sosial,
lembaga
dalam
secara
kritis
membahas
dan
dan
alternatif
tantangan yang ada.
terhadap isu globalisasi yang di
masyarakat serta cara berpikir untuk
dalamnya mencakup demokratisasi,
mengungkapkan realitas sosial yang
desentralisasi
ada dalam masyarakat sesuai dengan
dan
otonomi,
penegakan HAM, good governance
prosedur
(tata kelola pemerintahan yang baik),
dipertanggungjawabkan
emansipasi,
ilmiah.
kerukunan
hidup
dan
teori
yang
secara
Selanjutnya,
bermasyarakat, dan masyarakat yang
dapat
Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi
demokratis.
Pembelajaran
sosiologi
Dasar (KD) mata pelajaran Sosiologi
dimaksudkan untuk mengembangkan
di
kemampuan pemahaman fenomena
khususnya untuk kelas X semester
kehidupan
Materi
dua yaitu menerapkan nilai dan
pelajaran mencakup konsep-konsep
norma dalam proses pengembangan
dasar,
kepribadian sedangkan kompetensi
sehari-hari.
pendekatan,
metode,
dan
Sekolah
Menengah
(SMA)
teknik analisis dalam pengkajian
dasarnya adalah
berbagai
terjadinya perilaku menyimpang dan
fenomena
dan
mendeskripsikan
permasalahan yang ditemui dalam
sikap-sikap anti sosial.
kehidupan nyata di masyarakat. Mata
METODE PENELITIAN
Penelitian
pelajaran Sosiologi diberikan pada
ini
tingkat pendidikan dasar sebagai
penelitian
bagian integral dari IPS, sedangkan
dilaksanakan
pada tingkat pendidikan menengah
Setiap
diberikan sebagai mata pelajaran
pertemuan dengan beberapa tahap
tersendiri.
diantaranya perencanaan tindakan,
Dapat
disimpulkan
bahwa
tindakan
merupakan
kelas
selama
siklus
pelaksanaan
dua
terdiri
dari
tindakan,
yang
siklus.
tiga
observasi
pembelajaran sosiologi adalah proses
tindakan dan refleksi. Teknik analisis
interaksi antara siswa dengan guru di
data
lingkungannya
menggunakan analisis kualitatif dan
sehingga
terjadi
dalam
penelitian
perubahan perilaku ke arah yang
kuantitatif.
lebih
kualitatif yaitu dengan observasi atau
baik
kumpulan
setelah
mempelajari
pengetahuan
tentang
pengamatan
Analisis
proses
data
ini
secara
pembelajaran
yang berlangsung dengan model
observasi dan tes sebagai teknik
pembelajaran
pengumpulan
Problem
Based
data
utama.
Learning (PBL). Sedangkan analisis
Sedangkan, teknik pengumpulan data
data secara kuantitatif yaitu dengan
pendukung menggunakan wawancara
melakukan
dan dokumentasi.
untuk
pre-test
mengetahui
dan
ada
post-tes
tidaknya
peningkatan hasil belajar siswa yang
kemudian
diolah
dengan
HASIL TINDAKAN DAN
PEMBAHASAN
Data
kondisi
penelitian
menggunakan Ms.Excel.
Data dan sumber data yang
awal
tindakan
dalam
kelas
ini
diperoleh setelah peneliti melakukan
ini
observasi dan tes pada pratindakan.
adalah seluruh hasil pengamatan
Kemudian dari hasil pratindakan
terhadap keadaan pembelajaran yang
diketahui
sebenarnya
dalam pembelajaran sosiologi di
digunakan
informasi
dalam
penelitian
dan
yang
mengandung
relevan
dengan
beberapa
permasalahan
kelas X-3, permasalahan yang harus
kegiatan penelitian. Data penelitian
segera
diatasi
adalah
masih
dikumpulkan dari berbagai sumber,
rendahnya hasil belajar siswa dengan
antara lain melalui informan yaitu
rata-rata kelas 67,65.
guru mata pelajaran sosiologi di
Dari
kelas X-3 dan seluruh siswa kelas X-
kemudian
dilaksanakan
tindakan
3 tahun ajaran 2015/2016, selain itu
dengan
menerapkan
model
melalui
pembelajaran
peristiwa
yaitu
data pratindakan tersebut,
Problem
Based
kegiatan
Learning pada siklus I dan siklus II.
