TAP.COM - PENGGUNAAN GEL LIDAH BUAYA(ALOE VERA L) - JURNAL UNIVERSITAS ... 8059 13188 1 SM

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

PENGGUNAAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L) SEBAGAI ANTIJAMUR PADA
DENDENG DAGING SAPI GILING
THE USE OF ALOE VERA GEL (Aloe vera L) AS ANTIFUNGAL ON GROUND
BEEF JERKY
Arini Rofiatiningrum*, Ellin Harlia**, Wowon Juanda**
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015
**Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
e-mail : rinadewiyanti@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian mengenai “Penggunaan Gel Lidah Buaya (Aloe vera L) sebagai Antijamur
pada Dendeng Daging Sapi Giling” dilaksanakan pada Bulan Mei hingga September 2015.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan gel lidah buaya dalam
menghambat pertumbuhan jamur. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan metode deskriptif dengan peubah yang diamati adalah penurunan jumlah jamur
dan jenis jamur pada dendeng daging sapi giling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
jamur pada dendeng daging sapi giling tanpa perlakuan mencapai 26x101 CFU/ml, sedangkan
jumlah jamur pada dendeng daging sapi giling yang diberi perlakuan mencapai 15x101

CFU/ml. Penurunan jumlah jamur pada dendeng tanpa perlakuan dan diberi perlakuan dengan
pengolesan gel lidah buaya dipengaruhi oleh adanya zat penghambat. Hasil identifikasi jenis
jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling tanpa perlakuan dan diberi perlakuan
dengan gel lidah buaya yaitu Mucor sp., Penicillium sp., dan Monilia sitophila.
Kata kunci : Dendeng daging sapi giling, Jenis jamur, Jumlah jamur, Lidah buaya

ABSTRACT
Research on "The use of Aloe Vera Gel (Aloe vera L) as antifungal on Ground Beef
Jerky" was conducted from May until September 2015. The purpose of this study is to
determine the ability of aloe vera gel that can inhibit the emergence of fungi. This research
used descriptive method in which the observed variables are the decrease in amount of mold
and mildew and that in the type of beef jerky. The results showed that the amount of fungus
on the untreated beef jerky present 26x101 CFU/ml and the amount of fungus on the beef
jerky with aloe vera gel basting treatment present 15x101 CFU/ml. The decreasing amount of
fungi on untreated jerky and on the jerky with aloe vera gel basting treatment was affected by
the presence of inhibitors. And the result of the research identifies the type of fungi found on
the untreated and treated beef jerky as Mucor sp., Penicillium sp., and Monilia sitophila.
Keyword : Aloe vera, Ground beef jerky, The number of fungi, Type of fungi

PENDAHULUAN

Daging merupakan salah satu produk pangan hasil ternak yang mempunyai kandungan
gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food). Kerusakan pada
daging terjadi akibat adanya cemaran fisik, kimia, maupun biologis, namun penyebab utama
terjadinya kerusakan pada daging adalah cemaran biologi yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Pengawetan daging segar merupakan cara untuk memperpanjang umur
simpan sehingga kerusakan pada daging dapat dicegah, karena daging segar yang lama
disimpan pada suhu kamar akan menurunkan nilai jual. Pengawetan daging dapat dilakukan
dengan cara pengolahan daging menjadi dendeng, salah satunya dendeng daging sapi giling
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

1

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

yang banyak dijual di pasaran. Dendeng daging sapi giling merupakan jenis bahan pangan
setengah basah. Pembuatan dendeng sapi giling seringkali dilakukan dengan penanganan yang
kurang higienis sehingga memudahkan terjadinya kerusakan yang ditandai dengan adanya
jamur pada permukaan dendeng. Hal ini berbahaya bagi konsumen karena terdapat jamur
yang mengandung mikotoksin dan sulit hilang melalui pengolahan. Untuk menghambat
terjadinya pertumbuhan jamur, berbagai cara dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur

simpan dendeng sapi tersebut, baik perlakuan fisik maupun perlakuan kimiawi (dengan
penambahan bahan pengawet). Pemanfaatan bahan alami sebagai antijamur untuk dendeng
patut diteliti sebab selain dapat mencegah tumbuhnya jamur juga dapat mengurangi efek
negatif pada dendeng maupun orang yang mengkonsumsi dendeng tersebut. Salah satu bahan
alami yang dapat digunakan sebagai antijamur pada dendeng adalah lidah buaya (Aloe vera
L). Penggunaan lidah buaya sebagai obat telah banyak diuji secara ilmiah sehingga khasiat
dari tanaman ini tidak diragukan lagi, akan tetapi belum banyak dilakukan penelitian tentang
penggunaan lidah buaya sebagai antijamur pada produk pangan. Beberapa penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa lidah buaya memiliki efek antimikroba, terutama pada bagian
daun lidah buaya yang berisi gel serta eksudat. Gel lidah buaya inilah yang banyak digunakan
sebagai antimikroba. Beberapa kandungan zat penting dalam gel lidah buaya diantaranya
saponin dan antraquinon dan saponin yang mempunyai sifat antifungi. Zat- zat antrakuinon
ini terutama aloe-emodin dan aloin, yang dapat digunakan sebagai antifungi dan antibiotik
pada lidah buaya. Saponin, substansi ini adalah 3% dari Aloe vera gel dan mampu
membersihkan dengan kemampuan antiseptik. Substansi ini beraksi kuat sebagai anti mikroba
melawan bakteri, virus, jamur, dan yeast. Dengan demikian, diharapkan melalui penggunaan
gel lidah buaya mampu menghambat pertumbuhan jamur pada dendeng daging sapi giling.
BAHAN DAN METODE
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau tajam yang steril, blender kecil

(blender wet mill), oven, timbangan analitik dengan ketelitian 10-4, tabung reaksi, pipet
volumetri ukuran 10 ml dan 1 ml, labu erlenmeyer ukuran 50 ml dan 250 ml, cawan petri
(petri dish), Gelas objek, cover glass, mikroskop elektrik, inkubator, botol semprot.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Dendeng daging sapi giling yang
diperoleh dari Pasar Rancabolang, Bandung, dengan berat 200 gram, gel lidah buaya (Aloe
vera L) var.chinensis umur 1 tahun yang diperoleh dari penjual tanaman hias di daerah Cibiru
Bandung, aquades 500-1000 ml, media Potatoes Dextrose Agar (PDA) 20-40 gram, spirtus,
NaCl fisiologis, serta antibiotik 250 mg.
2. Metode Penelitian
Data hasil identifikasi jamur dianalisis secara deskriptif, serta untuk penghitungan jumlah
jamur dilakukan melalui metode hitungan cawan dengan analisis data secara deskriptif.
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah jamur serta jenis jamur pada dendeng
daging sapi giling yang dilumuri dengan gel lidah buaya dan tanpa dilumuri gel lidah buaya.
a. Persiapan Sampel dan Gel Lidah Buaya
Proses persiapan gel lidah buaya dimulai dengan mengupas dan memotong daun lidah
buaya lalu mengambil bagian yang bening, kemudian direndam dalam larutan garam dan
asam sitrat 0.025% dalam 1 liter air sampai lendirnya keluar kemudian mencuci dengan air
bersih sebanyak 1-2 kali. Selanjutnya gel lidah buaya diblender (Sundari dan Elfi, 2010).
Mengukur gel lidah buaya dengan gelas ukur hingga diperoleh 10 mililiter. Tempatkan gel
pada wadah steril dan segera aplikasikan pada dendeng daging sapi giling menggunakan kuas

steril. Dendeng daging sapi giling yang berbentuk lembaran disimpan pada wadah steril dan
diolesi dengan gel lidah buaya menggunakan kuas. Setelah itu dilakukan pengambilan subFakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

2

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

sampel dengan mencabutnya menggunakan pinset steril sehingga diperoleh beberapa bagian
dendeng yang dapat mewakili jumlah keseluruhan dendeng. Dendeng ditimbang hingga
diperoleh berat 5 gram.
b. Penanaman Jamur
Penanaman jamur dilakukan melalui total plate count untuk jamur dengan metode tuang
atau pour plate method. Pada metode tuang, sampel dendeng diencerkan terlebih dahulu
kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril (Lukman, 2009). Perhitungan koloni jamur
dimulai pada saat terjadi pertumbuhan jamur pada media setelah melalui inkubasi selama 96
jam. Perhitungan dilakukan melalui metode hitungan cawan. Jumlah koloni dinyatakan dalam
cfu (colony forming unit) per ml. Perhitungan koloni jamur dilakukan pada dendeng tanpa
diolesi dengan gel lidah buaya (kontrol) dan dendeng setelah diolesi gel lidah buaya.
c. Pengamatan Jamur dan Identifikasi Jamur
Metode slide culture dimulai dengan menyiapkan gelas objek steril, diberi perlakuan

