Mekanisme Audit Dan Sistem Pengawasan In

MAKALAH
MEKANISME AUDIT DAN SISTEM PENGAWASAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Audit Organisasi Syariah
Dosen pengampu : Fahri Ali Ahzar

Disusun oleh Kelompok 10 :
1. Shinta Yunia N
2. Nur Asyiah Jamil
3. Aprilia Nugraheni

(145121117)
(145121118)
(145121101)

KELAS 6C
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2017


Mekanisme Audit Dan Sistem Pengawasan Internal Dan Eksternal Pada Lembaga
Pembiayaan Syariah
A.

Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah
Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas untuk lebih

memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia usaha dalam system perekonomian
modern sangat dibutuhkan. Lembaga pembiayaan diperlukan guna mendukung dan memperkuat
system keuangan nasiona yang terdiversifikasi sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih
banyak bagi pegembangan sector usaha.
Pada era OJK terdapat sejumlah regulasi baru yang diterbitkan untuk menyempurnakan
regulasi Lembaga Pembiayaan, yaitu :
1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/PJOK.5/2014 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan.
2. Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 29/PJOK.05/2014 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan.
3. Peraturan Otorisasi Jasa Keungan Nomor 30/PJOK.05/2014 tentang Tata Kelola
Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan.

4. Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 31/PJOK.05/2014 tentang Penyelenggaraan
Usaha Pembiayaan Syariah.
Perusahaan pembiayaan selain beroperasi menggunakan system konvensiona juga dapat
melakukan pembiayaan berdasarka prinsip Syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsipsyariah
adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan
tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Adapun prosedur pendirian dan pengurusan izin usaha serta kelembagaan penyelenggara
perusahaan pembiayaan syariah merujuk pada Peranturan Orientasi Jasa Keuangan Nomor
28/PJOK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiyaan.
Perusahaan pembiayaan syariah dapat dibentuk dengan berbadan hokum koperasi atau perseroan
terbatas.
Perusahaan pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai
bagian dari Organ perusahaan yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap
penyelenggaraan kegiatan perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah. Untuk penaam bagi
perusahaan syariah nama perusahaan pembiayaan disertai kata syariah.

B.

Prinsip dan Kegiatan Usaha Pembiayaan Syariah

Dalam POJK Nomor 31/PJOK.05/204 disebutkan bahwa perusahaan pembiyaan syariah

adalah perusahaan pembiyaan yang seluruh kegiatan usahanya melakukan pembiyaan syariah.
Penyelanggaraan pembiyaan syariah wajib memenuhi sejumlah prinsip, yaitu :
1. Memenuhi prinsip keadilan, yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya,
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya.
2. Keseimbangan, yaitu meliputi keseimbangan aspek material dannn spriritual, aspek
privat dan public, sector keuangan, dan sector riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan
aspek pemanfaatan dan kelestarian.
3. Maslahah, yaitu segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material
dan spiritual, serta individual dan kolektif serta harus memenuhi 3 (tiga) unsur, yakni
kepatuhan syariah, bermanfaat dan membawa kebaikan dalam semua aspek secara
keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudaratan.
4. Universalisme, yaitu dapat dilakukakan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang
berkepentingan tanpa memebedakan suku, agama,ras, dan golongan, sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta.
5. Serta tidak mengandung unsur :
a. Gharar, yaitu transaksi yang bjeknya tidak jelas, tidak dimiliki keberadaabbya, atau
tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan.

b. Maysir, yaitu transaksi yang spekulatif (untung-untungan) yang tidak terkait
langsung dengan produktivitas disektor riil.
c. Riba, yaitu pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah.
d. Zhulm, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihal lainnya.
e. Risywah, yaitu tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang
melanggar hokum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu
transaksi.
f. Objek haram, yaitu suatu barang atau jasa yang diharamkan dalam syariah.
Kegiatan pembiayaan syariah dapat dilakukan dengan menggunakan akad tunggal dan/atau
gabungan akad dari berbagai akad setelah terlebih dahulu melaporkan setiap penggunakan akad
tuggal dan/atau gabungan akad kepada OJK. Kegiatan pembiayaan syariah meliputi sejumlah
pembiayaan yang terdiri dari sejumlah akad sebagai berikut :
1. Pembiayaan jual beli

Pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang melalui transaksi jual beli sesuai dengan
perjanjian pembayaran syariah yang disepakati oleh para pihak. Akad yang digunakan dalam
pembiayaan hual beli anatara lain :
a. Murabahah
b. Salam
c. Istishna’

2. Pembiayaan investasi
Pembiayaan dalam bentuk penyediaan modal degan jangka waktu tertentu untuk
kegiatan usaha produktif dengan pembagian keuntungan sesuai degan perjanjian
pembiayaan syariah yang disepakati oleh para pihak. Akad yang digunakan dalam
pembiayaan investasi antara lain :
a. Mudharabah
b. Musyarakah
c. Mudharabah musyatarakah
d. Musyarakah mutanaqishah
3. Pembiayaan jasa
Pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk pemberian manfaat atas suatu barang,
pemberian pinjaman dana/atau pemberian pelayanan dengan dan/atau tanpa pembayaran
imbal jasa sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh para pihak.
Akad yang digunakan dalam pembiayaan jasa antara lalin :
a. Ijarah, yaitu pemindahan hak guna atas suatu barang dalam jangka waktu tertentu
dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sndiri.
b. Ijarah muntahiyah, yaitu ijarah yang disertai denagn janji pemidahan kepemilikan
setelah masa ijarah selesai.
c. Hawalah atau hawalah bil ujrah, yaitu pengalihan utang dari satu pihak yang

