EKSPOR CRUDE PALM OIL CPO INDONESIA

TUGAS PERDAGANGAN INTERNASIONAL
EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Mirawati Yanita, S.P, MM
NIP : 1973012520060420010025017305

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Aldi Topta Fernandes ( D1B014113 )
Anggi Soraya ( D1B014062 )
Dikky Darmawan ( D1B014066 )
Khoiriyyah Al-Adawiyyah ( D1B014074 )
Fernando Silitonga ( D1B014093 )

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Indoneisa” ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu
Mirawati Yanita, S.P, MM. selaku dosen pembimbing mata kuliah Perdagangan Internasional
yang telah memberikan tugas ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perdagangan Internasional.
Penulis sangat berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ekspor CPO di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Jambi,

Februari 2017
Kelompok 1

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1-2
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ISI ................................................................................................................. 3
2.1. Perkembangan Ekspor CPO Indonesia..................................................... 3-5
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia........5-8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 9
3.2. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem
perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian sangat penting dalam

perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi mensyaratkan
bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu ukuran dari
peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Hubungan
antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan ini sudah menjadi
perhatian berbagai kalangan. Perdagangan Internasional khususnya ekspor diyakini
merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan
agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara
tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.
Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting
dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya perundinganperundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan. Sumber komoditi
ekspor Indonesia terbagi ke dalam kedua kelompok besar yaitu seperti ekspor migas
dan ekspor non-migas. Namun demikian Indonesia selama ini masih terus
mengandalkan ekspor migas berupa komoditi yang berasal dari bahan tambang yang
tidak dapat diperbaharui akan menyulitkan Indonesia untuk masa yang akan datang.
Peranan dari sisi ekspor migas makin menurun setiap tahun, sedangkan peran ekspor
non migas semakin meningkat.

Salah satu produk ekspor non migas yang berperan dalam ekspor Indonesia
ialah produk CPO. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan luar negri untuk
konsumsi dan baku energy (biofuel) terus menigkat. Sebagai salah satu komoditas
utama pada pasar minyak nabati dunia, CPO tidak terlepas dari sasaran untuk tujuan
konservasi ke produk biodiesel.

Grafik.1 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara eksportir CPO
terbesar di dunia, dimana ekspor CPO Indonesia pada tahun 2015 mencapai 25 juta Ton.
Dengan melihat kondisi ini maka para penulis tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Ekspor crude palm oil (CPO) Indoneisa”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume ekspor crude palm oil (CPO)
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk melihat gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia
2. Untuk megetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor crude
palm oil (CPO) Indonesia?

BAB II

ISI
2.1

Perkembangan Ekspor CPO Indonesia
Kelapa

sawit

merupakan

salah

satu

tanaman

perkebunan

yang


mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa
sawit antara lain memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan
masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang
menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor yang menghasilkan devisa dan
menyediakan kesempatan kerja kepada banyak orang. Pengembangan kelapa sawit di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun 1970 terutama
periode 1980-an. Semula pelaku perkebunan kelapa sawit hanya terdiri dari
Perkebunan Besar Negara (PBN) namun pada tahun yang sama pula dibuka
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola PIR
(Perkebunan Inti Rakyat) dan selanjutnya berkembang pola swadaya.
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan hasil olahan dari buah segar
kelapa sawit yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit. Produksi Indonesia
yang begitu tinggi tidak sepenuhnya dapat terserap oleh pasar domestik meskipun
jumlah konsumsi terus mengalami peningkatan. Untuk itu, kelebihan jumlah produksi
diekspor ke pasar dunia Hasil produksi CPO Indonesia digunakan untuk memenuhi
kebutuhan minyak nabati dan permintaan ekspor dari berbagai negara. Dengan
semakin meningkatnya produksi dalam negeri maka akan meningkatkan laju ekspor
CPO ke berbagai negara. Tabel 1. Merupakan tabel yang menunjukkan nilai dan
volume ekspor tahun 2008-2016.


