Pengaruh Psychological Well-Being dan Job Embeddedness Terhadap Turnover Intentions Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal penting dalam suatu penelitian karena hal
ini sangat menentukan variabel atau objek penelitian yang akan dianalisa serta
menentukan subjek penelitian dan sumber data (Munawaroh, 2012). Pada bab ini
akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian
yang meliputi variabel penelitian, sampel penelitian, alat ukur penelitian, uji
validitas, uji reliabilitas dan metode analisa data.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa datau gejala yang akan diteliti, variabel dalam suatu penelitian
ditentukan oleh landasan teoritis dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya
(Suryabrata, 2011).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel kriteria
(Y)
: turnover intentions
2. Variabel prediktor (X1)
: psychological well-being
3. Variabel prediktor (X2)
: job embeddedness
33
Universitas Sumatera Utara
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional dari variabel - variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Turnover intentions
Turnover intentions merupakan intensi karyawan untuk menghentikan kerja
sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Turnover intentions dapat diukur
dengan skala turnover intentions yang dibentuk berdasarkan perluasan aspekaspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991), yaitu attitude
toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived behavioral
control towards turnover.
Tingkat turnover intentions dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala turnover intentions
yang diperoleh, maka semakin tinggi turnover intentions karyawan. Sebaliknya,
semakin rendah skor skala turnover intentions yang diperoleh, maka semakin
rendah turnover intentions karyawan.
2. Psychological well-being
Psychological well-being adalah persepsi karyawan mengenai kemampuan
dirinya menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, memiliki hubungan yang
positif dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatur lingkungan
sekitarnya, mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri tanpa bergantung dengan
orang
lain,
memiliki
tujuan
hidup
dan
memiliki
kemampuan
untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya. Psychological well-being dapat diukur
dengan skala psychological well-being yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi
34
Universitas Sumatera Utara
psychological well-being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance, positive
relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan
personal growth.
Tingkat psychological well-being dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala psychological wellbeing yang diperoleh, maka semakin tinggi psychological well-being yang
dirasakan karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor skala psychological wellbeing yang diperoleh, maka semakin rendah psychological well-being yang
dirasakan karyawan.
3. Job embeddedness
Job embedddedness adalah persepsi karyawan untuk bertahan pada
pekerjaannya yang didalamnya mencakup faktor organisasi dan komunitas. Job
embedddedness dapat diukur dengan menggunakan skala job embedddedness
yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Mitchell,
Holtom & Lee (2001), yaitu links-organization, links-community, fit-organization,
fit-community, sacrifice-organization dan sacrifice-community.
Tingkat job embedddedness dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala job embedddedness
yang diperoleh, maka semakin tinggi job embedddedness yang dialami karyawan.
Sebaliknya, semakin rendah skor job embedddedness yang diperoleh, maka
semakin rendah job embedddedness yang dialami karyawan.
35
Universitas Sumatera Utara
C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek-objek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari (Munawaroh, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan/karyawati yang bekerja di rumah sakit Permata Bunda di kota Medan
yang berjumlah 400 karyawan. Adapun karakteristik populasi penelitian ini adalah
perempuan, laki-laki, rentang usia 20-60 tahun dengan latar belakang pendidikan
SD sampai dengan S2.
Sampel penelitian adalah sebagian dari sebuah populasi yang ingin diteliti.
Sampel yang diambil harus mencerminkan populasi penelitian agar sampel dapat
mencerminkan secara tepat populasinya (Sunyoto, 2013). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari karyawan/karyawati yang bekerja di rumah
sakit Permata Bunda di kota Medan dengan karakteristik sampel perempuan, lakilaki, rentang usia dari 21 tahun sampai 60 tahun dengan latar belakang pendidikan
SD sampai dengan S2.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan
sampel adalah cara
yang digunakan untuk
memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel terhadap populasi dan kekeliruan
tersebut dapat diperkecil apabila diperoleh sampel yang representatif yaitu sampel
yang benar-benar
mencerminkan populasinya (Sunyoto, 2013).
Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
36
Universitas Sumatera Utara
sampling yaitu semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Munawaroh, 2012). Jenis probability sampling
yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling
merupakan metode pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi. (Munawaroh, 2012).
3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 229 orang karyawan
rumah sakit Permata Bunda Medan. Sunyoto (2013) menyatakan bahwa semakin
besar sampel yang diambil maka akan semakin tinggi taraf representatif
sampelnya sehingga parameter terhadap populasi dapat dilakukan dengan akurat.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data penelitian untuk
selanjutnya akan ditarik kesimpulan sehingga dapat menjawab rumusan masalah
penelitian (Munawaroh, 2012). Sunyoto (2013) menyatakan bahwa kualitas data
penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data, jika alat pengambil
datanya cukup reliabel dan valid maka datanya juga akan reliabel dan valid.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala.
Azwar (2012) menjelaskan karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu:
a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan.
37
Universitas Sumatera Utara
b. Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator
perilaku kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk aitem-aitem sehingga skala
psikologi selalu berisi banyak aitem.
c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua
jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda
pula.
1. Skala Turnover intentions
Skala turnover intentions dalam penelitian ini disusun berdasarkan
perluasan aspek-aspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991),
yaitu attitude toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived
behavioral control towards turnover.
Skala ini menggunakan model skala likert yang menggunakan lima pilihan
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS) dan
sangat tidak sesuai (STS). Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable
(aitem yang isinya mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan
unfavorable (aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri
atribut yang diukur). Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1
untuk aitem favorable. Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai
(S) skornya 4, netral (N) skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak
sesuai (STS) skornya 1. Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1
sampai 5. Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2,
38
Universitas Sumatera Utara
netral (N) skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS)
skornya 5.
Tabel. 1
Distribusi Aitem-Aitem Skala Turnover Intention Sebelum Uji Coba
Dimensi
No
Turnover
intentions
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No aitem
Bobot
(%)
1.
Attitude toward
turnover
5
-
5
7, 13, 1, 4,
10
33,3%
2.
Subjective
norms towards
turnover
3
2
5
5, 2, 8, 11,
6
33,3%
3.
Perceived
behavioral
control towards
turnover
5
-
5
9, 15, 3,
14, 12
33,3%
13
2
15
15
100%
Total
2. Skala Psychological well-being
Skala psychological well-being dalam penelitian ini disusun berdasarkan
dimensi-dimensi psychological well being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance,
positive relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life
dan personal growth Skala ini menggunakan model skala likert yang
menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral
(N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya
mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem
39
Universitas Sumatera Utara
yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).
Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.
Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)
skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.
Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1 sampai 5. Pernyataan
yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,
tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 5.
Tabel. 2
Distribusi Aitem-Aitem Skala Psychological Well-being Sebelum Uji Coba
Dimensi
No
Psychological
Well-being
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Self acceptance
3
2
5
10, 1, 27,
12, 18
16,6 %
2.
Positive
relations with
others
2
3
5
30, 2, 22,
9, 13
16,6 %
3.
Autonomy
2
3
5
17, 3, 19,
24, 11
16,6 %
4.
Environmental
mastery
3
2
5
4, 20, 26,
7, 14
16,6 %
5.
Purpose in life
4
1
5
23, 5, 16,
8, 28
16,6 %
6.
Personal growth
3
2
5
6, 25, 15,
21, 29
16,6 %
17
13
30
30
100%
Total
40
Universitas Sumatera Utara
3. Skala Job embeddedness
Skala job embeddedness dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensidimensi yang dikemukakan oleh Mitchell, Holtom & Lee (2001), yaitu linksorganization,
links-community,
fit-organization,
fit-community,
sacrifice-
organization dan sacrifice-community. Skala ini menggunakan model skala likert
yang menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya
mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem
yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).
Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.
Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)
skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.
Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1 sampai 5. Pernyataan
yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,
tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 5.
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3
Distribusi Aitem-Aitem Skala Job Embeddedness Sebelum Uji Coba
No
Dimensi Job
Embeddedness
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Linksorganization
4
1
5
13, 1, 25,
7, 19
16,6 %
2.
Llinkscommunity
5
-
5
20, 2, 8,
14, 26
16,6 %
3.
Fit-organization
4
1
5
27, 3, 21,
9, 15
16,6 %
4.
Fit-community
3
2
5
22, 10, 4,
16, 28
16,6 %
5.
Sacrificeorganization
4
1
5
11, 17, 5,
23, 29
16,6 %
6.
Sacrificecommunity
4
1
5
18, 6, 30,
12, 24
16,6 %
Total
24
6
30
30
100%
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
1. Validitas Alat Ukur
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana sebuah instrumen
dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Sunyoto, 2013). Tujuan
pengukuran validitas dilakukan adalah untuk mengetahui apakah sebuah skala
mampu menghasilkan data akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar,
2010).