berutang kepada pihak lain yag wajib menanggung pembayarannya.adapun hawalah bil
ujrah adalah hawalah dengan pengenaan imbal jasa.
d. Wakalah atau wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada
penerima kuasa dalam hal yag boleh diwakilkan, dimana penerima kuasa tidak
menanggug risiko terhadap apa yang diwakilkan, kecuali karena kecerobohan. Adapun
wakalah bil ujrah adalah wakalah dengan pengenaan imbal jasa.
e. Kafalah atau kafalah bil ujrah, yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga utuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang bertanggung.
Adapun khafalah bil ujrah adalah kafalah dengan pengenaan imbal jasa.
f. Ju’alah, yaitu janji atau komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian
hasil atas suatu pekerjaan yang ditetukan.

g. Qardh, yaitu pinjem-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secra sekaligus atau cicilan dalam jangka
waktu tertentu.
Perjanjian Pembiayaan Syariah
Perjanjian pembiayaan syariah antara perusahaan syariah dengan konsumen wajib dibuat

C.


secara tertulis. Perjanjian pembiayaan syariah dalam kegiatan pembiayaan syariah wajib
memenuhi ketentuan penyusunan perjanjian sebgaimana diatur dalam Peraturan OJK mengenai
perlindungan konsumen sector jasa keuangan.
Perjanjian pembiayaan syariah yang dilakukan wajib memenuhi ketentuan, yaitu :
1. Dilaksanakan tanpa unsur paksaan diantara para pihak yang berakad atau bertransaksi.
2. Obyek yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan syariah sesuai dengan prinsip syariah
dan peraturan perundang-undang.
Pada dasarnya pejanjian pembiayaan syariah yang telah disepakati oleh para pihak tidak
dapat dibatalkan, kecuali :
1. Para pihak setuju untuk menghentikannya.
2. Tidak terpenuhinya kondisi hukum Karena tidak memenuhi dua ketentuan diatas.
Apabila perusahaan syariah melakukan pembiayaan jual beli untuk kendaraan bermotor,
perjanjian pembiayaan syariah wajib mencantumkan nilai uang muka.
D.

Uang Muka Pembiayaan Jual Beli Kendaraan Bermotor
Perusahaa syariah yang melakukan pembiayaan jual beli untuk kendaraan bermotor wajib

menerapkan ketentuan uang muka kepada konsumen sebagai berikut :
1. Bagi kendaraan bermotor roda dua atau tiga, paling rendah 20% dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan.
2. Bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan produktif,
paling rendah 20% dari harga jual kendaraan yang bersangkutan.
3. Bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan
E.

nonproduktif, paling rendah 25% dari harga jual kendaraan yang bersangkutan.
Produk Lembaga Pembiayaan Syariah
1. Sewa Guna Usaha (Leasing) Syariah
Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris to lease yang berarti menyewakan. Perusahaan
leasing di Indonesia disebut perusahaan sewa guna usaha. Kegiatan usahanya bergerak
dibidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pembiayaan disini artinya jika nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan
kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit, maka pihak leasing dapat
membiayai keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian.

Sedangkan yang dimaksud dengan sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan
hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh penyewa guna
usaha (lessee) selam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran sesuai

dengan prinsip syariah. Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang
berkepentingan yaitu:
- Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri dari beberapa
perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan
kepada pihak lesse dalam bentuk barang modal. Lessor dalam finance lease bertujuan
untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian
-

barang dan modal tersebut.
Lessee, adalah perusahaan ataupihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk

-

barang modal dari lessor.
Supplier, adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang

-


untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran tunai oleh lessor.
Bank terlibat secara tidak langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam
mekanisme leverage lease dimana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui

-

kredit bank.
Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian

antara lessor dan lessee
a. Prinsip Operasional Usaha Leasing Syariah
Usaha leasing syariah dilakukan berdasarkan akad ijarah dan akad al ijarah al
muntahiyah bi tamlik
1) Ijarah
Akad ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang dalam wajtu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) antara
perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir)
tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.

a) Hak dan Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa yaitu

-

Hak perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
Yaitu memperoleh pembayaran sewa dan/atau biaya lainnya dari penyewa ,
dan mengakhiri akad ijarah dan menarik objek ijarah apabila penyewa

-

tidak mampu membayar sewa sebagaimana dijanjikan.
Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
Yaitu menyediakan objek ijarah,menanggung biaya pemeliharaan objek
ijarah, menjamin objekijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan

dapat berfungsi dengan baik
b) Hak dan Kewajiban penyewa yaitu
- Hak penyewa yaitu menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap
digunakan, menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai dengan
-

persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan.
Kewajiban penyewa yaitu membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai
yang diperjanjikan, mengembalikan objek ijarah apabila tidak mampu
membayar sewa, menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang
dijanjikan, tidak menyewakan kembali dan/atau memindahtangankan

objek ijarah kepada pihak lain.
c) Ketentuan objek ijarah yaitu
- Milik dan/atau dalam penguasaan perusahaan pembiayaan
- Manfaatnya dapat dinilai
- Manfaatnya dapat diserahkan kepadapenyewa
- Pemanfaatannya tidak dilarang dalam syariah
- Manfaatnya dapat ditentukan dengan jelas
- Spesifikasi objeknya dinyatakandengan jelas
d) Objek ijarah antara lain:
- Alat-alat berat
- Alat-alat kantor
- Alat-alat foto
- Alat-alat medis
- Alat-alat printer
- Alat-alat pengangkutan
- Mesin-mesin
- Gedung
- Computer
- Peralatan telekomunikasi atau satelit
e) Persyaratan penetapan harga sewa (ujrah)
- Besarnya ujrah atas objek sewa dan acar pembayaran ditetapkan menurut
kesepakatan yang dibuat dalam akad secara tertulis

