S PEK 1205295 Chapter3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Adapun subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Pasundan 2 Bandung yaitu kelas
X5, X7 dan X8.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.
Menurut Sukardi (2003, hlm.179) metode kuasi eksperimen adalah metode penelitian
yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan
kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Metode ini diharapkan dapat mengungkapkan perbedaan kemampuan berpikir
analisis antara siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe debat,
siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe group grid dan siswa
yang menggunakan metode ceramah.
3.3 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah counterbalanced design.
Dalam desain ini terdapat tiga kelompok dan setiap kelompok diberi perlakuan tiga
kali, kemudian diberi post test untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir
analisis antar kelompok siswa yang diberi perlakuan. Secara lebih jelas bisa
digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Group I
X1
O
X2
O
X3
O
Group II
X2
O
X3
O
X1
O
Group III
X3
O
X1
O
X2
O
Gambar 3. 1 Desain Penelitian
(Fraenkel dkk, 2013, hlm.275)
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Keterangan:
X1
: Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe debat
X2
: Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe group grid
X3
: Perlakuan menggunakan metode ceramah
O
: Post test
3.4 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan model
collaborative learning merupakan variabel bebas sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Tabel 3.1 memaparkan
operasionalisasi variabelnya.
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Teoritis
Definisi Operasional
Perlakuan
berupa
model
collaborative
learning tipe
debat.
Perlakuan merupakan
perbuatan yang
dikenakan kepada atau
terhadap sesuatu atau
orang.
(Poerwadarminta,
2005, hlm.651)
Model collaborative
learning tipe debat
adalah kegiatan adu
argumentasi antara
dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan
maupun kelompok,
dalam mendiskusikan
dan memutuskan
masalah dan
perbedaan. Kegiatan
ini secara aktif
melibatkan semua
peserta tidak hanya
pelaku debat.
(Silberman, 2010,
hlm.136)
Perbuatan berupa model collaborative
learning tipe debat kepada kelas
eksperimen 1 pada perlakuan pertama,
kelas eksperimen 2 pada perlakuan kedua,
dan pada kelas eksperimen 3 pada
perlakuan ketiga yang dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi kelompok peserta
debat menjadi empat kelompok, dua
kelompok berperan sebagai pro dan
dua kelompok lainnya berperan
sebagai kontra.
2) Guru meminta siswa membaca materi
yang akan didebatkan.
3) Guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat
itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra.
4) Guru menulis inti/ide daris setiap
pembicaraan dipapan tulis.
5) Guru menambah konsep atau ide yang
belum terungkap.
6) Siswa membuat kesimpulan.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Perlakuan
berupa
model
collaborative
learning tipe
group grid.
Perlakuan merupakan
perbuatan yang
dikenakan kepada atau
terhadap sesuatu atau
orang.
(Poerwadarminta,
2005, hlm.651)
Model collaborative
learning tipe group
grid adalah tipe yang
membantu siswa
mengingat informasi
melalui memilah
potongan-potongan
informasi dengan
menempatkannya
dalam sel-sel kosong
dari sebuah kisi,
membantu siswa
menyerap informasi
baru dan melatih siswa
untuk menganalisa
materi belajarnya.
(Barkley, 2012, hlm.
319)
Perbuatan berupa model collaborative
learning tipe group grid kepada kelas
eskperimen 1 pada perlakuan kedua, kelas
eksperimen 2 pada perlakuan pertama,
dan kelas eksperimen 3 pada perlakuan
ketiga yang dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi empat
kelompok
2) Guru membagikan lembar kisi kosong
kepada masing-masing kelompok.
3) Guru memberikan daftar item
informasi yang belum tersusun
kepada siswa.
4) Kelompok mengisi sel-sel kosong
yang ada pada kisi.
5) Kelompok memberikan uraian pada
item yang sudah dianggap sesuai.
6) Kelompok mempresentasikan temuan
mereka.
7) Siswa menyimpulkan tentang materi
yang telah dibahas.
Kemampuan
berpikir
analisis.
Berpikir analisis
merupakan proses
yang melibatkan
proses memecahmecah materi menjadi
bagian-bagian kecil
dan menentukan
bagaimana hubungan
antara bagian dan
antara setiap bagian
dan struktur
keseluruhannya.
Krathwohl (dalam
Winarti, 2015, hlm.21)
Nilai post test kemampuan berpikir
analisis pada kelas eksperimen 1, kelas
eksperimen 2, dan kelas eksperimen 3
dengan indikator:
1) Analisis tentang bagian-bagian
- Mengenali asumsi-asumsi yang
tidak dinyatakan secara eksplisit
- Memberikan ciri-ciri, berdasar
fakta dari pernyataan normatif
- Membeda-bedakan antara
mekanisme-mekanisme
- Memberikan ciri-ciri sebab akibat
atau hubungan-hubungan dari
urutan lain
- Memberikan ciri-ciri suatu
pernyataan kesimpulan
- Menelaah hubungan-hubungan
pernyataan-pernyataan dalam satu
argumentasi
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
2) Analisis tentang hubungan-hubungan
- Mengenali hubungan timbal balik
di antara ide-ide dalam suatu
kutipan teks pendek
- Mengenali seluk-beluk penetapan
suatu keputusan yang relevan
- Memberi ciri-ciri dari sebabakibat atau hubungan-hubungan
dari urutan-urutan logis
- Menelaah hubungan-hubungan
pernyataan-pernyataan dalam satu
argumentasi
- Memberi ciri-ciri pernyataan yang
relevan dan yang tidak
3) Analisis prinsip-prinsip
pengorganisasian
- Memahami makna dan mengenali
wujud serta pola artistik dalam
kesusastraan
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa menggunakan instrumen
tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal pada masing-masing
perlakuan.