mata pelajaran
Berikut merupakan deskripsi hasil
sosiologi di kelas X-3 dan melalui
penelitian yang didapatkan peneliti
dokumen yang berisi silabus, RPP,
selama
nilai siswa serta, dokumentasi selama
dengan
pembelajaran.
pembelajaran
berlangsungnya
belajar mengajar
proses
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian
ini
menggunakan
Learning.
melaksanakan
menerapkan
Problem
penelitian
model
Based
Deskripsi Siklus I dan Siklus II
Setelah
menerapkan
pembelajaran
Problem
model
capaian penelitian yaitu ≥75 namun
Based
peneliti
bersama
dengan
Learning, pada hasil belajar siswa
kolaborator
kelas X-3, dapat diketahui hasil
tersebut masih dapat ditingkatkan,
belajar
kemudian dilaksanakan siklus II, dari
siswa
yang
dapat
merasa
bahwa
guru
hal
digambarkan pada tabel berikut ini :
siklus II diketahui bahwa rata-rata
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Setiap
hasil
Siklus
kembali mencapai 80,86.
Tahap
Nilai Rata-rata Hasil
belajar
siswa
meningkat
Adanya peningkatan rata-rata
Belajar Siswa
hasil belajar siswa juga didukung
Pratindakan
67,65
dengan adanya peningkatan jumlah
Siklus I
75,65
siswa yang mengalami ketuntasan
Siklus II
80,86
hasil belajar. Dari 38 siswa, pada saat
Berdasarkan tabel 2 tersebut,
dapat
terlihat
bahwa
terdapat
pratindakan
ketuntasan
yang
hasil
mengalami
belajar
hanya
hasil
berjumlah 9 siswa dengan presentase
belajar mulai dari pratindakan, siklus
23,68%, kemudian pada siklus I
I, hingga siklus II. Pada pratindakan,
jumlah
nilai rata-rata siswa hanya mencapai
ketuntasan hasil belajar meningkat
67,65 hal ini masih jauh dibawah
menjadi 28 siswa dengan presentase
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
73,68%, dan pada siklus II jumlah
yang telah ditentukan di SMA N
siswa yang mengalami ketuntasan
Kebakkramat yaitu 75. Kemudian,
belajar meningkat kembali menjadi
dilaksanakan
31 siswa dengan presentase 81,57%.
peningkatan
kelas
rata-rata
nilai
penelitian
dengan
pembelajaran
tindakan
penerapan
model
Problem
Based
siswa
yang
mengalami
Pembahasan
Dari
keseluruhan
tahap
I
yang
penelitian, mulai dari pratindakan,
peningkatan
hasil
siklus I hingga siklus II dilaksanakan
belajar siswa menjadi 75,65, hal ini
evaluasi belajar secara bertahap.
sebenarnya sudah mencapai indikator
Pada saat melakukan pratindakan,
Learning
pada
menunjukkan
siklus
dilaksanakan evaluasi belajar siswa
siswa pada tiap kelompok sehingga
dengan rata-rata hasil belajar siswa
siswa
67,65. Setelah dilakukan tindakan
membantu
pada siklus I, hasil belajar siswa
kelompoknya
menunjukkan kenaikan dengan rata-
materi yang sedang dipelajari.
yang
lebih
pintar
siswa
untuk
dapat
dalam
memahami
Meskipun secara keseluruhan
rata kelas 75,65. Hasil ini sudah
telah
ketuntasan hasil belajar siswa dan
ditetapkan yaitu skor rata-rata siswa
nilai rata-rata kelas X-3 mengalami
≥75,
mencapai
target
namun
maksimal
yang
hasil
dan
ditingkatkan
ini
belum
peningkatan, tetapi apabila dilihat
masih
bisa
melalui hasil belajar yang diperoleh
perlu
setiap siswa, menunjukkan bahwa
maka
dilaksanakan tindakan pada siklus II
tidak
untuk meningkatkan hasil belajar
peningkatan pada setiap siklusnya.
siswa.