Validitas alat ukur yaitu analisa terhadap aitem untuk membuktikan
seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur sesuai dengan teori
yang hendak diukur (Sunyoto, 2013), validitas yang digunakan dalam penelitian
42
Universitas Sumatera Utara
ini adalah validitas isi dan validitas konstruk,. Untuk menegakkan validitas isi
dalam alat ukur, peneliti membuat blueprint dan berkonsultasi dengan dosen
pembimbing (professional judgement), sehingga aitem-aitem yang dikembangkan
dari teori-teori variabel memang mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar,
2010).
Untuk menegakkan validitas konstruk, peneliti melakukan analisa faktor
terhadap aitem-aitem yang dikembangkan. Uji analisis faktor diawali dengan
melihat Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk mengukur apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup memadai. Wibisono (2013) menyatakan
bahwa criteria kesesuaian dalam penggunaan analisis faktor adalah nilai KMO >
0,5 dengan penjelasan sebagai berikut:
a.
Jika nilai KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan
b. Jika nilai KMO sebesar 0,8 berarti memuaskan
c. Jika nilai KMO sebesar 0,7 berarti nilai menengah
d. Jika nilai KMO sebesar 0,6 berarti cukup
e. Jika nilai KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan
f. Jika nilai KMO kurang dari 0,5 berarti tidak dapat diterima
Langkah selanjutnya dalam uji analisis faktor adalah melihat nilai Measures
of Sampling Adequacy (MSA) dengan cara membandingkan besarnya koefisien
korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Santoso (2002)
menyatakan bahwa angka MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan criteria sebagai
berikut :
43
Universitas Sumatera Utara
a. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel yang lainnya.
b. Jika MSA ≥ 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
c. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau
dikeluarkan dari variabel lainnya.
Selanjutnya, uji analisis faktor dapat dilihat dari nilai factor loading yang
menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang
terbentuk. Santoso (2002) menyatakan bahwa validitas yang baik memiliki nilai
factor loading > 0,5.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Sunyoto (2013) menjelaskan bahwa reliabilitas merujuk kepada konsistensi
hasil pengukuran apabila instrumen tersebut digunakan oleh orang atau kelompok
orang yang sama dalam waktu berbeda atau apabila instrumen tersebut digunakan
oleh kelompok yang berbeda dalam waktu yang sama maupun dalam waktu
berlainan. Menurut Sunyoto (2013), apabila diperoleh hasil yang konsisten dari
instrument tersebut, maka instrument tersebut dapat dipercaya (reliable) dan dapat
diandalkan (dependable).
Menurut Azwar (2012), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 menunjukkan semakin
rendahnya reliabilitas (Azwar, 2012).
44
Universitas Sumatera Utara
Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
(internal consistency) yang hanya memerlukan satu kali penyajian tes kepada
sekelompok responden (Azwar, 2012). Reliabilitas dalam penelitian ini diuji
dengan menghitung koefisien Alpha Cronbach.
3. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Pengujian daya beda aitem
dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem
dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor total skala itu sendiri
dengan menggunakan formulasi koefisien korelasi Pearson Product Moment.
Azwar (2012) mengatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Pengujian daya
beda aitem pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer
SPSS 20.0 for windows.
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala turnover intention, psychological well-being dan job
embeddedness dilakukan terhadap 119 karyawan hotel di Kota Medan.
1. Skala Turnover intentions
Hasil skala uji coba turnover intentions menghasilkan 15 aitem yang
diterima dari 15 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
45
Universitas Sumatera Utara
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,936. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,561 hingga rix = 0,829.
Hasil analisis faktor skala turnover intentions menunjukkan nilai KMO dan
nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi attitude toward
turnover , diperoleh nilai KMO sebesar 0,820, nilai MSA bergerak dari 0,786
sampai dengan 0,886 dan nilai factor loading bergerak dari 0,626 sampai dengan
0,870. Pada dimensi subjective norms toward turnover , diperoleh nilai KMO
sebesar 0,816, nilai MSA bergerak dari 0,776 sampai dengan 0,880 dan nilai
factor loading bergerak dari 0,738 sampai dengan 0,895. Pada dimensi perceived
behavior control toward turnover , diperoleh nilai KMO sebesar 0,739, nilai MSA
bergerak dari 0,618 sampai dengan 0,815 dengan nilai factor loading bergerak
dari 0,555 sampai dengan 0,782.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 15 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 15 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 4.
46
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 4
Distribusi Aitem-Aitem Skala Turnover Intention Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
Dimensi
No
Turnover
intentions
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No aitem
Bobot
(%)
1.
Attitude toward
turnover
5
-
5
7, 13, 1, 4,
10
33,3%
2.
Subjective
norms towards
turnover
3
2
5
5, 2, 8, 11,
6
33,3%
3.
Perceived
behavioral
control towards
turnover
5
-
5
9, 15, 3,
14, 12
33,3%
13
2
15
15
100%
Total
2. Skala Psychological Well-being
Hasil skala uji coba psychological well-being menghasilkan 30 aitem yang
diterima dari 30 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,966. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,391 hingga rix = 0,868.
Hasil analisis faktor skala psychological well-being menunjukkan nilai
KMO dan nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi self
acceptance, diperoleh nilai KMO sebesar 0,727, nilai MSA bergerak dari 0,685
sampai dengan 0,800 dan nilai factor loading bergerak dari 0,676 sampai dengan
0,753. Pada dimensi positive relations with others, diperoleh nilai KMO sebesar
0,736, nilai MSA bergerak dari 0,716 sampai dengan 0,773 dan nilai factor
47
Universitas Sumatera Utara
loading bergerak dari 0,704 sampai dengan 0,773. Pada dimensi autonomy,
diperoleh nilai KMO sebesar 0,709, nilai MSA bergerak dari 0,644 sampai dengan
0,779 dan nilai factor loading bergerak dari 0,599 sampai dengan 0,890. Pada
dimensi environmental mastery, diperoleh nilai KMO sebesar 0,817, nilai MSA
bergerak dari 0,804 sampai dengan 0,839 dan nilai factor loading bergerak dari
0,626 sampai dengan 0,776. Pada dimensi purpose in life, diperoleh nilai KMO
sebesar 0,887, nilai MSA bergerak dari 0,853 sampai dengan 0,925 dan nilai
factor loading bergerak dari 0,839 sampai dengan 0,904. Pada dimensi personal
growth, diperoleh nilai KMO sebesar 0,806, nilai MSA bergerak dari 0,754
sampai dengan 0,889 dan nilai factor loading bergerak dari 0,536 sampai dengan
0,884.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 15 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 30 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 5.
48
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5
Distribusi Aitem-Aitem Skala Psychological Well-being Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
Dimensi
No
Psychological
Well-being
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Self acceptance
3
2
5
10, 1, 27,
12, 18
16,6 %
2.
Positive
relations with
others
2
3
5
30, 2, 22,
9, 13
16,6 %
3.
Autonomy
2
3
5
17, 3, 19,
24, 11
16,6 %
4.
Environmental
mastery
3
2
5
4, 20, 26,
7, 14
16,6 %
5.
Purpose in life
4
1
5
23, 5, 16,
8, 28
16,6 %
6.
Personal growth
3
2
5
6, 25, 15,
21, 29
16,6 %
17
13
30
30
100%
Total
3. Skala Job Embeddedness
Hasil skala uji coba job embeddedness menghasilkan 25 aitem yang
diterima dari 30 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,946. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,355 hingga rix = 0,852.
Hasil analisis faktor skala job embeddedness menunjukkan nilai KMO dan
nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi linksorganization, diperoleh nilai KMO sebesar 0,792, nilai MSA bergerak dari 0,718
49
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan 0,891 dan nilai factor loading bergerak dari 0,672 sampai dengan
0,908. Pada dimensi links-community, diperoleh nilai KMO sebesar 0,687, nilai
MSA bergerak dari 0,657 sampai dengan 0,727 dan nilai factor loading bergerak
dari 0,578 sampai dengan 0,819. Pada dimensi fit-organization, diperoleh nilai
KMO sebesar 0,726, nilai MSA bergerak dari 0,678 sampai dengan 0,808 dan
nilai factor loading bergerak dari 0,623 sampai dengan 0,860. Pada dimensi fitcommunity, diperoleh nilai KMO sebesar 0,584, nilai MSA bergerak dari 0,561
sampai dengan 0,632 dan nilai factor loading bergerak dari 0,633 sampai dengan
0,783. Pada dimensi sacrifice-organization, diperoleh nilai KMO sebesar 0,641,
nilai MSA bergerak dari 0,620 sampai dengan 0,684 dan nilai factor loading
bergerak dari 0,617 sampai dengan 0,748. Pada dimensi sacrifice-community,
diperoleh nilai KMO sebesar 0,607, nilai MSA bergerak dari 0,574 sampai dengan
0,706 dan nilai factor loading bergerak dari 0,599 sampai dengan 0,892.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 25 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 25 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 6.
50
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6
Distribusi Aitem-Aitem Skala Job Embeddedness Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
No
Dimensi Job
Embeddedness
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Linksorganization
4
1
5
13, 1, 25,
7, 19
20 %
2.
Llinkscommunity
4
-
4
20, 2, 8,
14
16 %
3.