-

Alat pembayaran ujrah objek ijarah adalah berupa uang atau bentuk lain
yang memiliki nilai yang sama yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah
f) Kontrak ijarah minimal memuat hal-hal berikut
- Identitas pemberi sewa dan penyewa
- Spesifikasi objek ijarah
- Spesifikasi manfaat objek ijarah
- Harga perolehan, nilai pembiayaan, dan pembayaran sewa ijarah
- Janga waktu sewa
- Saat penyerahan objek ijarah
- Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo
- Ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa
- Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing
pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya objek
-

ijarah
Ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan objek ijarah oleh perusahaan

pembiayaan sebagai pemberi sewa kepada pihak lain
- Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
g) Dokumentasi dalam ijarah oleh pemberi sewa minimal meliputi
- Surat persetujuan prinsip
- Akad ijarah
- Perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa
- Tanda terima barang
2) Ijarah al Muntahiyah bi al Tamlik
Merupakan akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, antara perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa dengan penyewa disertai opsi pemindahan hak milik atas barang
tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Landasan akad ini adalah Fatwa
DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al ijarah al muntahiyah bi al Tamlik
atau al Ijarah wa al Iqtina’.
a) Dalam pelaksanaan ijarah muntahiyah bi tamlik, perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa wajib membuat wa’ad, yaitu janji pemindahan
kepemilikan objek ijarah muntahiyah bit tamlik pada akhir masa sewa. Wa’ad
yang dibuat pemberi sewa bersifat tidak mengikat bagi penyewa dan apabila
wa’ad dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat akad
pemindahan kepemilikan.
b) Hak perusahaan pembiayaan yaitu
- Memperoleh pembayaran dari penyewa

-

Menarik objek ijarah muntahiya bi tamlik apabila penyewa tidak mampu

-

membayar sewa sebagaimana yang diperjanjikan
Pada akhir masa sewa, mengalihkan objek ijarah muntahiyah bi tamlik
kepada penyewa lain yang mampu dalam hal penyewa sama sekali tidak
mampu untuk memindahkan kepemilikan objek ijarah muntahiyah bi

tamlik atau memperpanjang masa sewa atau mencari calon penggantinya.
c) Kewajiban perusahaan pembiayaan
- menyediakan objek ijarah muntahiyah bi tamlik,
- menanggung biaya pemeliharaan objek ijarah muntahiyah bi tamlik
-

kecuali diperjanjikan lain,
menjamin objek ijarah muntahiyah bi tamlik yang disewakan tidak

terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik
d) Hak penyewa yaitu
- Menggunakan objek ijarah muntahiyah bi tamlik sesuai dengan
-

persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan
Menerima objek ijarah muntahiyah bi tamlik dalam keadaan baik dan siap

-

dioperasikan
Pada akhir masa sewa, memindahkan kepemilikan objek ijarah muntahiyah
bi tamlik, atau memperpanjang masa sewa, atau mencari calon
penggantinya dalam hal tidak mampu untuk memindahkan hak
kepemilikan atas objek ijarah muntahiyah bi tamlik atau memperpanjang

masa sewa
- Membayar sewa sesuai dengan perjanjian
e) Kewajiban penyewa yaitu
- Membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan
- Menjaga dan menggunakan objek ijarah muntahiyah bi tamlik sesuai yang
-

diperjanjikan
Tidak menyewakan kembali objek ijarah muntahiyah bi tamlik kepada

-

pihak lain
Melakukan pemeliharaan kecil (tidak material) terhadap objek ijarah

muntahiyah bi tamlik
f) objek ijarah muntahiyah bi tamlik adalah berupa barang modal yang
memenuhi ketentuang sebagai berikut:
- objek ijarah muntahiyah bi tamlik merupakan milik perusahaan
-

pembiayaan sebagai pemberi sewa
manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang
manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa

- manfaatnya tidak diharamkan oleh syariat Islam
- manfaatnya harus ditentukan dengan jelas
- spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas
g) objek ijarah muntahiyah bi tamlik antara lain
- Alat-alat berat
- Alat-alat kantor
- Alat-alat foto
- Alat-alat medis
- Alat-alat printer
- Alat-alat pengangkutan
- Mesin-mesin
- Gedung
- Computer
- Peralatan telekomunikasi atau satelit
h) Harga sewa dan cara pembayaran atas objek ijarah muntahiyah bi tamlik
ditetapkan berdasarkan kesepakatan di awal akad
i) Harga untuk opsi pemindahan objek kepemilikan ijarah muntahiyah bi tamlik
ditetapkan setelah berakhirnya masa sewa
j) Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan dibuat secara tertulis dalam
perjanjian pemindahan kepemilikan
k) Alat pembayaran berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai yang sama
dan tidak dilarang secara syariat.
l) Dalam kontrak ijarah muntahiyah bi tamlik minimal memuat hal-hal berikut
- Identitas pemberi sewa dan penyewa
- Spesifikasi objek ijarah muntahiyah bi tamlik
- Spesifikasi manfaat objek ijarah muntahiyah bi tamlik
- Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa ijarah, ketentuan
-

jaminan dan asuransi atas objek ijarah muntahiyah bi tamlik
Jangka waktu sewa
Saat penyerahan objek ijarah muntahiyah bi tamlik
Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo
Ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa
Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing
pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya objek