Langkah-langkah sistematis dari penyusunan instrumen dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan
tujuan pembelajaran.
b. Membuat kisi-kisi tes.
c. Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi.
d. Melakukan uji coba tes.
e. Melakukan uji kualitas tes (validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda).
f. Merevisi/memperbaiki tes.
g. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1 Uji Validitas
Validitas item dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial
dengan rumus sebagai berikut:
√
r pbi =
(Sudijono, 2011, hlm.185)
Keterangan:
r pbi
= Koefisien korelasi biserial
Mp
= Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab betul.
Mt
= Rata-rata skor total
St
= Standar Deviasi dari skor total
p
= Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya
Menggunakan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya. Interpretasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika rhitung > rtabel, maka item soal tersebut valid.
Tabel 3.2 memaparkan hasil dari perhitungan uji coba validitas instrumen tes.
Tabel 3. 2
Uji Validitas Item
1
Soal Pertemuan
ke-1
(r pbi)
0.626
2
0.554
No
Soal
Valid
Soal Pertemuan
ke-2
(r pbi)
0.685
0.37
Valid
Soal Pertemuan
ke-3
(r pbi)
0.434
0.35
Valid
0.479
0.37
Valid
0.289
0.31
0.508
0.37
Valid
0.553
0.31
Valid
0.58
0.31
Valid
0.496
0.31
Valid
r tabel
Kriteria
0.35
r
Kriteria
tabel
r tabel
Kriteria
0.31
Valid
Tidak
Valid
3
0.251
0.35
Tidak
Valid
4
0.426
0.35
Valid
0.327
0.37
5
-0.151
0.35
Tidak
Valid
-0.252
0.37
6
0.382
0.35
Valid
0.422
0.37
Valid
-0.645
0.31
7
0.494
0.35
Valid
-0.218
0.37
Tidak
0.438
0.31
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak
Valid
Valid
38
Valid
8
-0.08
0.35
9
0.68
0.35
Tidak
Valid
Valid
10
0.68
0.35
11
0.632
12
0.517
0.37
Valid
0.459
0.31
Valid
0.52
0.37
0.508
0.31
Valid
Valid
-0.387
0.37
0.378
0.31
Valid
0.35
Valid
-0.218
0.37
0.346
0.31
Valid
0.357
0.35
0.509
0.37
0.538
0.31
Valid
13
-0.366
0.35
0.428
0.37
Valid
0.466
0.31
Valid
14
0.397
0.35
Valid
Tidak
Valid
Valid
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.386
0.37
Valid
0.332
0.31
Valid
15
0.417
0.35
Valid
0.47
0.37
Valid
0.311
0.31
Valid
16
0.672
0.35
Valid
0.602
0.37
Valid
0.657
0.31
Valid
17
0.651
0.35
0.374
0.37
Valid
0.359
0.31
18
0.255
0.35
0.371
0.37
Valid
0.036
0.31
19
0.698
0.35
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.602
0.37
Valid
0.438
0.31
Valid
Tidak
Valid
Valid
20
0.657
0.35
0.552
0.37
Valid
0.359
0.31
Valid
21
0.211
0.35
0.552
0.37
Valid
0.409
0.31
Valid
22
0.26
0.35
0.504
0.37
Valid
0.383
0.31
Valid
23
-0.437
0.35
0.371
0.37
Valid
0.458
0.31
Valid
24
0.305
0.35
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.602
0.37
Valid
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan validitas hasil uji coba item, untuk soal pertemuan ke-1 item no
3, 5, 8, 13, 18, 21, 22, dan 23 dinyatakan tidak valid. Soal no 5, 8, 13, dan 23 akan
dibuang, sedangkan soal no 3, 18, 21, dan 22 dalam tahap perbaikan. Sehingga
jumlah soal yang dipakai untuk penelitian pada pertemuan ke-1 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-2 item no 5, 7, 10, 11
dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai
untuk penelitian pada pertemuan ke-2 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-3 item no 2, 6, 18
dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai
untuk penelitian pada pertemuan ke-3 berjumlah 20 soal.
Sehingga ke 20 soal dalam masing-masing pertemuan layak untuk dijadikan
alat ukur penelitian selanjutnya.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2013, hlm.221). Instrumen yang dapat
dipercaya atau reliabel akan menghasilkan hasil data yang akurat serta juga dapat
dipercaya, dalam hal ini instrumen tes akan bernilai tetap dan sama jika instrumen
tersebut diberikan di berbagai kesempatan (sesuai dengan kenyataan). Untuk
mengetahui reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini, menggunakan rumus
Spearman – Brown, yaitu:
r 11 =
(Arikunto, 2013, hlm.223)
Keterangan:
r 11
= Reliabilitas instrumen
r 1/21/2 = r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrument.