Fit-organization
4
1
5
27, 3, 21,
9, 15
20 %
4.
Fit-community
2
1
3
22, 4, 28
12 %
5.
Sacrificeorganization
3
1
4
11, 17, 5,
29
16 %
6.
Sacrificecommunity
3
1
4
6, 30, 12,
24
16 %
Total
20
5
25
25
100%
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan uji coba alat ukur, terlebih dahulu peneliti menyiapkan
alat ukur yang akan digunakan. Peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu skala
turnover intentions, skala psychological well-being dan skala job embeddedness.
Skala turnover intentions merupakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan
perluasan aspek-aspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991),
yaitu attitude toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived
behavioral control towards turnover dengan jumlah 15 aitem. Skala psychological
51
Universitas Sumatera Utara
well-being merupakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-
dimensi psychological well-being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance, positive
relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan
personal growth dengan jumlah 30 aitem. Skala job embeddedness merupakan
skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan
oleh Mitchell, Holtom & Lee (2001), yaitu links-organization, links-community,
fit-organization, fit-community, sacrifice-organization dan sacrifice-community
dengan jumlah 30 aitem. Penyusunan ketiga skala tersebut didahului dengan
pembuatan blueprint dan dengan bantuan professional judgement, yaitu dosen
pembimbing peneliti.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menyebarkan skala alat ukur
kepada dua ratus dua puluh sembilan subjek penelitian, yaitu karyawan/karyawati
yang bekerja di rumah sakit Permanta Bunda di kota Medan. Skala disebarkan
dengan terlebih dahulu mengurus surat izin untuk pengambilan data.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan SPSS 20.0
for windows.
G. METODE ANALISIS DATA
Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengolahan data agar rumusan
masalah penelitian dapat terpecahkan, hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau
diuji dan akhirnya tujuan penelitian dapat dicapai (Munawaroh, 2012). Metode
52
Universitas Sumatera Utara
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang
akan dihasilkan dalam bentuk angka-angka (Suryabrata, 2011).
Penelitian ini menggunakan teknik analisa multiple regression (regresi
berganda. Sebelum menganalisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan SPSS 20.0 for windows. Data dikatakan normal jika p > 0.05.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen bersifat garis lurus. Uji linieritas dalam
penelitian ini menggunakan uji F dengan bantuan program SPSS 20.0 for
windows. Hubungan anatara variabel dikatakan linier jika p < 0.05.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linier terdapat korelasi antar satu variabel error dengan variabel error yang lain.
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan
bantuan program SPSS 20.0 for windows.
53
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ditemukan korelasi
antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau
variance inflation factor (VIF). Jika tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang
dari 10% maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.
5. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser
dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows.
54
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan gambaran dan pembahasan sesuai dengan data
yang diperoleh saat pengambilan data penelitian. Pembahasan akan dimulai
dengan memaparkan gambaran umum mengenai subjek penelitian dan hasil utama
dari penelitian hingga pembahasan.
A. ANALISA DATA
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 229 orang karyawan Rumah Sakit
Permata Bunda Medan. Dari subjek penelitian tersebut diperoleh gambaran subjek
menurut usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian, maka diperoleh penyebaran subjek
penelitian sebagai berikut:
Tabel 7
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah (N)
Persentase
20-40 tahun
152
66,4%
41-60 tahun
77
33,6%
Total
229
100%
55
Universitas Sumatera Utara
Havighurst, 1991 ; Papalia, Olds, & Feldman, 2008 mengemukakan teori
perkembangan dimana rentang usia 20 – 40 tahun adalah periode masa dewasa
muda, sedangkan rentang usia 40 – 60 tahun dinamakan periode masa dewasa
madya. Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dilihat bahwa subjek yang berada
pada periode dewasa muda (20 – 40 tahun) lebih banyak yaitu sebesar 66,4%
daripada subjek yang berada pada periode dewasa madya (40 – 60 tahun) yaitu
sebesar 33,6%.
b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh penyebaran subjek penelitian sebagai
berikut :
Tabel 8
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (N)
Persentase
Laki-laki
90
39,31%
Perempuan
139
60,69%
Total
229
100%
Berdasarkan data pada tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya yaitu sebanyak 139 orang
dengan persentase 60,69%, sedangkan jumlah subjek dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 90 orang dengan persentase 39,31%.
56
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh penyebaran subjek penelitian
sebagai berikut :
Tabel 9
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (N)
Persentase
SD
2
0,87%
SMP
9
3,93%
SMA/ Sederajat
67
29,26%
D1
10
4,36%
D3
110
48,03%
S1
29
12,66%
S2
2
0,87%
Total
229
100%
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki
tingkat pendidikan paling banyak adalah D3 yaitu 48,03%, tingkat pendidikan
SMA dengan persentase 29,26 %, tingkat pendidikan S1 dengan persentase
12,66%, tingkat pendidikan D1 dengan persentase 4,36%, tingkat pendidikan
SMP dengan persentase 3,93%, dan yang memiliki tingkat pendidikan paling
sedikit adalah SD dan S2 masing – masing sebesar 0,87%.
57
Universitas Sumatera Utara
B. HASIL UJI ASUMSI
1. Uji normalitas
Tabel 10.
Hasil Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Skewness
Kurtosis
Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
Std.
Error
PWB
229
76
140
103.54
11.082
-.022
.161
-.279
.320
JE
229
76
121
101.15
9.636
-.282
.161
-.549
.320
TI
229
15
60
40.42
8.733
.062
.161
-.381
.320
Valid N
229
(listwise)
Kaidah normal yang digunakan adalah jika skor skewness dan kurtosis
berada diantara -2 dan 2 maka sebaran dinyatakan normal dan sebaliknya jika skor
skewness dan kurtosis 2 maka sebaran dinyatakan tidak normal.
Hasil uji coba terhadap variabel psychological well-being diperoleh skor
skewness (-0,022 : 0,161) = -0,136 dan skor kurtosis (-0,279 : 0,320) = -0,87.
Hasil ini menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan
2, maka data variabel psychological well-being terdistribusi secara normal.
Hasil uji coba terhadap variabel job embeddedness diperoleh skor skewness
(-0,282 : 0,161) = -1,75 dan skor kurtosis (-0,549 : 0,320) = -1,71. Hasil ini
menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan 2, maka
data variabel job embeddedness terdistribusi secara normal.
58
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji coba terhadap variabel turnover intentions diperoleh skor skewness
(0,062 : 0,161) = 0,385 dan skor kurtosis (-0,381 : 0,320) = -1,19. Hasil ini
menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan 2, maka
data variabel turnover intentions terdistribusi secara normal.
2. Uji Linearitas
Tabel 11
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
F
(Combined)
Between Groups
TI *
Linearity
1.789
.003
26.309
.000
1.277
.131
Deviation from Linearity
PWB
Sig.
Within Groups
Total
ANOVA Table
F
(Combined)
TI Between Groups
Deviation from Linearity
*
JE
Linearity
Sig.
3.090
.000
78.262
.000
1.211
.199
Within Groups
Total
Uji linearitas merupakan suatu upaya untuk memenuhi salah satu asumsi
analisis regresi linear yang mensyaratkan adanya hubungan variabel tergantung
dan variabel bebas yang saling membentuk kurva linear. Kurva linear dapat
terbentuk apabila setiap kenaikan/penurunan variabel bebas diikuti pula oleh
59
Universitas Sumatera Utara
kenaikan/penurunan variabel tergantung. Uji linearitas menggunakan bantuan
SPSS version 20.0 for Windows dengan menggunakan Compare Means test for
linearity. Data dikatakan linear jika nilai signifikansi untuk kolom linearity
kurang dari 0,05 ( p < 0.05). Pada tabel terlihat bahwa p = 0,00 (p 0,1 pada Collinear
Diagnostics yang mendekati 0. Pada tabel terlihat bahwa nilai VIF = 1,061 (VIF <
10) dan nilai tolerance = 0,942 (tolerance >0,1). Hasil ini menunjukkan bahwa
kedua variabel bebas (psychological well-being dan job embeddedness) tidak
mengalami multikolinearitas.
62
Universitas Sumatera Utara
C. HASIL UTAMA PENELITIAN
1. Hasil Analisis Data
a. Pengaruh Psychological Well-being terhadap Turnover Intentions
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh
psychological well-being terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi dengan partial correlation untuk melihat hubungan antara
psychological well-being dengan turnover intention.
Tabel 14
Hasil Analisis Korelasi Psychological well-being dan Turnover Intention
Coefficients
Model
Sig.
a
Correlations
Zero-order
1
Partial
Part
(Constant)
.000
PWB
.000
-.314
-.231
-.200
JE
.000
-.499
-.460
-.437
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai partial correlation antara
psychological well-being dan turnover intentions r = -0,231 dan p = 0,000, yang
berarti ada hubungan negatif antara psychological well-being dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
Tabel 15
Hasil Analisis Regresi Psychological well-being dan Turnover Intention
Model
Model Summary
R Square
Adjusted R
R
Square
1
.314
a
.099
Std. Error of the
Estimate
.095
8.308
a. Predictors: (Constant), PWB
63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16
Hasil Uji Nilai F Psychological well-being dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
1717.712
1
1717.712
Residual
15670.043
227
69.031
Total
17387.755
228
Sig.