-

ijarah muntahiyah bi tamlik
Ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan objek ijarah muntahiyah bi
tamlik oleh perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa kepada pihak

-

lain
Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak

m) Dokumentasi dalam ijarah muntahiyah bi tamlik oleh perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa minimal meliputi
- Surat permohonan ijarah muntahiyah bi tamlik
- Surat persetujuan prinsip
- Akad ijarah muntahiyah bi tamlik
- Dokumen wa’ad
- Perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa
- Tanda terima barang
- Perjanjian pemindahan kepemilikan
b. Prosedur transaksi Leasing Syariah
1) Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purna jual atas barang.
2) Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu
barang modal dimana lessee dapat meminta lease quotation. Pihak lessor
kemudian meneliti maksud dan tujuan permohonan lessee serta meneliti
kelengkapan dokumen yang disyaratkan (permohonan tertulis, akta
perusahaan/KTP, laporan keuangan/slip gaji, NPWP). Jika dokumen yang
dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor mengirimkan letter of offer
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang
modal kepada lessee. Jika lessee setuju maka lessee menandatanganinya dan
mengembalikannya kepada pihak lessor. Pihak lessor akan meneliti dan
menganalisis informasi dan data yang diberikan dengan cara:
a) Melakukan analisis 5C (Character, capacity, Capital, Condition, dan
Collateral) untuk mengukur kemauan membayar lessee
b) Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot)
c) Meneliti ke lokasi dimana lessee punya hubungan
Hasil penelitian akan dijadikan pertimbangan apakah permohonan ditolak,
masih dipertimbangkan, atau diterima.
3) Jika permohonan lessee diterima maka pihak lessee dan lessor bertemu untuk
menandatangani perjanjian serta biaya-biaya yang harus dibayar oleh lessee.
4) Selanjutnya pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai
dengan tipe dan spesifikasi barang dan membayar sesuai perjanjian
5) Pihak suppier mengirim barang sesuai dengan surat pemesanan dan surat
bukti pembayaran kepada lessee. Selanjutnya lesse menandatangani surat
tanda terima dan perintah bayar yang diserahkan kepada supplier
6) Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan buktibukti kepemilikan barang.

7) Pembayaran oleh lessor kepada supplier
8) Pembayaran angsuran secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembangan jumlah yang
dibiayai.
2. Anjak Piutang Syariah
Anjak piutang syariah adalah transaksi pembelian dan/atau penagiahan serta pegurusan
piutang atau tagihan jangka pendek klien (penjual) kepada perusahaan anjak piutang,
kemudian akan ditagih oleh perusahaan anjak piutang kepada pembeli karena adanya
pembayaran kepada klien oleh perusahaan anjak piutang. Kegiatan pokok anjak piutang
adalah
- Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan, baik dengan cara dibeli atau dengan cara
-

lainnya sesuai dengan kesepakatan
Penagihan piutang perusahaan klien
Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan

Sedangkan, yang dimaksud dengan anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan
pitang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut
sesuai dengan prinsip syariah. Anjak piutang dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
wakalah bil ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakil) kepada pihak lain
(al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah). Perlu
ditekankan disini bahwa secara umum pengurusan piutang tersebut haruslah tidak dilakukan
dengan cara-cara yang dilarang oleh syariat. Beberapa istilah dalam transaksi anjak piutang
yang dapat ditemui secara umum yaitu
- Factor
- Client (penjual piutang/ supplier)
- Piutang
- Customer (nasabah)
- Kontrak
- Nilai pembiayaan
- Retention
- Recourse
a. Prinsip Operasional Usaha Anjak Piutang Syariah
1) Hak dan kewajiban perusahaan pembiayaan (wakil) yaitu
- Menagih piutang pengalih piutang (muwakkil) kepada pihak yang berutang
-

(muwakkal’alaih)
Dapat memperoleh ujrah atas jasa penagihan piutang pengalih piutang dalam
hal dijanjikan

-

Meminta jaminan dari pengalih piutang atau tidak meminta jaminan dari

pengalih piutang
- Membayar atau melunasi utang pihak yang berutang kepada penagih piutang
2) Hak dan kewajiban penagih piutang (muwakkil) antara lain
- Memperoleh pelunasan piutang dari perusahaan pembiayaan selaku wakil
- Membayar upah atas jasa pemindahan piutang sesuai yang dijanjikan
- Dapat menyediakan jaminan kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
-

dalam hal dijanjikan
Memberitahukan kepada pihak berutang mengenai transaksi pemindahan

piutang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil.
3) Hak dan kewajiban pihak yang berutang yaitu
- Memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi pemindahan utangnya
dari pengalih piutang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
- Membayar atau melunasi utang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
4) Piutang yang menjadi objek wakalah bil ujrah adalah piutang jangka pendek yang
jatuh temponya kurang dari satu tahun yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Piutang pengalih piutang (muwakkil) yang dipindahkan kepada perusahaan
pembiaaan selaku wakil harus dapat dipastikan oleh para pihak belum jatuh
-

tempo dan tidak dalam kategori piutang macet.
Piutang yang dialihkan bukan berasal dari transaksi yang diharamkan oleh