Menggunakan intrepetasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, intrepetasinya dijelaskan pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Interpretasi Nilai r untuk Uji Reliablitas
Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0.81 – 1.0
Sangat Tinggi
Antara 0.6 – 0.8
Tinggi
Antara 0.4 – 0.6
Cukup
Antara 0.2 – 0.4
Rendah
Antara 0 – 0.2
Sangat rendah
Sumber: Arikunto, 2010, hlm.214
Dari hasil perhitungan reliabilitas uji coba item tes maka diperoleh hasil yang
diringkas pada tabel 3.4.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Tabel 3. 4
Uji Reliabilitas Instrumen
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r 11
0.677
0.639
0.709
Kriteria
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan hasil reliabilitas menunjukkan bahwa instrument penelitian soal
eksperimen 1 memiliki reliabilitas yang tinggi, dengan angka 0.677, soal eksperimen
2 sebesar 0.639 dan soal eksperimen 3 sebesar 0.709 artinya semua soal dalam
penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.7 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk memperoleh instrumen yang baik dalam hal ini dalam bentuk soal, maka
disamping soal memiliki kriteria valid dan reliabel, perlu juga dianalisis tingkat
kesukaran soalnya. Adapun rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah sebagai
berikut:
P=
(Arikunto, 2009, hlm.208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar
= Jumlah siswa yang mengikuti tes
Menggunakan intrepetasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, intrepetasinya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Tabel 3. 5 Kriteria Tingkat Kesukaran
Besarnya Nilai P
Klasifikasi
0,70 ≤ P ≤ 1,00
Mudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70
Sedang
0,00 ≤ P ≤ 0,30
Sukar
Sumber: Arikunto, 2009, hlm.208
Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Dari
perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil yang diringkas melalui Tabel 3.6
Tabel 3. 6
Uji Tingkat Kesukaran
Soal
Mudah
%
Sedang
%
Sukar
%
Pertemuan ke-1
9
37.5
11
45.8
4
16.7
Pertemuan ke-2
11
41.7
11
45
2
8.3
Pertemuan ke-3
7
30.43
2
8.7
14
60.87
Sumber: lampiran B
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-1 yang membahas materi uang
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada
soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 37.5% termasuk ke dalam kriteria mudah,
45.8% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 16.7% termasuk kedalam tingkat
kesukaran sukar.
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-2 yang membahas materi bank
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada
soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 41.7% termasuk ke dalam kriteria mudah,
50% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 8.3% termasuk kedalam tingkat
kesukaran sukar.
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-3 yang membahas materi
kebijakan moneter menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar,
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
sedang, mudah. Pada soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 30.43% termasuk
ke dalam kriteria mudah, 8.7% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 60.87%
termasuk kedalam tingkat kesukaran sukar.
3.8 Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2009, hlm.211) daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Adapun rumus yang digunakan untuk analisis daya pembeda adalah sebagai
berikut:
D=
(Arikunto, 2009, hlm.213)
Keterangan:
D = Daya pembeda
JA = Jumlah siswa kelompok atas
Jb = Jumlah siswa kelompok bawah
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar.
Menggunakan intrepetasi kriteria terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, interpretasinya dijelaskan melalui Tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval
Kriteria
DP ≤ 0,00
Sangat jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70
Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00
Sangat baik
Sumber: Arikunto, 2009, hlm.218
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Tabel 3. 8
Uji Daya Pembeda soal
Soal
Sangat
Jelek
%
Jelek
%
Cukup
%
Baik
%
Sangat
Baik
%
Pertemuan ke-1
4
16.73
-
-
4
16.67
5
20.8
11
45.8
Pertemuan ke-2
4
16.67
-
-
-
-
11
45.83
9
37.5
Pertemuan ke-3
1
4.35
1
4.35
1
4.35
13
56.52
7
30.43
Sumber: Lampiran B
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa
45.8% termasuk dalam kategori sangat baik, 20.8% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, 16.67% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, dan 16.73%
termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa
37.5% termasuk dalam kategori sangat baik, 45.83% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, dan 16.67% termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa
30.43% termasuk dalam kategori sangat baik, 56.52% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, 4.35% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, 4.35% termasuk
kedalam daya pembeda jelek, dan 4.35% termasuk kedalam daya pembeda sangat
jelek.
3.9 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran
menjadi data yang dapat diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan arahan untuk
mengkaji lebih lanjut. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data post test
kemampuan berpikir analisis. Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data
dengan rincian sebagai berikut:
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
a. Menghitung skor mentah dari hasil tes
Penskoran tes pilihan ganda dilkakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran. Skor setiap siswa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
S=R
(Sudijono, 2011, hlm.303)
Keterangan:
S = Skor yang dicari
R = Jumlah jawaban betul
b. Mengubah skor mentah menjadi nilai
Setelah skor mentah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengubah skor
mentah menjadi nilai standar. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi
nilai dalam penelitian ini mengacu pada Penilaian Acuan Norma (PAN).
Menurut Sudijono (2011, hlm.322) penilaian beracuan kelompok ini
mendasarka diri pada asumsi sebagai berikut:
1. Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, akan selalu
didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok kurang.
2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative
(=relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu,
yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”
ataukah di “bawah”
Apabila dalam penelitian nilai standar digunakan standar relatif, maka prestasi
kelompok itu dicari atau dihitung dengan menggunakan identik rata-rata hitung
(=arithmetic mean), dengan rumus sebagai berikut:
=
∑
Disamping mencari arithmetic mean perlu dipertimbangkan variasi atau
variabilitas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat homogenitas dan heterogenitas,
yaitu dengan mengubah standar deviasi. Rumusnya adalah:
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
=√
∑
(Sudijono, 2011, hlm.327)
Setelah diperoleh besarnya nilai rata-rata hitung dan besarnya standar deviasi
dari hasil tes, selanjutnya skor-skor mentah hasil tes dikonversi atau diubah menjadi
nilai standar.