Dari Tabel.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan produksi
CPO Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan
produksi CPO tidak diiringi dengan peningkatan volume ekspor CPO. Peningkatan
produksi CPO sendiri dipengaruhi oleh semakin luasnya lahan kebun kelapa sawit
yang ada di Indonesia, serta semakin banyaknya produsen CPO baik petani maupun
perusahaan.

Grafik.2 menunjukkan 8 provinsi di Indonesia yang menjadi sentra CPO
Indonesia, dimana Provinsi Riau merupakan provinsi yang memproduksi CPO
terbesar di Indonesia jika dibandingkan dengan 7 provinsi lainnya.
Tabel.2 Persentase Proporsi ekspor kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi (dalam juta
ton)

Dapat dilihat pada Tabel.2 bahwa volume ekspor CPO lebih mendominasi jika
dibandingkan dengan penggunaan maupun pengolahan CPO di dalam negri.
Meskipun mengalami peningkatan, pertumbuhan ekspor CPO Indonesia sangat
fluktuatif baik dalam satuan nilai ataupun volume ekspor. Hal ini disebabkan karena
permintaan CPO di pasar dunia pun berubah-ubah seiring terjadiya perubahan
permintaan pada minyak nabati lain yang menjadi substitusi utama CPO, seperti
minyak kedelai, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari. Di samping itu,

perubahan harga pada minyak bumi pun diperkirakan turut berpengaruh. Sebab,
beberapa negara importir CPO terbesar menggunakan CPO sebagai bahan baku bagi
bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi.
Adapun negara-negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India,
Belanda, Pakistan, Malaysia dan Cina. Dilain pihak, meskipun merupkan salah satu
penghasil CPO terbesar di dunia, Malaysia tetap mengimpor CPO dari Indonesia
dalam rangka memenuhi kebutuhan industri hilir dalam negrinya.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia
Pertumbuhan ekspor CPO Indonesia dipandang sudah cukup baik. Hanya saja,
untuk dapat bersaing di pasar dunia dan menjadi produsen sekligus eksportir CPO
terbesar diperlukan upaya yang cukup berat mengingat masih banyak kendala yang
harus dihadapi, baik itu kendala ekonomis maupun non-ekonomis. Sejumlah
pengusaha kelapa sawit baik yang bergerak dalam bisnis pengolahan maupun usaha

ekspor mengeluhkan beberapa kendala, mulai dari kondisi perkebunan kelapa sawit
itu sendiri, penerapan pajak ekspor oleh pemerintah, keterbatasan akan modal usaha,
hingga masalah rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha. Kapasitas produksi
kelapa sawit di Indonesia dinilai belum cukup maksimal. Hal ini diperkirakan terjadi
karena banyaknya kondisi perkebunan yang telah melampaui usia produktif dan

minimnya perolehan bibit unggul dan pupuk. Akan tetapi hal ini dapat diatasi apabila
para pengusaha melakukan investasi yang lebih besar dalam upaya peremajaan dan
perluasan lahan, dan juga penyediaan bibit unggul dan pupuk yang selama ini
dibutuhkan.
Di sisi lain, sedikitnya penyaluran kredit di bidang pertanian, khusunya di
sektor perkebunan kelapa sawit ini pun turut mempengaruhi besarnya ekspor CPO.
Di tahun 2005 saja, rata-rata jumlah kredit pertanian hanya sebesar 5.94 % dari total
kredit nasional. Itu berarti, ketersediaan modal kerja untuk jangka panjang sangatlah
terbatas. Sedikit sulit bagi pengusaha kelapa sawit untuk dapat meningkatkan
kapasitas produksinya, hingga pada akhirnya jumlah ekspor pun bisa menurun.
Hambatan lain yang dihadapi oleh pengusaha maupun eksportir adalah rumitnya
birokrasi, khususnya menyangkut hal perizinan usaha atau proses ekspor. Tidak
sedikit terjadi pungutan retribusi yang dilakukan oleh petugas terkait, yang pada
akhirnya akan menambah biaya dan mengakibatkan harga kelapa sawit Indonesia
kurang kompetitif. Di sisi lain, isu lingkungan atau eco-labelling pun turut menjadi
penghambat bagi peningkatan ekspor CPO Indonesia. Beberapa negara maju seperti
negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat saat ini menjadi sangat efektif dalam
mengimpor komoditas ini. Mereka tidak menginginkan terjadinya perusakan hutan
yang kemudian dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit. Saat ini negaranegara kawasan Eropa menggalakkan Black Campaign dimana kampanye ini
mengatakan atau menyatakan bahwa Crude Palm Oil dari Indonesia merupakan CPO

