Kepala Daerah dan Politik Kekuasaan

Kepala Daerah dan Politik Kekuasaan
Sebuah Keniscayaan

Oleh: Supriadi *

Tidak Terasa sudah hampir satu bulan, sebagian besar daerah di Indonesia yang
melaksanakan Pilkada sudah melaksanakan pelantikan Bupati dan Wakil Bupati, Gubernur
dan Wakil Gubernur oleh Presiden maupun Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur kecuali
daerah yang masih dalam proses penyelesaian perkara di Mahkamah Konstitusi yang menurut
informasi yang beredar akan dilantik pada bulan Juni 2016.

Bagi daerah yang telah dilakukan pelantikan calon terpilih, Saat ini adalah memasuki fase
pelaksanaan tugas kepala daerah yang dilantik untuk melaksanakan apa yang telah menjadi
visi serta misi pada saat masa kampanye. Hanya saja di beberapa daerah terjadi ‘hiruk pikuk’
beberapa pejabat lama mengajukan mutasi perpindahan tugas ke daerah lain tidak terkecuali
di Kabupaten Musi Rawas.Berita di Media massa beberapa minggu yang lalu melansir
adanya pengajuan mutasi beberapa pejabat Kabupaten Musi Rawas ke Lubuklinggau maupun
Pejabat Lubuklinggau yang mengajukan mutasi ke Kabupaten Musi Rawas Utara yang juga
baru melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah. Tentu saja banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan oleh Kepala Daerah yang baru dilantik, hanya saja pekerjaan rumah tersebut
seharusnya menjadi cermin awal dalam melaksakan tugas sebagai Kepala Daerah.


Kepala Daerah sesuai dengan tingkatan masing-masing harus dapat memberi pengarahan ,
memberi semangat dan dapat mewakili masyarakat daerahnya. Kepala Daerah sepantasnya
mengerti apa yang akan dikerjakan dan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mengkoordinasikan setiap instansi yang berada dibawah pemerintahannya serta mengajak
semua elemen tersebut menuju satu arah, yaitu target yang hendak dicapai sesuai dengan visi
dan misi yang telah disampaikan pada saat masa kampanye. Hal ini sangat berkaitan dengan
motivasi dengan segala implikasinya sehingga dapat memisahkan sejauh mungkin konflik
baik yang bersifat vertikal maupun horisontal sehingga Kepala Daerah dapat ditaati dan
diikuti bawahannya. Dalam hal pemerintahan, Kepala Daerah dapat saja menggunakan satu
macam gaya kepemimpinan maupun menggabungkan beberapa gaya kepemimpinan untuk

1

diterapkan dalam pemerintahan di daerahnya, hanya saja perlu diperhatikan apakah gaya
kepemimpinan yang digunakan tersebut akan memperoleh output sesuai dengan tujuan atau
bahkan sebaliknya justru menghancurkan masyarakat yang dipimpinnya. Pada banyak tempat
gaya kepemimpinan yang paling banyak digunakan Kepala Daerah adalah Gaya
Kepemimpinan Demokratis, dimana beberapa ciri pemimpin yang demokratis adalah antara
lain; pemimpin tersebut menjadi jembatan/penghubung antar kelompok baik yang di dalam

daerahnya maupun di luar daerahnya; pemimpin demokratis haruslah bisa menerangkan
alasan perintahnya dan selalu berusaha menyampaikan visi dan misi apa yang hendak dicapai
dan sekali waktu pemimpin demokratis juga memperhatikan masukan bawahan meskipun
keputusan akhir tetap berada di tangan pemimpin tersebut.

Kepemimpinan Kepala Daerah dan Situasi Pemerintahan
Di dalam kepemimpinan kepala daerah dan situasi pemerintahan dapat ditentukan apakah
pemerintahan berpusat langsung kepada kepala daerah atau pemerintahan terpusat pada
masing-masing kepala dinas yang berada di bawah Kepala Daerah. Hal ini terkait dengan
pendelegasian wewenang kepada Kepala Dinas/ Kepala Badan/Kepala Satuan yang berada
dibawah pemerintahannya dimana Kepala Daerah memiliki otoritas di dalam pengambilan
keputusan dengan batas kebebasan yang dimilikinya.