aseptik dengan disemprot menggunakan alkohol. Media PDA diteteskan pada gelas objek dan
dibiarkan sampai agar menjadi padat. Selanjutnya menempelkan 1 mata ose isolat jamur
kontaminan yang akan diuji pada gelas objek yang telah ditetesi media PDA dan segera
ditutup dengan cover glass. Gelas objek ditempatkan pada nampan bersih kemudian ditutup
dengan alumunium foil dan diinkubasi pada suhu ruang (25-30°C) selama 5-7 hari.
Pengamatan dilakukan sampai ke tingkat genus melalui dua tahap. Tahap pertama
pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna koloni, serta
morfologi koloni. Adapun tahap kedua pengamatan jamur dilakukan secara mikroskopis.
Melalui metode slide culture dan diperiksa dibawah mikroskop, dapat diketahui bentuk hifa
(spiral, bernodul, atau mempunyai rhizoid), hifa berseptum atau tidak, hifa berpigmentasi
hialin atau gelap sehingga memudahkan identifikasi (Indrawati, dkk., 1999).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan
dan Tanpa Perlakuan
Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan tanpa
perlakuan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Jamur pada Dendeng Daging Sapi Giling Tanpa Perlakuan dan Dengan
Perlakuan
Ulangan


Pengamatan (Hari)

Kontrol

Perlakuan
(CFU/ml)

1

2

1
2
3
4
5
6
1
2
3

4
5
6

11
16
20
6
13
18
12
21
26
7
14
12

8
11
13

4
10
9
8
11
10
5
9
+

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

3

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

Ulangan

Pengamatan (Hari)


Kontrol

Perlakuan

(CFU/ml)
1
15
2
26
3
18
4
7
5
18
6
16
4
1
16

2
16
3
18
4
8
5
14
6
10
Keterangan : (+) = Dendeng telah Berjamur Secara Makroskopis
3

8
15
9
4
9
6
7
8
11
3
+
+

Tabel 1 menunjukkan dinamika jumlah jamur pada dendeng daging sapi giling yang
mendapat perlakuan dengan mengolesi gel lidah buaya. Jumlah koloni jamur mengalami
fluktuasi selama masa pengamatan dari hari pertama hingga dendeng berjamur yang dapat
dilihat dari permukaan dendeng. Mulanya, jumlah jamur ada pada kisaran cukup tinggi dan
pada hari berikutnya angkanya meningkat, dan puncaknya jumlah jamur terbanyak adalah 26
x 101 CFU/ml yang terjadi pada dendeng tanpa perlakuan pada hari ke-2 dan hari ke-3. Hal ini
terlihat pada grafik jumlah jamur pada dendeng daging sapi giling yang disajikan pada
Ilustrasi 1.

Jumlah Jamur

30
25
20
15
10
5
0
Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Pengamatan
Ulangan 1

Ulangan2

Ulangan 3

Ulangan 4

Ilustrasi 1. Jumlah Jamur pada Dendeng Daging Sapi Giling Tanpa Perlakuan
Sementara itu, fluktuasi jumlah jamur tidak hanya terjadi pada dendeng daging sapi
giling tanpa perlakuan, namun juga pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan. Hasil
menunjukkan bahwa jumlah jamur mencapai 15 x 101 CFU/ml pada pengamatan hari kedua
ulangan ketiga. Pada hari ke lima ulangan 4 dan hari keenam ulangan 2 dendeng telah
berjamur, yang ditandai dengan adanya lendir pada dendeng, bau khas dendeng yang berubah,
serta adanya hifa pada permukaan dendeng. Jumlah jamur pada dendeng sapi giling dengan
perlakuan dapat dilihat pada Ilustrasi 2.