-

syariah Islam
Piutang pengalih piutang (muwakkil) harus dibuktikan dengan dokumen

tagihan dan dapat dipastikan keasliannya oleh para pihak.
5) Wakalah bil ujrah antara perusahaan pembiayaan selaku wakil , pengalih piutang
(muwakkil), dan pihak yang berutang (muwakkal’alaih) wajib ditetapkan secara
tertulis dalam akad wakalah bil ujrah.
6) Dalam wakalah bil ujrah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
- Identitas perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil)
-

dan pihak yang berutang
Nilai, jumlah, dan waktu jatuh tempo piutang
Ketentuan mengenai upah (jika ada)
Ketentuan jaminan yang diperoleh perusahaan pembiayaan (jika ada)
Ketentuan mengenai cara-cara pembayaran utang atau piutang oleh perusahaan

pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang dan pihak berutang
- Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
7) Dokumentasi dalam wakalah bil ujrah oleh perusahaan pembiayaan selaku wakil
minimal meliputi:
- Surat persetujuan prisip

-

Akad wakalah bil ujrah sebagai induk perjanjian
Bukti utang piutang
Surat permohonan realisasi wakalah bil ujrah.
Bukti pelunasan

b. Prosedur Transaksi Anjak Piutang Syariah
1) Supplier (klien) menjual barang atau jasa kepada pembeli (customer). Penyerahan
barang dengan D/O yang ditandatangani pembeli. Asli D/O kembali kepada
supplier.
2) Karena alasan cash flow, supplier atau klien mewakalahkan tagihannya kepada
perusahaan anjak piutang atas persetujuan pembeli (customer)
3) Klien menyerahkan data tagihan, termasuk faktur-faktur atau D/O kepada
perusahaan anjak piutang
4) Kontrak persetujuan wakalah bil ujrah tagihan antara klien dengan perusahaan
anjak piutang
5) Klien memperoleh pelunasan piutang dari perusahaan anjak piutang
6) Pada saat jatuh tempo perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepada
pembeli (customer)
7) Pelunasan utang oleh pembeli.
3. Pembiayaan Konsumen Syariah
Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan pembayaran secar angsuran. Pembiayaan konsumen termasuk
ke dalam jasa keuangan dan dapatdilakukan baik oleh bank ataupun lembaga keuangan
nonbank dalam bentuk perusahaan pembiayaan.
Sedangkan pembiayaan konsumen konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran
sesuai dengan prinsip syariah. Pembiayaaan konsumen diperlukan oleh pengguna dana
untuk memenuhi kebutuhankonsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Seperti yang telah diketahui secara umum, kebutuhan konsumsi terdiri dari
kebutuhan primer (makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, pelayanan kesehatan,
pendidikan) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang
secara kuantitatif meupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer.
a. Prinsip Operasional Pembiayaan Konsumen Syariah
1) Pembiayaan konsumen dengan akad Murabahah

Murabahah merupakan akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya secara
angsuran dengan harga lebih sebagai laba. Murabahah dilakukan berdasarkan
pesanan atau tanpa pesanan. Dalam pelaksanaan murabahah berdasarkan pesanan,
perusahaan pembiayaan sebagai penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari konsumen sebagai pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan bersifat
mengikat pihak yang berutang untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam
pelaksanaan murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat, konsumen sebagai
pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
a) Hak perusahaan pembiayaan antara lain
- Memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar harganya secara angsuran
-

sesuai yang dijanjikan
Mengambil kembali objek murabahah apabila konsumen sebagai pembeli

tidak mampu membayar angsuran sebagaimana diperjanjikan
Menentukan penyedia barang dalam pembelian objek murabahah
b) Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai penjual
- Menyediakan objek murabahah sesuai yang disepakati bersama dengan
-

konsumen sebagai pembeli
Menjamin objek murabahah tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi
c) Dalam menyediakan objek murabahah, perusahaan pembiayaan dapat
-

mewakilkan pembelian barang tersebut kepada konsumen berdasarkan prinsip
wakalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihakyang menerima kuasa (wakil)
untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
d) Hak dan kewajiban konsumen antara lain:
- Menerima objek murabahah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan
- Membayar angsuran dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan
- Mengembalikan atau menitipjualkan objek yang dibiayai
e) Objek murabahah harus memenuhi ketentuan minimal yaitu
- Dapat dinilai dengan uang
- Dapat diterima oleh konsumen
- Tidak dilarang oleh syariat Islam
- Spesifikasinya harus jelas
f) Objek murabahah antara lain
- Kendaraan bermotor
- Rumah
- Barang-barang elektronik
- Alat-alat rumah tangga bukan elektronik
- Barang konsumsi lainnya

g) Persyaratan penetapan harga barang dalam murabahah wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut
- Ketentuan harga jual ditetapkan diawal perjanjian dan tidak bolehberubah
-

selama waktu perjanjian
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara angsuran atau tunai
Diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara

-

pembayaran yang berbeda
Harga yang disepakati adalah harga jual (harga perolehan) sedangkan harga

beli harus dibertahukan kepada konsumen
h) Persyaratan penetapanuang muka (‘urbun) dalam murabahah wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut
- Perusahaan pembiayaan

diperbolehkan

meminta

konsumen

untuk

membayar uang muka (‘urbun) saat menandatangani kesepakatan awal
-

pemesanan
Dalam hal konsumen menolak untuk membeli barang tersebut, maka biaya

-

riil perusahaan pembiayaan harus dibayar dari uang muka (‘urbun) tersebut
Dalam hal nilai uang mukalebih kecil dari kegiatan perusahaan pembiayaan

dapat meminta kembali sisa ruginya kepada konsumen.
i) Persyaratan mengenai pengakhiran transaksi murabahah sebelum jatuh tempo
-

wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut
Dalam hal konsumen dalam murabahah melakukan pelunasan pembayaran
lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, perusahaan pembiayaan
diperbolehkan memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut,

-

dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad murabahah.
Besarnya ptongan sebagaimana dimaksudkan sebelumnya diserahkan pada

kebijakan dan pertimbangan perusahaan pembiayaan.
j) Apabila konsumen telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utang
dalam murabahah, maka perusahaan pembiayaan wajib menunda tagihan
utang sampai dengan konsumen ia menjadi sanggup kembali membayar
tagihan utang atau adanya penyelesaian berdasarkan kesepakatan bersama.
k) Persyaratan penetapan sanksi dalam murabahah harus sesuai ketentuan
sebagai berikut:
- Konsumen yang mampu,namun menunda-nunda pembayaran dan/atau
tidak mempunyai kemauan dan iktikad baik untuk membayar angsuran
dapat dikenai sanksi

-

Sanksi dapat berupa denda sosial, ataupun gantirugi berdasarkan atas sebab
tertundanya pembayaran dan akibat yang ditimbulakn dari penundaaan

-

tersebut
Konsumen yang tidak ataubelum mampu membayar disebabkan keadaan

memaksa tidak dapat dikenakan sanksi.
l) Dalam kontrak akad murabahah minimal memuat hal-hal berikut
- Identitas perusahaan pembiayaan dan konsumen
- Spesifikasi objek murabahah
- Harga jual, harga beli, dan cara pembayaran angsuran
- Jangka waktu
- Ketentuan jaminan dan asuransi
- Ketentuan mengenai uang muka
- Ketentuan mengenai diskon/potongan
- Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo
- Ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen yang menunda
pembayaran
- Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
m) Dokumen dalam murabahah oleh perusahaan pembiayaan minimal meliputi
- Surat persetujuan prinsip
- Surat permohonan realisasi murabahah
- Akad wakalah (bila diperlukan)
- Tanda terima uang konsumen, dalam hal perusahaan pembiayaan
mewakilkan kepada konsumen melalui wakalah
- Akad murabahah
- Perjanjian pengikatan jaminan
- Tanda terima barang
2) Pembiayaan konsumen dengan akad Salam
Salam adalah akad pembiayaan untuk pengadaaan suatu barang dengan cara
pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu yang
disepakati para pihak. Transaksi salam wajib didahului dengan akad pembiayaan
pengadaaan barang pesanan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen atas
suatu produk yang dikehendaki. Akad pembiayaan pengadaan pesanan bersifat
independen dan terpisah dengan akad salam yang dilakukan antara perusahaan
pembiayaan dan produsen.
a) Hak perusahaan pembiayaan dalam transaksi salam yaitu
- Menerima barang pesanan dalam keadaan baik dan tidak cacat sesuai
-

dengan spesifikasi yang diperjanjikan
Menerima barang pesanan pada waktu dan tempat sesuai perjanjian

-

Menerima penggantian seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan

sehubungan transaksi salam, apabila produsen sebagai penjual
Membayar barang pesanan sesuai dengan harga yang disepakati
b) Hak dan kewjiban produsen dalam transaksi salam yaitu
- Memperoleh pembayaran dimuka atas harga barang pesanan dari
-

-

perusahaan pembiayaan
Menyerahkan barang pesanan dalam keadaan baik dan tidak cacat sesuai

-

dengan spesifikasi yang dijanjikan
Menyerahkan barang pesanan pada waktu dan tempat sesuai yang

-

dijanjikan
Menanggung seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan

pembiayaan, dalam hal produsen ingkar janji
c) Barang pesanan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut
- Barang yang halal
- Dapat diakui sebagai utang
- Dapat dijelaskan spesifikasinya
- Penyerahannya dilakukan kemudianwaktu dan tempat penyerahan harus
-

ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Tidak boleh ditukar kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan

kesepakatan
d) Penyerahan barang pesanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
- Produsen harus menyerahkan barang pesanan sesuai waktunya dengan
-

kualitas dan jumlah yang disepakati
Jika produsen menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, maka

-

produsen tidak boleh meminta tambahan harga
Jika produsen menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah dan
perusahaan pembiayaan rela menerimanya, maka perusahaan pembiayaan

-

tidak boleh meminta potongan harga (diskon).
Produsen boleh menyerakan barang dengan waktu yang lebih cepat sesuai
dengan kualitas dan jumlah yang disepakati, produsen tidak boleh meminta

-

tambahan harga.
Ketika sebagian atau semua barang pesanan tidak tersedia pada saat
penyerahan atau kualitasnya lebih rendah dan perusahaan pembiayaan tidak
menerimanya, maka perusahaan memiliki dua pilihan yaitu membatalkan
kontrak dan meminta kembali pembayaran yang telah ditentukan atau
menunggu sampai barang pesanan tersedia.