Beberapa studi manajemen yang telah dilakukan, pengambilan kebijakan haruslah sesuai
dengan setiap situasi yang ada sesuai dengan data dan fakta serta rangkuman informasi yang
diperoleh dari bawahannya. Pengambilan keputusan tersebut berdasarkan apa yang telah
menjadi tugas-tugas yang terprogram atau tugas yang menyangkut rutinitas. Sedangkan untuk
keadaan yang tidak terduga, Kepala Daerah harus mengambil keputusan sesegera mungkin
untuk mengantisipasi dan mengatasi persoalan tersebut. Misalnya persoalan banjir di
beberapa kecamatan, seharusnya ada langkah-langkah cepat yang harus dilakukan. Kepala

Daerah untuk mengatasi dan mengatisipasinya bukan hanya menunggu laporan dari bawahan
saja.

Politik Kekuasaan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menguraikan konsep kekuasaan
politik. dilihat pada kedua elemennya, yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang
berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa
dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa
2

kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita berdiri
yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu) maka kita memiliki kekuasaan
atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah kemampuan untuk membuat
masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak
akan dibuat oleh mereka. Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa
mengorganisasi sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang
melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan
politik.
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh

dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti dia
memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas,
sehingga bila seorang pemegang kewenangan melaksanakan kewenangannya tidak sesuai
dengan mandat peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya,
dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi. Sedangkan kekuasaan politik, tidak
berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa
tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang konstitusional.

Sehingga dapat dimaklumi bahwa untuk mencapai tujuan sesuai visi dan misi kepala daerah,
maka kepala daerah akan mencari orang disekitarnya yang memiliki visi dan misi yang sama.
Hanya saja, orang-orang yang ditempatkan di sekitar Kepala Daerah tersebut, selain memiliki
pemahaman visi dan misi yang menjadi tujuan Kepala Daerah juga mutlak memiliki
kemampuan/profesionalisme bukan hanya kedekatan secara personal saja. Hal ini seharusnya
menjadi syarat mutlak dalam keberhasilan dalam proses politik kekuasaan Kepala Daerah.

Berbagai isu negatif yang berkembang bahwa para Kepala Dinas/ Kepala Badan/Kepala
Satuan yang akan diganti/resufle dengan orang-orang terdekat Kapala Daerah harus lah
dijawab dengan profesionalisme, integritas dan pemahaman kerja yang sama untuk mencapai
apa yang menjadi visi dan misi Kepala Daerah tersebut.


Pendelegasian Wewenang
Jawaban yang tegas terhadap isu negatif Kepala Daerah adalah dengan distribusi kerja /
pendelegasian wewenang guna mencapai visi dan misinya. Pendelegesaian wewenang ini
3

adalah suatu proses pencapaian tujuan yang lebih efektif dan efisien. Di beberapa tempat
pendelegasian wewenang tidak dilakukan oleh Kepala Daerah sehingga beberapa dinas yang
seharusnya memiliki tupoksi sendiri menjadi tidak efisien dan tidak efektif. Terlihat bahwa
yang diinginkan oleh Kepala Daerah adalah hanya kepada nafsu bukan pada pencapaian visi
dan misi yang telah dibuat.

Masyarakat dan Politik Kekuasaan
Peran kita sebagai masyarakat adalah selain sebagai objek juga haruslah menjadi subjek
dalam pemerintahan yang dijalankan oleh Kepala Daerah. Sebagai objek, kita mengikuti
semua peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah menjadi ketentuan umum. Sedangkan
sebagai subjek, kita sebagai masyarakat harus mampu memberikan kontribusi sekecil apapun
terhadap kemajuan negara kita ini. Semoga...

*) Penulis adalah Komisioner KPU Kabupaten Musi Rawas, Mahasiswa Pasca Sarjana STIE
Mura, sekaligus Wakil Ketua KNPI Kabupaten Musi Rawas


4