yang tidak ramah lingkungan. Black campaign terhadap CPO Indonesia di Eropa
menyebabkan pemerintah Indonesia memfokuskan ekspor ke pasar Asia. Kendala
dan hambatan-hambatan diatas merupakan faktor-faktor yang dapat mengurangi
volume ekspor CPO Indonesia namun Kebutuhan Eropa terhadap minyak nabati
masih tinggi sehingga ekspor CPO Indonesia masih akan mendominasi pasar CPO
Uni Eropa.
Untuk memasuki pangsa pasar ekspor CPO di Uni Eropa, Uni Eropa
menanggapinya dengan mewajibkan eksportir CPO memberikan label RSPO
maupun ISPO kepada produk CPO-nya. RSPO adalah Roundtable on Sustainable
Palm Oil (RSPO) adalah asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai

sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor, industri
manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang bertujuan
mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak
sawit berkelanjutan, sedangkan ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk
meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut
berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen untuk mengurangi gas rumah kaca
serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan, dengan prinsip


ISPO

merupakan standar nasional minyak sawit pertama bagi suatu negara, dan negara lain
kini mencoba mempertimbangkan untuk mengimplementasikan standar serupa di
antara produsen minyak sawit.
Kebijakan pemerintah mengenai pajak ekspor CPO juga mempengaruhi
volume dan nilai ekspor CPO Indonesia. Kebijakan pajak ekspor yang ditetapkan
atas komoditas CPO dan turunannya dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri minyak goreng dan menjaga
stabilitas harga minyak goreng di dalam negri. Hal ini dilakukan mengingat minyak
goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, sehingga pemerintah
merasa perlu melakukan kebijakan terkait dengan kestabilan supply dan harga di
dalam negri. Dampak penerapan pajak ekspor CPO di Indonesia tidak saja dirasakan
oleh para eksportir, tetapi juga oleh para petani sawit. Kenaikan beban ini akan
menurunkan daya saing ekspor CPO Indonesia di pasar dunia.
Agar tetap dapat bersaing dengan harga yang kompetitif, produsen
meminimisasi biaya dengan menekan harga beli tandan buah segar dari para petani
sawit. Karena itulah, pajak ekspor ini justru lebih memberatkan para petani
dibanding eksportir CPO itu sendiri. Pembebanan pajak ekspor tersebut akan
menyebabkan harga di konsumen luar negeri akan menjadi lebih tinggi, sehingga
permintaan akan CPO dari luar negeri akan berkurang, yang tentunya akan
mengurangi volume ekspor CPO Indonesia ke negara lain. Berkurangnya volume
ekspor ke negara lain akan menyebabkan bertambahnya supply CPO dalam negeri.
Bertambahn ya supply CPO dalam negeri akan menjaga kestabilan harga CPO
domestik atau bahkan akan menurunkan harga CPO dalam negeri. Rendahnya harga
jual CPO dalam negeri juga akan mempengaruhi produsen CPO, petani kelapa sawit
akan mengurangi produksinya dengan cara mengurangi lahan budidaya kelapa
sawitnya dan menggantinya dengan tanaman lain, turunnya luas area yang digunakan
untuk budidaya kelapa sawit akan menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit,
yang pasti juga akan berdampak pada menurunnya produksi CPO. Menurunnya