24.883
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), PWB
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 24,883 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,314, dan nilai koefisien dterminan (R2) sebesar 0,099 atau 9,9% yang
artinya variabel psychological well-being memberikan pengaruh sebesar 9,9%
terhadap turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara psychological well-being dan turnover
intention, dimana psychological well-being memberikan kontribusi sebesar 9,9%
terhadap turnover intentions, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 17
Koefisien Regresi Psychological well-being dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
PWB
Std. Error
66.065
5.170
-.248
.050
a
Standardized
Coefficients
Beta
-.314
t
Sig.
12.777
.000
-4.988
.000
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi psychological well-being
dan turnover intention diperoleh persamaan Y = 66,065 – 0,248X. Turnover
64
Universitas Sumatera Utara
intentions dilambangkan dengan (Y) dan psychological well-being dilambangkan
dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa
konstanta sebesar 66,065, artinya jika psychological well-being (X) memiliki nilai
0 maka turnover intentions (Y) adalah sebesar 66,065 satuan.
b. Pengaruh Job Embeddedness terhadap Turnover Intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh job
embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu analisis
korelasi dengan partial correlation untuk melihat hubungan antara job
embeddedness dengan turnover intention.
Tabel 18
Hasil Analisis Korelasi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Model
Sig.
Correlations
Zero-order
1
a
Partial
Part
(Constant)
.000
PWB
.000
-.314
-.231
-.200
JE
.000
-.499
-.460
-.437
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai partial correlation
antara job embeddedness dan turnover intentions r = -0,460 dan p = 0,000, yang
berarti ada hubungan negatif antara job embeddedness dan turnover intention.
Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah ini.
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19
Hasil Analisis Regresi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Model
Model Summary
R Square
Adjusted R
R
Std. Error of the
Square
1
.499
a
.249
Estimate
.246
7.582
a. Predictors: (Constant), JE
Tabel 20
Hasil Uji Nilai F Job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
4337.960
1
4337.960
Residual
13049.795
227
57.488
Total
17387.755
228
75.458
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), JE
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 75,458 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,449, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,249 atau 24,9% yang
artinya variabel job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 24,9% terhadap
turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara job embeddedness dan turnover intention,
dimana job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 24,9% terhadap
turnover intentions, sehingga H0 ditolak dan H2 diterima.
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21
Koefisien Regresi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
JE
a
Standardized
Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
86.205
5.295
-.453
.052
-.499
16.282
.000
-8.687
.000
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi job embeddedness dan
turnover intention diperoleh persamaan Y = 86,205 - 0,453X. Turnover intentions
dilambangkan dengan (Y) dan job embeddedness dilambangkan dengan (X).
Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
86,205, artinya jika job embeddedness (X) memiliki nilai 0 maka turnover
intentions (Y) adalah sebesar 86,205 satuan.
c.
Pengaruh Psychological Well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
Untuk melihat pengaruh psychological well-being dan job embeddedness
secara bersama-sama terhadap turnover intention dilakukan analisis regresi
berganda dengan metode enter .
Tabel 22
Hasil Uji Regresi Berganda
Model Summary
Model
1
R
.538
R Square
a
.290
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.283
7.393
a. Predictors: (Constant), JE, PWB
67
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23
Hasil Uji Nilai F Psychological Well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
5034.471
2
2517.235
Residual
12353.284
226
54.661
Total
17387.755
228
Sig.
46.052
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), JE, PWB
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 46,052 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi berganda pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0,538, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,290 atau
29% yang artinya ada pengaruh psychological well-being dan job embeddedness
terhadap turnover
intention,
dimana psychological
well-being
dan job
embeddedness memberikan kontribusi sebesar 29% terhadap turnover intentions,
sehingga H0 ditolak dan H3 diterima.
Tabel 24
Koefisien Regresi Psychological well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
2
Std. Error
(Constant)
86.205
5.295
JE
(Constant)
-.453
98.487
.052
6.204
-.408
-.162
.052
.046
JE
PWB
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
16.282
.000
-.499
-8.687
15.874
.000
.000
-.450
-.206
-7.790
-3.570
.000
.000
a. Dependent Variable: TI
68
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi berganda antara
psychological well-being dan job embeddedness dengan turnover intention,
diperoleh persamaan Y = 98,487 – 0,408 XI – 0,162 X2. Konstanta sebesar
98,487 menyatakan bahwa jika variabel psychological well-being dan job
embeddedness bernilai nol, maka turnover intention adalah sebesar 98,487 satuan.
2. Hasil Tambahan Penelitian
a. Pengaruh On-the-job Embeddedness terhadap turnover intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh onthe job embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi pearson product moment untuk melihat hubungan antara on-the
job embeddedness dengan turnover intention.
Tabel 25
Hasil Analisis Korelasi On-the Job Embeddedness dan Turnover Intention
Correlations
OJE
Pearson Correlation
OJE
1
Sig. (2-tailed)
-.446
**
.000
N
Pearson Correlation
TI
TI
229
229
**
1
-.446
Sig. (2-tailed)
.000
N
229
229
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai r = -0,446 dan p = 0,000,
yang berarti ada hubungan negatif antara on-the-job embeddedness dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
69
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26
Hasil Analisis Regresi On-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Model Summary
Model
R
1
R Square
.446
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.199
.195
7.834
a. Predictors: (Constant), OJE
Tabel 27
Hasil Uji Nilai F On-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
3454.760
1
3454.760
Residual
13932.996
227
61.379
Total
17387.755
228
56.286
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), OJE
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 56,286 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,446, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,199 atau 19,9% yang
artinya on-the-job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 19,9% terhadap
turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara on-the-job embeddedness dan turnover
intention, dimana on-the-job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 19,9%
terhadap turnover intentions.
70
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28
Koefisien Regresi On-the Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
a.
(Constant)
OJE
a
Std. Error
76.762
4.872
-.644
.086
Standardized
Coefficients
Beta
-.446
t
Sig.
15.757
.000
-7.502
.000
Dependent Variable: TI
Berdasarkan
tabel
coefficients
hasil
analisis
regresi
on-the-job
embeddedness dan turnover intention diperoleh persamaan Y = 76,762 - 0,644X.
Turnover intentions dilambangkan dengan (Y) dan on-the-job embeddedness
dilambangkan dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan
bahwa konstanta sebesar 76,762, artinya jika on-the-job embeddedness (X)
memiliki nilai 0 maka turnover intentions (Y) adalah sebesar 76,762 satuan.
b. Pengaruh Off-the-job Embeddedness terhadap Turnover Intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh offthe-job embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi pearson product moment untuk melihat hubungan antara off-thejob embeddedness dengan turnover intention
71
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29
Hasil Analisis Korelasi Off-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Correlations
TI
CJE
Pearson Correlation
TI
1
-.495
Sig. (2-tailed)
.000
N
Pearson Correlation
CJE
**
229
229
**
1
-.495
Sig. (2-tailed)
.000
N
229
229
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai r = -0,495 dan p = 0,000,
yang berarti ada hubungan negatif antara off-the-job embeddedness dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
Tabel 30
Hasil Analisis Regresi Off-the job Embeddedness dan Turnover Intention
Model Summary
Model
R
1
R Square
.495
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.245
.242
7.605
a. Predictors: (Constant), CJE
Tabel 31
Hasil Uji Nilai F Off-the job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
4257.734
1
4257.734
Residual
13130.021
227
57.842
Total
17387.755
228
73.610
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), CJE
72
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 73,610 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,495, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,245 atau 24,5% yang
artinya variabel off-the-job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 24,5%
terhadap turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara off-the-job embeddedness dan turnover
intention, dimana job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 24,5%
terhadap turnover intentions
Tabel 32
Koefisien Regresi Off-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
85.548
5.284
CJE
-1.009
.118
Beta
16.190
.000
-8.580
.000
1
-.495
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan
tabel
coefficients
hasil
analisis
regresi
off-the-job
embeddedness dan turnover intention diperoleh
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal penting dalam suatu penelitian karena hal
ini sangat menentukan variabel atau objek penelitian yang akan dianalisa serta
menentukan subjek penelitian dan sumber data (Munawaroh, 2012). Pada bab ini
akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian
yang meliputi variabel penelitian, sampel penelitian, alat ukur penelitian, uji
validitas, uji reliabilitas dan metode analisa data.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa datau gejala yang akan diteliti, variabel dalam suatu penelitian
ditentukan oleh landasan teoritis dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya
(Suryabrata, 2011).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel kriteria
(Y)
: turnover intentions
2. Variabel prediktor (X1)
: psychological well-being
3. Variabel prediktor (X2)
: job embeddedness
33
Universitas Sumatera Utara
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional dari variabel - variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Turnover intentions
Turnover intentions merupakan intensi karyawan untuk menghentikan kerja
sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Turnover intentions dapat diukur
dengan skala turnover intentions yang dibentuk berdasarkan perluasan aspekaspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991), yaitu attitude
toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived behavioral
control towards turnover.