e) Penetapan harga barang pesanan wajib ditetapkan sesuai kesepakatan dan
tidak boleh berubah selama masa akad
f) Pembayaran harga barang pesanan dilakukan secara penuh dan tunai oleh
perusahaan pembiayaan kepada produsen saat perjanjian disepakati
g) Dalam kontrak akad paling tidak memenuhi hal-hal berikut
- Identitas perusahaan pembiayaan dan produsen
- Spesifikasi objek
- Waktu dan lokasi penyerahan barang
- Harga barang pesanan dan cara pembayaran
- Ketentuan jaminan dan asuransi
- Jangka waktu salam
- Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing
pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya
barang pesanan
- Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
3) Pembiayaan konsumen dengan akad Istishna’
Istishna’ adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli)
dan penjual (pembuat) dengan harga yang disepakati bersama oleh para pihak. Dalam
pelaksanaan transaksi Istishna’, perusahaan pembiayaan dapat bertindak sebagai
pembeli untuk memesan kepada produsen sebagai pembuat untuk menyediakan
objek istishna’ dengan akad Istishna’. Akad Istishna’ sebagaimana dimaksud di awal
antara perusahaan pembiayaan dan produsen sebagai pembuat bersifat independen
dan terpisah dari akad Istishna’ antara perusahaan pembiayaan dan konsumen. Antara
perusahaan pembiayaan dan produsen sebagai pembuat harus dilakukan setelah akad
Istishna’ antara perusahaan pembiayaan dan konsumen atau pemesan.
a) Hak dan kewajiban pembiayaan antara lain
- Memperoleh pembayaran dari konsumen atau pemesan sebesar harga jual
-

barang secara angsuran sesuai yang dijanjikan
Mengambil kembali objek Istishna’ apabila konsumen sebagai pembeli

-

tidakmampu membayar angsuran sesuai yang dijanjikan
Menentukan produsen sebagai pembuat dalampemesanan objek Istishna’
Menyediakan objek Istishna’ sesuai dengan spesifikasi yang disepakati

dengan konsumen
- Menjamin objek Istishna’ tidak cacat/rusak atau tidak berfungsi.
b) Hak dan kewajiban produsen sebagai pembuat

-

Memperoleh pembayaran dari perusahaan pembiayaan sesuai yang

-

diperjanjikan
Menyediakan objek istishna’ sesuai dengan spesifikasi yang disepakati

bersama dengan perusahaan pembiayaan
Menjamin objek istishna tidak cacat dan berfungsi
Menyediakan objek istisna sesuai dengan waktu yang disepakati
c) Hak dan kewajiban konsumen anatara lain
- Menerima objek Istishna’ dalam keadaan baik sesuai spesifikasi dan siap
-

dioperasikan
- Menerima objek Istishna’ tepat pada waktunya
- Membayar angsuran atau biaya-biaya lain sesuai dengan kesepakatan
d) Objek Istishna’ harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
- Barang yang halal
- Dapat diakui sebagai utang
- Dapat dijelaskan spesifikasinya
- Penyerahannya dilakukan kemudian waktu dan tempat penyerahan harus
-

ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Tidak boleh ditukar kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan

-

kesepakatan
Dalam hal terdapat cacat atau tidak sesuai kesepakatan maka pemesan

memiliki hak memilih untuk melanjutkan atau membatalkan akad
e) Penetapan harga jual atas objek Istishna’ wajib ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dan konsumen sebagai pemebeli
atau pemesan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama masa
Istishna’
f) Konsumen dapat melakukan pembayaran cicilan pembiayaan objek Istishna’
atas pemesanan barang sejak akad ditandatangani atau dengan cara
pembayaran lain yang disepakati bersama
g) Dalam Istishna’ minimal memuat hal-hal berikut
- Identitas perusahaan pembiayaan dan konsumen
- Spesifikasi objek istishna’
- Waktu dan lokasi penyerahan barang
- Harga jual barang pesanan dan cara pembayaran
- Ketentuan jaminan dan asuransi
- Jangka waktu salam
- Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo
- Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing
pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya
barang pesanan

- Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
h) Dokumentasi dalam Istishna’ meliputi
- Surat kesanggupan menyelesaikan barang pesanan dari produsen sebagai
pembuat
- Surat persetujuan prinsip dari perusahaan pembiayaan
- Akad istishna’
- Perjanjian pengikatan jaminan
- Barang/objek pesanan
- Surat permohonan realisasi istishna
- Tanda terima uang dari produsen sebagai pembuat
- Tanda terima barang oleh konsumen sebagai pembeli atau pemesan
b. Prosedur Pembiayaan Konsumen Syariah
1) Pihak konsumen menghubungi perusahaan pembiayaan untuk mengajukan
pemohonan pembiayaan yang bersifat konsumtif
2) Perusahaan pembiayaan dan konsumen menyepakati kontrak sesuai dengan
kebutuhan konsumen dalam dokumen tertulis yang secara jelas menerangkan
syarat dan ketentuan yang disepakati
3) Penyerahan barang kepada konsumen sesuai dengan permohonan konsumen
4) Konsumen membayar kepada perusahaan pembiayaan sesuai dengan kesepakatan
F.