3.10 Teknik Analisis data
Setelah dilakukan pengolahan data dengan mendapatkan nilai dari masingmasing kelas, kemudian dilakukan analisis data. Adapun langkah analisis data
tersebut sebagai berikut:
a. Mencari nilai minimum dari nilai standar yang dihasilkan.
b. Mencari nilai maksimum dari nilai standar yang dihasilkan.
c. Menghitung nilai rata-rata atau Mean Ideal (MI) dari nilai standar yang
dihasilkan.
MI = x SMI
d. Menghitung Standar Deviasi (SD) dari nilai standar yang dihasilkan.
SDI = x MI
e. Uji Gain
Dalam penelitian ini uji gain yang digunakan adalah normal gain. Menurut
Nurramdani (2012, hlm.62) normal gain digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran dilaksanakan. Rumus normal gain
menurut Meltzer (dalam Nurramdani, 2012, hlm.62) adalah:
Normal gain =
Karena dalam penelitian ini tidak ada pre test, maka uji gain dilakukan antar
kelas eksperimen.
Efektifitas normal gain didasarkan pada klasifikasi pada Tabel 3.9.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Tabel 3. 9 kategori Interpretasi Normal Gain
Normal Gain
>0.7
0.3-0.7
0,05, maka data berdistribusi normal
b. Jika level signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji kesamaan varians adalah uji dalam analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah kelas-kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau tidak.
Dikatakan homogen jika kelas mempunyai varian yang sama.
Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians adalah
sebagai berikut.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
H0
= Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1
= Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji homogenitas dilakukan dengan uji lavene dengan taraf signifikansi 5%.
Adapun kriteria lengkapnya sebagai berikut.
a. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
b. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0
diterima.
Uji hipotesis pada penelitian ini didasarkan pada data peningkatan kemampuan
berpikir analisis. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji tindependen dua arah, uji ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata
(mean) yang terdapat pada program pengolahan data. Apabila data tes berdistribusi
normal dan homogen, maka dikaji menggunakan statistik parametric yaitu uji t-test
independen, dengan rumus:
√
∑
∑
(Arikunto, 2006, hlm.311)
Keterangan:
M
= Nilai rata-rata hasil perkelompok
N
= Jumlah peserta didik
x
= Deviasi setiap nilai X1 dan X2
y
= Deviasi setiap nilai Y1 dan Y2
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t tes dua sisi, berikut
tahapannya:
a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1 – 1) + (N2 – 1).
b. Melihat tabel distribusi untuk tes dua arah pada taraf signifikansi tertentu.
c. Bila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Berikut hipotesis statistiknya:
Perlakuan pertama
1) H0: µ cl,d = µ cl,gg // H0: µ cl,d - µ c,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,d ≠ µcl,gg // H0: µ cl,d - µ c,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama.
2) H0: µ cl,gg = µ c // H0: µ gg - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,gg ≠ µc // H0: µ cl,gg - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan pertama.
3) H0: µ cl,d = µ c // H0: µ cl,d - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,d ≠ µc // H0: µ cl,d - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan metode
ceramah pada perlakuan pertama.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Perlakuan kedua
4) H0: µ cl,gg = µ c // H0: µ cl,gg - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan metode ceramah pada perlakuan kedua.
H1: µ cl,gg ≠ µc // H0: µ cl,gg - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan kedua.
5) H0: µ c = µ cl,d // H0: µ c - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µ c ≠ µcl,d // H0: µ c - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
debat pada perlakuan kedua.
6) H0: µ cl,gg = µ cl,d // H0: µ cl,gg - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µ cl,gg ≠ µcl,d // H0: µ cl,gg - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
Perlakuan ketiga
7) H0: µ c = µ cl,d // H0: µ c - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe debat pada perlakuan ketiga.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
H1: µ c ≠ µcl,d // H0: µ c - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
debat pada perlakuan ketiga.
8) H0: µ cl,d = µ cl,gg // H0: µ cl,d - µ cl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µ cl,d ≠ µcl,gg // H0: µ cl,d - µ cl,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
9) H0: µ c = µ cl,gg // H0: µ c - µ cl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µ c ≠ µcl,gg // H0: µ c - µ cl,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
group grid pada perlakuan ketiga.
3.11 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, dan pelaporan penelitian. Berikut penjelasannya dapat dilihat
memalui Gambar 3.2.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Persiapan
Pra Penelitian
Masalah
Analisis SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Menentukan desain penelitian:
Counterbalanced dan menentukan
kelas
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
pembelajaran
Penyusunan Tes Kemampuan Berpikir Analisis
Uji Kualitas Tes (Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran,
Daya Beda), Revisi
Pelaksanaan Pembelajaran
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 1)
Post Test
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 1)
Post Test
G
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 1)
G
Post Test
G
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.1, Perlakuan 2)
Post Test
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 2)
G
Post Test
G
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.2, Perlakuan 2)
Post Test
G
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 3)
Post Test
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 3)
G
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 3)
Post Test
G
Post Test
G
Pengolahan Data
Kesimpulan
Analisis Data dan Uji Hipotesis
Gambar 3. 2 Prosedur Penelitian
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Adapun subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Pasundan 2 Bandung yaitu kelas
X5, X7 dan X8.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.