Tingkat turnover intentions dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala turnover intentions
yang diperoleh, maka semakin tinggi turnover intentions karyawan. Sebaliknya,
semakin rendah skor skala turnover intentions yang diperoleh, maka semakin
rendah turnover intentions karyawan.
2. Psychological well-being
Psychological well-being adalah persepsi karyawan mengenai kemampuan
dirinya menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, memiliki hubungan yang
positif dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatur lingkungan
sekitarnya, mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri tanpa bergantung dengan
orang
lain,
memiliki
tujuan
hidup
dan
memiliki
kemampuan
untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya. Psychological well-being dapat diukur
dengan skala psychological well-being yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi
34
Universitas Sumatera Utara
psychological well-being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance, positive
relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan
personal growth.
Tingkat psychological well-being dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala psychological wellbeing yang diperoleh, maka semakin tinggi psychological well-being yang
dirasakan karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor skala psychological wellbeing yang diperoleh, maka semakin rendah psychological well-being yang
dirasakan karyawan.
3. Job embeddedness
Job embedddedness adalah persepsi karyawan untuk bertahan pada
pekerjaannya yang didalamnya mencakup faktor organisasi dan komunitas. Job
embedddedness dapat diukur dengan menggunakan skala job embedddedness
yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Mitchell,
Holtom & Lee (2001), yaitu links-organization, links-community, fit-organization,
fit-community, sacrifice-organization dan sacrifice-community.
Tingkat job embedddedness dapat dilihat berdasarkan skor total yang
diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala job embedddedness
yang diperoleh, maka semakin tinggi job embedddedness yang dialami karyawan.
Sebaliknya, semakin rendah skor job embedddedness yang diperoleh, maka
semakin rendah job embedddedness yang dialami karyawan.
35
Universitas Sumatera Utara
C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek-objek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari (Munawaroh, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan/karyawati yang bekerja di rumah sakit Permata Bunda di kota Medan
yang berjumlah 400 karyawan. Adapun karakteristik populasi penelitian ini adalah
perempuan, laki-laki, rentang usia 20-60 tahun dengan latar belakang pendidikan
SD sampai dengan S2.
Sampel penelitian adalah sebagian dari sebuah populasi yang ingin diteliti.
Sampel yang diambil harus mencerminkan populasi penelitian agar sampel dapat
mencerminkan secara tepat populasinya (Sunyoto, 2013). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari karyawan/karyawati yang bekerja di rumah
sakit Permata Bunda di kota Medan dengan karakteristik sampel perempuan, lakilaki, rentang usia dari 21 tahun sampai 60 tahun dengan latar belakang pendidikan
SD sampai dengan S2.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan
sampel adalah cara
yang digunakan untuk
memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel terhadap populasi dan kekeliruan
tersebut dapat diperkecil apabila diperoleh sampel yang representatif yaitu sampel
yang benar-benar
mencerminkan populasinya (Sunyoto, 2013).
Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
36
Universitas Sumatera Utara
sampling yaitu semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Munawaroh, 2012). Jenis probability sampling
yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling
merupakan metode pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi. (Munawaroh, 2012).
3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 229 orang karyawan
rumah sakit Permata Bunda Medan. Sunyoto (2013) menyatakan bahwa semakin
besar sampel yang diambil maka akan semakin tinggi taraf representatif
sampelnya sehingga parameter terhadap populasi dapat dilakukan dengan akurat.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data penelitian untuk
selanjutnya akan ditarik kesimpulan sehingga dapat menjawab rumusan masalah
penelitian (Munawaroh, 2012). Sunyoto (2013) menyatakan bahwa kualitas data
penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data, jika alat pengambil
datanya cukup reliabel dan valid maka datanya juga akan reliabel dan valid.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala.
Azwar (2012) menjelaskan karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu:
a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan.
37
Universitas Sumatera Utara
b. Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator
perilaku kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk aitem-aitem sehingga skala
psikologi selalu berisi banyak aitem.
c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua
jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda
pula.
1. Skala Turnover intentions
Skala turnover intentions dalam penelitian ini disusun berdasarkan
perluasan aspek-aspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991),
yaitu attitude toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived
behavioral control towards turnover.
Skala ini menggunakan model skala likert yang menggunakan lima pilihan
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS) dan
sangat tidak sesuai (STS). Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable
(aitem yang isinya mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan
unfavorable (aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri
atribut yang diukur). Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1
untuk aitem favorable. Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai
(S) skornya 4, netral (N) skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak
sesuai (STS) skornya 1. Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1
sampai 5. Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2,
38
Universitas Sumatera Utara
netral (N) skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS)
skornya 5.
Tabel. 1
Distribusi Aitem-Aitem Skala Turnover Intention Sebelum Uji Coba
Dimensi
No
Turnover
intentions
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No aitem
Bobot
(%)
1.
Attitude toward
turnover
5
-
5
7, 13, 1, 4,
10
33,3%
2.
Subjective
norms towards
turnover
3
2
5
5, 2, 8, 11,
6
33,3%
3.
Perceived
behavioral
control towards
turnover
5
-
5
9, 15, 3,
14, 12
33,3%
13
2
15
15
100%
Total
2. Skala Psychological well-being
Skala psychological well-being dalam penelitian ini disusun berdasarkan
dimensi-dimensi psychological well being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance,
positive relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life
dan personal growth Skala ini menggunakan model skala likert yang
menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral
(N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya
mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem
39
Universitas Sumatera Utara
yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).
Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.
Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)
skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.
Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1 sampai 5. Pernyataan
yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,
tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 5.
Tabel. 2
Distribusi Aitem-Aitem Skala Psychological Well-being Sebelum Uji Coba
Dimensi
No
Psychological
Well-being
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Self acceptance
3
2
5
10, 1, 27,
12, 18
16,6 %
2.
Positive
relations with
others
2
3
5
30, 2, 22,
9, 13
16,6 %
3.
Autonomy
2
3
5
17, 3, 19,
24, 11
16,6 %
4.
Environmental
mastery
3
2
5
4, 20, 26,
7, 14
16,6 %
5.
Purpose in life
4
1
5
23, 5, 16,
8, 28
16,6 %
6.
Personal growth
3
2
5
6, 25, 15,
21, 29
16,6 %
17
13
30
30
100%
Total
40
Universitas Sumatera Utara
3. Skala Job embeddedness
Skala job embeddedness dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensidimensi yang dikemukakan oleh Mitchell, Holtom & Lee (2001), yaitu linksorganization,
links-community,
fit-organization,
fit-community,
sacrifice-
organization dan sacrifice-community. Skala ini menggunakan model skala likert
yang menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya
mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem
yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).
Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.
Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)
skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.
Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1 sampai 5. Pernyataan
yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,
tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 5.
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3
Distribusi Aitem-Aitem Skala Job Embeddedness Sebelum Uji Coba
No
Dimensi Job
Embeddedness
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Linksorganization
4
1
5
13, 1, 25,
7, 19
16,6 %
2.
Llinkscommunity
5
-
5
20, 2, 8,
14, 26
16,6 %
3.
Fit-organization
4
1
5
27, 3, 21,
9, 15
16,6 %
4.
Fit-community
3
2
5
22, 10, 4,
16, 28
16,6 %
5.
Sacrificeorganization
4
1
5
11, 17, 5,
23, 29
16,6 %
6.
Sacrificecommunity
4
1
5
18, 6, 30,
12, 24
16,6 %
Total
24
6
30
30
100%
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
1. Validitas Alat Ukur
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana sebuah instrumen
dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Sunyoto, 2013). Tujuan
pengukuran validitas dilakukan adalah untuk mengetahui apakah sebuah skala
mampu menghasilkan data akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar,
2010).
Validitas alat ukur yaitu analisa terhadap aitem untuk membuktikan
seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur sesuai dengan teori
yang hendak diukur (Sunyoto, 2013), validitas yang digunakan dalam penelitian
42
Universitas Sumatera Utara
ini adalah validitas isi dan validitas konstruk,. Untuk menegakkan validitas isi
dalam alat ukur, peneliti membuat blueprint dan berkonsultasi dengan dosen
pembimbing (professional judgement), sehingga aitem-aitem yang dikembangkan
dari teori-teori variabel memang mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar,
2010).
Untuk menegakkan validitas konstruk, peneliti melakukan analisa faktor
terhadap aitem-aitem yang dikembangkan. Uji analisis faktor diawali dengan
melihat Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk mengukur apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup memadai. Wibisono (2013) menyatakan
bahwa criteria kesesuaian dalam penggunaan analisis faktor adalah nilai KMO >
0,5 dengan penjelasan sebagai berikut:
a.