Berdasarkan
Kemudian
rata-rata
hasil
semua
siswa
mengalami
perhitungan
hasil
belajar siswa pada siklus II akhirnya
belajar dari pratindakan, siklus I dan
meningkat menjadi 80,86. Hasil ini
siklus II, dari 38 siswa kelas X-3
telah mencapai target skor yang
terdapat 4 siswa yang turun pada
ditetapkan
Adanya
siklus I dan naik pada siklus II dan 7
secara
siswa yang mengalami kenaikan
heterogen dan keterlibatan siswa
hasil belajar pada siklus I namun
dalam menganalisis masalah dan
menurun pada siklus II. Adanya
mencari
permasalahan
siswa yang mengalami peningkatan
lebih
dan penurunan tersebut dipengaruhi
sedang
oleh berbagai faktor. Karakteristik
dibahas, sebab mereka dapat aktif
setiap siswa yang yang berbeda-beda
membaca,
berbagai
mengakibatkan perbedaan hasil yang
informasi guna memperdalam materi
diperoleh dari setiap siswa juga
dan berdiskusi dengan teman sebaya.
berbeda. Bisa diamati bahwa adanya
Dalam kegiatan diskusi yang dibuat
hasil
secara
yaitu
pembentukan
≥75.
kelompok
solusi
membantu
siswa
untuk
memahami
materi
yang
mencari
siswa
yang
turun
ini,
terdapat
tersebut, dikarenakan siswa yang
kemampuan
kognitif
bersangkutan kurang tertarik dalam
heterogen
perbedaan
belajar
pelaksanaan
model
pembelajaran
peningkatan hasil belajar selama
Problem Based Learning (PBL),
tindakan.
mereka terlihat kurang antusias saat
adalah konsumsi waktu, sebab model
kegiatan diskusi dan kurang fokus
pembelajaran
pada penjelasan dari guru. Oleh
waktu yang tidak sedikit.
Adapun
kelemahannya
ini
membutuhkan
Penelitian Tindakan
sebab itu, dalam pembelajaran di
Kelas
menggunakan
dengan model pembelajaran Problem
model pembelajaran lain yang lebih
Based Learning (PBL) ini sesuai
variatif
dengan teori belajar konstruktivisme,
kelas,
guru
dapat
dan
inovatif
untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Dari
penelitian
yang
PBL
mendorong
mengkonstruksi
siswa
pengetahuannya
dilakukan peneliti bersama guru
sendiri melalui permasalahan nyata
kolaborator dengan penerapan model
yang membutuhkan suatu pemecahan
pembelajaran
masalah.
Problem
Based
Dari
beberapa
teori
Learning (PBL) tersebut, terlihat
konstruktivisme, yang paling sesuai
bahwa
dari proses pembelajaran yang telah
pembelajaran
dengan
menggunakan model Problem Based
dilaksanakan
adalah
teori
telah
konstruktivisme menurut Vygotski,
beberapa
sebab ketika siswa terlibat dalam
kelebihan dan kelemahan seperti
kegiatan diskusi yang dilaksanakan
yang
Learning
(PBL)
yang
diterapkan
mempunyai
oleh
Sanjaya
pada tiap siklusnya, mereka akan
Kelebihan
tersebut
saling
diutarakan
(2006:220).
bertukar
pendapat
diantaranya, siswa dapat memahami
informasi,
isi pembelajaran dengan baik karena
materi tersebut dapat ditemukan
mereka
siswa.
selalu
terpacu
untuk
sehingga
dan
konsep
Konstruktivisme
dari
Vygotski
membaca materi dan PBL dapat
memandang
membantu siswa mengembangkan
dikonstruksi secara kolaboratif antar
pengetahuannya
individual
digunakan
serta
sebagai
dapat
evaluasi
diri
dapat
bahwa
dan
keadaan
disesuaikan
terhadap
hasil
maupun
proses
individu.
belajar,
terbukti
dengan
adanya
konstruktivisme
Ini
pengetahuan
oleh
berarti
Vygotski
tersebut
setiap
bahwa
lebih
menekankan pada penerapan teknik
rata-rata hasil belajar 75,65, dan pada
saling tukar pendapat dan gagasan
siklus II mengalami peningkatan
antar
menjadi
individu
kelompok
dalam
sehingga
kegiatan
siswa
dapat
80,86.
Hasil
ini
telah
mencapai target skor yang ditetapkan
menemukan konsep secara mandiri,
yaitu
seperti halnya yang dilakukan siswa
keseluruhan ketuntasan hasil belajar
kelas X-3 pada kegiatan diskusi.
siswa mengalami kenaikan, namun
Dari
hasil
tindakan,
pengamatan dan pembahasan dapat
≥75.