Menurut Sukardi (2003, hlm.179) metode kuasi eksperimen adalah metode penelitian
yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan
kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Metode ini diharapkan dapat mengungkapkan perbedaan kemampuan berpikir
analisis antara siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe debat,
siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe group grid dan siswa
yang menggunakan metode ceramah.
3.3 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah counterbalanced design.
Dalam desain ini terdapat tiga kelompok dan setiap kelompok diberi perlakuan tiga
kali, kemudian diberi post test untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir
analisis antar kelompok siswa yang diberi perlakuan. Secara lebih jelas bisa
digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Group I
X1
O
X2
O
X3
O
Group II
X2
O
X3
O
X1
O
Group III
X3
O
X1
O
X2
O
Gambar 3. 1 Desain Penelitian
(Fraenkel dkk, 2013, hlm.275)
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Keterangan:
X1
: Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe debat
X2
: Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe group grid
X3
: Perlakuan menggunakan metode ceramah
O
: Post test
3.4 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan model
collaborative learning merupakan variabel bebas sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Tabel 3.1 memaparkan
operasionalisasi variabelnya.
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Teoritis
Definisi Operasional
Perlakuan
berupa
model
collaborative
learning tipe
debat.
Perlakuan merupakan
perbuatan yang
dikenakan kepada atau
terhadap sesuatu atau
orang.
(Poerwadarminta,
2005, hlm.651)
Model collaborative
learning tipe debat
adalah kegiatan adu
argumentasi antara
dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan
maupun kelompok,
dalam mendiskusikan
dan memutuskan
masalah dan
perbedaan. Kegiatan
ini secara aktif
melibatkan semua
peserta tidak hanya
pelaku debat.
(Silberman, 2010,
hlm.136)
Perbuatan berupa model collaborative
learning tipe debat kepada kelas
eksperimen 1 pada perlakuan pertama,
kelas eksperimen 2 pada perlakuan kedua,
dan pada kelas eksperimen 3 pada
perlakuan ketiga yang dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi kelompok peserta
debat menjadi empat kelompok, dua
kelompok berperan sebagai pro dan
dua kelompok lainnya berperan
sebagai kontra.
2) Guru meminta siswa membaca materi
yang akan didebatkan.
3) Guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat
itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra.
4) Guru menulis inti/ide daris setiap
pembicaraan dipapan tulis.
5) Guru menambah konsep atau ide yang
belum terungkap.
6) Siswa membuat kesimpulan.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Perlakuan
berupa
model
collaborative
learning tipe
group grid.
Perlakuan merupakan
perbuatan yang
dikenakan kepada atau
terhadap sesuatu atau
orang.
(Poerwadarminta,
2005, hlm.651)
Model collaborative
learning tipe group
grid adalah tipe yang
membantu siswa
mengingat informasi
melalui memilah
potongan-potongan
informasi dengan
menempatkannya
dalam sel-sel kosong
dari sebuah kisi,
membantu siswa
menyerap informasi
baru dan melatih siswa
untuk menganalisa
materi belajarnya.
(Barkley, 2012, hlm.
319)
Perbuatan berupa model collaborative
learning tipe group grid kepada kelas
eskperimen 1 pada perlakuan kedua, kelas
eksperimen 2 pada perlakuan pertama,
dan kelas eksperimen 3 pada perlakuan
ketiga yang dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi empat
kelompok
2) Guru membagikan lembar kisi kosong
kepada masing-masing kelompok.
3) Guru memberikan daftar item
informasi yang belum tersusun
kepada siswa.
4) Kelompok mengisi sel-sel kosong
yang ada pada kisi.
5) Kelompok memberikan uraian pada
item yang sudah dianggap sesuai.
6) Kelompok mempresentasikan temuan
mereka.
7) Siswa menyimpulkan tentang materi
yang telah dibahas.
Kemampuan
berpikir
analisis.
Berpikir analisis
merupakan proses
yang melibatkan
proses memecahmecah materi menjadi
bagian-bagian kecil
dan menentukan
bagaimana hubungan
antara bagian dan
antara setiap bagian
dan struktur
keseluruhannya.
Krathwohl (dalam
Winarti, 2015, hlm.21)
Nilai post test kemampuan berpikir
analisis pada kelas eksperimen 1, kelas
eksperimen 2, dan kelas eksperimen 3
dengan indikator:
1) Analisis tentang bagian-bagian
- Mengenali asumsi-asumsi yang
tidak dinyatakan secara eksplisit
- Memberikan ciri-ciri, berdasar
fakta dari pernyataan normatif
- Membeda-bedakan antara
mekanisme-mekanisme
- Memberikan ciri-ciri sebab akibat
atau hubungan-hubungan dari
urutan lain
- Memberikan ciri-ciri suatu
pernyataan kesimpulan
- Menelaah hubungan-hubungan
pernyataan-pernyataan dalam satu
argumentasi
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
2) Analisis tentang hubungan-hubungan
- Mengenali hubungan timbal balik
di antara ide-ide dalam suatu
kutipan teks pendek
- Mengenali seluk-beluk penetapan
suatu keputusan yang relevan
- Memberi ciri-ciri dari sebabakibat atau hubungan-hubungan
dari urutan-urutan logis
- Menelaah hubungan-hubungan
pernyataan-pernyataan dalam satu
argumentasi
- Memberi ciri-ciri pernyataan yang
relevan dan yang tidak
3) Analisis prinsip-prinsip
pengorganisasian
- Memahami makna dan mengenali
wujud serta pola artistik dalam
kesusastraan
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa menggunakan instrumen
tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal pada masing-masing
perlakuan.