Jika nilai KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan
b. Jika nilai KMO sebesar 0,8 berarti memuaskan
c. Jika nilai KMO sebesar 0,7 berarti nilai menengah
d. Jika nilai KMO sebesar 0,6 berarti cukup
e. Jika nilai KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan
f. Jika nilai KMO kurang dari 0,5 berarti tidak dapat diterima
Langkah selanjutnya dalam uji analisis faktor adalah melihat nilai Measures
of Sampling Adequacy (MSA) dengan cara membandingkan besarnya koefisien
korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Santoso (2002)
menyatakan bahwa angka MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan criteria sebagai
berikut :
43
Universitas Sumatera Utara
a. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel yang lainnya.
b. Jika MSA ≥ 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
c. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau
dikeluarkan dari variabel lainnya.
Selanjutnya, uji analisis faktor dapat dilihat dari nilai factor loading yang
menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang
terbentuk. Santoso (2002) menyatakan bahwa validitas yang baik memiliki nilai
factor loading > 0,5.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Sunyoto (2013) menjelaskan bahwa reliabilitas merujuk kepada konsistensi
hasil pengukuran apabila instrumen tersebut digunakan oleh orang atau kelompok
orang yang sama dalam waktu berbeda atau apabila instrumen tersebut digunakan
oleh kelompok yang berbeda dalam waktu yang sama maupun dalam waktu
berlainan. Menurut Sunyoto (2013), apabila diperoleh hasil yang konsisten dari
instrument tersebut, maka instrument tersebut dapat dipercaya (reliable) dan dapat
diandalkan (dependable).
Menurut Azwar (2012), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 menunjukkan semakin
rendahnya reliabilitas (Azwar, 2012).
44
Universitas Sumatera Utara
Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
(internal consistency) yang hanya memerlukan satu kali penyajian tes kepada
sekelompok responden (Azwar, 2012). Reliabilitas dalam penelitian ini diuji
dengan menghitung koefisien Alpha Cronbach.
3. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Pengujian daya beda aitem
dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem
dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor total skala itu sendiri
dengan menggunakan formulasi koefisien korelasi Pearson Product Moment.
Azwar (2012) mengatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Pengujian daya
beda aitem pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer
SPSS 20.0 for windows.
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala turnover intention, psychological well-being dan job
embeddedness dilakukan terhadap 119 karyawan hotel di Kota Medan.
1. Skala Turnover intentions
Hasil skala uji coba turnover intentions menghasilkan 15 aitem yang
diterima dari 15 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
45
Universitas Sumatera Utara
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,936. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,561 hingga rix = 0,829.
Hasil analisis faktor skala turnover intentions menunjukkan nilai KMO dan
nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi attitude toward
turnover , diperoleh nilai KMO sebesar 0,820, nilai MSA bergerak dari 0,786
sampai dengan 0,886 dan nilai factor loading bergerak dari 0,626 sampai dengan
0,870. Pada dimensi subjective norms toward turnover , diperoleh nilai KMO
sebesar 0,816, nilai MSA bergerak dari 0,776 sampai dengan 0,880 dan nilai
factor loading bergerak dari 0,738 sampai dengan 0,895. Pada dimensi perceived
behavior control toward turnover , diperoleh nilai KMO sebesar 0,739, nilai MSA
bergerak dari 0,618 sampai dengan 0,815 dengan nilai factor loading bergerak
dari 0,555 sampai dengan 0,782.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 15 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 15 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 4.
46
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 4
Distribusi Aitem-Aitem Skala Turnover Intention Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
Dimensi
No
Turnover
intentions
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No aitem
Bobot
(%)
1.
Attitude toward
turnover
5
-
5
7, 13, 1, 4,
10
33,3%
2.
Subjective
norms towards
turnover
3
2
5
5, 2, 8, 11,
6
33,3%
3.
Perceived
behavioral
control towards
turnover
5
-
5
9, 15, 3,
14, 12
33,3%
13
2
15
15
100%
Total
2. Skala Psychological Well-being
Hasil skala uji coba psychological well-being menghasilkan 30 aitem yang
diterima dari 30 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,966. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,391 hingga rix = 0,868.
Hasil analisis faktor skala psychological well-being menunjukkan nilai
KMO dan nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi self
acceptance, diperoleh nilai KMO sebesar 0,727, nilai MSA bergerak dari 0,685
sampai dengan 0,800 dan nilai factor loading bergerak dari 0,676 sampai dengan
0,753. Pada dimensi positive relations with others, diperoleh nilai KMO sebesar
0,736, nilai MSA bergerak dari 0,716 sampai dengan 0,773 dan nilai factor
47
Universitas Sumatera Utara
loading bergerak dari 0,704 sampai dengan 0,773. Pada dimensi autonomy,
diperoleh nilai KMO sebesar 0,709, nilai MSA bergerak dari 0,644 sampai dengan
0,779 dan nilai factor loading bergerak dari 0,599 sampai dengan 0,890. Pada
dimensi environmental mastery, diperoleh nilai KMO sebesar 0,817, nilai MSA
bergerak dari 0,804 sampai dengan 0,839 dan nilai factor loading bergerak dari
0,626 sampai dengan 0,776. Pada dimensi purpose in life, diperoleh nilai KMO
sebesar 0,887, nilai MSA bergerak dari 0,853 sampai dengan 0,925 dan nilai
factor loading bergerak dari 0,839 sampai dengan 0,904. Pada dimensi personal
growth, diperoleh nilai KMO sebesar 0,806, nilai MSA bergerak dari 0,754
sampai dengan 0,889 dan nilai factor loading bergerak dari 0,536 sampai dengan
0,884.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 15 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 30 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 5.
48
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5
Distribusi Aitem-Aitem Skala Psychological Well-being Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
Dimensi
No
Psychological
Well-being
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Self acceptance
3
2
5
10, 1, 27,
12, 18
16,6 %
2.
Positive
relations with
others
2
3
5
30, 2, 22,
9, 13
16,6 %
3.
Autonomy
2
3
5
17, 3, 19,
24, 11
16,6 %
4.
Environmental
mastery
3
2
5
4, 20, 26,
7, 14
16,6 %
5.
Purpose in life
4
1
5
23, 5, 16,
8, 28
16,6 %
6.
Personal growth
3
2
5
6, 25, 15,
21, 29
16,6 %
17
13
30
30
100%
Total
3. Skala Job Embeddedness
Hasil skala uji coba job embeddedness menghasilkan 25 aitem yang
diterima dari 30 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3
dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,946. Koefisisen korelasi aitem-aitem yang
reliable berkisar rix = 0,355 hingga rix = 0,852.
Hasil analisis faktor skala job embeddedness menunjukkan nilai KMO dan
nilai validitas konstruk yang baik pada tiap dimensi. Pada dimensi linksorganization, diperoleh nilai KMO sebesar 0,792, nilai MSA bergerak dari 0,718
49
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan 0,891 dan nilai factor loading bergerak dari 0,672 sampai dengan
0,908. Pada dimensi links-community, diperoleh nilai KMO sebesar 0,687, nilai
MSA bergerak dari 0,657 sampai dengan 0,727 dan nilai factor loading bergerak
dari 0,578 sampai dengan 0,819. Pada dimensi fit-organization, diperoleh nilai
KMO sebesar 0,726, nilai MSA bergerak dari 0,678 sampai dengan 0,808 dan
nilai factor loading bergerak dari 0,623 sampai dengan 0,860. Pada dimensi fitcommunity, diperoleh nilai KMO sebesar 0,584, nilai MSA bergerak dari 0,561
sampai dengan 0,632 dan nilai factor loading bergerak dari 0,633 sampai dengan
0,783. Pada dimensi sacrifice-organization, diperoleh nilai KMO sebesar 0,641,
nilai MSA bergerak dari 0,620 sampai dengan 0,684 dan nilai factor loading
bergerak dari 0,617 sampai dengan 0,748. Pada dimensi sacrifice-community,
diperoleh nilai KMO sebesar 0,607, nilai MSA bergerak dari 0,574 sampai dengan
0,706 dan nilai factor loading bergerak dari 0,599 sampai dengan 0,892.
Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui bahwa setiap dimensi memenuhi
batasan nilai KMO ≥ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan
sudah memadai (Wibisono, 2003). Hasil analisa faktor juga menunjukkan bahwa
dari 25 aitem yang memiliki nilai daya beda yang tinggi tetap diperoleh 25 aitem
yang nilai factor loading nya memenuhi syarat ≥ 0,5. Batasan nilai factor loading
yang baik adalah ≥ 0,5, yang berarti memiliki korelasi yang baik dan memenuhi
syarat valid (Santoso, 2002). Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan
pada tabel 6.
50
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6
Distribusi Aitem-Aitem Skala Job Embeddedness Setelah Uji Coba dan
Analisis Faktor
No
Dimensi Job
Embeddedness
Favorable
Unfavor
able
Jumlah
aitem
No
aitem
Bobot
(%)
1.
Linksorganization
4
1
5
13, 1, 25,
7, 19
20 %
2.
Llinkscommunity
4
-
4
20, 2, 8,
14
16 %
3.