Mekanisme Audit pada Lembaga Pembiayaan Syariah
Audit Syariah pada lembaga keuangan Islam memiliki arti akumulasi dan evaluasi bukti

untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan untuk tujuan kepatuhan syariah. Audit harus dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen. Untuk melakukan audit, harus ada informasi dalam bentuk
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) dimana auditor dapat mengevaluasi informasi.
Informasi didapat dan diambil dari semua lini. Auditor syariah melakukan audit pada dua
tujuan informasi objektif (misalnya informasi keuangan pembagian keuntungan) dan informasi
subjektif (informasi syari'ah) untuk memastikan kepatuhan syari'ah lembaga keuangan syariah.
Tiga fase Audit Syariah yaitu;
1. Perencanaan
Auditor harus memahami bisnis lembaga keuangan Islam termasuk sifat kontrak yang
digunakan untuk berbagai jenis layanan keuangan syariah. Lalu, auditor syariah perlu
mengidentifikasi teknik yang tepat, sumber daya dan ruang lingkup untuk mengembangkan
program audit. Program audit kemudian akan mengidentifikasi kegiatan utama yang akan

dilakukan, tujuan dari setiap kegiatan dan teknik yang akan digunakan, termasuk teknik
sampling dalam rangka mencapai tujuan audit. Di antara teknik yang dapat digunakan
mencakup pemeriksaan makalah, wawancara, benchmarking, survei, studi kasus, diagram
alur, dsb.
2. Pemeriksaan
Tehnik audit yang tepat perlu diidentifikasi dan dipaparkan. Teknik yang tepat diperlukan
untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan baik kualitas dan kuantitas untuk
mencapai kesimpulan

yang

masuk

akal sesuai

dengan kepatuhan

syariah. Aspek-

aspek utama dari pemeriksaan di lapangan memerlukan teknik sampling. Pemeriksaan yang
lebih rinci dari dokumentasi akan diperlukan apakah metodologi sampling digunakan atau
tidak. Kertas kerja dan Catatan audit adalah dua hal paling penting dalam tahap
pemeriksaan. Tujuan kertas kerja yaitu untuk memberikan catatan sistematis pekerjaan yang
dilakukan selama audit dan merupakancatatan informasi dan fakta yang diperoleh untuk
mendukung temuan dan kesimpulan.
3. Laporan
Hasil dari pelaksanaan audit, mencakup persiapan laporan audit syariah, yang merupakan
komunikasi yang baik dari auditor kepadapara pengguna atau pembaca. Pada umumnya
laporan akan berbeda, tetapi semua harus menginformasikan para pembaca mengenai tingkat
kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan audit syariah adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional dengan
prinsip dan aturan syariah yan digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam
mengoperasikan lembaga pembiayaan syariah. Berikut adalah prosedur pengujian audit pada
lembaga pembiayaan syariah :
1. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian adalah pengujian terkait asersi-asersi laporan keuangan. Ada
lima asersi yaitu keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian
atau alokasi, dan penyajian dan pengungkapan.
2. Pengujian Subtantif
a. Prosedur Audit Awal
Auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara
informasi keuangan yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang
mendukungnya. Oleh karena itu, auditor syariah melakukan 6 prosedur audit berikut ini
dalam melakukan rekonsiliasi :
 Usut saldo

 Hitung kembali saldo akun
 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam



b.

transaksi
Usut saldo awal akun
Usut posting pendebitan akun
Lakukan rekonsiliasi akun kontrol
Prosedur Analitik
Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis

klien dan dalam menemukan bidangyang memerlukan audit lebih intensif.
c. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci
Auditor melakukan pengujian substansif terhadap transaksi rinci yang mendebit dan
pengkredit akun tertentu dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat
transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
 Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun
 Periksa pendebitan akun
 Periksa pengkreditan akun
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran dan penerimaan kas
 Periksa dokumen yang berkaitan
d. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Hal-hal yang dilakukan pada audit lembaga pembiayaan syariah secara umum yaitu meliputi :
1. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan syariah
2. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun pembiayaan.
3. Pemeriksaan distribusi profit
4. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil
5. Pengakuan beban secara accrual basis
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan dengan
bagi hasil
7. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
8. Ada tidaknya transaksi yantg mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah
Standar auditing AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) untuk audit lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar yaitu :
1. Tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing)
2. Laporan audit (auditor’s report)
3. Ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement)
4. Lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board)

5. Tinjauan syariah (shari’a review)
Pertama, tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan yaitu untuk
memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal
yang materil dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional
yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan lembaga keuangan. Kedua, terkait
laporan audit. Laporan audit harus menggambarkan antara lain :
1. Pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan keuangan dan
pengungkapan
2. Menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan laporan
keuangan
3. Mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan
4. Menilai/menaksir standar akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan keuangan
Ketiga, terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan
perjanjian. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan menegaskan
tanggung jawab aditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.
Keempat, terkait dengan shari’a supervisiory board yang intinya berisi penunjukan, komposisi
dan laporan DPS. Kelima, berkaitan dengan tinjauan syariah. Tinjauan syariah merupakan sebuah
pengujian yang luas dari kepatuhan syariah sebuah lembaga pembiayaan syariah dalam seluruh
kegiatannya. Tinjauan sebuah shari’a review adalah untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas
yang diselenggarakan dalam LPS tidak bertentangan dengan syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2002. Auditing Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Soemitra, Andri. 2016. BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Edisi 2. Jakarta:
Kencana
http://awulansari8.blogspot.co.id/2016/06/konsep-pengawasan-kerangka-audit.html
http://sebioke.blogspot.com/2014/01/audit-syariah-untuk-jasa-keuangan-islam.html