Langkah-langkah sistematis dari penyusunan instrumen dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan
tujuan pembelajaran.
b. Membuat kisi-kisi tes.
c. Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi.
d. Melakukan uji coba tes.
e. Melakukan uji kualitas tes (validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda).
f. Merevisi/memperbaiki tes.
g. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1 Uji Validitas
Validitas item dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial
dengan rumus sebagai berikut:
√
r pbi =
(Sudijono, 2011, hlm.185)
Keterangan:
r pbi
= Koefisien korelasi biserial
Mp
= Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab betul.
Mt
= Rata-rata skor total
St
= Standar Deviasi dari skor total
p
= Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya
Menggunakan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya. Interpretasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika rhitung > rtabel, maka item soal tersebut valid.
Tabel 3.2 memaparkan hasil dari perhitungan uji coba validitas instrumen tes.
Tabel 3. 2
Uji Validitas Item
1
Soal Pertemuan
ke-1
(r pbi)
0.626
2
0.554
No
Soal
Valid
Soal Pertemuan
ke-2
(r pbi)
0.685
0.37
Valid
Soal Pertemuan
ke-3
(r pbi)
0.434
0.35
Valid
0.479
0.37
Valid
0.289
0.31
0.508
0.37
Valid
0.553
0.31
Valid
0.58
0.31
Valid
0.496
0.31
Valid
r tabel
Kriteria
0.35
r
Kriteria
tabel
r tabel
Kriteria
0.31
Valid
Tidak
Valid
3
0.251
0.35
Tidak
Valid
4
0.426
0.35
Valid
0.327
0.37
5
-0.151
0.35
Tidak
Valid
-0.252
0.37
6
0.382
0.35
Valid
0.422
0.37
Valid
-0.645
0.31
7
0.494
0.35
Valid
-0.218
0.37
Tidak
0.438
0.31
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak
Valid
Valid
38
Valid
8
-0.08
0.35
9
0.68
0.35
Tidak
Valid
Valid
10
0.68
0.35
11
0.632
12
0.517
0.37
Valid
0.459
0.31
Valid
0.52
0.37
0.508
0.31
Valid
Valid
-0.387
0.37
0.378
0.31
Valid
0.35
Valid
-0.218
0.37
0.346
0.31
Valid
0.357
0.35
0.509
0.37
0.538
0.31
Valid
13
-0.366
0.35
0.428
0.37
Valid
0.466
0.31
Valid
14
0.397
0.35
Valid
Tidak
Valid
Valid
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.386
0.37
Valid
0.332
0.31
Valid
15
0.417
0.35
Valid
0.47
0.37
Valid
0.311
0.31
Valid
16
0.672
0.35
Valid
0.602
0.37
Valid
0.657
0.31
Valid
17
0.651
0.35
0.374
0.37
Valid
0.359
0.31
18
0.255
0.35
0.371
0.37
Valid
0.036
0.31
19
0.698
0.35
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.602
0.37
Valid
0.438
0.31
Valid
Tidak
Valid
Valid
20
0.657
0.35
0.552
0.37
Valid
0.359
0.31
Valid
21
0.211
0.35
0.552
0.37
Valid
0.409
0.31
Valid
22
0.26
0.35
0.504
0.37
Valid
0.383
0.31
Valid
23
-0.437
0.35
0.371
0.37
Valid
0.458
0.31
Valid
24
0.305
0.35
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Valid
0.602
0.37
Valid
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan validitas hasil uji coba item, untuk soal pertemuan ke-1 item no
3, 5, 8, 13, 18, 21, 22, dan 23 dinyatakan tidak valid. Soal no 5, 8, 13, dan 23 akan
dibuang, sedangkan soal no 3, 18, 21, dan 22 dalam tahap perbaikan. Sehingga
jumlah soal yang dipakai untuk penelitian pada pertemuan ke-1 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-2 item no 5, 7, 10, 11
dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai
untuk penelitian pada pertemuan ke-2 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-3 item no 2, 6, 18
dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai
untuk penelitian pada pertemuan ke-3 berjumlah 20 soal.
Sehingga ke 20 soal dalam masing-masing pertemuan layak untuk dijadikan
alat ukur penelitian selanjutnya.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2013, hlm.221). Instrumen yang dapat
dipercaya atau reliabel akan menghasilkan hasil data yang akurat serta juga dapat
dipercaya, dalam hal ini instrumen tes akan bernilai tetap dan sama jika instrumen
tersebut diberikan di berbagai kesempatan (sesuai dengan kenyataan). Untuk
mengetahui reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini, menggunakan rumus
Spearman – Brown, yaitu:
r 11 =
(Arikunto, 2013, hlm.223)
Keterangan:
r 11
= Reliabilitas instrumen
r 1/21/2 = r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrument.