Meskipun
secara
ada beberapa siswa yang mengalami
penurunan.
ditarik kesimpulan bahwa penerapan
Jumlah siswa yang mengalami
model pembelajaran Problem Based
peningkatan tiap siklusnya adalah 27
Learning (PBL) dapat meningkatkan
siswa
hasil belajar siswa pada materi pokok
Sementara
penyimpangan sosial kelas X-3 SMA
mengalami penurunan pada siklus I
N Kebakkramat pada mata pelajaran
dan meningkat kembali pada siklus II
sosiologi tahun ajaran 2015/2016.
sebanyak 4 siswa atau 10,52%.
SIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan
A. Simpulan
mengalami peningkatan pada siklus I
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
siswa lebih paham tentang
atau
sebesar
jumlah
jumlah
71,05%.
siswa
siswa
yang
yang
dan menurun pada siklus II sebanyak
7
siswa
atau
18,42%.
Dengan
materi penyimpangan sosial yang
demikian, penggunaan satu model
diterapkan melalui model Problem
pembelajaran
saja
tidak
dapat
(PBL) sehingga
mengoptimalkan hasil belajar siswa
berakibat pada peningkatan hasil
secara keseluruhan. Untuk itu, guru
belajar siswa, terbukti dengan nilai
perlu
rata-rata kelas X-3 yang mengalami
pembelajaran
yang
peningkatan tiap siklusnya. Pada
pembelajaran
di
tahap pratindakan, nilai rata-rata
bervariatif.
hasil belajar siswa yang diperoleh
B. Saran
Based
Learning
adalah 67,65, kemudian pada siklus I
mengalami peningkatan dengan nilai
memnggunakan
Berdasarkan
lain
kelas
penelitian
model
agar
lebih
yang
telah dilaksanakan di kelas X-3 SMA
N
Kebakkramat
tahun
ajaran
mengikuti proses pembelajaran
2015/2016, peneliti menyampaikan
di
saran sebagai berikut :
penjelasan guru serta aktif pada
1. Bagi Guru
kegiatan diskusi kelompok.
a. Guru
diharapkan
mampu
kelas
dan
fokus
pada
3. Bagi Sekolah
menerapkan
variasi
model
a. Sekolah hendaknya membuat
pembelajaran
dalam
proses
kebijakan kepada guru untuk
mengajar di kelas, sehingga
melakukan PTK agar guru
siswa
selalu
tidak
mengalami
termotivasi
dalam
kejenuhan dengan satu model
menciptakan perbaikan secara
saja secara terus-menerus.
berkesinambungan
b. Guru
hendaknya
memanajemen
mampu
waktu
dan
dalam
proses pembelajaran di kelas.
b. Sekolah
hendaknya
mengelola kelas dalam kegiatan
meningkatkan
pembelajaran. Sehingga tahap-
pendukung
tahap pengajaran yang sudah
seperti jaringan wifi dan printer
direncanakan
agar
dapat
berjalan
dengan efektif sesuai dengan
yang diharapkan dan tujuan
pembelajaran
dapat
tercapai
dengan baik..
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya tidak terpaku
pada satu sumber belajar yaitu
buku LKS, tetapi siswa juga
berusaha
sumber
misalnya
untuk
belajar
mencari
yang
internet
lain
untuk
menambah wawasan.
b. Siswa
hendaknya
bersungguh-sungguh
lebih
dalam
fasilitas
pembelajaran
mendukung
aktifitas
pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ni, Made. (2008). Penerapan Model
Problem Base Learning untuk
Meningkatkan
Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar
Teori Akuntansi Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Undiksha .
Laporan Penelitian. Hlm. 7484.
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian
Hasil
Proses
Belajar
Mengajar . Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Rusmono.(2014).
Strategi
Pembelajaran dengan Problem
Based Learning itu perlu.
Bogor : Penerbit Ghalia Indone
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. Jakarta : Menteri
Pendidikan Nasional. Diakses
pada tanggal 05 Maret 2016
darihttp://bsnpindonesia.org/id/wpcontent/upl
oads/isi/Permen_22_2006.pdf
Wina, Sanjaya. (2006). Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada
Media
Group.