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

4

Jumlah Jamur

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Pengamatan
Ulangan 1

Ulangan2

Ulangan 3

Ulangan 4

Ilustrasi 2. Jumlah Jamur pada Dendeng Daging Sapi Giling Dengan Perlakuan
Penurunan jamur disebabkan oleh adanya saponin dan kompleks antrakuinon yang
terkandung dalam gel lidah buaya. Sesuai pendapat Supardi dan Soekamto (1999) bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat tumbuhnya jamur yakni tersedianya nutrien,
air, suhu, pH oksigen, potensial oksidasi reduksi dan adanya zat penghambat. Menurut
Pelczar dan Chan (2010), suhu inkubasi diperkirakan 37°C, suhu ini merupakan suhu
optimum bagi pertumbuhan kapang, dan lebih tinggi lagi untuk khamir. Faktor lainnya yang
membuat dendeng daging sapi giling mudah berjamur dikarenakan kadar air yang tinggi,
sanitasi dan hygiene yang kurang baik pada saat pengolahan, serta penggunaan bahan baku
dan bahan-bahan penunjang dalam pembuatan dendeng. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Harlia, dkk., (2010) bahwa dendeng daging sapi giling mudah berjamur karena faktor kadar
air serta kondisi lingkungan.
Kandungan gel lidah buaya yang kaya akan zat aktif acemmanan dan allicin yang
merupakan salah satu jenis kompleks antrakuinon mampu menghambat pertumbuhan jamur
pada dendeng daging sapi giling. Seperti dijelaskan dalam hasil penelitian Parvu dan Alina
(2011) bahwa allicin mampu menghambat pertumbuhan jamur seperti Aspergillus flavus, A.
niger, Candida albicans, Fusarium laceratum, Microsporum canis, Mucor racemosus,
Penicillium spp., Rhizopus nigricans, Saccharomyces spp., Trichophyton granulosum, F.
oxysporum, B. cinerea, B. paeoniae, P. gladioli, and S. sclerotiorum. Hal ini dikarenakan
Allicin memiliki kandungan antimikroba. Kemudian kandungan saponin pada gel lidah buaya
mampu mengurangi jumlah jamur pada dendeng daging sapi giling. Sesuai dengan penelitian
Ike (2004) bahwa saponin terbukti memiliki efek antijamur. Berdasarkan hasil penelitian
Rosida (2002), gel lidah buaya terbukti mengandung saponin sebesar 733 ± 89 ppm pada
fraksi methanol, sedangkan pada fraksi air gel lidah buaya mengandung saponin sebesar 367
± 32 ppm.
Adapun berdasarkan pernyataan Madduluri, dkk., (2013) bahwa mekanisme kerja
saponin sebagai antimikroba yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari
dalam sel. Saponin dapat menjadi antijamur karena zat aktif permukaannya mirip detergen,
akibatnya saponin akan menurunkan tegangan permukaan dinding sel dan merusak
permeabilitas membran. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan
kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan
membran sel.
2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Jamur pada Dendeng Daging Sapi Giling
Hasil identifikasi jenis jamur pada dendeng daging sapi giling secara makroskopis dan
mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 2.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

5

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

Tabel 2. Identifikasi Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling Tanpa
Perlakuan dan Dengan Perlakuan Secara Makroskopis dan Mikroskopis
Identifikasi
Jenis Jamur

Makroskopis
Koloni
Miselium
Putih
Seperti
Kapas

Spora
Hitam

Mikroskopis
Bentuk Hifa
Septum
Bulat seperti
Tidak bersepta
bunga, tidak
mempunyai
rhizoid

Mucor sp.

Bulat
hijau,
hijau
dengan
tepi koloni
putih

Seperti
beludru

Tidak
berwar
na

Konidia dengan
rantai
memanjang

Bersepta

Oranye

Seperti
cabang
pohon

Putih

Berbentuk
benang lurus,
konidia
berbentuk elips

Bersepta

Penicillium
sp.

Monilia
sitophila

Berdasarkan pada Tabel 2, yaitu hasil identifikasi jenis jamur yang dilakukan di Balai
Besar Penelitian Veteriner Bogor, dihasilkan tiga jenis jamur. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa jenis jamur yang mengkontaminasi dendeng daging sapi giling adalah
Mucor sp, Penicillium sp, serta Monilia sitophila. Jenis jamur pada dendeng yang diberi
olesan gel lidah buaya sama dengan jenis jamur yang mengkontaminasi dendeng yang tidak
diberi perlakuan. Dendeng yang diberi olesan gel lidah buaya berjamur pada hari ke-6 pada
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