Menggunakan intrepetasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, intrepetasinya dijelaskan pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Interpretasi Nilai r untuk Uji Reliablitas
Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0.81 – 1.0
Sangat Tinggi
Antara 0.6 – 0.8
Tinggi
Antara 0.4 – 0.6
Cukup
Antara 0.2 – 0.4
Rendah
Antara 0 – 0.2
Sangat rendah
Sumber: Arikunto, 2010, hlm.214
Dari hasil perhitungan reliabilitas uji coba item tes maka diperoleh hasil yang
diringkas pada tabel 3.4.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Tabel 3. 4
Uji Reliabilitas Instrumen
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r 11
0.677
0.639
0.709
Kriteria
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan hasil reliabilitas menunjukkan bahwa instrument penelitian soal
eksperimen 1 memiliki reliabilitas yang tinggi, dengan angka 0.677, soal eksperimen
2 sebesar 0.639 dan soal eksperimen 3 sebesar 0.709 artinya semua soal dalam
penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.7 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk memperoleh instrumen yang baik dalam hal ini dalam bentuk soal, maka
disamping soal memiliki kriteria valid dan reliabel, perlu juga dianalisis tingkat
kesukaran soalnya. Adapun rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah sebagai
berikut:
P=
(Arikunto, 2009, hlm.208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar
= Jumlah siswa yang mengikuti tes
Menggunakan intrepetasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, intrepetasinya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Tabel 3. 5 Kriteria Tingkat Kesukaran
Besarnya Nilai P
Klasifikasi
0,70 ≤ P ≤ 1,00
Mudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70
Sedang
0,00 ≤ P ≤ 0,30
Sukar
Sumber: Arikunto, 2009, hlm.208
Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Dari
perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil yang diringkas melalui Tabel 3.6
Tabel 3. 6
Uji Tingkat Kesukaran
Soal
Mudah
%
Sedang
%
Sukar
%
Pertemuan ke-1
9
37.5
11
45.8
4
16.7
Pertemuan ke-2
11
41.7
11
45
2
8.3
Pertemuan ke-3
7
30.43
2
8.7
14
60.87
Sumber: lampiran B
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-1 yang membahas materi uang
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada
soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 37.5% termasuk ke dalam kriteria mudah,
45.8% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 16.7% termasuk kedalam tingkat
kesukaran sukar.
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-2 yang membahas materi bank
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada
soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 41.7% termasuk ke dalam kriteria mudah,
50% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 8.3% termasuk kedalam tingkat
kesukaran sukar.
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-3 yang membahas materi
kebijakan moneter menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar,
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
sedang, mudah. Pada soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 30.43% termasuk
ke dalam kriteria mudah, 8.7% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 60.87%
termasuk kedalam tingkat kesukaran sukar.
3.8 Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2009, hlm.211) daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Adapun rumus yang digunakan untuk analisis daya pembeda adalah sebagai
berikut:
D=
(Arikunto, 2009, hlm.213)
Keterangan:
D = Daya pembeda
JA = Jumlah siswa kelompok atas
Jb = Jumlah siswa kelompok bawah
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar.
Menggunakan intrepetasi kriteria terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah
selanjutnya, interpretasinya dijelaskan melalui Tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval
Kriteria
DP ≤ 0,00
Sangat jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70
Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00
Sangat baik
Sumber: Arikunto, 2009, hlm.218
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Tabel 3. 8
Uji Daya Pembeda soal
Soal
Sangat
Jelek
%
Jelek
%
Cukup
%
Baik
%
Sangat
Baik
%
Pertemuan ke-1
4
16.73
-
-
4
16.67
5
20.8
11
45.8
Pertemuan ke-2
4
16.67
-
-
-
-
11
45.83
9
37.5
Pertemuan ke-3
1
4.35
1
4.35
1
4.35
13
56.52
7
30.43
Sumber: Lampiran B
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa
45.8% termasuk dalam kategori sangat baik, 20.8% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, 16.67% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, dan 16.73%
termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa
37.5% termasuk dalam kategori sangat baik, 45.83% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, dan 16.67% termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa
30.43% termasuk dalam kategori sangat baik, 56.52% termasuk dalam kriteria daya
pembeda baik, 4.35% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, 4.35% termasuk
kedalam daya pembeda jelek, dan 4.35% termasuk kedalam daya pembeda sangat
jelek.
3.9 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran
menjadi data yang dapat diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan arahan untuk
mengkaji lebih lanjut. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data post test
kemampuan berpikir analisis. Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data
dengan rincian sebagai berikut:
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
a. Menghitung skor mentah dari hasil tes
Penskoran tes pilihan ganda dilkakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran. Skor setiap siswa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
S=R
(Sudijono, 2011, hlm.303)
Keterangan:
S = Skor yang dicari
R = Jumlah jawaban betul
b. Mengubah skor mentah menjadi nilai
Setelah skor mentah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengubah skor
mentah menjadi nilai standar. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi
nilai dalam penelitian ini mengacu pada Penilaian Acuan Norma (PAN).
Menurut Sudijono (2011, hlm.322) penilaian beracuan kelompok ini
mendasarka diri pada asumsi sebagai berikut:
1. Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, akan selalu
didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok kurang.
2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative
(=relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu,
yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”
ataukah di “bawah”
Apabila dalam penelitian nilai standar digunakan standar relatif, maka prestasi
kelompok itu dicari atau dihitung dengan menggunakan identik rata-rata hitung
(=arithmetic mean), dengan rumus sebagai berikut:
=
∑
Disamping mencari arithmetic mean perlu dipertimbangkan variasi atau
variabilitas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat homogenitas dan heterogenitas,
yaitu dengan mengubah standar deviasi. Rumusnya adalah:
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
=√
∑
(Sudijono, 2011, hlm.327)
Setelah diperoleh besarnya nilai rata-rata hitung dan besarnya standar deviasi
dari hasil tes, selanjutnya skor-skor mentah hasil tes dikonversi atau diubah menjadi
nilai standar.