Fit-organization
4
1
5
27, 3, 21,
9, 15
20 %
4.
Fit-community
2
1
3
22, 4, 28
12 %
5.
Sacrificeorganization
3
1
4
11, 17, 5,
29
16 %
6.
Sacrificecommunity
3
1
4
6, 30, 12,
24
16 %
Total
20
5
25
25
100%
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan uji coba alat ukur, terlebih dahulu peneliti menyiapkan
alat ukur yang akan digunakan. Peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu skala
turnover intentions, skala psychological well-being dan skala job embeddedness.
Skala turnover intentions merupakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan
perluasan aspek-aspek intention dari theory of planned behavior Ajzen (1991),
yaitu attitude toward turnover, subjective norms towards turnover dan perceived
behavioral control towards turnover dengan jumlah 15 aitem. Skala psychological
51
Universitas Sumatera Utara
well-being merupakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-
dimensi psychological well-being oleh Ryff (1989), yaitu self acceptance, positive
relations with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan
personal growth dengan jumlah 30 aitem. Skala job embeddedness merupakan
skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan
oleh Mitchell, Holtom & Lee (2001), yaitu links-organization, links-community,
fit-organization, fit-community, sacrifice-organization dan sacrifice-community
dengan jumlah 30 aitem. Penyusunan ketiga skala tersebut didahului dengan
pembuatan blueprint dan dengan bantuan professional judgement, yaitu dosen
pembimbing peneliti.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menyebarkan skala alat ukur
kepada dua ratus dua puluh sembilan subjek penelitian, yaitu karyawan/karyawati
yang bekerja di rumah sakit Permanta Bunda di kota Medan. Skala disebarkan
dengan terlebih dahulu mengurus surat izin untuk pengambilan data.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan SPSS 20.0
for windows.
G. METODE ANALISIS DATA
Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengolahan data agar rumusan
masalah penelitian dapat terpecahkan, hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau
diuji dan akhirnya tujuan penelitian dapat dicapai (Munawaroh, 2012). Metode
52
Universitas Sumatera Utara
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang
akan dihasilkan dalam bentuk angka-angka (Suryabrata, 2011).
Penelitian ini menggunakan teknik analisa multiple regression (regresi
berganda. Sebelum menganalisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan SPSS 20.0 for windows. Data dikatakan normal jika p > 0.05.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen bersifat garis lurus. Uji linieritas dalam
penelitian ini menggunakan uji F dengan bantuan program SPSS 20.0 for
windows. Hubungan anatara variabel dikatakan linier jika p < 0.05.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linier terdapat korelasi antar satu variabel error dengan variabel error yang lain.
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan
bantuan program SPSS 20.0 for windows.
53
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ditemukan korelasi
antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau
variance inflation factor (VIF). Jika tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang
dari 10% maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.
5. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser
dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows.
54
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan gambaran dan pembahasan sesuai dengan data
yang diperoleh saat pengambilan data penelitian. Pembahasan akan dimulai
dengan memaparkan gambaran umum mengenai subjek penelitian dan hasil utama
dari penelitian hingga pembahasan.
A. ANALISA DATA
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 229 orang karyawan Rumah Sakit
Permata Bunda Medan. Dari subjek penelitian tersebut diperoleh gambaran subjek
menurut usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian, maka diperoleh penyebaran subjek
penelitian sebagai berikut:
Tabel 7
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah (N)
Persentase
20-40 tahun
152
66,4%
41-60 tahun
77
33,6%
Total
229
100%
55
Universitas Sumatera Utara
Havighurst, 1991 ; Papalia, Olds, & Feldman, 2008 mengemukakan teori
perkembangan dimana rentang usia 20 – 40 tahun adalah periode masa dewasa
muda, sedangkan rentang usia 40 – 60 tahun dinamakan periode masa dewasa
madya. Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dilihat bahwa subjek yang berada
pada periode dewasa muda (20 – 40 tahun) lebih banyak yaitu sebesar 66,4%
daripada subjek yang berada pada periode dewasa madya (40 – 60 tahun) yaitu
sebesar 33,6%.
b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh penyebaran subjek penelitian sebagai
berikut :
Tabel 8
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (N)
Persentase
Laki-laki
90
39,31%
Perempuan
139
60,69%
Total
229
100%
Berdasarkan data pada tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya yaitu sebanyak 139 orang
dengan persentase 60,69%, sedangkan jumlah subjek dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 90 orang dengan persentase 39,31%.
56
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh penyebaran subjek penelitian
sebagai berikut :
Tabel 9
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (N)
Persentase
SD
2
0,87%
SMP
9
3,93%
SMA/ Sederajat
67
29,26%
D1
10
4,36%
D3
110
48,03%
S1
29
12,66%
S2
2
0,87%
Total
229
100%
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki
tingkat pendidikan paling banyak adalah D3 yaitu 48,03%, tingkat pendidikan
SMA dengan persentase 29,26 %, tingkat pendidikan S1 dengan persentase
12,66%, tingkat pendidikan D1 dengan persentase 4,36%, tingkat pendidikan
SMP dengan persentase 3,93%, dan yang memiliki tingkat pendidikan paling
sedikit adalah SD dan S2 masing – masing sebesar 0,87%.
57
Universitas Sumatera Utara
B. HASIL UJI ASUMSI
1. Uji normalitas
Tabel 10.
Hasil Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Skewness
Kurtosis
Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
Std.
Error
PWB
229
76
140
103.54
11.082
-.022
.161
-.279
.320
JE
229
76
121
101.15
9.636
-.282
.161
-.549
.320
TI
229
15
60
40.42
8.733
.062
.161
-.381
.320
Valid N
229
(listwise)
Kaidah normal yang digunakan adalah jika skor skewness dan kurtosis
berada diantara -2 dan 2 maka sebaran dinyatakan normal dan sebaliknya jika skor
skewness dan kurtosis 2 maka sebaran dinyatakan tidak normal.
Hasil uji coba terhadap variabel psychological well-being diperoleh skor
skewness (-0,022 : 0,161) = -0,136 dan skor kurtosis (-0,279 : 0,320) = -0,87.
Hasil ini menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan
2, maka data variabel psychological well-being terdistribusi secara normal.
Hasil uji coba terhadap variabel job embeddedness diperoleh skor skewness
(-0,282 : 0,161) = -1,75 dan skor kurtosis (-0,549 : 0,320) = -1,71. Hasil ini
menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan 2, maka
data variabel job embeddedness terdistribusi secara normal.
58
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji coba terhadap variabel turnover intentions diperoleh skor skewness
(0,062 : 0,161) = 0,385 dan skor kurtosis (-0,381 : 0,320) = -1,19. Hasil ini
menunjukkan bahwa skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan 2, maka
data variabel turnover intentions terdistribusi secara normal.
2. Uji Linearitas
Tabel 11
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
F
(Combined)
Between Groups
TI *
Linearity
1.789
.003
26.309
.000
1.277
.131
Deviation from Linearity
PWB
Sig.
Within Groups
Total
ANOVA Table
F
(Combined)
TI Between Groups
Deviation from Linearity
*
JE
Linearity
Sig.
3.090
.000
78.262
.000
1.211
.199
Within Groups
Total
Uji linearitas merupakan suatu upaya untuk memenuhi salah satu asumsi
analisis regresi linear yang mensyaratkan adanya hubungan variabel tergantung
dan variabel bebas yang saling membentuk kurva linear. Kurva linear dapat
terbentuk apabila setiap kenaikan/penurunan variabel bebas diikuti pula oleh
59
Universitas Sumatera Utara
kenaikan/penurunan variabel tergantung. Uji linearitas menggunakan bantuan
SPSS version 20.0 for Windows dengan menggunakan Compare Means test for
linearity. Data dikatakan linear jika nilai signifikansi untuk kolom linearity
kurang dari 0,05 ( p < 0.05). Pada tabel terlihat bahwa p = 0,00 (p 0,1 pada Collinear
Diagnostics yang mendekati 0. Pada tabel terlihat bahwa nilai VIF = 1,061 (VIF <
10) dan nilai tolerance = 0,942 (tolerance >0,1). Hasil ini menunjukkan bahwa
kedua variabel bebas (psychological well-being dan job embeddedness) tidak
mengalami multikolinearitas.
62
Universitas Sumatera Utara
C. HASIL UTAMA PENELITIAN
1. Hasil Analisis Data
a. Pengaruh Psychological Well-being terhadap Turnover Intentions
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh
psychological well-being terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi dengan partial correlation untuk melihat hubungan antara
psychological well-being dengan turnover intention.