6

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

ulangan pertama dan ulangan ketiga. Sementara pada ulangan kedua dendeng berjamur pada
hari ke-5 dan pada ulangan keempat dendeng berjamur pada hari ke-4. Pada dendeng tanpa
perlakuan, hasil menunjukkan bahwa dendeng berjamur pada hari ke-6. Ketiga jenis jamur ini
merupakan jamur yang tumbuh dalam empat kali pengulangan penelitian. Hasil pengamatan
morfologi jamur secara mikroskopis pada isolat jamur terlihat panjang dan bersepta, konidia
berbentuk oval merupakan fragmentasi dari hifa fertil dari cabang bagian atas dari aerial
hyphae. Genus yang sesuai dengan ciri-ciri Monilia (Frazier dan Westhoff, 1987). Monilia
adalah jamur yang penyebarannya sangat luas di alam, ia dapat tumbuh pada bahan makanan
yang berkadar gula tinggi dan pada berbagai macam makanan. Monilia sitophila mulai
tumbuh pada penanaman jamur hari ke-4 dan kebanyakan tumbuh pada dendeng yang tidak
diberi perlakuan, akan tetapi merupakan jamur yang paling sedikit tumbuh. Monilia sitophila
mudah tumbuh pada kelembaban yang tinggi dan mempunyai suhu pertumbuhan antara 20ºC
sampai 30ºC pada kondisi aerobik. Kondisi lingkungan sekitar tempat inkubasi jamur
memudahkan tumbuhnya Monilia sitophila.
Adapun jenis jamur lainnya terlihat dari pertumbuhan miselium pada petridish
kultur PDA berwarna putih, hifa tidak bersekat, sporangiospora bulat sampai oval, spora
bewarna hitam dan tidak mempunyai stolon dan rhizoid, inilah yang membedakan Mucor
dengan Absidia, Rhizomucor, dan Rhizopus. Berdasarkan hasil identifikasi jamur di Balai
Besar Veteriner, jamur ini adalah Mucor sp. Mucor sp adalah jamur yang paling banyak
tumbuh pada cawan, selain itu pertumbuhannya sangat cepat. Mucor adalah jamur dengan
koloni yang berkembang sangat cepat, kapas ke berbulu, putih ke kuning, menjadi abu-abu
gelap, dengan perkembangan sporangia. Pada hari pertama penanaman jamur pada cawan
petri, jamur tumbuh dengan jumlah yang cukup banyak, baik pada dendeng perlakuan
maupun pada dendeng yang tidak diberi perlakuan. Kebanyakan spesies Mucor tidak tahan
panas (Ellis, 2015). Akan tetapi, adanya Mucor sp serta jumlahnya yang cukup banyak
menunjukkan bahwa proses pengolahan dendeng kurang sempurna, contohnya pada proses
penjemuran dendeng. Selain itu, menurut Asrut (2009) yang menyatakan bahwa Mucor sp
merupakan jamur saprofit yang tumbuh di udara. Jamur ini tidak menghasilkan mikotoksin,
akan tetapi merupakan jamur yang mengkontaminasi dendeng daging sapi giling yang berasal
dari lingkungan.
Jenis jamur ketiga yang terdapat pada dendeng daging sapi giling tanpa perlakuan dan
pada dendeng yang diberi perlakuan adalah Penicillium sp. Jamur ini mulai tumbuh pada
penanaman jamur hari pertama dan lebih banyak tumbuh pada jamur tanpa perlakuan.
Koloninya yang berwarna hijau bulat dengan pinggiran berwarna putih, serta koloni berwarna
hijau dengan inti merah darah. Sesuai dengan pernyataan Indrawati, dkk., (1999) bahwa
spesies Penicillium dengan koloni berwarna hijau adalah Penicillium italicum dan Penicillium
citrinum, sedangkan spesies jamur dengan warna hijau dengan eksudat merah darah di antara
miselium adalah Penicillium purpurogenum. Pelzcar dan Chan (2010) menyatakan bahwa
genus Penicillum amat erat kaitannya dengan Aspergillus, dan Penicillium sp merupakan
jamur yang dapat dimanfaatkan. Selain bermanfaat dalam penuaan berbagai keju,
Penicillum juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk produksi antibiotik, namun
beberapa spesies dapat menyebabkan kerusakan pada buah-buahan, makanan dan sayuran.
Selain itu, menurut Indrawati, dkk., (1999) dalam Harlia, dkk., (2010) menyatakan bahwa
Penicillium sangat umum terdapat pada bahan pangan berkadar air rendah. Berdasarkan hasil
penelitian Asrut (2009) bahwa Penicillium sp merupakan jamur yang bersifat mikotoksigenik,
yaitu jamur yang menghasilkan mikotoksin sehingga akan berbahaya apabila mengonsumsi
dendeng yang terkontaminasi Penicillium sp karena mikotoksin tidak dapat hilang oleh proses
pengolahan karena sifatnya yang relatif stabil dan tahan panas sehingga senyawa ini tetap ada
pada dendeng.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

7

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Penggunaan Gel Lidah Buaya (Aloe vera L)
sebagai Antijamur pada Dendeng Daging Sapi Giling” dapat disimpulkan bahwa jumlah
jamur pada dendeng daging sapi giling tanpa perlakuan (kontrol) sebanyak 26x101 CFU/ml,
sedangkan jumlah jamur pada dendeng daging sapi giling yang diberi perlakuan sebanyak 15
x 101 CFU/ml. Selain itu, gel lidah buaya varietas Aloe vera chinensis tidak mampu
menghambat pertumbuhan jamur Mucor sp, namun mampu menghambat pertumbuhan jamur
Penicillium sp dan Monilia sitophila.
SARAN
Penggunaan lidah buaya sebagai antijamur lebih disarankan dalam bentuk freeze dried
untuk menghindari peningkatan kadar air pada produk yang diawetkan dan meminimalisir
kerusakan kandungan gel lidah buaya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pembimbing atas bimbingan dan
arahan yang diberikan kepada penulis. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih pula kepada
Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor yang telah membantu dalam proses identifikasi jamur,
serta kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asrut. 2009. Populasi Jamur Mikotoksigenik dan Kandungan Aflatoksin pada Beberapa
Contoh Biji Kakao (Theobroma cacao L) asal Sulawesi Tengah. Fakultas Pertanian.
Universitas Tadulako. J. Agroland 16:(3) : 258-267. ISSN : 0854-641X.
Ellis, D. 2015. Mycology Online - Mucor sp. [Online]. Available at http://www .mycology
.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Zygomycetes/Mucor/. Mycology Online. The
University of Adelaide.
Frazier, W. C and Westhoff, D.C. (1987). Food Microbiology. 4th Ed. Mc Graw Hill Book
Company. New York.
Harlia, E., Roostita L Balia, Denny Suryanto. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur pada
Dendeng Daging Sapi Giling yang Dijual di Pasar Ciroyom Bandung. Jurnal. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
Ike, I. 2004. Pengaruh Jus Aloe vera Tehadap Proliferasi Limfosit, Produksi Reactive Oxygen
Intermediate da Koloni Kuman Organ Hepar Mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella
typhimurium. Tesis. Universitas Diponegoro. 33.
Indrawati G, Robert A.S, Karin, Ariyanti dan Iman Santoso. 1999. Pengenalan Kapang
Tropik Umum. Edisi Pertama. Diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Kerjasama
Universitas Indonesia dengan Centralbureau voor Schimmelcultures Baarn. The
Netherlands. 2, 4-5.
Lukman, D.W. 2009. Penghitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Metode Hitungan
Cawan. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan. Bagian Kesehatan
Masyarakat Veteriner Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Bogor. 10-11.

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

8

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

Madduluri, Suresh. Rao, K.Babu, and Sitaram, B. 2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial
Activity of Five Indegenous Plants Extract Against Five Bacterial Pathogens of Human.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 679-684.
Parvu, M dan Alina, E. 2011. Antifungal Plant Extracts. Science Againts Microbial Pathogens
: Communicating Current Research and Technological Advances. 1056.
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. UI-Press. Jakarta.
Rosida, J. 2002. Uji Saponin dalam Lidah Buaya, Limbah Buah Mengkudu dan Daun Mimba.
Makalah Laboratorium Penelitian. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Balai Ternak
Ciawi. Bogor. 75.
Sundari, T., dan Elfi Anis Saati. 2010. Pembuatan Es Krim Lidah Buaya (Aloe chinensis)
dengan Penambahan Gelling Agents. [Online]. ejournal.umm.ac.id/index.php/
bestari/article/view/123/127. Universitas Muhammadiyah Malang.
Supardi dan Soekamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Penerbit Alumni. Bandung. 2, 9.

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

9

Penggunaan Gel Lidah Buaya(Aloe vera L) …………………………………………………….………..Ari i Rofiati i gru

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama

: Arini Rofiatiningrum

NPM

: 200110110118

Judul Artikel

: Penggunaan Gel Lidah Buaya (Aloe vera L) sebagai Antijamur pada
Dendeng Daging Sapi Giling

Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini
bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah
dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak
manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan
dalam pernyataan ini.
Dibuat di Jatinangor, Desember 2015
Mengetahui,

Penulis,

Pembimbing Utama,

(Prof. Dr. Ir. Ellin Harlia, MS)

(Arini Rofiatiningrum)

Pembimbing Anggota,

(Ir. Wowon Juanda, MP)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

10