3.10 Teknik Analisis data
Setelah dilakukan pengolahan data dengan mendapatkan nilai dari masingmasing kelas, kemudian dilakukan analisis data. Adapun langkah analisis data
tersebut sebagai berikut:
a. Mencari nilai minimum dari nilai standar yang dihasilkan.
b. Mencari nilai maksimum dari nilai standar yang dihasilkan.
c. Menghitung nilai rata-rata atau Mean Ideal (MI) dari nilai standar yang
dihasilkan.
MI = x SMI
d. Menghitung Standar Deviasi (SD) dari nilai standar yang dihasilkan.
SDI = x MI
e. Uji Gain
Dalam penelitian ini uji gain yang digunakan adalah normal gain. Menurut
Nurramdani (2012, hlm.62) normal gain digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran dilaksanakan. Rumus normal gain
menurut Meltzer (dalam Nurramdani, 2012, hlm.62) adalah:
Normal gain =
Karena dalam penelitian ini tidak ada pre test, maka uji gain dilakukan antar
kelas eksperimen.
Efektifitas normal gain didasarkan pada klasifikasi pada Tabel 3.9.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Tabel 3. 9 kategori Interpretasi Normal Gain
Normal Gain
>0.7
0.3-0.7
0,05, maka data berdistribusi normal
b. Jika level signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji kesamaan varians adalah uji dalam analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah kelas-kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau tidak.
Dikatakan homogen jika kelas mempunyai varian yang sama.
Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians adalah
sebagai berikut.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
H0
= Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1
= Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji homogenitas dilakukan dengan uji lavene dengan taraf signifikansi 5%.
Adapun kriteria lengkapnya sebagai berikut.
a. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
b. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0
diterima.
Uji hipotesis pada penelitian ini didasarkan pada data peningkatan kemampuan
berpikir analisis. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji tindependen dua arah, uji ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata
(mean) yang terdapat pada program pengolahan data. Apabila data tes berdistribusi
normal dan homogen, maka dikaji menggunakan statistik parametric yaitu uji t-test
independen, dengan rumus:
√
∑
∑
(Arikunto, 2006, hlm.311)
Keterangan:
M
= Nilai rata-rata hasil perkelompok
N
= Jumlah peserta didik
x
= Deviasi setiap nilai X1 dan X2
y
= Deviasi setiap nilai Y1 dan Y2
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t tes dua sisi, berikut
tahapannya:
a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1 – 1) + (N2 – 1).
b. Melihat tabel distribusi untuk tes dua arah pada taraf signifikansi tertentu.
c. Bila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Berikut hipotesis statistiknya:
Perlakuan pertama
1) H0: µ cl,d = µ cl,gg // H0: µ cl,d - µ c,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,d ≠ µcl,gg // H0: µ cl,d - µ c,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama.
2) H0: µ cl,gg = µ c // H0: µ gg - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,gg ≠ µc // H0: µ cl,gg - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan pertama.
3) H0: µ cl,d = µ c // H0: µ cl,d - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µ cl,d ≠ µc // H0: µ cl,d - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan metode
ceramah pada perlakuan pertama.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Perlakuan kedua
4) H0: µ cl,gg = µ c // H0: µ cl,gg - µ c = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan metode ceramah pada perlakuan kedua.
H1: µ cl,gg ≠ µc // H0: µ cl,gg - µ c ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan
metode ceramah pada perlakuan kedua.
5) H0: µ c = µ cl,d // H0: µ c - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µ c ≠ µcl,d // H0: µ c - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
debat pada perlakuan kedua.
6) H0: µ cl,gg = µ cl,d // H0: µ cl,gg - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µ cl,gg ≠ µcl,d // H0: µ cl,gg - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
Perlakuan ketiga
7) H0: µ c = µ cl,d // H0: µ c - µ cl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe debat pada perlakuan ketiga.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
H1: µ c ≠ µcl,d // H0: µ c - µ cl,d ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
debat pada perlakuan ketiga.
8) H0: µ cl,d = µ cl,gg // H0: µ cl,d - µ cl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µ cl,d ≠ µcl,gg // H0: µ cl,d - µ cl,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
9) H0: µ c = µ cl,gg // H0: µ c - µ cl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi
perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative
learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µ c ≠ µcl,gg // H0: µ c - µ cl,gg ≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan
metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
group grid pada perlakuan ketiga.
3.11 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, dan pelaporan penelitian. Berikut penjelasannya dapat dilihat
memalui Gambar 3.2.
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Persiapan
Pra Penelitian
Masalah
Analisis SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Menentukan desain penelitian:
Counterbalanced dan menentukan
kelas
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
pembelajaran
Penyusunan Tes Kemampuan Berpikir Analisis
Uji Kualitas Tes (Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran,
Daya Beda), Revisi
Pelaksanaan Pembelajaran
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 1)
Post Test
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 1)
Post Test
G
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 1)
G
Post Test
G
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.1, Perlakuan 2)
Post Test
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 2)
G
Post Test
G
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.2, Perlakuan 2)
Post Test
G
Perlakuan Metode Ceramah
(K.K, Perlakuan 3)
Post Test
Perlakuan Model
Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 3)
G
Perlakuan Model Collaborative
Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 3)
Post Test
G
Post Test
G
Pengolahan Data
Kesimpulan
Analisis Data dan Uji Hipotesis
Gambar 3. 2 Prosedur Penelitian
Rifa Farida, 2016
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE DEBAT DAN GROUP GRID
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu