TOPIKAL PAPER Cultural Environment BEKER

TOPIKAL PAPER

Cultural Environment
BEKERJA SEBAGAI BENTUK IBADAH DAPAT MEMBENTUK KARAKTER
ETOS KERJA KARYAWAN pada PERUSAHAAN
Pengajar:

Prof. Dr. Djoko Suryo

A. TAUFIK R.
12/343666/PEK/18082

EKSEKUTIVE A 33 - B

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2014
0|Page


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam beberapa tahun terakhir kita sudah mulai merasakan efek dari globalisasi,
globalisasi ini sangat erat kaitannya dengan pedagangan dan industri. Perdagangan dan
industri pada era globalisasi seolah-olah sudah dapat menghilangkan perbatasan antar
Negara, baik dari sisi pertukaran barang maupun jasa. Beberapa Negara dapat
memanfaatkan momen globalisasi dengan sangat sukses, namun beberapa Negara yang
lain justru menjadi korban globalisasi. Negara yang sukses pada umumnya mampu
memproduksi barang dan jasa yang dapat bersaing secara global sehingga menghasilkan
keuntungan yang sangat banyak. Pada sisi lain, Negara yang tidak mampu bersaing
sebagai produsen menjadi pasar yang empuk bagi Negara lainnya.
Kemampuan memproduksi barang dengan kualitas global tidak lepasa dari
sumber daya manusia yang dimiliki, salah satu contoh konkrit adalah bagaimana jepang
dan Korea Selatan menjadi Negara yang berhasil menguasai beberapa jenis industri di
dunia. Meskipun dalam kondisi sumber daya alam yang tidak terlalu mendukung, mereka
mampu menghasilkan produk dalam negri yang tidak hanya berhasil secara domestic
namun juga dapat melakukan ekspansi ke hamper seluruh belahan dunia.
Salah satu kunci keberhasilan masyarakat jepang dan korea selatan adalah
budaya /culture yang mereka percayai dan mereka implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam budaya kerja masyarakat
jepang misalnya, mereka berhasil mengimplementasikan nilai-nilai Bushido dengan baik,

sehingga dapat menghasilkan produk yang baik juga. Menurut Robert Bellah, dalam
bukunya The Values of Pre-Industrial Japan menerangkan bahwa in effort to apply Max
Weber’s sociology of religion theory, examined the origin of the Japanese capitalism /
Modern Japanese entrepreneurship as showed in his work on Tokugawa Religion, he
argued that one of the essential cultural roots of the modern Japan in the Tokugawa
period was the values and ethic of Bushido, the Way of the Warrior (the bushi or samurai
embodied to the central Japanese values or the national ethic). “Bushido means the
determined will to die”. It was a kind of the religious dimension of Tokugawa period and
the economic ethic of the merchant class.1
Dalam kondisi masyarakat Indonesia, yang hampir seluruh penduduknya adalah
pemeluk agama dan sebagian besarnya merupakan pemeluk agama islam, budaya kerja
yang mengandung nilai-nilai positif sebenarnya sangat banyak, namun implementasi
1

The Values of Pre-Industrial Japan

1|Page

nilai-nilai tersebut menjadi sesuatu hal yang konkrit dalam pekerjaan sehari-hari masih
sangat kurang. Perilaku kerja berdasarkan nilai-nilai positif dapat diistilahkan

menggunakan kalimat “etos kerja”, Menurut Usman Pelly (1992:12), etos kerja adalah
sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem
orientasi nilai budaya terhadap kerja.
Jika melihat dari tingginya tantangan dan persaingan kerja pada masa globalisasi
ini, maka kesadaran diri dari para pekerja/karyawan merupakan hal yang mutlak untuk
dibangun, permasalahannya adalah hal apa yang harus dilakukan agar etos kerja
karyawan dapat tumbuh secara positif. Menurut Cliffort Geertz, salah satu keberhasilan
kerja masyarakat Indonesia ditunjukan oleh pengusaha muslim2. Pada paper ini, penulis
akan mencoba menggalai nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam agama islam, yang
berpengaruh terhadap etos kerja, terutama etos kerja karyawan yanga bekerja dalam suatu
perusahaan.
B. ANALISA
Bekerja sebagai ibadah merupakan kalimat yang sering disampaikan dalam acaraacara keagamaan. Khusus dalam agama islam, pekerjaan yang didasari oleh motivasi
ibadah sudah secara jelas disampaikan dalam hadists, seperti hadis Rasulullah SAW yang
berbunyi : “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” , secara tersirat
memposisikan bahwa kerja propesional memiliki tingkat yang setara dengan ibadah.
Etos berasal dari bahasa yunani dengan asal kata Ethos, yang berarti sikap,
kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki
oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai

kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini
dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai
yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah
atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan
bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguhsungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah
semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para
pemimpin harus memegang amanah.
2