harga CPO, akan memberikan manfaat bagi konsumen dan masyarakat secara umum,
karena turunnya harga CPO, tentunya akan berdampak pada turunnya harga minyak
goreng di tingkat konsumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan
kebijakan pajak ekspor akan merugikan petani kelapa sawit dan menguntungkan
konsumen. Kebijakan pajak ekspor akan mengurangi surplus produsen dan
menambah surplus konsumen. Pajak adalah hambatan perdagangan internasional
berupa cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangkan lintasbatas teritorial. Pemberlakuan pajak oleh negara besar atau negara yang
perekonomiannya cukup kuat sehingga mampu mempengaruhi perdagangan
internasional akan menurunkan tingkat kesejahteraan negara yang bersangkutan
secara agregat karena menurunnya volume perdagangan. Namun dalam waktu yang
bersamaan pajak ekspor juga meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan nilai
tukar perdagangan. Sementara pemberlakuan pajak ekspor pada negara kecil akan
menurunkan volume perdagangan, namun nilai tukar perdagangannya konstan.
Indoenesia sebagai Negara berkembang tentunuya terpengaruh terhadap pajak ekspor
dimana beberapa Negara juga membuat adanya kebijakan pajak tambahan bagi
Negara yang tidak memiliki ISPO.
Kurs juga dapat mempengaruhi nilai maupun volume ekspor CPO Indonesia
dimana jika mata uang negara eksportir mengalami depresiasi atau penurunan nilai
mata uang, maka barang-barang domestik akan dinilai relatif lebih murah dibanding
harga barang luar negeri, sehingga konsumsi domestik terhadap barang luar negeri
akan berkurang dan permintaan ekspor terhadap barang atau komoditi domestik akan
meningkat. Sebaliknya, jika rupiah mengalami apresiasi, maka barang-barang
domestik akan dinilai relatif lebih mahal dibanding harga barang-barang luar negeri.
Konsumsi domestik terhadap barang-barang luar negeri akan meningkat, sehingga
volume ekspor berkurang. Keadaan indoensia yang kurs mata uangnya terkadang
tidak stabil tentunya memiliki pengaruh terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan

ekspor CPO

Indonesia

mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang cukup baik dan fluktuatif, baik dalam satuan
nilai ataupun volume ekspor. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ekspor CPO
Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan konsumsi atau penggunaan CPO di
dalam negri. Negara tujuan ekspor utama CPO Indonesia diantaranya adalah
malaysia, cina, india, pakistan dan belanda. Volume dan nilai ekspor CPO itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nilai kurs, adanya kebijakan
pemerintah mengenai pajak ekspor, adanya black campaign berupa isu lingkungan
dari Uni eropa, kondisi perkebunan kelapa sawit itu sendiri, keterbatasan akan modal
usaha, hingga masalah rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha.
3.2 Saran
Diharapkan dalam membuat kebijakan mengenai ekspor CPO pemerintah juga
harus memikirkan kesejahteraan para petani sawit dan tidak memberatkan para
petani yang mengekspor CPO, lalu setiap perusahaan atau petani sawit sudah
mendapatkan sertifikasi ISPO dan RSPO agar CPO yang mereka hasilkan dapat
diterima di pasar luar negri. Lalu dalam mengekspor CPO sebaiknya bukan hanya
dalam produk mentah saja tetapi sudah harus menjadi produk turunan atau produk
hilir, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dan menambah masukan
devisa negara yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Aini,

Ratu.

“Data

CPO

Indonesia”.

17

Februari

2017.

https://www.scribd.com/doc/308070304/Statistik-Sawit-Indonesia-2013-2015?
ad_group=&campaign=Skimbit
%2C+Ltd.&content=10079&irgwc=1&keyword=ft500noi&medium=affiliate&source
=impactradius#
Banyu, Danang. “Kebijakan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia” 20 Februari 2017.
https://danangbanyu.wordpress.com/2015/03/16/kebijakan-ekspor-minyak-kelapasawit-cpo-indonesia-2013/
Bps. “Data Ekspor CPO” 17 Februari 2017. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/54
Katadata.

“Negara

tujuan

utama

ekspor

CPO”

20

Februari

2017 .

http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/03/5-negara-tujuan-utama-eksporcpo-indonesia-2004-2014
Lisa, Dwi. “Analisis Daya Saing dan Faktor-Fakator Yang Mempengaruhi Ekspor
CPO

Ke

India

Dan

Belanda”

17

Februari

journal.unja.ac.id/index.php/JES/article/download/1882/pd
Murni, Asfia. 2014. Ekonomi Makro. Yogjakarta: Refika Aditama

2017.

online-