Tabel 14
Hasil Analisis Korelasi Psychological well-being dan Turnover Intention
Coefficients
Model
Sig.
a
Correlations
Zero-order
1
Partial
Part
(Constant)
.000
PWB
.000
-.314
-.231
-.200
JE
.000
-.499
-.460
-.437
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai partial correlation antara
psychological well-being dan turnover intentions r = -0,231 dan p = 0,000, yang
berarti ada hubungan negatif antara psychological well-being dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
Tabel 15
Hasil Analisis Regresi Psychological well-being dan Turnover Intention
Model
Model Summary
R Square
Adjusted R
R
Square
1
.314
a
.099
Std. Error of the
Estimate
.095
8.308
a. Predictors: (Constant), PWB
63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16
Hasil Uji Nilai F Psychological well-being dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
1717.712
1
1717.712
Residual
15670.043
227
69.031
Total
17387.755
228
Sig.
24.883
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), PWB
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 24,883 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,314, dan nilai koefisien dterminan (R2) sebesar 0,099 atau 9,9% yang
artinya variabel psychological well-being memberikan pengaruh sebesar 9,9%
terhadap turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara psychological well-being dan turnover
intention, dimana psychological well-being memberikan kontribusi sebesar 9,9%
terhadap turnover intentions, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 17
Koefisien Regresi Psychological well-being dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
PWB
Std. Error
66.065
5.170
-.248
.050
a
Standardized
Coefficients
Beta
-.314
t
Sig.
12.777
.000
-4.988
.000
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi psychological well-being
dan turnover intention diperoleh persamaan Y = 66,065 – 0,248X. Turnover
64
Universitas Sumatera Utara
intentions dilambangkan dengan (Y) dan psychological well-being dilambangkan
dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa
konstanta sebesar 66,065, artinya jika psychological well-being (X) memiliki nilai
0 maka turnover intentions (Y) adalah sebesar 66,065 satuan.
b. Pengaruh Job Embeddedness terhadap Turnover Intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh job
embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu analisis
korelasi dengan partial correlation untuk melihat hubungan antara job
embeddedness dengan turnover intention.
Tabel 18
Hasil Analisis Korelasi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Model
Sig.
Correlations
Zero-order
1
a
Partial
Part
(Constant)
.000
PWB
.000
-.314
-.231
-.200
JE
.000
-.499
-.460
-.437
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai partial correlation
antara job embeddedness dan turnover intentions r = -0,460 dan p = 0,000, yang
berarti ada hubungan negatif antara job embeddedness dan turnover intention.
Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah ini.
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19
Hasil Analisis Regresi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Model
Model Summary
R Square
Adjusted R
R
Std. Error of the
Square
1
.499
a
.249
Estimate
.246
7.582
a. Predictors: (Constant), JE
Tabel 20
Hasil Uji Nilai F Job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
4337.960
1
4337.960
Residual
13049.795
227
57.488
Total
17387.755
228
75.458
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), JE
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 75,458 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,449, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,249 atau 24,9% yang
artinya variabel job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 24,9% terhadap
turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara job embeddedness dan turnover intention,
dimana job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 24,9% terhadap
turnover intentions, sehingga H0 ditolak dan H2 diterima.
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21
Koefisien Regresi Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
JE
a
Standardized
Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
86.205
5.295
-.453
.052
-.499
16.282
.000
-8.687
.000
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi job embeddedness dan
turnover intention diperoleh persamaan Y = 86,205 - 0,453X. Turnover intentions
dilambangkan dengan (Y) dan job embeddedness dilambangkan dengan (X).
Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
86,205, artinya jika job embeddedness (X) memiliki nilai 0 maka turnover
intentions (Y) adalah sebesar 86,205 satuan.
c.
Pengaruh Psychological Well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
Untuk melihat pengaruh psychological well-being dan job embeddedness
secara bersama-sama terhadap turnover intention dilakukan analisis regresi
berganda dengan metode enter .
Tabel 22
Hasil Uji Regresi Berganda
Model Summary
Model
1
R
.538
R Square
a
.290
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.283
7.393
a. Predictors: (Constant), JE, PWB
67
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23
Hasil Uji Nilai F Psychological Well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
5034.471
2
2517.235
Residual
12353.284
226
54.661
Total
17387.755
228
Sig.
46.052
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), JE, PWB
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 46,052 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi berganda pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0,538, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,290 atau
29% yang artinya ada pengaruh psychological well-being dan job embeddedness
terhadap turnover
intention,
dimana psychological
well-being
dan job
embeddedness memberikan kontribusi sebesar 29% terhadap turnover intentions,
sehingga H0 ditolak dan H3 diterima.
Tabel 24
Koefisien Regresi Psychological well-being dan Job Embeddedness terhadap
Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
2
Std. Error
(Constant)
86.205
5.295
JE
(Constant)
-.453
98.487
.052
6.204
-.408
-.162
.052
.046
JE
PWB
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
16.282
.000
-.499
-8.687
15.874
.000
.000
-.450
-.206
-7.790
-3.570
.000
.000
a. Dependent Variable: TI
68
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel coefficients hasil analisis regresi berganda antara
psychological well-being dan job embeddedness dengan turnover intention,
diperoleh persamaan Y = 98,487 – 0,408 XI – 0,162 X2. Konstanta sebesar
98,487 menyatakan bahwa jika variabel psychological well-being dan job
embeddedness bernilai nol, maka turnover intention adalah sebesar 98,487 satuan.
2. Hasil Tambahan Penelitian
a. Pengaruh On-the-job Embeddedness terhadap turnover intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh onthe job embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi pearson product moment untuk melihat hubungan antara on-the
job embeddedness dengan turnover intention.
Tabel 25
Hasil Analisis Korelasi On-the Job Embeddedness dan Turnover Intention
Correlations
OJE
Pearson Correlation
OJE
1
Sig. (2-tailed)
-.446
**
.000
N
Pearson Correlation
TI
TI
229
229
**
1
-.446
Sig. (2-tailed)
.000
N
229
229
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai r = -0,446 dan p = 0,000,
yang berarti ada hubungan negatif antara on-the-job embeddedness dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
69
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26
Hasil Analisis Regresi On-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Model Summary
Model
R
1
R Square
.446
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.199
.195
7.834
a. Predictors: (Constant), OJE
Tabel 27
Hasil Uji Nilai F On-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
3454.760
1
3454.760
Residual
13932.996
227
61.379
Total
17387.755
228
56.286
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), OJE
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 56,286 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,446, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,199 atau 19,9% yang
artinya on-the-job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 19,9% terhadap
turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara on-the-job embeddedness dan turnover
intention, dimana on-the-job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 19,9%
terhadap turnover intentions.
70
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28
Koefisien Regresi On-the Job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
a.
(Constant)
OJE
a
Std. Error
76.762
4.872
-.644
.086
Standardized
Coefficients
Beta
-.446
t
Sig.
15.757
.000
-7.502
.000
Dependent Variable: TI
Berdasarkan
tabel
coefficients
hasil
analisis
regresi
on-the-job
embeddedness dan turnover intention diperoleh persamaan Y = 76,762 - 0,644X.
Turnover intentions dilambangkan dengan (Y) dan on-the-job embeddedness
dilambangkan dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan
bahwa konstanta sebesar 76,762, artinya jika on-the-job embeddedness (X)
memiliki nilai 0 maka turnover intentions (Y) adalah sebesar 76,762 satuan.
b. Pengaruh Off-the-job Embeddedness terhadap Turnover Intention
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh offthe-job embeddedness terhadap turnover intention, dilakukan terlebih dahulu
analisis korelasi pearson product moment untuk melihat hubungan antara off-thejob embeddedness dengan turnover intention
71
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29
Hasil Analisis Korelasi Off-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Correlations
TI
CJE
Pearson Correlation
TI
1
-.495
Sig. (2-tailed)
.000
N
Pearson Correlation
CJE
**
229
229
**
1
-.495
Sig. (2-tailed)
.000
N
229
229
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai r = -0,495 dan p = 0,000,
yang berarti ada hubungan negatif antara off-the-job embeddedness dan turnover
intention. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil di bawah
ini.
Tabel 30
Hasil Analisis Regresi Off-the job Embeddedness dan Turnover Intention
Model Summary
Model
R
1
R Square
.495
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.245
.242
7.605
a. Predictors: (Constant), CJE
Tabel 31
Hasil Uji Nilai F Off-the job Embeddedness dan Turnover Intention
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
F
4257.734
1
4257.734
Residual
13130.021
227
57.842
Total
17387.755
228
73.610
Sig.
.000
b
a. Dependent Variable: TI
b. Predictors: (Constant), CJE
72
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 73,610 dan p = 0,000. Hasil
analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,495, dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,245 atau 24,5% yang
artinya variabel off-the-job embeddedness memberikan pengaruh sebesar 24,5%
terhadap turnover intentions.
Berdasarkan tabel korelasi dan tabel regresi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara off-the-job embeddedness dan turnover
intention, dimana job embeddedness memberikan kontribusi sebesar 24,5%
terhadap turnover intentions
Tabel 32
Koefisien Regresi Off-the-job Embeddedness dan Turnover Intention
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
85.548
5.284
CJE
-1.009
.118
Beta
16.190
.000
-8.580
.000
1
-.495
a. Dependent Variable: TI
Berdasarkan
tabel
coefficients
hasil
analisis
regresi
off-the-job
embeddedness dan turnover intention diperoleh