Peddlers and Princes

2|Page

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia,
baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia
susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan
sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan adalah sesuatu aktifitas yang dilakukan
untuk mencari nafkah, dan kaitannya dengan kegiatan mencari nafkah ini juga, dalam

islam sudah dengan jelas dinyatakan sebagai suatu kewajiban yang harus dijalankan.
KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah
suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia
memanusiakan dirinya3.
Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai
tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi
yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
Jika kita bandingkan etos kerja masyarakat jepang dan korea selatan dengan etos
kerja dalam islam, ada satu persamaan yang mendasar dimana ketiga etos kerja tersebut
sama-sama memiliki motivasi kerja yang tinggi serta melakukan setiap pekerjaan dengan
sungguh-sungguh. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menanamkan
karakter etos kerja kepada setiap karyawan dalam perusahaan.
Perusahaan sebagai sebuah organisasi terstruktur tentu harus menerapkan prinsipprinsp manajemen dalam semua upaya organisasinya, termasuk dalam hal menanamkan
etos kerja kepada para karyawan. Mulai dari proses recruitment, pemilihan budaya kerja
yang berdasar pada keyakinan masyarakat, serta selalu mengingatkan pentingnya
motivasi ibadah dalam bekerja.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara
kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki)
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya
dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman
ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
3

Membudayakan Etos Kerja

3|Page

Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara
ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada
kedudukan terhormat.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha
sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk
kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung
pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi

rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan
atau tidak mengerjakan sesuatu.
Beberapa paparan diatas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar
utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya.
Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan
dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya
dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat
manusia.
Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu
diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan
barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai
tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu
memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat
Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.
Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah
serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena,
pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk
menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki
muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan
dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah
bahwa ada keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat,
mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara
adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan
4|Page

bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan
mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda,
“sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara
tulus.” (HR Hambali)
Ketika pekerjaan diakategorikan sebagai ibadah, maka karyawan akan dengan
sadar melakukan pekerjaan dengan niat yang tulus, semangat yang tinggi, dan selalu
mempertimbangkan etika. Secara otomatis karakter etos kerja akan terbentuk dan hasil
dari pekerjaan akan maksimal, pada akhirnya akan menjadikan suatu produk barang atau
jasa yang dapat bersaing secara global.

C. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait pengaruh aspek agama terhadap etos
kerja karyawan adalah sebagai berikut :



Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir,
bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya
jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran
agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pekerjaan, jelaslah bahwa
agama akan turut menentukan proses dan hasil dai pekerjaan itu sendiri.



Agama islam mengajarkan bahwa bekerja mencari nafkah adalah ibadah dan mejadi
suatu kewajiban, dan mewajibkan sMengembangkan produk solusi pembayaran yang
dapat dijual secara B2B, dalam hal ini solusi tersebut dijual kepada pihak bank, pihak
penerbit tagihan seperti perusahaan telekomunikasi, multifinance, dan lain-lain.



Menerapkan standar keamanan transaksi yang paling tinggi, dan disertifikasi oleh
Auditor kemanan transaksi internasional, hal ini dilakukan untuk selalu menjaga
kepercayaan dari pasar terhadap solusi dan produk-produk Kartuku.




Bekerja sama dengan perusahaan yang sudah memiliki jaringan titik pembayaran
diseluruh wilayah Indonesia.



Mengembangkan produk pembayaran less paper dan less cash, hal ini dilakukan
untuk mengurangi penggunaan kertas dan meminimalkan resiko kebocoran serta
resiko finansial dari proses pengguaan dan pengumpulan uang tunai.

D. Daftar Pustaka :
5|Page

1. Tokugawa Religion: The Values of Pre-Industrial Japan (1957)
2. Peddlers and Princes: Social Change and Economic Modernization in Two
Indonesian Towns. Chicago: University of Chicago Press. (1963)

6|Page


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN POTENSI EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TOPIKAL BERBAGAI DOSIS DENGAN NATRIUM DIKLOFENAK TOPIKAL DALAM MENURUNKAN EKSPRESI TUMOR NECROSIS FACTOR α (TNFα) PADA KORNEA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus strain wistar) MODEL INFLAMASI

0 33 24

An Analysis of Cultural Adjustment Experienced by AIESEC Members of University of Muhammadiyah Malang in joining the Europe Exchange Program

1 23 17

EFEK PEMBERIAN JINTEN HITAM (Nigella Sativa) SECARA TOPIKAL TERHADAP PERTUMBUHAN JARINGAN GRANULASI PADA LUKA SAYAT TIKUS WISTAR JANTAN

1 12 17

FUNGSI BANK DALAM PENYALURAN KREDIT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (Role of Banks in the Distribution of Environment Oriented Credit )

0 5 6

Gambaran Karakteristik Individu dan Lingkungan Fisik Rumah Penderita Difteri dan Kontak Erat di Kabupaten Jember (Description of Individual Characteristics and House Physical Environment of Diphteria Patient and Close Contact in Jember)

1 21 8

IMPROVING READING COMPREHENSION ACHIEVEMENT ON GRADE X STUDENTS OF AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA BY USING ONE MINUTE PAPER TECHNIQUE AT SMKN 1 SUKORAMBI JEMBER

0 17 13

Keberagamaan muslim Syi'ah : studi kasus ritual doa Kumail di Islamic Cultural Center (ICC), Buncit, Jakarta selatan

9 74 157

Cultural Content in English Textbooks Used in Madrasah Tsanawiyah in DKI Jakarta

3 40 218

A Coherent Framework for Understanding Critical Success Factors of ICT Project Environment

0 7 6

Analisis Pihak Ketiga Dengan Menggunakan Analisi Bank Environment Studi Komparatif Antara PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) TBK. Dengan Tiga Bank Pemerintah Lainnya Periode 2001-2011

0 4 55